Anda di halaman 1dari 18

TABLE TOP BENCANA

GUNUNG MELETUS
Mata Kuliah: Keperawatan Bencana
Fasilitator : Dr. Yulis Setiya Dewi, S.Kep., Ns., M.Ng

Disusun Oleh :
KELOMPOK 3 (AJ1/B21)
1. Indarti (131811123009)
2. Piga D elila ihi (131811123034)
R
3. Umi Widowati Wakhidah (131811123043)
4. Ronaldi Paladiang (131811123050)
5. Anis L utfiani (131811123052)
6. Arifatul Mahmudah (131811123065)

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2019
KATA PENGANTAR 

1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Di Indonesia dapat ditemui banyak sekali gunung berapi yang aktif. Hal
ini disebabkan karena Indonesia terletak pada pertemuan lempeng
tektonik Eurasia dan Indo-Australia (Badan Nasional Penanggulangan
Bencana, 2010). Akibat dari tubrukan kedua lempeng tersebut
mengakibatkan
 banyak terbentuknya gunung berapi di Jawa bagian selatan dan di Sumatera
 bagian barat. Salah satu gunung yang terbentuk di daerah pertemuan lempeng
tersebut dan masih aktif adalah Gunung Merapi yang terletak di Jawa bagian
selatan tepatnya terletak di Magelang, Klaten dan Boyolali Propinsi Jawa
Tengah dan Kabupaten Sleman Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta
(Anonim, 2014).
Gunung Merapi merupakan jenis gunung api basaltic andesitic. Gunung
ini merupakan gunung api strato karena letusannya yang bersifat efusif.
Karena itu gunung ini memiliki bawah permukaan yang berlapis. Gunung ini
masih terus beraktivitas hingga saat ini (Anonim, 2014). Untuk memantau
aktivitas kegempaan vulkanik Gunung Merapi terdapat beberapa stasiun
seismik yang dipasang, antara lain : stasiun Deles, Plawangan, Pusung
London, dan Klatakan. Selain aktivitas kegempaan vulkanik gempa tektonik 
 jauh yang disebabkan oleh tumbukan lempeng dapat terekam oleh seismograf yang
terdapat di stasiun seismik Gunung Merapi (Badan Nasional
Penanggulangan Bencana, 2010).
Oleh karena sering terjadinya peningkatan aktivitas gunung berapi di
Indonesia, maka Indonesia sering menjadi lahan nikmat terjadinya suatu
 bencana alam yang menimbulkan korban jiwa, harta dan benda (Ferry, 2007).
Maka dengan tugas ini akan dibahas mengenai bagaimana manajemen
 bencana gunung meletus dari pra bencana gunung meletus hingga pasca
 bencana gunung meletus. Selain itu dalam makalah ini penulis juga akan
memberikan gambaran yang jelas mengenai keadaan saat terjadi bencana
gunung meletus, serta untuk meminimalisasi kerugian akibat bencana
meletusnya Gunung Merapi baik secara material maupun nonmaterial (Badan
 Nasional Penanggulangan Bencana, 2010).

Tujuan Umum
Meningkatkan pengetahuan masyarakat (public awareness) dalam
menghadapi serta mengurangi dampak/resiko bencana, sehingga
masyarakat dapat hidup dan bekerja dengan aman (safe).

Tujuan Khusus

1. Untuk pemenuhan tugas mata kuliah keperawatan bencana


2. Untuk mengetahui mengenai konsep bencana gunung meletus
3. Untuk mengetahui manajemen bencana gunung meletus dari pra
 bencana gunung meletus hingga pasca bencana gunung meletus.
2.1.1 Tahapan Manajemen Bencana

