Anda di halaman 1dari 56

MAKALAH ANEMIA

Posted on August 27, 2014 by maharaniekaputri

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Anemia adalah salah satu penyakit yang sering diderita masyarakat, baik anak-anak, remaja usia
subur, ibu hamil ataupun orang tua. Penyebabnya sangat beragam, dari yang karena perdarahan,
kekurangan zat besi, asam folat, vitamin B12, sampai kelainan hemolitik.

Anemia dapat diketahui dengan pemeriksaan fisik maupun dengan pemeriksaan laboratorium.
Secara fisik penderita tampak pucat, lemah, dan secara laboratorik didapatkan penurunan kadar
Hemoglobin (Hb) dalam darah dari harga normal.

B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Mahasiswa mampu memahami asuhan keperawatan pada pasien dengan anemia

2. Tujuan Khusus

a. Mahasiswa mampu mengetahui pengertian anemia.

b. Mahasiswa mampu menyebutkan penyebab anemia.

c. Mahasiswa mampu mengetahui diagnosa-diagnosa yang mungkin muncul pada pasien anemia.

d. Mahasiswa mampu memahami penatalaksanaan pada pasien dengan anemia.

BAB II

DASAR TEORI

A. Definisi

Anemia adalah suatu kondisi dimana kadar Hb dan/atau hitung eritrosit lebih rendah dari harga
normal. Dikatakan sebagai anemia bila Hb < 14 g/dl dan Ht < 41 % pada pria atau Hb < 12 g/dl
dan Ht
Anemia adalah berkurangnya jumlah eritrosit serta jumlah hemoglobin dalam 1mm3 darah atau
berkurangnya volume sel yang dipadatkan (packed red cells volume) dalam 100 ml darah.
(Ngastiyah, 1997)

B. Etiologi

Penyebab anemia antara lain :

1. Perdarahan

2. Kekurangan gizi seperti : zat besi, vitamin B12, dan asam folat. (Barbara C. Long, 1996 )

3. Penyakit kronik, seperti gagal ginjal, abses paru, bronkiektasis, empiema, dll.

4. Kelainan darah

5. Ketidaksanggupan sum-sum tulang membentuk sel-sel darah. (Arif Mansjoer, 2001)

C. Klasifikasi

Secara patofisiologi anemia terdiri dari :

1. Penurunan produksi : anemia defisiensi, anemia aplastik.

2. Peningkatan penghancuran : anemia karena perdarahan, anemia hemolitik.

Secara umum anemia dikelompokan menjadi :

1. Anemia mikrositik hipokrom

a. Anemia defisiensi besi

Untuk membuat sel darah merah diperlukan zat besi (Fe). Kebutuhan Fe sekitar 20 mg/hari, dan
hanya kira-kira 2 mg yang diserap. Jumlah total Fe dalam tubuh berkisar 2-4 mg, kira-kira 50
mg/kg BB pada pria dan 35 mg/kg BB pada wanita. Anemia ini umumnya disebabkan oleh
perdarahan kronik. Di Indonesia banyak disebabkan oleh infestasi cacing tambang
(ankilostomiasis), inipun tidak akan menyebabkan anemia bila tidak disertai malnutrisi. Anemia
jenis ini dapat pula disebabkan karena :

 Diet yang tidak mencukupi

 Absorpsi yang menurun

 Kebutuhan yang meningkat pada wanita hamil dan menyusui

 Perdarahan pada saluran cerna, menstruasi, donor darah


 Hemoglobinuria

 Penyimpanan besi yang berkurang, seperti pada hemosiderosis paru.

b. Anemia penyakit kronik

Anemia ini dikenal pula dengan nama sideropenic anemia with reticuloendothelial siderosis.
Penyakit ini banyak dihubungkan dengan berbagai penyakit infeksi seperti infeksi ginjal, paru (
abses, empiema, dll ).

2. Anemia makrositik

a. Anemia Pernisiosa

Anemia yang terjadi karena kekurangan vitamin B12 akibat faktor intrinsik karena gangguan
absorsi yang merupakan penyakit herediter autoimun maupun faktor ekstrinsik karena
kekurangan asupan vitamin B12.

b. Anemia defisiensi asam folat

Anemia ini umumnya berhubungan dengan malnutrisi, namun penurunan absorpsi asam folat
jarang ditemukan karena absorpsi terjadi di seluruh saluran cerna. Asam folat terdapat dalam
daging, susu, dan daun – daun yang hijau.

3. Anemia karena perdarahan

a. Perdarahan akut

Mungkin timbul renjatan bila pengeluaran darah cukup banyak, sedangkan penurunan kadar Hb
baru terjadi beberapa hari kemudian.

b. Perdarahan kronik

Pengeluaran darah biasanya sedikit – sedikit sehingga tidak diketahui pasien. Penyebab yang
sering antara lain ulkus peptikum, menometroragi, perdarahan saluran cerna, dan epistaksis.

4. Anemia hemolitik

Pada anemia hemolitik terjadi penurunan usia sel darah merah ( normal 120 hari ), baik
sementara atau terus menerus. Anemia ini disebabkan karena kelainan membran, kelainan
glikolisis, kelainan enzim, ganguan sistem imun, infeksi, hipersplenisme, dan luka bakar.
Biasanya pasien ikterus dan splenomegali.

5. Anemia aplastik
Terjadi karena ketidaksanggupan sumsum tulang untuk membentuk sel-sel darah. Penyebabnya
bisa kongenital, idiopatik, kemoterapi, radioterapi, toksin, dll.

D. Manifestasi Klinis

Gejala-gejala umum yang sering dijumpai pada pasien anemia antara lain : pucat, lemah, cepat
lelah, keringat dingin, takikardi, hypotensi, palpitasi. (Barbara C. Long, 1996). Takipnea (saat
latihan fisik), perubahan kulit dan mukosa (pada anemia defisiensi Fe). Anorexia, diare, ikterik
sering dijumpai pada pasien anemia pernisiosa (Arif Mansjoer, 2001)

E. Pemeriksaan Penunjang

Pada pemeriksaan laboratorium ditemui :

1. Jumlah Hb lebih rendah dari normal ( 12 – 14 g/dl )

2. Kadar Ht menurun ( normal 37% – 41% )

3. Peningkatan bilirubin total ( pada anemia hemolitik )

4. Terlihat retikulositosis dan sferositosis pada apusan darah tepi

5. Terdapat pansitopenia, sumsum tulang kosong diganti lemak ( pada anemia aplastik )

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN.

1. Aktifitas / Istirahat

• Keletihan, kelemahan, malaise umum.

• Kehilangan produktifitas, penurunan semangat untuk bekerja

• Toleransi terhadap latihan rendah.

• Kebutuhan untuk istirahat dan tidur lebih banyak

2. Sirkulasi

• Riwayat kehilangan darah kronis,

• Riwayat endokarditis infektif kronis.


• Palpitasi.

3. Integritas ego

• Keyakinan agama atau budaya mempengaruhi pemilihan pengobatan, misalnya: penolakan


tranfusi darah.

4. Eliminasi

• Riwayat pielonenepritis, gagal ginjal.

• Flatulen, sindrom malabsobsi.

• Hematemesi, melana.

• Diare atau konstipasi

5. Makanan / cairan

• Nafsu makan menurun

• Mual/ muntah

• Berat badan menurun

6. Nyeri / kenyamanan

• Lokasi nyeri terutama di daerah abdomen dan kepala.

7. Pernapasan

• Napas pendek pada saat istirahat maupun aktifitas

8. Seksualitas

• Perubahan menstuasi misalnya menoragia, amenore

• Menurunnya fungsi seksual

• Impotent

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN.

1. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan suplai oksigen / nutrisi ke sel.

• Ditandai dengan:
 Palpitasi,

 kulit pucat, membrane mukosa kering, kuku dan rambut rapuh,

 ekstremitas dingin

 perubahan tekanan darah, pengisian kapiler lambat

 ketidakmampuan berkonsentrasi, disorientasi

• Tujuan : menunjukkan perfusi jaringan yang adekuat

2. Intoleran aktifitas berhubungan dengan ketidakseimbangan suplai oksigen

• Ditandai dengan:

 Kelemahan dan kelelahan

 Mengeluh penurunan aktifitas /latihan

 Lebih banyak memerlukan istirahat /tidur

 Palpitasi,takikardi, peningkatan tekanan darah,

• Tujuan : terjadi peningkatan toleransi aktifitas.

3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan kegagalan untuk mencerna,
absorbsi makanan.

• Ditandai dengan:

 Penurunan berat badan normal

 Penurunan turgor kulit, perubahan mukosa mulut.

 Nafsu makan menurun, mual

 Kehilangan tonus otot

• Tujuan : kebutuhan nutrisi terpenuhi yang dikuti dengan peningkatan berat badan.

4. Konstipasi atau diare berhubungan dengan penurunan jumlah makanan, perubahan proses
pencernaan , efek samping penggunaan obat

• Ditandai dengan :
 Adanya perubahan pada frekuensi, karakteristik, dan jumlah feses

 Mual, muntah, penurunan nafsu makan

 Nyeri abdomen

 Ganguan peristaltik

• Tujuan: pola eliminasi normal sesuai dengan fungsinya

5. Resiko tinggi terjadi infeksi berhubungan dengan pertahanan skunder yang tidak adekuat.

• Ditandai dengan tidak dapat diterapkan adanya tanda-tanda dan gejala- gejala yang membuat
diagnosa actual

• Tujuan: terjadi penurunan resiko infeksi

C. INTERVENSI

• Diagnosa 1

1. Kaji tanda-tanda vital, warna kulit, membrane mukosa, dasar kuku

2. Beri posisi semi fowler

3. Kaji nyeri dan adanya palpitasi

4. Pertahankan suhu lingkungan dan tubuh pasien

5. Hindari penggunaan penghangat atau air panas

Kolaborasi:

1. Monitor pemeriksaan laboratorium misal Hb/Ht dan jumlah SDM

2. Berikan SDM darah lengkap /pocket

3. Berikan O2 tambahan sesuai dengan indikasi

• Diagnosa 2

1 Kaji kemampuan aktifitas pasien

2 Kaji tanda-tanda vital saat melakukan aktifitas

3. Bantu kebutuhan aktifitas pasien jika diperlukan


4. Anjurkan kepada pasien untuk menghentikan aktifitas jika terjadi palpitasi

5 Gunakan tehnik penghematan energi misalnya mandi dengan duduk.

• Diagnosa 3.

1 Kaji riwayat nutrisi termasuk makanan yang disukai

2 Observasi dan catat masukan makanan pasien

3. Timbang berat badan tiap hari

4 Berikan makanan sedikit dan frekuensi yang sering

5 Observasi mual, muntah , flatus dan gejala lain yang berhubungan

6. Bantu dan berikan hygiene mulut yang baik

Kolaborasi:

1. Konsul pada ahli gizi

2. Berikan obat sesuai dengan indikasi misalnya: vitamin dan mineral suplemen.

3. Berikan suplemen nutrisi

• Diagnosa 4

1. Observasi warna feses, konsistensi, frekuensi dan jumlah.

2. Kaji bunyi usus

3. Beri cairan 2500-3000 ml/hari dalam toleransi jantung

4. Hindari makan yang berbentuk gas

5. Kaji kondisi kulit perianal

Kolaborasi

1. Konsul ahli gizi untuk pemberian diit seimbang

2. Beri laksatif

3. Beri obat anti diare


• Diagnosa 5.

1. Tingkatkan cuci tangan dengan baik

2. Pertahan kan tehnik aseptik ketat pada setiap tindakan

3. Bantu perawatan kulit perianal dan oral dengan cermat

4. Batasi pengunjung

Kolaborasi

1. Ambil spesemen untuk kultur

2. Berikan antiseptic topikak, antibiotic sistemik

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Anemia sering di jumpai di masyarakat dan mudah di kenali (di diagnosa ). Tanda dan gejalanya
beragam, seperti pucat, lemah, maul,dll. Pendiagnosaan anemia dapat di tunjang dengan
pemeriksaan laborat yakni adanya penurunan kadar Hb.

B. Saran

Sebagai perawat kita harus mampu mengenali tanda – tanda anemia dan memberikan asuhan
keperawatan pada pasien dengan anemia secara benar.

DAFTAR PUSTAKA

 Manjoer, Arief. 2001. Kapita Selekta Kedokteran. FK UI : Media Aeskulatius

 Haznan. 1987. Compadium Diagnostic dan Terapi Ilmu Penyakit Dalam. Bandung : Ganesa.

 Ngastiyah. 2001. Ilmu Keperawatan Anak. Jakarta : EGC.

 Brunner & Suddarth. 1997. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC.

 Doenges, Marilynn, dkk. 1993. Rencana Asuhan Keperawatan, Pedoman Untuk Perencanaan
dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta : EGC.

 Long, Barbara C.1996. Perawatan Medikal Bedah ( Suatu Pendekatan Proses Keperawatan ).
Bandung : Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan Pajajaran Bandung.
https://ekaputrimaharani.wordpress.com/2014/08/27/makalah-anemia/

MAKALAH ANEMIA

BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG

Anemia adalah kumpulan gejala yang ditandai dengan kulit dan membran
mucosa pucat, dan pada test laboratorium didapatkan Hitung Hemoglobin(Hb),
Hematokrit(Hm), dan eritrosit kurang dari normal. Rendahnya kadar hemoglobin itu
mempengaruhi kemampuan darah menghantarkan oksigen yang dibutuhkan untuk
metabolisme tubuh yang optimal.
Anemia adalah penurunan kuantitas atau kualitas sel-sel darah merah dalam
sirkulasi, yang dapat disebabkan oleh gangguan pembentukan sel darah merah,
peningkatan kehilangan sel darah merah melalui perdarahan kronik atau mendadak, atau
lisis (destruksi) sel darah merah yang berlebihan (Elizabeth Corwin,2002).
Dimana insidennya 30 % pada setiap individu di seluruh dunia. Prevalensi
terutama tinggi di negara berkembang karena faktor defisiensi diet dan atau kehilangan
darah akibat infeksi parasit gastrointestinal.
Umumnya anemia asemtomatid pada kadar hemoglobin diatas 10 gr/dl, tetapi
sudah dapat menyebabkan gangguan penampilan fisik dan mental. Bahaya Anemia yang
sangat parah bisa mengakibatkan kerusakan jantung, otak dan organ tubuh lain, bahkan
dapat menyebabkan kematian.
Sel darah merah mengandung hemoglobin yang memungkinkan mereka
mengangkut oksigen dari paru-paru, dan mengantarkannya ke seluruh bagian
tubuh. Anemia menyebabkan berkurangnya jumlah sel darah merah atau jumlah
hemoglobin dalam sel darah merah, sehingga darah tidak dapat mengangkut oksigen
dalam jumlah sesuai yang diperlukan tubuh .
Anemia bukan suatu penyakit tertentu, tetapi cerminan perubahan patofisiologik
yang mendasar yang diuraikan melalui anamnesis yang seksama, pemeriksaan fisik, dan
konfirmasi laboratorium (Baldy, 2006).
Anemia merupakan masalah medik yang paling sering dijumpai di klinik di seluruh
dunia, disamping berbagai masalah kesehatan utama masyarakat, terutama di negara
berkembang, yang mempunyai dampak besar terhadap kesejahteraan sosial dan
ekonomi, serta kesehatan fisik (Bakta, 2006).
Masyarakat Indonesia masih belum sepenuhnya menyadari pentingnya zat gizi,
karena itu prevalensi anemia di Indonesia sekarang ini masih cukup tinggi, terutama
anemia defisiensi nutrisi seperti besi, asam folat, atau vitamin B12. Setelah menentukan
diagnosis terjadinya anemia, maka selanjutnya perlu disimpulkan tipe anemia itu sendiri.
Penatalaksanaan anemia yang tepat sesuai dengan etiologi dan klasifikasinya dapat
mempercepat pemulihan kondisi pasien.

BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN ANEMIA

Anemia (dalam bahasa Yunani: Tanpa darah) adalah keadaan saat jumlah sel
darah merah atau jumlah hemoglobin (protein pembawa oksigen) dalam sel darah merah
berada di bawah normal. Anemia adalah berkurangnya hingga dibawah nilai normal
eritrosit, kuantitas hemoglobin, dan volume packed red blood cell (hematokrit) per 100 ml
darah.
Anemia Gizi adalah kekurangan kadar haemoglobin (Hb) dalam darah yang
disebabkan karena kekurangan zat gizi yang diperlukan untuk pembentukan Hb.Anemia
terjadi karena kadar hemoglobin (Hb) dalam darah merah sangat kurang. Di Indonesia
sebagian besar anemia ini disebabkan karena kekurangan zat besi (Fe) hingga disebut
Anemia Kekurangan Zat Besi atau Anemia Gizi Besi.

B. PENYEBAB ANEMIA
Penyebab Umum dari Anemia:
v Kehilangan darah atau Perdarahan hebat seperti
: Perdarahan Akut (mendadak), Kecelakaan, Pembedahan,
Persalinan, Pecah pembuluh darah,perdarahan Kronik (menahun), Perdarahan
menstruasi yang sangat banyak, serta hemofilia.
v Berkurangnya pembentukan sel darah merah seperti: Defesiensi zat
besi,defesiensi vitamin B12, defesiensi asam folat,dan Penyakit kronik.
v Gangguan produksi sel darah merah
seperti: ketidaksanggupan sumsum tulang belakang
membentuk sel- sel darah.
C. KLASIFIKASI ANEMIA
Ada 2 penggolongan Anemia yaitu:
1. Berdasarkan Morfologinya:
1. Anemia Mikrositik Hipokrom
a. Anemia Defisiensi Zat besi
Adalah Anemia defisiensi besi adalah anemia yang disebabkan oleh kurangnya
persediaan besi untk eritropoiesis, karena cadangan besi kosong (depleted iron store)
sehngga pembentukan hemoglobin berkurang.
b. Anemia Penyakit Kronik
Adalah anemia pada penyakit ini merupakan jenis anemia terbanyak kedua
setelah anemia defisiensi yang dapat ditemukan pada orang dewasa di Amerika Serikat.
2. Anemia Makrositik
a. Defisiensi vitamin B12
Adalah Anemia yang diakibatkan oleh karena kekurangan vitamin B12 dikenal
dengan nama anemia pernisiosa.
b. Defisiensi Asam folat
Adalah bahan esensial untuk sintesis DNA dan RNA. Jumlah asam folat dalam
tubuh berkisar 6-10 mg, dengan kebutuhan perhari 50mg. Asam folat dapat diperoleh
dari hati, ginjal, sayur hijau, ragi. Asam folat sendiri diserap dalam duodenum dan
yeyenum bagian atas, terikat pada protein plasma secara lemah dan disimpan didalam
hati. Tanpa adanya asupan folat, persediaan folat biasanya akan habis kira-kira dalam
waktu 4 bulan.
Berikut metabolisme asam folat :

3. Normositik Normokron
a. Anemia karena perdarahan
Adalah Perdarahan yang banyak saat trauma baik di dalam maupun di luar tubuh
akan menyebabkan anemia dalam waktu yang relatif singkat. Perdarahan dalam jumlah
banyak biasanya terjadi pada maag khronis yang menyebabkan perlukaan pada dinding
lambung. Serta pada wanita yang sedang mengalami menstruasi dan post partus.

2. Berdasarkan beratnya :
a. Anemia aplastik
Adalah anemia yang disebabkan oleh ketidaksanggupan sum sum tulang belakang
membentuk sel darah merah.
b. Anemia Hemolitik
Adalah anemia yang disebabkan oleh proses hemolisis, yaitu pemecahan eritrosit
dalam pembuluh darah sebelum waktunya.
D. TANDA DAN AKIBAT ANEMIA
ü Tanda – tanda dari penyakit anemia yakni:
a. Lesu, lemah , letih, lelah, lalai (5L).
b. Sering mengeluh pusing dan mata berkunang-kunang, dan konjungtiva pucat.
c. Gejala lebih lanjut adalah kelopak mata, bibir, lidah, kulit dan telapak tangan menjadi
pucat.
d. Nyeri tulang, pada kasus yang lebih parah, anemia menyebabkan tachikardi, dan
pingsan.

ü Akibat dari penyakit anemia yakni:


a. Anak-anak :
- Menurunkan kemampuan dan konsentrasi belajar.
- Menghambat pertumbuhan fisik dan perkembangan kecerdasan otak.
- Meningkatkan risiko menderita penyakit infeksi karena system imun menurun
b. Wanita :
- Anemia akan menurunkan daya tahan tubuh sehingga mudah sakit.
- Menurunkan produktivitas kerja.
- Menurunkan kebugaran.
c. Remaja putri :
- Menurunkan kemampuan dan konsentrasi belajar.
- Mengganggu pertumbuhan sehingga tinggi badan tidak mencapai optimal.
- Menurunkan kemampuan fisik olahragawati.
- Mengakibatkan muka pucat.
d. Ibu hamil :
- Menimbulkan perdarahan sebelum atau saat persalinan.
- Meningkatkan risiko melahirkan Bayi dengan Berat Lahir Rendah atau BBLR (<2,5 kg).
- Pada anemia berat, bahkan dapat menyebabkan kematian ibu dan/atau bayinya.
E. KRITERIA ANEMIA

Untuk memenuhi definisi anemia, maka perlu ditetapkan batas hemoglobin atau
hematokrit yang dianggap sudah terjadi anemia. Batas tersebut sangat dipengaruhi oleh
usia,jenis kelamin,dan ketinggian tempat tinggal dari permukaan laut.
Batasan yang umum dipengaruhi adalah kriteria WHO pada tahun
1968.Dinyatakan sebagai anemia bila tedapat nilai dengan criteria sebagai berikut:
No Jenis kelamin/ usia Kadar hemoglobin
1 laki-laki Hb <13gr/dl
2 perempuan dewasa tidak hamil Hb <12gr/dl
3 Perempuan Hb <11gr/dl
4 Anak usia 6-14 tahun Hb <12gr/dl
5 Anak usia 6 bulan-6 tahun Hb <11gr/dl
Untuk kriteria anemia di klinik, rumah sakit,atau praktik klinik pada umumnya
dinyatakan anemia bila terdapat nilai sebagai berikut.
1. Hb <10gr/dl
2. Hematokrit <30%
3. Eritrosit <2,8juta
F. KASUS ANEMIA
Dari berbagai banyak klasifikasi atau golongan dari anemia maka sesuai dengan
bahan ini, saya mengangkut kasus mengenai anemia defisiensi besi(Fe).
An. Samson, seorang anak laki-laki berusia 5 tahun dibawa ke dokter dengan
keluhan pucat. Menurut anamnesis dari ibu, anaknya terlihat pucat sejak 2 bulan yang
lalu. Keluhan lain yang menyertai adalah demam yang tidak terlalu tinggi, perut mual, dan
susah makan. Sejak kecil Samson memang tidak suka makan daging. Kata guru TK-nya,
saat mengikuti pelajaran Samson sering tertidur di kelas. Pada pemeriksaan fisik
didapatkan konjungtiva pucat, bising jantung, tidak didapatkan hepatomegali ataupun
splenomegali. Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan Hb 8,0 g/dL. Dokter
memberikan tablet tambah darah untuk Samson.
Pasien dalam kasus menderita anemia akibat defisiensi besi, padahal tingkat
kebutuhan besi (Fe) meningkat dalam masa pertumbuhan. Akibat kurangnya asupan zat
gizi berupa besi yang penting dalam proses hemopoiesis ini menimbulkan konsekuensi
berbagai gejala klinis yang dialami oleh pasien tersebut. Dalam laporan ini, penulis
membahas perbandingan berbagai jenis anemia, namun lebih fokus difokuskan kepada
anemia defisiensi besi.
a. Defisiensi Zat Besi
Adalah anemia yang disebabkan oleh kurangnya persediaan besi untk
eritropoiesis, karena cadangan besi kosong (depleted iron store) sehngga pembentukan
hemoglobin berkurang.
b. Etiologi
Anemia defisiensi besi secara umum dapat disebabkan oleh kekurangan asupan
besi, gangguan penyerapan besi, serta kehilangan besi akibat penyakit tertentu.

Penyebab spesifik yang terkait dengan 3 proses diatas adalah:

 Perdarahan menahun misalnya tukak peptic, menoragi, hematuria, hemoptisis,


infeksi cacing tambang
 Kurangnya jumlah besi dalam makanan
 Peningkatan kebutuhan besi yang tidak sesuai dengan asupan
 Gangguan absorbsi besi

c. Gejala Klinis
· Keadaan lemah, lesu, mual, dan muntah.
· Muka pucat, demam, dan aneroksia.
· Mata berkunang – kunang, serta telinga mendenging.
· Gejala khas yang dijumpai pada defisiensi besi dan tidak dijumpai pada anemia lain
yaitu:
1. Koilorikia : kuku menjadi rapuh, bergaris-garis vertical, dan cekung sehingga menjadi
sendok.
2. Atrofi papilla lidah : permukaan lidah menjadi licin dan mengilap karena papil lidah
menghilang.
3. Stomatitis angularis : adanya peradangan pada sudut mulut, sehingga tampak pada
bercak berwarna pucat keputihan.