1. Kegiatan Pra Bencana Gunung Meletus


a. Kegiatan Pencegahan Bencana
Adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk mengurangi
atau menghilangkan risiko bencana, baik melalui pengurangan ancaman
 bencana maupun kerentanan pihak yang terancam bencana. Kegiatan
 pencegahan bencana meliputi :
1) Pembuatan peta rawan bencana : Jenis ancaman
 bahaya
2) Pengembangan peraturan-peraturan : Standar  
 pelayanan kesehatan
3) Penyebarluasan informasi : Masalah kesehatan yang
dapat terjadi dan Peraturan, anjuran untuk petugas dan masyarakat
Upaya untuk mencegah/mengurangi dampak yang ditimbulkan
akibat suatu bencana dilakukan dengan beberapa pendekatan:
1) Pendekatan Teknis yang dilakukan untuk mengurangi bencana
contohnya :
a) Membuat rancangan/desain yang kokoh dari bangunan sehingga
tahan terhadap gempa.
 b) Membuat material yang tahan terhadap bencana
c) Membuat rancangan teknis pengaman (tanggul banjir, tanggul
lumpur, tanggul tangki)
2) Pendekatan manusia untuk membentuk manusia agar paham dan
sadar tentang bahaya bencana. Perilaku dan cara hidup manusia
harus dapat diperbaiki dan disesuaikan dengan kondisi lingkungan
dan potensi bencana.
3) Pendekatan Administratif 
a) Penyusunan tata ruang dan tata lahan yang memprihitungkan
aspek risiko bencana.
 b) Sistem perijinan dengan memasukkan aspek analisa risiko
 bencana.
c) Mengembangkan program pembinaan dan pelatihan bencana di
seluruh tingkat masyarakat dan lembaga pendidikan.
d) Menyiapkan prosedur tanggap darurat dan organisasi tanggap
darurat di setiap organisasi (pemerintah, industri berisiko tinggi)
4) Pendekatan Kultural
a) Ada anggapan Bencana adalah takdir sehingga harus diterima
apa adanya
 b) Pemerintah mengembangkan budaya dan tradisi lokal
untuk membangun kesadaran akan bencana.
 b. Kegiatan Mitigasi
Merupakan serangkaian upaya untuk mengurangi risiko bencana, baik melalui

pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan


kemampuan menghadapi ancaman bencana (PP No. 21 tahun 2008).
Kegiatan tersebut meliputi:
a. Pembangunan dan rehabilitasi fisik (RS, Puskesmas, gudang obat)
 b. Pengadaan sarana kesehatan (ambulans)
c. Pengadaan alkes, obat dan bahan habis pakai
d. Penetapan lokasi pembangunan sarana kesehatan di daerah aman
e. Pengaturan jalur evakuasi di setiap sarana kesehatan
f. Jaminan asuransi
c. Kegiatan Kesiapsiagaan
Merupakan serangkaian yang dilakukan untuk mengantisipasi
 bencana melalui pengorganisasian serta langkah yang tepat dan
 berdaya guna. Kegiatan kesiapsiagaan meliputi :
a. Penyiapan sarana dan prasarana kesehatan (alkes, obat)
 b. Penyiapan dana operasional
c. Pembentukan tim reaksi cepat
d. Penyebarluasan informasi
1) Masalah kesehatan akibat bencana
2) Usaha-usaha yang harus diambil oleh individu, keluarga dan
masyarakat korban
3) Bagaimana menolong warga masyarakat lain
4) Bagaimana bertahan dengan perlindungan atau peralatan dan
 bahan yang ada sebelum bantuan dating.
Persiapan dalam menghadapi letusan gunung api yaitu:
a. Mengenali tanda-tanda bencana, karakter gunung api dan ancaman-
ancamannya.
 b. Membuat peta ancaman, mengenali daerah ancaman, daerah aman
c. Membuat sistem peringatan dini
d. Mengembangkan Radio komunitas untuk penyebarluasan
informasi status gunung api
e. Mencermati dan memahami Peta Kawasan Rawan gunung api yang
diterbitkan oleh instansi berwenang
f. Membuat perencanaan penanganan bencana
g. Mempersiapkan jalur dan tempat pengungsian yang sudah siap
dengan bahan kebutuhan dasar (air, jamban, makanan, pertolongan
 pertama) jika diperlukan
h. Mempersiapkan kebutuhan dasar dan dokumen penting
i. Memantau informasi yang diberikan oleh Pos Pengamatan gunung
api (dikoordinasi oleh Direktorat Vulkanologi dan Mitigasi
Bencana Geologi). Pos pengamatan gunung api biasanya
mengkomunikasikan perkembangan status gunung api lewat radio
komunikasi. (IDEP, 2007)
2. Kegiatan Saat Terjadi Bencana
Mencakup kegiatan tanggap
darurat untuk meringankan
 penderitaan sementara, seperti
kegiatan Search And Rescue (SAR),
 bantuan darurat dan pengungsian.
Kegiatan saat terjadi bencana yang
dilakukan segera pada saat kejadian
 bencana, untuk menanggulangi
dampak yang ditimbulkan, terutama
 berupa penyelamatan korban dan
harta benda, evakuasi dan
 pengungsian, akan mendapatkan perhatian penuh baik dari pemerintah
 bersama swasta maupun masyarakatnya. Pada saat terjadinya bencana
 biasanya begitu banyak pihak yang menaruh perhatian dan mengulurkan
tangan memberikan bantuan tenaga, moril maupun material.
a. Keadaan Darurat
Adalah situasi/kondisi kehidupan atau kesejahteraan individu manusia atau
masyarakat akan terancam, apabila tidak dilakukan yang tepat dan segera,
sekaligus menuntut tanggapan dan cara penanganan yang luar biasa (diluar 
 prosedur rutin/standar).
 b. Manajemen Kedaruratan
Adalah seluruh kegiatan yang meliputi aspek perencanaan dan
 penanggulangan kedaruratan, pada menjelang, saat dan segera setelah
terjadi keadaan darurat. Manajemen kedaruratan ini mencakup :
1) Siaga darurat
2) Tanggap darurat, kegiatannya :
a) Manajemen dan koordinasi
- Mendirikan Posko
- Membuat tim reaksi cepat
 b) Perlindungan, penerimaan dan pendataan
- Evakuasi korban yang masih hidup dan meninggal
- Memberikan pertolongan dan perlindungan korban selamat di
tempat penampungan
- Mendata dan mencatat korban
c) Pangan dan nutrisi
- Tahap awal : pemberian makanan siap santap
- Mendirikan dapur umum
Pemberian jatah makan per keluarga yang disesuaikan
makanan pokok setempat
d) Logistik dan transportasi
- Pengumpulan, pengadaan, penyimpanan dan penyaluran bantuan
logistik 
- Menyiapkan gudang dan sarana transportasi termasuk BBM
e) Penampungan sementara
- Ditempatkan bangunan gedung yang aman : sekolah, gudang,
kantor, lapangan dengan mendirikan tenda-tenda
- Air bersih
Penyediaan air bersih untuk mandi, cuci, masak; sumber air dari
sungai/sumur/air tanah/mata air 
f) Sanitasi lingkungan
- Penyediaan sarana MCK 
- Pengelolaan sampah (pengumpulan dan pembuangannya)
g) Pelayanan kesehatan
- Pemerintah menyediakan tenaga medis, alkes, dan obat-obatan
- Setiap korban bencana mendapat perawatan kesehatan gratis
- Pemberian imunisasi dan vaksin mencegah timbulnya penyakit
h) Pelayanan masyarakat
- Media : radio, televisi
- Informasi : penyuluhan, pertemuan warga
i) Pendidikan
- Menyediakan buku pelajaran, alat tulis
- Pelaksana Dinas Pendidikan
- Pemulihan darurat.
c. Tindakan saat terjadi letusan gunung api yang sebaiknya dilakukan yaitu:
1) Hindari daerah rawan
 bencana seperti lereng
gunung, lembah, aliran
sungai kering dan
daerah aliran lahar.
2) Hindari tempat terbuka,
lindungi diri dari abu letusan.
3) Masuk ruang lindung darurat bila terjadi awan panas.
4) Siapkan diri untuk kemungkinan bencana susulan.
5) Kenakan pakaian yang bisa melindungi tubuh, seperti baju lengan
 panjang, celana panjang, topi dan lainnya.
6) Melindungi mata dari debu - bila ada gunakan pelindung mata seperti
kacamata renang atau apapun yang bisa mencegah masuknya debu ke
dalam mata.
7) Jangan memakai lensa kontak.
8) Pakai masker atau kain untuk menutupi mulut dan hidung.
9) Saat turunnya abu gunung api usahakan untuk menutup wajah dengan
kedua belah tangan (IDEP, 2007).
d. Jalur Evakuasi
Penentuan jalur evakuasi dibuat berdasarkan analisis risiko bencana
gunung api, mulai dari aspek kerentanan, aspek kapasitas, hingga aspek ancaman
bencana gunung api. Menggunakan data administrasi yang
 bersumber dari BIG (Badan Informasi Geografis). Selain menggunakan
analisis dari aspek penyusun analisis risiko bencana, jalur evakuasi juga
disusun menggunakan metode Network analysis berdasarkan :
a. Jarak dan waktu tempuh lokasi.
 b. Topografi jalan
c. Ketersediaan sarana transportasi evakuasi
d. Fasilitas di sektor pengungsian
Bencana gunung api yang memungkinkan berisiko ke segala arah
dengan pusatnya gunung api, maka penentuan jalur evakuasi akan di bagi
 persektor, yaitu : sektor utara, sektor selatan, sektor barat, dan sektor timur.
3. Kegiatan Pasca Bencana
Mencakup kegiatan pemulihan, rehabilitasi, dan rekonstruksi. Kegiatan
 pada tahap pasca bencana, terjadi proses perbaikan kondisi masyarakat yang
terkena bencana, dengan memfungsikan kembali prasarana dan sarana pada
keadaan semula. Pada tahap ini yang perlu diperhatikan adalah bahwa
rehabilitasi dan rekonstruksi yang akan dilaksanakan harus memenuhi kaidah-
kaidah kebencanaan serta tidak hanya melakukan rehabilitasi fisik saja, tetapi
 juga perlu diperhatikan juga rehabilitasi psikis yang terjadi seperti ketakutan,
trauma atau depresi.
a. Kegiatan Pemulihan/ Rehabilitasi
Adalah perbaikan dan pemulihan semua aspek pelayanan publik atau
masyarakat sampai tingkat yang memadai pada wilayah pasca bencana
dengan sasaran utama untuk normalisasi atau berjalannya secara wajar semua
aspek pemerintahan dan kehidupan masyarakat pada wilayah pasca bencana.
1) Rehabilitasi sarana dan pra sarana
kesehatan inti
a) Perbaikan RS, Puskesmas, Pustu, Polindes
 b) Perbaikan alat transportasi : Pusling, Ambulans
c) Perbaikan lain di fasilitas kesehatan : aliran listrik, sarana air bersih
2) Pelayanan pemulihan kesehatan
korbn/pengungsi (rujukan, gizi, air bersih, kesling, P2M, Post Traumatic
Stress)
 b. Kegiatan Rekonstruksi
Adalah pembangunan kembali semua prasarana dan sarana, kelembagaan
 pada wilayah pasca bencana, baik pada tingkat pemerintahan maupun
masyarakat dengan sasaran utama tumbuh dan berkembangnya kegiatan
 perekonomian, sosial dan budaya, tegaknya hukum dan ketertiban, dan
 bangkitnya peran serta masyarakat dalam segala aspek kehidupan
 bermasyarakat pada wilayah pasca bencana.
1) Pembangunan kembali sarana dan prasarana kesehatan
2) Meningkatkan dan memantapkan rencana penanggulangan (UU No.