Pada kasus diatas, pasien mengalami anemia, namun hasil pemeriksaan lebih
lanjut belum didapatkan, sehingga tipe anemia yang lebih spesifik belum diketahui.
Namun berdasarkan pemeriksaan hemoglobin, Hb 8 gr/dL menunjukkan bahwa
pasien memang mengalami anemia, karena pada anak-anak, Hb dibawah 11 g/dL
dikategorikan sebagai anemia. Untuk menentukan jenis anemia yang spesifik agar
penatalaksanaannya berjalan efektif perlu dilakukan serangkaian tes lain,seperti tes
laboratorium.
Hemoglobinisasi yang tidak adekuat menyebabkan central pallor di tengah eritrosit
berwarna pucat berlebihan yang lebih dari sepertiga diameternya, sehingga
menimbulkan keadaan pucat pada pasien. Sementara itu, besi dibutuhkan oleh enzim
untuk sintesis DNA dan enzim mieloperoksidase netrofil sehingga menurunkan imunitas
seluler. Akan tetapi, defisiensi besi juga menyebabkan berkurangnya penyediaan besi
pada bakteri sehingga menghambat pertumbuhan bakteri yang berakibat pada
ketahanan terhadap infeksi. Maka dari itu, timbul demam yang tidak terlalu tinggi.
Defisiensi besi dapat menyebabkan gangguan enzim aldehid oksidase sehingga
terjadi penumpukan serotonin yang merupakan pengontrol nafsu makan.
Hal ini mengakibatkan reseptor 5 HT meningkat, di usus halus menyebabkan
mual dan muntah. Selain itu, defisiensi besi juga dapat menyebabkan gangguan enzim
monoamino oksidase sehingga terjadi penumpukan katekolamin dalam otak. Hal inilah
yang menjadi sebab terjadinya keadaan mual dan sulit makan.

Selanjutnya, pasien sering tidur di kelas karena oksigen yang tersedia dalam
darah tidak cukup untuk menyuplai kebutuhan sel-sel otak, sehingga pasien mengantuk
dan sering tertidur. Sedangkan bising jantung disebabkan akibat kerja jantung yang
lebih kuat karena adanya gangguan oksigenasi jaringan.
Mekanisme peningkatkan kecepatan aliran darah inilah yang menimbulkan bising
jantung. Hepatomegali terjadi pada anemia hemolitik, akibat dari kerja hati yang lebih
keras dalam merombak eritrosit karena hemolisis yang tidak wajar. Sedangkan
splenomegali juga terjadi pada anemia hemolitik, dimana eritrosit yang rapuh melewati
kapiler yang sempit dalam limpa, sehingga pecah dan menyumbat kapiler limpa sehingga
terjadi pembesaran limpa. Tidak adanya hepatomegali dan splenomegali menunjukkan
bahwa pasien dalam kasus tidak mengalami anemia jenis hemolitik.

Seperti yang telah dikemukakan dalam kasus, pasien tidak suka makan daging.
Padahal, daging merupakan sumber zat besi sebagai pembentuk heme yang
absorpsinya tidak dihambat oleh bahan penghambat sehingga mempunyai
bioavailabilitas tinggi. Selain besi, daging juga mengandung zat gizi lain, misalnya asam
folat.
Protein daging lebih mudah diserap karena heme dalam hemoglobin dan
mioglobin tidak berubah sebagai hemin (bentuk feri dari heme). Kompleksnya nutrisi yang
terkandung dalam daging inilah yang menyebabkan pasien mengalami anemia,
walaupun yang paling dominan adalah akibat dari defisiensi besi.
Tablet tambah darah yang diberikan berisi besi dan asam folat, jadi sesuai terapi
anemia defisiensi besi yang dianjurkan. Selain itu, apabila pasien karena hal-hal tertentu
tidak dapat menggunakan terapi besi oral, maka terapi dapat diganti dengan terapi besi
parenteral. Terapi penunjang seperti diet juga diperlukan untuk menunjang keberhasilan
terapi.
Sehubungan dengan kasus tersebut maka tata laksana atau pengobatan yang
kita lakukan khusus anemia defisiensi zat gizi yaitu:
Tatalaksana dari anemia defisiensi besi meliputi tatalaksana kausa penyebab
anemia dan pemberian preparat pengganti besi (Iron replacement therapy)
ü Tatalaksana kausa
Merupakan terapi terhadap kondisi yang menyebabkan anemia misalnya
memberikan obat cacing pada pasien dengan infeksi cacing atau pembedahan pada
pasien hemmoroid.
ü Iron replacement therapy
Tujuan dari terapi ini adalah mengkoreksi nilai hemoglobin dan juga mengisi
cadangan besi tubuh secara permanen. Besi yang diberikan dapat melalui pemerian
oral atau pemberian parenteral.
ü Suplemen besi oral
Suplemen besi oral merupakan salah satu pilihan yang baik untuk mengganti
defisiensi besi karena harganya yang relatif murah dan mudah didapat. Terdapar
berbagai sediaan preparat besi oral seperti ferrous sulfas, ferrous fumarat, ferrous
lactate, dan lainnya namun demikian ferrous sulfat merupakan pilihan utama karena
murah dan cukup efektif.
Suplemen besi oral ini diberikan dengan dosis 300 mg/hari yang dapat dibagikan
menjadi beberapa kali makan. Dengan dosis suplementasi tersebut diharapkan terserap
50 mg/hari karena besi memang diserap dalam jumlah yang tidak banyak oleh sistem
pencernaan manusia. Besi yang diserap akan digunakan langsung untuk eritropoiesis,
hasilnya di hari ke 4-7 biasanya eritropoesis telah jauh meningkat dan memuncak pada
hari 8-12 setelah terapi dimulai.
Setelah terjadi penyerapan besi dalam jumlah besar di awal terapi tubuh akan
merespon dengan penurunan eritropoetin sehingga penyerapan di besi di usus
dikurangi, akibatnya kadar penyerapan tidak lagi sebesar sebelumnya. Tujuan yang
juga akan dicapai dari terapi ini adalah mengisi cadangan besi tubuh sebanyak 0,5-1 g
besi karena itu suplementasi ini diberikan selama 6-12 bulan untuk mengatasi asorbsi
usus yang telah menurun.
Edukasi kepada pasien tentang suplementasi besi merupakan salah satu
kewajiban dokter. Pasien diberikan informasi bahwa sebaiknya suplemen tersebut
dikonsumsi sebelum pasien makan karena akan meningkatkan absorbsinya.
Efek samping obat ini yaitu gangguan gastrointestinal juga perlu diberitahukan
kepada pasien. Penyebab kegagalan terapi besi oral antara lain gangguan absorbsi dan
kepatuhan minum obat pasien yang rendah. Jika defisiensi besi masih belum juga
tertangani dengan langkah-langkah tersebut dipikirkan untuk memberikan terapi besi
parenteral.

ü Terapi besi parenteral


Alur terapi ini sangat efektif karena tidak melalui sistem pencernaan dan
menghadapi masalah absorbsi, namun demikian risikonya lebih besar dan harganya
lebih mahal oleh karena itu hanya diindikasikan untuk kondisi tertentu saja misalnya
kepatuhan pasien yang sangat rendah. Preparat yang tersedia untuk terapi ini misalnya
Iron dextran complex (50 mg/mL). Pemberian terapi parenteral adalah melalui IV atau
IM.
PENCEGAHAN ANEMIA
Banyak jenis anemia tidak dapat dicegah. Namun, Anda dapat membantu
menghindari anemia kekurangan zat besi dan anemia kekurangan vitamin dengan
makan yang sehat, variasi makanan, termasuk:

1. Besi. Sumber terbaik zat besi adalah daging sapi dan daging lainnya. Makanan
lain yang kaya zat besi, termasuk kacang-kacangan, lentil, sereal kaya zat besi,
sayuran berdaun hijau tua, buah kering, selai kacang dan kacang-kacangan.
2. Folat. Gizi ini, dan bentuk sintetik, asam folat, dapat ditemukan di jus jeruk dan
buah-buahan, pisang, sayuran berdaun hijau tua, kacang polong dan dibentengi
roti, sereal dan pasta.
3. Vitamin B-12. Vitamin ini banyak dalam daging dan produk susu.
4. Vitamin C. Makanan yang mengandung vitamin C, seperti jeruk, melon dan beri,
membantu meningkatkan penyerapan zat besi.

Makan banyak makanan yang mengandung zat besi sangat penting bagi orang-
orang yang memiliki kebutuhan besi yang tinggi, seperti anak-anak - besi yang diperlukan
selama ledakan pertumbuhan - dan perempuan hamil dan menstruasi.

G. PENANGGULANGAN ANEMIA
Tindakan penting yang dilakukan untuk mencegah kekurangan besi antara lain :
1. Konseling untuk membantu memilih bahan makanan dengan kadar besi yang cukup
secara rutin pada usia remaja.
2. Meningkatkan konsumsi besi dari sumber hewani seperti daging, ikan, unggas, makanan
laut disertai minum sari buah yang mengandung vitamin C (asam askorbat) untuk
meningkatkan absorbsi besi dan menghindari atau mengurangi minum kopi, teh, teh es,
minuman ringan yang mengandung karbonat dan minum susu pada saat makan.
3. Suplementasi besi. Merupakan cara untuk menanggulangi ADB di daerah dengan
prevalensi tinggi. Pemberian suplementasi besi pada remaja dosis 1 mg/KgBB/hari.
4. Untuk meningkatkan absorbsi besi, sebaiknya suplementasi besi tidak diberi bersama
susu, kopi, teh, minuman ringan yang mengandung karbonat, multivitamin yang
mengandung phosphate dan kalsium.
5. Skrining anemia. Pemeriksaan hemoglobin dan hematokrit masih merupakan pilihan
untuk skrining anemia defisiensi besi .
H. PENGOBATAN ANEMIA

Pengobatan anemia tergantung pada penyebabnya:

1. Anemia kekurangan zat besi. Bentuk anemia ini diobati dengan suplemen zat besi,
yang mungkin Anda harus minum selama beberapa bulan atau lebih. Jika
penyebab kekurangan zat besi kehilangan darah - selain dari haid - sumber
perdarahan harus diketahui dan dihentikan. Hal ini mungkin melibatkan operasi.
2. Anemia kekurangan vitamin. Anemia pernisiosa diobati dengan suntikan - yang
seringkali suntikan seumur hidup - vitamin B-12. Anemia karena kekurangan asam
folat diobati dengan suplemen asam folat.
3. Anemia penyakit kronis. Tidak ada pengobatan khusus untuk anemia jenis ini.
Suplemen zat besi dan vitamin umumnya tidak membantu jenis anemia ini .
Namun, jika gejala menjadi parah, transfusi darah atau suntikan eritropoietin
sintetis, hormon yang biasanya dihasilkan oleh ginjal, dapat membantu
merangsang produksi sel darah merah dan mengurangi kelelahan.
4. Aplastic anemia. Pengobatan untuk anemia ini dapat mencakup transfusi darah
untuk meningkatkan kadar sel darah merah. Anda mungkin memerlukan
transplantasi sumsum tulang jika sumsum tulang Anda berpenyakit dan tidak
dapat membuat sel-sel darah sehat. Anda mungkin perlu obat penekan kekebalan
tubuh untuk mengurangi sistem kekebalan tubuh Anda dan memberikan
kesempatan sumsum tulang ditransplantasikan berespon untuk mulai berfungsi
lagi.
5. Anemia terkait dengan penyakit sumsum tulang. Pengobatan berbagai penyakit
dapat berkisar dari obat yang sederhana hingga kemoterapi untuk transplantasi
sumsum tulang.
6. Anemias hemolitik. Mengelola anemia hemolitik termasuk menghindari obat-
obatan tertentu, mengobati infeksi terkait dan menggunakan obat-obatan yang
menekan sistem kekebalan Anda, yang dapat menyerang sel-sel darah merah.
Pengobatan singkat dengan steroid, obat penekan kekebalan atau gamma
globulin dapat membantu menekan sistem kekebalan tubuh menyerang sel-sel
darah merah.
7. Sickle cell anemia. Pengobatan untuk anemia ini dapat mencakup pemberian
oksigen, obat menghilangkan rasa sakit, baik oral dan cairan infus untuk
mengurangi rasa sakit dan mencegah komplikasi. Dokter juga biasanya
menggunakan transfusi darah, suplemen asam folat dan antibiotik. Sebuah obat
kanker yang disebut hidroksiurea (Droxia, Hydrea) juga digunakan untuk
mengobati anemia sel sabit pada orang dewasa.

BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Ø Anemia (dalam bahasa Yunani: Tanpa darah) adalah keadaan saat jumlah sel darah
merah atau jumlah hemoglobin (protein pembawa oksigen) dalam sel darah merah
berada di bawah normal
Ø Penyebab Umum dari Anemia Yaitu: Kehilangan darah atau Perdarahan hebat,
Berkurangnya pembentukan sel darah merah, dan Gangguan produksi sel darah merah
.
Ø Tanda – tanda dari penyakit anemia yakni: Lesu, lemah , letih, lelah, lalai
(5L), Sering mengeluh pusing dan mata berkunang-kunang, dan konjungtiva pucat,
Gejala lebih lanjut adalah kelopak mata, bibir, lidah, kulit dan telapak tangan menjadi
pucat, serta Nyeri tulang, pada kasus yang lebih parah, anemia menyebabkan
tachikardi, dan pingsan.
Ø Untuk memenuhi definisi anemia, maka perlu ditetapkan batas hemoglobin atau
hematokrit yang dianggap sudah terjadi anemia. Batas tersebut sangat dipengaruhi oleh
usia,jenis kelamin,dan ketinggian tempat tinggal dari permukaan laut.
Ø Untuk kriteria anemia di klinik, rumah sakit,atau praktik klinik pada umumnya dinyatakan
anemia bila terdapat nilai sebagai berikut: Hb <10gr/dl, Hematokrit <30% ,
dan Eritrosit <2,8juta
Ø Kasus yang kami angkat dari materi ini ialah anem,ia akibat defesiensi zat besi.
B. SARAN
Demikianlah makalah yang telah kami susun mengenai anemia, yang meliputi
berbagai macam klasifikasinya.demi kesempurnaan makalah ini kami harapkan kritikan
serta saran yang membangun. Saran dari penulis kami harapkan agar pembaca dapat
memaknai makalah ini. Semoga dapat bermanfaat bagi kita semua.
DAFTAR PUSTAKA
http://innahalwayshereforyou.blogspot.com/2012/05/mak
alah-anemia.html
MAKALAH GIZI ANEMIA

TUGAS INDIVIDU

MAKALAH
“ANEMIA”

FITRIANI

70200113016

JURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

KATA PENGANTAR

Puji syukur kita ucapkan kehadirat Allah SWT karena berkat limpahan rahmat Nya penulis
dapat menyelesaikan tugas makalah ini dengan judul “ANEMIA”. Dalam makalah ini saya
merangkum seluk beluk penyakit anemia, penjelasan jurnal anemia yang berjudul Asupan Zat
Gizi, Status Gizi, Dan Status Anemia Pada Remaja Laki-Laki Pengguna Narkoba Di Lembaga
Pemasyarakatan Anak Pria Tangerang” sampai dengan ayat Al-qur’an yang berhubungan
dengan penyakit Anemia. Saya sangat menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini saya
memiliki banyak keterbatasan ,sehingga jika pembaca menemukan kekurangan atau kekeliruan
dengan hati terbuka penulis menerima salam dan kritik yang membangun.

Akhirnya, saya ucapkan selamat membaca,semoga kita dapat memanfaatkan makalah


ini bersama-sama, dengan dasar itikad yang baik untuk mengimplementasikannya dalam
memberikan pelayanan kepada masyarakat.
Samata, 27 Januari 2015

Penulis

FITRIANI

KESMAS A

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................. 1

DAFTAR ISI .......................................................................................................... 2

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG ............................................................................................... 3

B. RUMUSAN MASALAH ........................................................................................... 4

C. TUJUAN MASALAH .............................................................................................. 4

BAB II PEMBAHASAN

1. Pengertian Anemia ................................................................................................ 7

2. Klasifikasi dan gejala Anemia ................................................................................ 8

3. Etiologi Anemia ..................................................................................................... 12

4. Gambaran Pathway dan Phatofisiologi Anemia .................................................... 14

5. Pencegahan Penyakit Anemia dan metabolism fe ................................................ 16

6. Integrasi Ayat Al-qur’an yang berhubungan Anemia ............................................. 18

BAB III TINJAUAN KASUS

A. Tujuan dan Hasil penelitian jurnal ......................................................................... 20


B. Metode.................................................................................................................. 20

C. Penjelasan table 1,2,3 jurnal ................................................................................ 21

D. Kesimpulan jurnal ................................................................................................. 25

BAB IV PENUTUP

A. KESIMPULAN ....................................................................................................... 26

B. SARAN ................................................................................................................. 27

DAFTAR PUSTAKA

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Anemia (dalam bahasa Yunani: ἀναιμία anaimia, artinya kekurangan darah, from ἀν- an-
, "tidak ada" + αἷμα haima, "darah" ) adalah keadaan saat jumlah sel darah merah atau
jumlah hemoglobin (protein pembawa oksigen) dalam sel darah merah berada di bawah normal.
Sel darah merah mengandung hemoglobin yang memungkinkan mereka mengangkut oksigen
dariparu-paru, dan mengantarkannya ke seluruh bagian tubuh.

Remaja adalah aset negara karena merupakan generasi penerus bangsa. Sebagai
generasi penerus bangsa para remaja ini harus mempunyai kualitas yang baik, yaitu memiliki fisik
yang tangguh, mental yang kuat, dan kesehatan yang prima. Perubahan gaya hidup masyarakat
dewasa ini mengakibatkan adanya perubahan pada pergaulan di kalangan re-maja seperti
merokok, seks bebas, dan salah satunya yang masih menjadi masalah utama adalah
penyalahgunaan narkoba. Jumlah pecandu narkoba di Indonesia berdasarkan survey Badan
Narkotika Nasional (BNN) tahun 2008 adalah sebanyak 2% dari jumlah penduduk atau sekitar
3.3 juta orang. Sekitar 1.3 juta orang di antaranya adalah pelajar atau mahasiswa yang masih
digolongkan sebagai remaja. Data Direktorat Tindak Pidana Narkoba Maret 2012 menyebutkan
jumlah tersangka kasus narkoba berdasarkan jenis kelamin tahun 2011 adalah 173 286 orang
laki-laki dan 16 026 orang perempuan. Sementara itu, jumlah tersangka kasus narkoba pada
kelompok remaja tahun 2011 adalah 561 orang pada kelompok umur <16 tahun dan 9 635 orang
pada ke-lompok Anemia adalah penyakit darah yang sering ditemukan. Beberapa anemia
memiliki penyakit dasarnya. Anemia bisa diklasifikasikan berdasarkan bentuk atau morfologi sel
darah merah, etiologi yang mendasari, dan penampakan klinis. Penyebab anemia yang paling
sering adalah perdarahan yang berlebihan, rusaknya sel darah merah secara
berlebihanhemolisis atau kekurangan pembentukan sel darah merah ( hematopoiesis yang tidak
efektif).

Istilah anemia mengacu pada suatu kondisi dimana terdapat penurunan konsentrasi
hemoglobin, jumlah SDM sirkulasi, atau volume sel darah tanpa plasma hematokrit) dibandingkan
dengan nilai-nilai normal. Anemia biasanya dikategorikan menurut penyebab atau morfologi.
Untuk mengadopsi tipe anemia, kita harus menentukan mekanisme dasar dari penyakit tersebut.
Hamper semua anemia dapat dibagi ke dalam dua bentuk:

a. Yang disebabkan oleh kerusakan pembentukan SDM dan


b. Yang disebabkan oleh kehilangan atau kerusakan SDM berlebihan.
Karakteristik morfologi SDM biasanya digunakan dalam klasifikasi anemia. Istilah yang digunakan
termasuk ::

a. Normokrom/normositik: ukuran dan warna SDM normal diberikan oleh konsentrasi hemoglobin.
b. Mikrositik/hipokrom: penurunan ukuran dan warna SDM disebabkan oleh ketidakadekuatan
konsentrasi hemoglobin
c. Makrositik: SDM ukuran besar
d. Poikilositosis: variasi bentuk SDM
Perubahan pada ukuran SDM atau kandungan hemoglobin umum terjadi pada anemia
yang berhubungan dengan defisiensi besi, folat, atau vitamin B12. Bentuk sel memberikan
petunjuk bermanfaat dalam mendiagnosis abnormalitas membrane yang diwariskan, anemia
hemolitik, dan hemoglobinopatis.

Seorang pasien dikatakan anemia bila konsentrasi hemoglobin (Hb) nya kurang dari 13,5
g/dL atau hematokrit (Hct) kurang dari 41% pada laki-laki, dan konsentrasi Hb kurang dari 11,5
g/dL atau Hct kurang dari 36% pada perempuan.

Anemia adalah salah satu penyakit yang sering diderita masyarakat, baik anak-anak,
remaja usia subur, ibu hamil ataupun orang tua. Penyebabnya sangat beragam, dari yang karena
perdarahan, kekurangan zat besi, asam folat, vitamin B12, sampai kelainan hemolitik.

umur 16—19 tahun.

Anemia defisiensi dibedakan menjadi:

 Anemia defisiensi
 Anemia aplastic
 Anemia hemoragik
 Anemia hemolitik
Anemia hemolitik dibedakan menjadi:

 gangguan intakorpuskuler : kelainan struktur dinding eritrosit, defisiensi enzim,


hemoglobinopatia
 gangguan ektrakorpuskuler
Anemia post hemoragik bisa karena :

 kehilangan darah mendadak


 kehilangan darah menahun

B. RUMUSAN MASALAH

1. Apa pengertian penyakit Anemia ?


2. Bagaimana klasifikasi dan gejala penyakit Anemia ?
3. Bagaiamana etiologi peyakit Anemia ?
4. Bagaimana gambaran Pathway dan patofisiologi penyakit Anemia ?
5. Bagaimana pencegahan penyakit Anemia?
6. Ayat Integrasi ayat Al-Qur’an ?
C. Tujuan masalah

1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan penyakit Anemia


2. Untuk mengetahui klasifikasi dan gejala penyakit Anemia
3. Untuk mengetahui penyakit etiologi penyakit Anemia
4. Untuk mengetahui gambaran Pathway dan patofisiologi penyakit Anemia.
5. Untuk mengetahui pencegahan Anemia
6. Untuk mengetahui ayat Al-Qur’an tentang penyakit Anemia
BAB II

PEMBAHASAN

1. Pengertian Penyakit Anemia

Anemia adalah suatu kondisi dimana terjadi penurunan kadar hemoglobin (Hb) atau sel
darah merah (eritrosit) sehingga menyebabkan penurunan kapasitas sel darah merah dalam
membawa oksigen (Badan POM, 2011).

Anemia adalah penyakit kurang darah, yang ditandai dengan kadar hemoglobin Hb) dan
sel darah merah eritrosit) lebih rendah dibandingkan normal. Jika kadar hemoglobin kurang dari
14 g/dl dan eritrosit kurang dari 41% pada pria, maka pria tersebut dikatakan anemia. Demikian
pula pada wanita, wanita yang memiliki kadar hemoglobin kurang dari 12 g/dl dan eritrosit kurang
dari 37%, maka wanita itu dikatakan anemia. Anemia bukan merupakan penyakit melainkan
merupakan pencerminan keadaan suatu penyakit atau akibat gangguan fungsi tubuh. Secara
fisiologis anemia terjadi apabila terdapat kekurangan jumlah hemoglobin untuk mengangkut
oksigen ke jaringan.