24/2007).
dakan Tin
sete lah terjadi letusan gunung api yang sebaiknya dilakukan yaitu:
a. Jauhi wilayah yang terkena hujan abu.
 b. Bersihkan atap dari timbunan abu karena beratnya bisa merusak atau
meruntuhkan atap bangunan.
c. Hindari mengendarai mobil di daerah yang terkena hujan abu sebab bisa
merusak mesin motor, rem, persneling dan pengapian
2.2 Penanggulangan Bencana Gunung Meletus
2.3.1 Penanggulangan Pra Bencana Gunung
Meletus
Beberapa persiapan yang harus dilakukan dalam menghadapi letusan
gunung api antara lain:
1. Mengenali tanda-tanda bencana, karakter gunung api dan ancaman-
ancamannya
2. Membuat peta ancaman, mengenali daerah ancaman, daerah aman
3. Membuat sistem peringatan dini
4. Mengembangkan Radio komunitas untuk penyebarluasan informasi status
gunung api
5. Mencermati dan memahami Peta Kawasan Rawan gunung api yang
diterbitkan oleh instansi berwenang
6. Membuat perencanaan penanganan bencana
7. Mempersiapkan jalur dan tempat pengungsian yang sudah siap dengan
 bahan kebutuhan dasar (air, jamban, makanan, pertolongan pertama) jika
diperlukan
8. Mempersiapkan kebutuhan dasar dan dokumen penting
9. Memantau informasi yang diberikan oleh Pos Pengamatan gunung api
(dikoordinasi oleh Direktorat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi).
Pos pengamatan gunung api biasanya mengkomunikasikan perkembangan

status gunung api lewat radio komunikasi (Depkes RI. 2007).