Anemia didefinisikan sebagai penurunan volume eritrosit atau kadar Hb sampai di bawah
rentang nilai yang berlaku untuk orang sehat. Anemia adalah gejala dari kondisi yang mendasari,
seperti kehilangan komponen darah, elemen tidak adekuat atau kurang nutrisi yang dibutuhkan
untuk pembentukan sel darah, yang mengakibatkan penurunan kapasitas pengangkut oksigen
darah dan ada banyak tipe anemia dengan beragam penyebabnya. (Marilyn E, Doenges, Jakarta,
2002)

Anemia adalah keadaan dimana jumlah sel darah merah atau konsentrasi hemoglobin
turun dibawah normal.(Wong, 2003)

2. KLASIFIKASI ANEMIA
Klasifikasi berdasarkan pendekatan fisiologis:
a. Anemia hipoproliferatif, yaitu anemia defisiensi jumlash sel darah merah disebabkan oleh defek
produksi sel darah merah, meliputi:
1. Anemia aplastik
Penyebab:
 Agen neoplastik/sitoplastik
 Terapi radiasi
 Antibiotic tertentu
 Obat anti konvulsan, tyroid, senyawa emas, fenilbutosan
 Benzene
Infeksi virus (khususnya hepatitis)

Penurunan jumlah sel eritropoitin (sel induk) di sumsum tulang

Kelainan sel induk (gangguan pembelahan , replikasi, deferensiasi)


Hambatan humoral/seluler

Gangguan sel induk di sumsum tulang

Jumlah sel darah merah yang dihasilkan tak memadai

PANSITOPENIA

Anmemia aplastik

Gejala-gelaja
 Gejala anemia secara umum (pucat, lemah, dll)
 Defisiensi trombosit: ekimosis, petekia, epitaksis, perdarahan saluran cerna, perdarahan
saluran kemih, perdarahan susunan saraf pusat.
 Morfologis : anemia normositik normokromik
2. Anemia pada ginjal
Gejala-gejala:
 Nitrogen urea darah (BUN) lebih dari 10 mg/dl
 Hematokrit turun 20-30%
 Sel darah merah tampak normal pada apusan darah tepi
Penyebabnya adalah menurunnya ketahanan hidup sel darah merah maupun defisiensi
eritopotin
3. Anemia pada penyakit kronis
Berbagai penyakit inflamasi kronis yang berhubungan dengan anemia jenis normostik
normokromik (sel darah merah dengan ukuran warna yang normal). Kelainan ini meliputi
artristik rematoid , abses paru, osteomilitis, tuberkolosis, dan berbagai keganasan.
4. Anemia defisiensi besi
Penyebab :
 Asupan besi tidak adekuat, kebutuhan meningkat selama hamil, menstruasi
 Gangguan absorbsi (post gastrektomi)
 Kehilangan darah yang menetap (neoplasma, polip, gastritis, varises oesophagus, hemoroid)

gangguan eritropoesis

Absorbsi besi dari usus kurang

sel darah merah sedikit (jumlah kurang)
sel darah merah miskin hemoglobin

Anemia defisiensi besi
Gejala-gejalanya:
 Atropi papilla lidah
 Lidah pucat, merah, meradang
 Stomatitis angularis, sakit di sudut mulut
 Morfologi: anemia mikrositik hipokromik
5. Anemia megaloblastik
Penyebab:

 Defisiensi defisiensi vitamin B12 dan defisiensi asam folat


 Malnutrisi, malabsorbsi, penurunan intrinsik faktor
 Infeksi parasit, penyakit usus dan keganasan, agen kemoterapeutik, infeksi cacing pita, makan
ikan segar yang terinfeksi, pecandu alkohol.

Sintesis DNA terganggu

Gangguan maturasi inti sel darah merah

Megaloblas (eritroblas yang besar)

Eritrosit immatur dan hipofungsi

6. Anemia hemolitika, yaitu anemia defisiensi jumlah sel darah merah disebabkan oleh destruksi
sel darah merah:
 Pengaruh obat-obatan tertentu
 Penyakit Hookin, limfosarkoma, mieloma multiple, leukemia limfositik kronik
 Defisiensi glukosa 6 fosfat dihidrigenase
 Proses autoimun
 Reaksi transfusi
Malaria

Mutasi sel eritrosit/perubahan pada sel eritrosit

Antigesn pada eritrosit berubah

Dianggap benda asing oleh tubuh



sel darah merah dihancurkan oleh limposit

Anemia hemolisis
3. ETIOLOGI ANEMIA

1. Hemolisis (eritrosit mudah pecah)


2. Perdarahan
3. Penekanan sumsum tulang (misalnya oleh kanker)
4. Defisiensi nutrient (nutrisional anemia), meliputi defisiensi besi, folic acid, piridoksin, vitamin C
dan copper
Menurut Badan POM (2011), Penyebab anemia yaitu:

a. Kurang mengkonsumsi makanan yang mengandung zat besi, vitamin B12, asam folat, vitamin C,
dan unsur-unsur yang diperlukan untuk pembentukan sel darah merah.
b. Darah menstruasi yang berlebihan. Wanita yang sedang menstruasi rawan terkena anemia
karena kekurangan zat besi bila darah menstruasinya banyak dan dia tidak memiliki cukup
persediaan zat besi.
c. Kehamilan. Wanita yang hamil rawan terkena anemia karena janin menyerap zat besi dan vitamin
untuk pertumbuhannya.
d. Penyakit tertentu. Penyakit yang menyebabkan perdarahan terus-menerus di saluran pencernaan
seperti gastritis dan radang usus buntu dapat menyebabkan anemia.
e. Obat-obatan tertentu. Beberapa jenis obat dapat menyebabkan perdarahan lambung (aspirin, anti
infl amasi, dll). Obat lainnya dapat menyebabkan masalah dalam penyerapan zat besi dan vitamin
(antasid, pil KB, antiarthritis, dll).
f. Operasi pengambilan sebagian atau seluruh lambung (gastrektomi). Ini dapat menyebabkan
anemia karena tubuh kurang menyerap zat besi dan vitamin B12.
g. Penyakit radang kronis seperti lupus, arthritis rematik, penyakit ginjal, masalah pada kelenjar
tiroid, beberapa jenis kanker dan penyakit lainnya dapat menyebabkan anemia karena
mempengaruhi proses pembentukan sel darah merah.
h. Pada anak-anak, anemia dapat terjadi karena infeksi cacing tambang, malaria, atau disentri yang
menyebabkan kekurangan darah yang parah.

4. GAMBARAN PATHWAY dan PATHOFISIOLOGI ANEMIA

A. Gambaran Pathway (Patrick Davey, 2002)

PATHOFISIOLOGI
Timbulnya anemia mencerminkan adanya kegagalan sumsum atau kehilangan sel darah
merah secara berlebihan atau keduanya. Kegagalan sumsum dapat terjadi akibat kekurangan
nutrisi, pajanan toksik, invasi tumor atau kebanyakan akibat penyebab yang tidak diketahui. Sel
darah merah dapat hilang melalui perdarahan atau hemplisis (destruksi), hal ini dapat akibat
defek sel darah merah yang tidak sesuai dengan ketahanan sel darah merah yang menyebabkan
destruksi sel darah merah.

Lisis sel darah merah (disolusi) terjadi terutama dalam sel fagositik atau dalam system
retikuloendotelial, terutama dalam hati dan limpa. Hasil samping proses ini adalah bilirubin yang
akan memasuki aliran darah. Setiap kenaikan destruksi sel darah merah (hemolisis) segera
direfleksikan dengan peningkatan bilirubin plasma (konsentrasi normal ≤ 1 mg/dl, kadar diatas
1,5 mg/dl mengakibatkan ikterik pada sclera).

Apabila sel darah merah mengalami penghancuran dalam sirkulasi, (pada kelainan
hemplitik) maka hemoglobin akan muncul dalam plasma (hemoglobinemia). Apabila konsentrasi
plasmanya melebihi kapasitas haptoglobin plasma (protein pengikat untuk hemoglobin bebas)
untuk mengikat semuanya, hemoglobin akan berdifusi dalam glomerulus ginjal dan kedalam urin
(hemoglobinuria).

Kesimpulan mengenai apakah suatu anemia pada pasien disebabkan oleh penghancuran
sel darah merah atau produksi sel darah merah yang tidak mencukupi biasanya dapat diperleh
dengan dasar:1. hitung retikulosit dalam sirkulasi darah; 2. derajat proliferasi sel darah merah
muda dalam sumsum tulang dan cara pematangannya, seperti yang terlihat dalam biopsi; dan
ada tidaknya hiperbilirubinemia dan hemoglobinemia.

Anemia

viskositas darah menurun

resistensi aliran darah perifer

penurunan transport O2 ke jaringan


hipoksia, pucat, lemah

beban jantung meningkat

kerja jantung meningkat

payah jantung

5. Pencegahan Penyakit Anemia

Banyak jenis anemia tidak dapat dicegah. Tapi anda dapat membantu menghindari iron
deficiency anemia dan vitamin deficiency anemias dengan makanan sehat yang mengandung:

Zat besi

Dapat ditemukan pada daging. Jenis lain adalah kacang, sayuran berwana hijau gelap, buah
yang dikeringkan, dan lain-lain.
Folat

Dapat ditemukan pada jeruk, pisang, sayuran berwarna hijau gelap, kacang-kavangan, sereal
dan pasta.
Vitamin B-12

Vitamin ini banyak terdapat pada daging dan susu.

Vitamin C

Vitamin C membantu penyerapan zat besi. Makanan yang mengandung vitamin C antara lain
jeruk, melon dan buah beri. Makanan yang mengandung zat besi penting untuk mereka yang
membutuhkan zat besi tinggi seperti pada anak-anak, wanita menstruasi dan wanita hamil. Zat
besi yang cukup juga penting untuk bayi, vegetarian dan atlet.
Metabolisme Fe

Besi diabsorsi dalam usus halus (duodenum dan yeyenum) proksimal. Besi yang terkandung
dalam makanan ketika dalam lambung dibebaskan menjadi ion fero dengan bantuan asam
lambung (HCL). Kemudian masuk ke usus halus dirubah menjadi ion fero dengan pengaruh alkali,
kemudian ion fero diabsorpsi, sebagian disimpan sebagai senyawa feritin dan sebagian lagi
masuk keperedaran darah berikatan dengan protein (transferin) yang akan digunakan kembali
untuk sintesa hemoglobin. Sebagian dari transferin yang tidak terpakai disimpan sebagai labile
iron pool. Penyerapan ion fero dipermudah dengan adanya vitamin atau fruktosa, tetapi akan
terhambat dengan fosfat, oksalat, susu, antasid

6. Intergrasi Ayat Al-Qur’an

Terjemahan :

Sesungguhnya Allah hanya mengharamkan bagimu bangkai, darah, daging babi dan
binatang yang (ketika disembelih) disebut (nama) selain Allah. Tetapi barangsiapa dalam
keadaan terpaksa (memakannya) sedang ia tidak menginginkannya dan tidak (pula) melampaui
batas, maka tidak ada dosa baginya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang.

Ayat ini merujuk pada resipienatau penerima darah adalah orang yang benar-benar dalam
keadaan yang kritis. Dan kita juga dilarang untuk memperjual-belikan darah tersebut. Sedangkan
bagi si pendonor beliau mengutip salah satu hadits Nabi MuhammadSAW yang mengandung makna:
“Tidak boleh melakukan sesuatu yang membahayakan jiwa dan tidak boleh pula membahayakan
orang lain.” yang terakhir tentang siapa yangmemberikan rujukan, beliau mengutip Hadist Nabi yang
diriwayatkan Al-Bukhari yangmaknanya kurang lebih Rasulullah menyewa seorang penunjuk
jalan yang pada saat itumasih memeluk agama orang kafir quraisy. Ini berarti tidak mengapa jika
yangmemberikan rujukan adalah seorang dokter yang bukan seorang muslim jika memangtidak
ada dokter yang muslim. Kemajuan ilmu kedokteran saat ini nampaknya melupakan kontribusi
darisejumlah teks-teks agama, salah satunya adalah Quran dan Hadits. Pada sebuah
tulisandisebutkan mengenai deskripsi yang akurat tentang struktur anatomi, prosedur
bedah,karakteristik fisiologi dan pengobatan medis. Paper ini ditulis sebagai review atau
rangkumanuntuk menyajikan secara akurat kontribusi Al Quran dan Hadits dengan fokus khusus
padasistem jantung. Sistem jantung ini sangat erat kaitannya dengan sistem peredaran
darah.Mungkin penting untuk diketahui disini, bahwa kata " heart " dalam duniakedokteran berarti
jantung, bukan hati. Adapun "hati" dalam kedokteran adalah liver . Karenaitu kata qalb dalam
bahasa Arab, diterjemahkan oleh penulis paper tersebut menjadi " heart" yang dalam bahasa
Indonesia berarti jantung.Mengenai sistem jantung, darah dan sirkulasinya, terdapat sebuah ayat
Al Quran yangmenyatakan bahwa

BAB III

TINJAUAN KASUS

JURNAL “ASUPAN ZAT GIZI, STATUS GIZI, DAN STATUS ANEMIA PADA REMAJA LAKI-
LAKI PENGGUNA NARKOBA DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN ANAK PRIA TANGERANG”
ISSN 1978 - 1059Jurnal Gizi dan Pangan, Maret 2014, 9(1): 23—28
A. Tujuan dan Hasil penelitian jurnal

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis asupan energi dan zat gizi, status gizi,
dan status anemia remaja laki-laki pengguna narkoba di lembaga pemasyarakatan (LAPAS) anak
pria kelas IIA Kota Tangerang. Hasil analisis deskriptif menunjukkan tingkat kecukupan energi
(35.0%) dan protein (27.5%) subjek berada pada kategori defisit berat. Rata-rata energi dari
makanan yang disediakan LAPAS belum memenuhi kebutuhan subjek dalam sehari, sedangkan
rata-rata protein sudah cukup memenuhi kebutuhan subjek dalam sehari. Tingkat kecukupan zat
besi subjek berada pada kategori cukup (82.5%) dan tingkat kecukupan vitamin C subjek berada
pada kategori kurang (100.0%). Subjek berada dalam kategori status gizi normal (85.0%) dan
mengalami anemia (57.5%).