2.3.2 Penanggulangan Intra Bencana Gunung Meletus


Penanganan yang harus di lakukan pada saat terjadi gunung meletus atau
 bencana adalah :
1. Mengetahui lokasi bencana dari informasi yang di dapat, dan harus
memperhatikan hal-hal berikut:
a. Lengkapi semua informasi dan klasifikasi kebenaran berita
b. Bila benar berita di laporkan sesuai ketentuan (alur pelaporan) yaitu:
1) Fase 1. Tahapan Informasi Peringatan Dini: Pos pemantauan akan

mengirimkan informasi tentang peringatan dini atau bencana yang


akan atau telah terjadi pada Pemerintah Daerah.
2) Fase 2. Situasi Tahap Situasi Informasi: Pos Pemantauan akan
mengirim kemajuan situasi kepada pemerintah lokal dan
TNI/POLRI atau masyarakat.
3) Fase 3. Status Tanggap Darurat: Bupati akan menyatakan status
tanggap darurat dan menunjuk Komando Tanggap Darurat yang
akan menyiapkan dan membuat struktur komando dalam
memungkinkan rencana operasi oleh Rencana Kontinjensi.
4) Fase 4. Mobilisasi Sumber Daya: Perintah tanggap darurat melalui

Pos akan memobilisasi sumber daya ke lokasi bencana.


5) Fase 5. Pelaporan Kondisi Lapangan: Perintah akan melaporkan
kondisi lapangan tentang transportasi, akses evakuasi dan
 penyelamatan, camp pengungsi, kelompok rentan, kesehatan,
keamanan, ekonomi untuk perampasan status tanggap darurat. 
c. Berita distribusikan untuk kordinasi dengan unit kerja terkait (persiapan
tim)
d. Puskodalmet di bentuk (aktifkan organisasi kerangka/ organisasi tugas
yang sudah ditetapkan saat preparednees)
e. Sistem Komunikasi memegang peran penting.
2. Tugas pengendalian fasilitas dan logistik seperti :
a. Mampu mengetahui dan menyiapkan kebutuhan semua unit kerja
( fasilitas Puskodal, fasilitas dan logistik di lapangan)
 b. Menyiapkan dan berkoordinasi dgn sektor lain dalam penyiapan
kebutuhan korban (RS lapangan, shektering pengungsi, jamban, air 
 bersih, transportasi tim dan korban)
c. Mempu mengelola semua bantuan logistik dari hasil koordinasi atau
 bantuan Lokasi bencana tindakan yang harus di lakukan
1) Lakukan seleksi korban
2) Untuk memberikan prioritas pelayanan
3) Gunakan Label / Tag
4) Penyelamatan dan mengefaluasi korban maupun harta benda
5) Memenuhi kebutuhan dasar 
6) Penyelamatan, serta pemulihan sarana dan prasarana
7) Perlindungan
8) Pengurusan pengungsi (Depkes RI, 2007)
Hal-hal berikut ini sebaiknya dilakukan oleh setiap orang jika terjadi
letusan gunung api:
a. Hindari daerah rawan bencana seperti lereng gunung, lembah, aliran