B. Metode

Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian

Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah cross sectional study. Penelitian ini dilaksa-
nakan di Lembaga Pemasyarakatan Anak Pria Kelas IIA, Kota Tangerang dan berlangsung
selama dua bulan, yaitu dari bulan Juni—Juli 2013.

Jumlah dan Cara Penarikan Subjek

Subjek adalah remaja laki-laki pengguna narkoba. Kriteria inklusi subjek adalah dipenjara karena
memakai narkoba, minimal berada dalam lembaga pemasyarakatan selama tiga bulan, dalam
keadaan sehat, tidak memiliki penyakit kronis, dan bersedia dijadikan subjek penelitian. Jumlah
subjek sebanyak 40 orang dan dipilih secara purposive.

Jenis dan Cara Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah primer dan sekunder. Data primer yaitu
karakteristik subjek yang diperoleh dengan cara wawancara langsung dengan alat bantu
kuesioner. Data frekuensi konsumsi pangan dikumpulkan menggunakan kuesioner Food
Frequency. Data konsumsi makanan dan minuman subjek diperoleh dengan cara menimbang
(food weighing) dan wawancara menggunakan kuesioner Food Recall. Data ketersediaan
makanan dan minuman diperoleh dengan cara menimbang (food weighing). Data berat badan
dan tinggi badan diperoleh melalui pengukuran menggunakan timbangan injak dan microtoise.
Data status anemia diperoleh melalui pengukuran menggunakan metode Cyanmethemoglobin.
Pengolahan dan Analisis Data

Data status gizi dikelompokkan menggunakan Indeks Massa Tubuh menurut umur (IMT/U) berdasar-
kan Kemenkes (2010) untuk remaja 15—18 tahun sedangkan untuk remaja 19—20 tahun menggunakan
IMT berdasarkan WHO (2004). Kriteria anemia menurut WHO (2001) untuk remaja laki-laki adalah <13
g/dl.

C. TABEL 1,2,3 Pada Jurnal

Rata-rata Asupan dan Tingkat Kecukupan Energi dan Zat Gizi

Energi & Zat Gizi Rata-rata Asupan Rata-rata %AKG

Energi 1 959 ± 584 kkal 79.0%

Protein 51 ± 16.2 g 84.0%

Zat Besi 18 ± 6.7 mg 137.0%

Vitamin C 20 ± 14.1 mg 24.0%

Tabel 1 menunjukkan rata-rata asupan energi dan zat gizi subjek dan persentase AKG subjek.
Rata-rata asupan energi subjek baru memenuhi 79.0% kebutuhan subjek sehari, sedangkan rata-rata
asupan protein subjek sedikit lebih tinggi yaitu memenuhi 84.0% kebutuhan subjek sehari. Rata-rata
asupan zat besi subjek cukup tinggi yaitu memenuhi 137.0% kebutuhan subjek. Berbeda jauh dengan rata-
rata asupan zat besi, rata-rata asupan vitamin C subjek hanya memenuhi 24.0% kebutuhan subjek. Hal ini
menunjukkan bahwa asupan energi dan protein subjek belum cukup memenuhi kebutuhannya. Hal ini
sejalan dengan hasil penelitian Dwiningsih dan Pramono (2013) yang menyatakan bahwa rata-rata asupan
energi dan protein remaja masih tergolong dalam kategori kurang. Asupan zat besi subjek sudah cukup
memenuhi kebutuhannya, dan asupan vitamin C subjek sangat kurang memenuhi kebutuhannya. Tingkat
kecukupan energi dan zat gizi diukur dengan cara membandingkan konsumsi energi dan zat gizi subjek
dengan kebutuhan energi dan zat gizi subjek.

TABEL 2 Sebaran Subjek berdasarkan Tingkat Kecukupan Energi dan Protein

Tingkat Energi Protein

Kecukupan n % n %
Defisit Berat 14 35.0 13 27.5

Defisit sedang 10 20.0 6 17.5

Defisit ringan 3 12.5 8 20.0

Normal 12 30.0 7 17.5

Total 40 100 40 100

Tabel 2 menunjukkan sebaran subjek berdasarkan tingkat kecukupan energi dan protein. Tingkat
kecukupan energi subjek mayoritas berada pada kategori defisit berat (35.0%). Tingkat kecukupan protein
subjek pun mayoritas berada pada kategori defisit berat (27.5%). Tingkat kecukupan zat besi subjek
mayoritas berada pada kategori cukup sebesar 82.5%. Sebaliknya, tingkat kecukupan vitamin C subjek
semuanya (100.0%) berada pada kategori kurang. Sebagian besar tingkat kecukupan energi dan protein
subjek yang mengalami defisit berat ini diduga karena makanan yang disediakan oleh LAPAS tidak
dikonsumsi sama sekali ataupun hanya separuh. Rasa dan kualitas bahan makanan yang kurang diduga
menjadi faktor utama penyebabnya. Tingkat kecukupan zat besi yang mayoritas termasuk dalam kategori
cukup ini diduga karena subjek sering dan banyak mengonsumsi pangan yang menjadi sumber zat besi.
Tingkat kecukupan vitamin C yang semuanya berada pada kategori kurang diduga ka-rena subjek hanya
mengonsumsi buah pisang yang kurang mengandung vitamin C. Sayuran yang disediakan oleh LAPAS
banyak yang mengandung vitamin C tinggi seperti kol, namun mayoritas subjek tidak mengonsumsi
sayuran tersebut karena rasa yang kurang. Rosidi dan Sulistyowati (2012), menyatakan kurangnya
mengonsumsi sayuran dapat mengakibatkan kekurangan salah satu atau lebih vitamin dan mineral.

TABEL 3 Rata-rata Energi dan Zat Gizi yang tersedia dan Tingkat Ketersediaan Makanan yang Disajikan
oleh LAPAS

Energi & zat gizi Rata-rata Rata-rata % AKG


Energi 1973 ± 40 kkal 78.0%

Protein 55.8 ± 4.5 g 92.0%

Zat Besi 22.8 ± 3.5 mg 172.0%

Vitamin C 39.2 ± 3.5 mg 47.0%


Tabel 3 juga menunjukkan rata-rata energi dan zat gizi dari makanan dan minuman yang disajikan
oleh LAPAS dan perbandingannya dengan AKG subjek. Rata-rata energi hanya memenuhi 78.0% ke-
butuhan subjek dalam sehari, sedangkan rata-rata protein memenuhi 92.0% kebutuhan subjek dalam
sehari. Rata-rata zat besi cukup tinggi yaitu memenuhi 172.0% kebutuhan subjek. Berbeda jauh dengan
rata-rata zat besi, rata-rata vitamin C hanya memenuhi 47.0% kebutuhan subjek. Hal ini menunjukkan
bahwa energi dari makanan dan minuman yang disajikan oleh LAPAS belum cukup memenuhi kebutuhan
subjek, sedangkan protein sudah cukup memenuhi kebutuhan subjek. Jika dilihat dari kebutuhan subjek,
zat besi dari makanan dan minuman yang disajikan oleh LAPAS memenuhi lebih dari kebutuhan subjek,
sedangkan vitamin C masih kurang memenuhi kebutuhan subjek.

D. Kesimpulan Jurnal

Asupan energi dan protein subjek belum cukup memenuhi kebutuhan subjek dalam
sehari. Asupan zat besi subjek sudah cukup memenuhi kebutuhan subjek, sedangkan asupan
vitamin C subjek sangat kurang memenuhi kebutuhan subjek. Tingkat kecukupan energi dan
protein subjek mayoritas berada pada kategori defisit berat. Tingkat kecukupan zat besi subjek
mayoritas berada pada kategori cukup dan tingkat kecukupan vitamin C subjek semuanya berada
pada kategori kurang. Rata-rata tingkat ketersediaan energi dari makanan LAPAS belum
mencukupi kebutuhan subjek, sedangkan rata-rata tingkat ketersediaan protein sudah memenuhi
kebutuhan subjek. Sebagian besar subjek berada dalam kategori status gizi normal dan sebagian
besar subjek pun mengalami anemia.

BAB IV
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Anemia (dalam bahasa Yunani: ἀναιμία anaimia, artinya kekurangan darah, from ἀν- an-
, "tidak ada" + αἷμα haima, "darah" ) adalah keadaan saat jumlah sel darah merah atau
jumlah hemoglobin (protein pembawa oksigen) dalam sel darah merah berada di bawah normal.
Sel darah merah mengandung hemoglobin yang memungkinkan mereka mengangkut oksigen
dariparu-paru, dan mengantarkannya ke seluruh bagian tubuh.

Anemia adalah penyakit darah yang sering ditemukan. Beberapa anemia memiliki
penyakit dasarnya. Anemia bisa diklasifikasikan berdasarkan bentuk atau morfologi sel darah
merah, etiologi yang mendasari, dan penampakan klinis. Penyebab anemia yang paling sering
adalah perdarahan yang berlebihan, rusaknya sel darah merah secara berlebihanhemolisis atau
kekurangan pembentukan sel darah merah ( hematopoiesis yang tidak efektif).

Asupan energi dan protein subjek belum cukup memenuhi kebutuhan subjek dalam
sehari. Asupan zat besi subjek sudah cukup memenuhi kebutuhan subjek, sedangkan asupan
vitamin C subjek sangat kurang memenuhi kebutuhan subjek. Tingkat kecukupan energi dan
protein subjek mayoritas berada pada kategori defisit berat. Tingkat kecukupan zat besi subjek
mayoritas berada pada kategori cukup dan tingkat kecukupan vitamin C subjek semuanya berada
pada kategori kurang. Rata-rata tingkat ketersediaan energi dari makanan LAPAS belum
mencukupi kebutuhan subjek, sedangkan rata-rata tingkat ketersediaan protein sudah memenuhi
kebutuhan subjek. Sebagian besar subjek berada dalam kategori status gizi normal dan sebagian
besar subjek pun mengalami anemia.

B. SARAN

Berdasarkan hasil kesimpulan diatas, maka disarankan :

Makanan LAPAS seharusnya mencukupi kebutuhan subjek, energi dan protein harus
seimbang dalam makanan di LAPAS untuk pengguna narkoba agar kebutuhan energi dan protein
tercukupi.
DAFTAR PUSTAKA

Arisman,MB.2010.Gizi Dalam Daur Kehidupan.Jakarta:Buku Kedokteran EGC

Atikah P, Erna K. 2011. Ilmu Gizi untuk Keperawatan dan Gizi Kesehatan. Yogyakarta: Muha
Medika.

Indra, wulandari yettik. 2013. Prinsip Prinsip Dasar Ahli Gizi. Jakarta Timur: Dunia cerdas

Widyastuti,Agustin,Hardiyanto.(Peneterjemah).2008.GiziKesehatan Masyarakat.Jakarta:
Dewi, Pujiastuti N, Ibnu Fajar. 2013. Ilmu Gizi untuk praktisi kesehatan. Yogyakarta: Graha Ilmu
Ruko Jambusari No.7 A

Utami Wahyuningsih1*, Ali Khomsan1, dan Karina Rahmadia Ekawidyani1. 2014. Asupan Zat
Gizi, Status Gizi, Dan Status Anemia Pada Remaja Laki-Laki Pengguna Narkoba Di Lembaga
Pemasyarakatan Anak Pria Tangera. Vol 9 number 1 Maret 2014 diambil dari
http://journal.ipb.ac.id/index.php/jgizipangan/article/view/8259 (27 November 2014)

http://vityup.blogspot.co.id/2015/01/makalah-gizi-anemia.html
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Anemia adalah kumpulan gejala yang ditandai dengan kulit dan membran mukosa pucat, dan
pada test laboratorium didapatkan Hitung Hemoglobin (Hb), Hematokrit (Hm), dan eritrosit
kurang dari normal. Rendahnya kadar hemoglobin itu mempengaruhi kemampuan darah
menghantarkan oksigen yang dibutuhkan untuk metabolisme tubuh yang optimal.
Anemia adalah penurunan kuantitas atau kualitas sel-sel darah merah dalam sirkulasi, yang
dapat disebabkan oleh gangguan pembentukan sel darah merah, peningkatan kehilangan sel darah
merah melalui perdarahan kronik atau mendadak, atau lisis (destruksi) sel darah merah yang
berlebihan (Elizabeth Corwin, 2002).
Dimana insidennya 30% pada setiap individu di seluruh dunia. Prevalensi terutama tinggi di
negara berkembang karena faktor defisiensi diet dan atau kehilangan darah akibat infeksi parasit
gastrointestinal.
Umumnya anemia asemtomatid pada kadar hemoglobin diatas 10 gr/dl, tetapi sudah dapat
menyebabkan gangguan penampilan fisik dan mental. Bahaya anemia yang sangat parah bisa
mengakibatkan kerusakan jantung, otak dan organ tubuh lain, bahkan dapat menyebabkan
kematian.
Sel darah merah mengandung hemoglobin yang memungkinkan mereka mengangkut oksigen
dari paru-paru, dan mengantarkannya ke seluruh bagian tubuh. Anemia menyebabkan
berkurangnya jumlah sel darah merah atau jumlah hemoglobin dalam sel darah merah, sehingga
darah tidak dapat mengangkut oksigen dalam jumlah sesuai yang diperlukan tubuh.
Anemia bukan suatu penyakit tertentu, tetapi cerminan perubahan patofisiologik yang mendasar
yang diuraikan melalui anamnesis yang seksama, pemeriksaan fisik, dan konfirmasi laboratorium
(Baldy, 2006).
Anemia merupakan masalah medik yang paling sering dijumpai di klinik di seluruh dunia,
disamping berbagai masalah kesehatan utama masyarakat, terutama di negara berkembang, yang
mempunyai dampak besar terhadap kesejahteraan sosial dan ekonomi, serta kesehatan fisik (Bakta,
2006).
Masyarakat Indonesia masih belum sepenuhnya menyadari pentingnya zat gizi, karena itu
prevalensi anemia di Indonesia sekarang ini masih cukup tinggi, terutama anemia defisiensi nutrisi
seperti besi, asam folat, atau vitamin B12. Setelah menentukan diagnosis terjadinya anemia, maka
selanjutnya perlu disimpulkan tipe anemia itu sendiri. Penatalaksanaan anemia yang tepat sesuai
dengan etiologi dan klasifikasinya dapat mempercepat pemulihan kondisi pasien.