sungai kering dan daerah aliran lahar Hindari


 b. tempat terbuka, lindungi diri d ari abu letusan
c. Masuk ruang lindung darurat
d. Siapkan diri untuk kemungkinan bencana susulan;
e. Kenakan pakaian yang bisa melindungi tubuh, seperti baju lengan
 panjang, celana panjang, topi dan lainnya;
f. Melindungi mata dari debu, bila ada gunakan pelindung mata seperti
kacamata renang atau apapun yang bisa mencegah masuknya debu ke
dalam mata;
g. Jangan memakai lensa kontak;
h. Pakai masker atau kain untuk menutupi mulut dan hidung;
i. Saat turunnya abu gunung api usahakan untuk menutup wajah dengan
kedua belah tangan (IDEP,2007).
2.3.3 Penanggulangan Pasca Bencana Gunung Meletus
Pasca bencana adalah periode/waktu/masa setelah tahap kegiatan
tanggap darurat terjadinya bencana. Sementara penanganan pasca bencana
adalah segala upaya dan kegiatan yang dilakukan meliputi kegiatan
 perbaikan fisik maupun non fisik yang dilakukan setelah terjadinya
 bencana/masa tanggap darurat, meliputi rehabilitasi dan rekontruksi sarana,
 prasarana, fasilitas umum yang rusak akibat bencana alam dalam upaya
 pemulihan kehidupan masyarakat.
1. Rehabilitasi
Dalam tahap rehabilitasi, upaya yang dilakukan adalah perbaikan fisik dan
non fisik serta pemberdayaan dan pengembalian harkat korban.
Sasaran utama tahap rehabilitasi adalah untuk memperbaiki pelayanan
masyarakat atau publik sampai pada tingkat memadai. Dalam tahap
rehabilitasi ini juga diupayakan penyelesaian berbagai permasalahan yang

terkait dengan aspek kejiwaan/ psikologis melalui penanganan trauma


korban bencana gunung meletus.
2. Rekontruksi
Upaya yang dilakukan pada tahap rekontruksi adalah pembangunan
kembali sarana, prasarana, serta fasilitas umum yang rusak akibat gunung
meletus dengan tujuan agar kehidupan masyarakat kembali berjalan
normal. Biasanya melibatkan semua masyarakat, perwakilan lembaga
swadaya masyarakat, dan dunia usaha. Sasaran utama tahap ini adalah
terbangunnya kembali masyarakat dan kawasan.
Pelaksanaan Rehabilitasi dan Rekontruksi wilayah pasca bencana

gunung meletus diprioritaskan kepada pemulihan perumahan dan


 pemukiman, sarana prasarana publik serta ekonomi masyarakat.
a. Sektor Perumahan
1) Memfasilitasi pengelolahan hunian sementara, hal ini diberikan pada
tahap rehabilitasi, ketika keadaan rumah masih dalam keadaan yang
tidak memungkinkan untuk dihuni. Tujuan hunian sementara ini juga
guna untuk dapat mengkoordinasi masyarakat yang menjadi korban
dengan baik sehingga komunikasi tidak terputus.
2) Memfasilitasi pengorganisasian pembersihan rumah dan lingkungan
serta pembenahan rumah yang terdampak oleh pemerintah
3) Pembuatan panduan dan prinsip mekanisme subsidi rumah dalam
 perencanaan
 b. Sektor Infrastruktur
1) Pembersihan jalan yang tertutup dengan abu akibat erupsi
2) Memfasilitasi rembug desa untuk pembangunan kembali jalan dan
 jembatan desa. Hal ini berkenaan juga dengan bantuan pemberian
 bantuan.
3) Memfasilitasi pengelolahan air bersih dan jamban untuk 
keberlanjutan hidup mereka dibagian rehabilitasi hunian sementara.
c. Sektor Sosial
Pada sektor sosial rehabilitasi dan rekontruksi ini bertujuan
untuk mengembalikan kembali kegiatan masyarakat yang berhubungan dengan
sosial seperti trauma, pendidikan, agama, dan sejenisnya.
1) Penyediaan trauma healing terlebih untuk psikis yang sempat
diperhatikan dan bantuan dari mahasiswa yang menyalurkan
rehabilitasi sosial.
2) Penyediaan layanan kesehatan umum dan fasilitas pemulihan dini
seperti bantuan tenda pustu, peralatan medis umum seperti aqades
dan kasa steril, betadine, sofratule, abocath, cairan infus, handscone,
alkohol 70% dsb dan obat obatan bagi korban yang terdampak.
3) Fasilitas bantuan pernyediaan makana tambahan untuk balita
sehingga kebutuhan makanan balita terpenuhi dan tidak terjangkit
 penyakit diare
4) Bantuan biaya dan peralatan sekolah untuk siswa SD SMP dan SMA
yang terdampak dan pemenuhan kebutuhan ruang kelas sementara.
5) Pemulihan kegiatan keagamaan dan revitalisasi kegiatan keagamaan
6) Revitalisasi sistem keamanan desa agar terkoordinasi dengan baik
7) Memberikan pembinaan dan pelatihan kepada msyarakat saat
terjadinya bencana.
d. Sektor Ekonomi
Kegiatan rehabilitasi dan rekontruksi sangat perlu diperhatiakan
ketika bencana gunung meletus terjadi maka kegiatan ekonomi para
 penduduk juga akan menghilang sementara waktu.
1) Program diversifikasi / alternatif usaha pertanian berupa bantuan
 pompa air padi, pompa air jagung, hand spryer padi dan jagunga
untuk permbersihan lahan yang tertutup abu.
2) Penyediaan bibit tanaman cepat panen untuk pengalihan kegiatan