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Anemia
Anemia (dalam bahasa Yunani: Tanpa darah) adalah keadaan saat jumlah sel darah merah
atau jumlah hemoglobin (protein pembawa oksigen) dalam sel darah merah berada di bawah
normal. Anemia adalah berkurangnya hingga dibawah nilai normal eritrosit, kuantitas hemoglobin,
dan volume packed red blood cell (hematokrit) per 100 ml darah.
Anemia Gizi adalah kekurangan kadar haemoglobin (Hb) dalam darah yang disebabkan
karena kekurangan zat gizi yang diperlukan untuk pembentukan Hb.Anemia terjadi karena kadar
hemoglobin (Hb) dalam darah merah sangat kurang. Di Indonesia sebagian besar anemia ini
disebabkan karena kekurangan zat besi (Fe) hingga disebut Anemia Kekurangan Zat Besi atau
Anemia Gizi Besi.

B. Penyebab Anemia
Penyebab Umum dari Anemia:
 Kehilangan darah atau Perdarahan hebat seperti:
Perdarahan Akut (mendadak), Kecelakaan, Pembedahan, Persalinan, Pecah pembuluh darah,
perdarahan Kronik (menahun), Perdarahan menstruasi yang sangat banyak, serta hemofilia.
 Berkurangnya pembentukan sel darah merah seperti:
Defesiensi zat besi,defesiensi vitamin B12, defesiensi asam folat,dan Penyakit kronik.
 Gangguan produksi sel darah merah seperti:
Ketidaksanggupan sumsum tulang belakang membentuk sel-sel darah.

C. Klasifikasi Anemia
Ada 2 penggolongan Anemia yaitu:
1. Berdasarkan Morfologinya:
a). Anemia Mikrositik Hipokrom
- Anemia Defisiensi Zat besi: Adalah Anemia defisiensi besi adalah anemia yang disebabkan oleh
kurangnya persediaan besi untk eritropoiesis, karena cadangan besi kosong (depleted iron store)
sehngga pembentukan hemoglobin berkurang.
- Anemia Penyakit Kronik: Adalah anemia pada penyakit ini merupakan jenis anemia terbanyak
kedua setelah anemia defisiensi yang dapat ditemukan pada orang dewasa di Amerika Serikat.

b). Anemia Makrositik


- Defisiensi vitamin B12: Adalah Anemia yang diakibatkan oleh karena kekurangan vitamin B12
dikenal dengan nama anemia pernisiosa.
- Defisiensi Asam folat: Adalah bahan esensial untuk sintesis DNA dan RNA. Jumlah asam folat
dalam tubuh berkisar 6-10 mg, dengan kebutuhan perhari 50mg. Asam folat dapat diperoleh dari
hati, ginjal, sayur hijau, ragi. Asam folat sendiri diserap dalam duodenum dan yeyenum bagian
atas, terikat pada protein plasma secara lemah dan disimpan didalam hati. Tanpa adanya asupan
folat, persediaan folat biasanya akan habis kira-kira dalam waktu 4 bulan.

c). Normositik Normokron


- Anemia karena perdarahan: Adalah Perdarahan yang banyak saat trauma baik di dalam maupun di
luar tubuh akan menyebabkan anemia dalam waktu yang relatif singkat. Perdarahan dalam jumlah
banyak biasanya terjadi pada maag khronis yang menyebabkan perlukaan pada dinding lambung.
Serta pada wanita yang sedang mengalami menstruasi dan post partus.

2. Berdasarkan beratnya:
a). Anemia aplastik
Adalah anemia yang disebabkan oleh ketidaksanggupan sumsum tulang belakang membentuk
sel darah merah.
b). Anemia Hemolitik
Adalah anemia yang disebabkan oleh proses hemolisis, yaitu pemecahan eritrosit dalam
pembuluh darah sebelum waktunya.

D. Tanda dan Akibat Anemia


 Tanda – tanda dari penyakit anemia yakni:
a. Lesu, lemah , letih, lelah, lalai (5L).
b. Sering mengeluh pusing dan mata berkunang-kunang, dan konjungtiva pucat.
c. Gejala lebih lanjut adalah kelopak mata, bibir, lidah, kulit dan telapak tangan menjadi pucat.
d. Nyeri tulang, pada kasus yang lebih parah, anemia menyebabkan tachikardi, dan pingsan.

1. Akibat dari penyakit anemia yakni:


a. Anak-anak:
-Menurunkan kemampuan dan konsentrasi belajar.
-Menghambat pertumbuhan fisik dan perkembangan kecerdasan otak.
-Meningkatkan risiko menderita penyakit infeksi karena system imun menurun.

b. Wanita:
-Anemia akan menurunkan daya tahan tubuh sehingga mudah sakit.
-Menurunkan produktivitas kerja.
-Menurunkan kebugaran.

c. Remaja putri:
-Menurunkan kemampuan dan konsentrasi belajar.
-Mengganggu pertumbuhan sehingga tinggi badan tidak mencapai optimal.
-Menurunkan kemampuan fisik olahragawati.
-Mengakibatkan muka pucat.

d. Ibu hamil:
-Menimbulkan perdarahan sebelum atau saat persalinan.
-Meningkatkan risiko melahirkan Bayi dengan Berat Lahir Rendah atau BBLR (<2,5 kg).
-Pada anemia berat, bahkan dapat menyebabkan kematian ibu dan/atau bayinya.

E. Kriteria Anemia
Untuk memenuhi definisi anemia, maka perlu ditetapkan batas hemoglobin atau hematokrit
yang dianggap sudah terjadi anemia. Batas tersebut sangat dipengaruhi oleh usia,jenis kelamin,dan
ketinggian tempat tinggal dari permukaan laut.
Batasan yang umum dipengaruhi adalah kriteria WHO pada tahun 1968.Dinyatakan sebagai
anemia bila tedapat nilai dengan criteria sebagai berikut:
Untuk kriteria anemia di klinik, rumah sakit,atau praktik klinik pada umumnya dinyatakan
anemia bila
No Jenis kelamin/ usia Kadar hemoglobin
terdapat nilai
sebagai 1 laki-laki Hb <13gr/dl

berikut. 2 perempuan dewasa tidak hamil Hb <12gr/dl

1. 3 Perempuan Hb <11gr/dl

Hb < 10gr/dl 4 Anak usia 6-14 tahun Hb <12gr/dl

2. 5 Anak usia 6 bulan-6 tahun Hb <11gr/dl

Hematokrit < 30%


3. Eritrosit < 2,8 juta

F. Kasus Anemia
Dari berbagai banyak klasifikasi atau golongan dari anemia maka sesuai dengan bahan ini, saya
mengangkut kasus mengenai anemia defisiensi besi (Fe).
An. Samson, seorang anak laki-laki berusia 5 tahun dibawa ke dokter dengan keluhan pucat.
Menurut anamnesis dari ibu, anaknya terlihat pucat sejak 2 bulan yang lalu. Keluhan lain yang
menyertai adalah demam yang tidak terlalu tinggi, perut mual, dan susah makan. Sejak kecil
Samson memang tidak suka makan daging. Kata guru TK-nya, saat mengikuti pelajaran Samson
sering tertidur di kelas. Pada pemeriksaan fisik didapatkan konjungtiva pucat, bising jantung,
tidak didapatkan hepatomegali ataupun splenomegali. Pada pemeriksaan laboratorium
didapatkan Hb 8,0 g/dL. Dokter memberikan tablet tambah darah untuk Samson.
Pasien dalam kasus menderita anemia akibat defisiensi besi, padahal tingkat kebutuhan besi
(Fe) meningkat dalam masa pertumbuhan. Akibat kurangnya asupan zat gizi berupa besi yang
penting dalam proses hemopoiesis ini menimbulkan konsekuensi berbagai gejala klinis yang
dialami oleh pasien tersebut. Dalam laporan ini, penulis membahas perbandingan berbagai jenis
anemia, namun lebih fokus difokuskan kepada anemia defisiensi besi.
a. Defisiensi Zat Besi
Adalah anemia yang disebabkan oleh kurangnya persediaan besi untk eritropoiesis, karena
cadangan besi kosong (depleted iron store) sehingga pembentukan hemoglobin berkurang.
b. Etiologi
Anemia defisiensi besi secara umum dapat disebabkan oleh kekurangan asupan besi,
gangguan penyerapan besi, serta kehilangan besi akibat penyakit tertentu.

Penyebab spesifik yang terkait dengan 3 proses diatas adalah:


 Perdarahan menahun misalnya tukak peptik, menoragi, hematuria, hemoptisis, infeksi cacing
tambang.
 Kurangnya jumlah besi dalam makanan.

 Peningkatan kebutuhan besi yang tidak sesuai dengan asupan.

 Gangguan absorbsi besi.

c. Gejala Klini
- Keadaan lemah, lesu, mual, dan muntah.
- Muka pucat, demam, dan aneroksia.
- Mata berkunang-kunang, serta telinga mendenging.

Gejala khas yang dijumpai pada defisiensi besi dan tidak dijumpai pada anemia lain yaitu:
1. Koilorikia: kuku menjadi rapuh, bergaris-garis vertical, dan cekung sehingga menjadi sendok.
2. Atrofi papilla lidah: permukaan lidah menjadi licin dan mengilap karena papil lidah menghilang.
3. Stomatitis angularis: adanya peradangan pada sudut mulut, sehingga tampak pada bercak
berwarna pucat keputihan.