 berkebun dari tanaman biasa menjadi tanaman cepat panen


3) Bantuan modal usaha untuk pedagang dan industri kecil menengah
 pada IKM melalui pelatihan dan fasilitasi bantuan investasi mesin /
 peralatan produksi.

PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Bencana alam adalah serangkaian peristiwa yang menjadi ancaman
stabilitas kehidupan manusia, baik yang disebabkan oleh alam atapun non
alam. Peristiwa vulkanisme sangat berhubungan dengan naiknya magma dari
dalam perut bumi. Aktivitas magma disebabkan oleh tingginya suhu magma
dan banyaknya gas yang terkandung di dalamnya. Tahapan manajemen
 bencana pada kondisi sebelum kejadian/pra bencana : kesiagaan, peringatan
dini, dan mitigasi. Penanganan pasca bencana adalah segala upaya dan kegiatan
yang dilakukan meliputi kegiatan perbaikan fisik maupun non fisik yang
dilakukan setelah terjadinya bencana/masa tanggap darurat, meliputi
rehabilitasi dan rekontruksi sarana, prasarana, fasilitas umum yang rusak akibat
 bencana alam dalam upaya pemulihan kehidupan masyarakat.

4.2 Saran
Sebaiknya di setiap gunung api yang masih aktif ada pos pengawasan
yang dilengkapi dengan alat-alat pemantauan yang akurat. Informasikan atau
komukasikan segala tanda bahaya yang diperoleh sedini mungkin kepada
masyarakat atau melalui kepala desa masing-masing. Buat sirene tanda bahaya
untuk mengingatkan penduduk untuk segera mengungsi bila keadaaan tambah
gawat. Pembuatan sungai yang khusus untuk aliran lahar dan membuat
tanggul yang kokoh untuk melindungi desa dari aliran lahar.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2014. Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2008 tentang


Penyelenggaraan Penaggulangan Bencana.

Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Dan Badan Koordinasi Nasional


Penanganan Bencana. 2006.  Rencana Aksi Nasional Pengurangan Risiko
 Bencana 2006-2009.
Badan Nasional Penanggulangan Bencana. 2010.  Buku Panduan Pengenalan
 Karakteristik Bencana Dan Upaya Mitigasinya di Indonesia.
Badan Nasional Penanggulangan Bencana. 2010.  Rencana Nasional 
 Penanggulangan Bencana 2010 – 2014.

Depkes RI. 2007. Pedoman Teknis Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat


Bencana. Jakarta : Depkes RI Bhakti Husada.

Ferry Efendi dan Makhfudli. 2009. Keperawatan Kesehatan Komunitas Teori dan


 Praktek dalam Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika
IDEP. 2007.  Penanggulangan Bencana Berbasis Masyarakat.  Bali: IDEP

Putri Cep Alam, et al. 2013. Upaya Rehabilitasi dan Rekonstruksi Wilayah Pasca
 Bencana Erupsi Gunung Merapi di Kecamatan Kemalang Kabupaten
 Klaten Provinsi Jawa Tengah. Journal of Public Policy and
Management Reveiw Universitas Diponegoro Vol 2 no 3.

Waluyo, dkk. 2008. Ilmu Pengetahuan Sosial Untuk SMP/MTS Kelas VII : Jakarta.
Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.

Anda mungkin juga menyukai