Pada kasus diatas, pasien mengalami anemia, namun hasil pemeriksaan lebih lanjut belum
didapatkan, sehingga tipe anemia yang lebih spesifik belum diketahui.
Namun berdasarkan pemeriksaan hemoglobin, Hb 8 gr/dL menunjukkan bahwa pasien memang
mengalami anemia, karena pada anak-anak, Hb dibawah 11 g/dL dikategorikan sebagai anemia.
Untuk menentukan jenis anemia yang spesifik agar penatalaksanaannya berjalan efektif perlu
dilakukan serangkaian tes lain,seperti tes laboratorium.
Hemoglobinisasi yang tidak adekuat menyebabkan central pallor di tengah eritrosit berwarna
pucat berlebihan yang lebih dari sepertiga diameternya, sehingga menimbulkan keadaan pucat
pada pasien. Sementara itu, besi dibutuhkan oleh enzim untuk sintesis DNA dan enzim
mieloperoksidase netrofil sehingga menurunkan imunitas seluler. Akan tetapi, defisiensi besi juga
menyebabkan berkurangnya penyediaan besi pada bakteri sehingga menghambat pertumbuhan
bakteri yang berakibat pada ketahanan terhadap infeksi. Maka dari itu, timbul demam yang tidak
terlalu tinggi.
Defisiensi besi dapat menyebabkan gangguan enzim aldehid oksidase sehingga terjadi
penumpukan serotonin yang merupakan pengontrol nafsu makan.
Hal ini mengakibatkan reseptor 5 HT meningkat, di usus halus menyebabkan mual dan muntah.
Selain itu, defisiensi besi juga dapat menyebabkan gangguan enzim monoamino oksidase sehingga
terjadi penumpukan katekolamin dalam otak. Hal inilah yang menjadi sebab terjadinya keadaan
mual dan sulit makan.
Selanjutnya, pasien sering tidur di kelas karena oksigen yang tersedia dalam darah tidak cukup
untuk menyuplai kebutuhan sel-sel otak, sehingga pasien mengantuk dan sering tertidur.
Sedangkan bising jantung disebabkan akibat kerja jantung yang lebih kuat karena adanya
gangguan oksigenasi jaringan.
Mekanisme peningkatkan kecepatan aliran darah inilah yang menimbulkan bising jantung.
Hepatomegali terjadi pada anemia hemolitik, akibat dari kerja hati yang lebih keras dalam
merombak eritrosit karena hemolisis yang tidak wajar. Sedangkan splenomegali juga terjadi pada
anemia hemolitik, dimana eritrosit yang rapuh melewati kapiler yang sempit dalam limpa,
sehingga pecah dan menyumbat kapiler limpa sehingga terjadi pembesaran limpa. Tidak adanya
hepatomegali dan splenomegali menunjukkan bahwa pasien dalam kasus tidak mengalami anemia
jenis hemolitik.
Seperti yang telah dikemukakan dalam kasus, pasien tidak suka makan daging. Padahal, daging
merupakan sumber zat besi sebagai pembentuk heme yang absorpsinya tidak dihambat oleh bahan
penghambat sehingga mempunyai bioavailabilitas tinggi. Selain besi, daging juga mengandung zat
gizi lain, misalnya asam folat.
Protein daging lebih mudah diserap karena heme dalam hemoglobin dan mioglobin tidak
berubah sebagai hemin (bentuk feri dari heme). Kompleksnya nutrisi yang terkandung dalam
daging inilah yang menyebabkan pasien mengalami anemia, walaupun yang paling dominan
adalah akibat dari defisiensi besi.
Tablet tambah darah yang diberikan berisi besi dan asam folat, jadi sesuai terapi anemia
defisiensi besi yang dianjurkan. Selain itu, apabila pasien karena hal-hal tertentu tidak dapat
menggunakan terapi besi oral, maka terapi dapat diganti dengan terapi besi parenteral. Terapi
penunjang seperti diet juga diperlukan untuk menunjang keberhasilan terapi.
Sehubungan dengan kasus tersebut maka tata laksana atau pengobatan yang kita lakukan khusus
anemia defisiensi zat gizi yaitu:
Tatalaksana dari anemia defisiensi besi meliputi tatalaksana kausa penyebab anemia dan
pemberian preparat pengganti besi (Iron replacement therapy).
 Tatalaksana kausa
Merupakan terapi terhadap kondisi yang menyebabkan anemia misalnya memberikan obat
cacing pada pasien dengan infeksi cacing atau pembedahan pada pasien hemmoroid.
 Iron replacement therapy
Tujuan dari terapi ini adalah mengkoreksi nilai hemoglobin dan juga mengisi cadangan besi
tubuh secara permanen. Besi yang diberikan dapat melalui pemerian oral atau pemberian
parenteral.
 Suplemen besi oral
Suplemen besi oral merupakan salah satu pilihan yang baik untuk mengganti defisiensi besi
karena harganya yang relatif murah dan mudah didapat. Terdapar berbagai sediaan preparat besi
oral seperti ferrous sulfas, ferrous fumarat, ferrous lactate, dan lainnya namun demikian ferrous
sulfat merupakan pilihan utama karena murah dan cukup efektif.
Suplemen besi oral ini diberikan dengan dosis 300 mg/hari yang dapat dibagikan menjadi
beberapa kali makan. Dengan dosis suplementasi tersebut diharapkan terserap 50 mg/hari karena
besi memang diserap dalam jumlah yang tidak banyak oleh sistem pencernaan manusia. Besi yang
diserap akan digunakan langsung untuk eritropoiesis, hasilnya di hari ke 4-7 biasanya eritropoesis
telah jauh meningkat dan memuncak pada hari 8-12 setelah terapi dimulai.
Setelah terjadi penyerapan besi dalam jumlah besar di awal terapi tubuh akan merespon dengan
penurunan eritropoetin sehingga penyerapan di besi di usus dikurangi, akibatnya kadar penyerapan
tidak lagi sebesar sebelumnya. Tujuan yang juga akan dicapai dari terapi ini adalah mengisi
cadangan besi tubuh sebanyak 0,5-1 g besi karena itu suplementasi ini diberikan selama 6-12 bulan
untuk mengatasi asorbsi usus yang telah menurun.
Edukasi kepada pasien tentang suplementasi besi merupakan salah satu kewajiban dokter.
Pasien diberikan informasi bahwa sebaiknya suplemen tersebut dikonsumsi sebelum pasien makan
karena akan meningkatkan absorbsinya.
Efek samping obat ini yaitu gangguan gastrointestinal juga perlu diberitahukan kepada pasien.
Penyebab kegagalan terapi besi oral antara lain gangguan absorbsi dan kepatuhan minum obat
pasien yang rendah. Jika defisiensi besi masih belum juga tertangani dengan langkah-langkah
tersebut dipikirkan untuk memberikan terapi besi parenteral.
 Terapi besi parenteral
Alur terapi ini sangat efektif karena tidak melalui sistem pencernaan dan menghadapi masalah
absorbsi, namun demikian risikonya lebih besar dan harganya lebih mahal oleh karena itu hanya
diindikasikan untuk kondisi tertentu saja misalnya kepatuhan pasien yang sangat rendah. Preparat
yang tersedia untuk terapi ini misalnya Iron dextran complex (50 mg/mL). Pemberian terapi
parenteral adalah melalui IV atau IM.

G. Pencegahan Anemia
Banyak jenis anemia tidak dapat dicegah. Namun, Anda dapat membantu menghindari anemia
kekurangan zat besi dan anemia kekurangan vitamin dengan makan yang sehat, variasi makanan,
termasuk:

1. Besi: Sumber terbaik zat besi adalah daging sapi dan daging lainnya. Makanan lain yang
kaya zat besi, termasuk kacang-kacangan, lentil, sereal kaya zat besi, sayuran berdaun hijau
tua, buah kering, selai kacang dan kacang-kacangan.
2. Folat. Gizi ini, dan bentuk sintetik, asam folat, dapat ditemukan di jus jeruk dan buah-
buahan, pisang, sayuran berdaun hijau tua, kacang polong dan dibentengi roti, sereal dan
pasta.
3. Vitamin B-12. Vitamin ini banyak dalam daging dan produk susu.
4. Vitamin C. Makanan yang mengandung vitamin C, seperti jeruk, melon dan beri,
membantu meningkatkan penyerapan zat besi.

Makan banyak makanan yang mengandung zat besi sangat penting bagi orang-orang yang
memiliki kebutuhan besi yang tinggi, seperti anak-anak , besi yang diperlukan selama ledakan
pertumbuhan - dan perempuan hamil dan menstruasi.

H. Penanggulangan Anemia
Tindakan penting yang dilakukan untuk mencegah kekurangan besi antara lain:
1. Konseling untuk membantu memilih bahan makanan dengan kadar besi yang cukup secara rutin
pada usia remaja.
2. Meningkatkan konsumsi besi dari sumber hewani seperti daging, ikan, unggas, makanan laut
disertai minum sari buah yang mengandung vitamin C (asam askorbat) untuk meningkatkan
absorbsi besi dan menghindari atau mengurangi minum kopi, teh, teh es, minuman ringan yang
mengandung karbonat dan minum susu pada saat makan.
3. Suplementasi besi. Merupakan cara untuk menanggulangi ADB di daerah dengan prevalensi
tinggi. Pemberian suplementasi besi pada remaja dosis 1 mg/KgBB/hari.
4. Untuk meningkatkan absorbsi besi, sebaiknya suplementasi besi tidak diberi bersama susu, kopi,
teh, minuman ringan yang mengandung karbonat, multivitamin yang mengandung phosphate dan
kalsium.
5. Skrining anemia. Pemeriksaan hemoglobin dan hematokrit masih merupakan pilihan untuk
skrining anemia defisiensi besi.

I. Pengobatan Anemia
Pengobatan anemia tergantung pada penyebabnya:
1. Anemia kekurangan zat besi. Bentuk anemia ini diobati dengan suplemen zat besi, yang mungkin
Anda harus minum selama beberapa bulan atau lebih. Jika penyebab kekurangan zat besi
kehilangan darah - selain dari haid - sumber perdarahan harus diketahui dan dihentikan. Hal ini
mungkin melibatkan operasi.

2. Anemia kekurangan vitamin. Anemia pernisiosa diobati dengan suntikan yang seringkali
suntikan seumur hidup, vitamin B-12. Anemia karena kekurangan asam folat diobati
dengan suplemen asam folat.
3. Anemia penyakit kronis. Tidak ada pengobatan khusus untuk anemia jenis ini. Suplemen
zat besi dan vitamin umumnya tidak membantu jenis anemia ini . Namun, jika gejala
menjadi parah, transfusi darah atau suntikan eritropoietin sintetis, hormon yang biasanya
dihasilkan oleh ginjal, dapat membantu merangsang produksi sel darah merah dan
mengurangi kelelahan.
4. Aplastic anemia. Pengobatan untuk anemia ini dapat mencakup transfusi darah untuk
meningkatkan kadar sel darah merah. Anda mungkin memerlukan transplantasi sumsum
tulang jika sumsum tulang Anda berpenyakit dan tidak dapat membuat sel-sel darah sehat.
Anda mungkin perlu obat penekan kekebalan tubuh untuk mengurangi sistem kekebalan
tubuh Anda dan memberikan kesempatan sumsum tulang ditransplantasikan berespon
untuk mulai berfungsi lagi.
5. Anemia terkait dengan penyakit sumsum tulang. Pengobatan berbagai penyakit dapat
berkisar dari obat yang sederhana hingga kemoterapi untuk transplantasi sumsum tulang.
6. Anemias hemolitik. Mengelola anemia hemolitik termasuk menghindari obat-obatan
tertentu, mengobati infeksi terkait dan menggunakan obat-obatan yang menekan sistem
kekebalan Anda, yang dapat menyerang sel-sel darah merah. Pengobatan singkat dengan
steroid, obat penekan kekebalan atau gamma globulin dapat membantu menekan sistem
kekebalan tubuh menyerang sel-sel darah merah.
7. Sickle cell anemia. Pengobatan untuk anemia ini dapat mencakup pemberian oksigen, obat
menghilangkan rasa sakit, baik oral dan cairan infus untuk mengurangi rasa sakit dan
mencegah komplikasi. Dokter juga biasanya menggunakan transfusi darah, suplemen asam
folat dan antibiotik. Sebuah obat kanker yang disebut hidroksiurea (Droxia, Hydrea) juga
digunakan untuk mengobati anemia sel sabit pada orang dewasa.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
 Anemia (dalam bahasa Yunani: Tanpa darah) adalah keadaan saat jumlah sel darah merah atau
jumlah hemoglobin (protein pembawa oksigen) dalam sel darah merah berada di bawah normal
 Penyebab Umum dari Anemia Yaitu: Kehilangan darah atau Perdarahan hebat, Berkurangnya
pembentukan sel darah merah, dan Gangguan produksi sel darah merah .
 Tanda – tanda dari penyakit anemia yakni: Lesu, lemah , letih, lelah, lalai (5L), Sering mengeluh
pusing dan mata berkunang-kunang, dan konjungtiva pucat, Gejala lebih lanjut adalah kelopak
mata, bibir, lidah, kulit dan telapak tangan menjadi pucat, serta Nyeri tulang, pada kasus yang
lebih parah, anemia menyebabkan tachikardi, dan pingsan.
 Untuk memenuhi definisi anemia, maka perlu ditetapkan batas hemoglobin atau hematokrit yang
dianggap sudah terjadi anemia. Batas tersebut sangat dipengaruhi oleh usia,jenis kelamin,dan
ketinggian tempat tinggal dari permukaan laut.
 Untuk kriteria anemia di klinik, rumah sakit,atau praktik klinik pada umumnya dinyatakan anemia
bila terdapat nilai sebagai berikut: Hb <10gr/dl, Hematokrit <30% , dan Eritrosit <2,8juta
 Kasus yang kami angkat dari materi ini ialah anem,ia akibat defesiensi zat besi.

B. Saran
Demikianlah makalah yang telah kami susun mengenai anemia, yang meliputi berbagai macam
klasifikasinya.demi kesempurnaan makalah ini kami harapkan kritikan serta saran yang
membangun. Saran dari penulis kami harapkan agar pembaca dapat memaknai makalah ini.
Semoga dapat bermanfaat bagi kita semua.
http://ulfahdafauphe.blogspot.co.id/2014/02/makalah-anemia-gizi-besi.html

Anda mungkin juga menyukai