Anda di halaman 1dari 17

A.

Pengertian
LAPORAN PENDAHULUAN MELENA DI RUANG SA’AD IBNU ABI
WAQQASH RSI SUNAN KUDUS

Di susun Oleh :

HENDRI MURDIYASTUTI
82021040042

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KUDUS
2021
A. Pengertian

Melena (berak darah) adalah keadaan dimana feses hitam akibat diwarnai oleh darah
yang berubah (Dorland, 2011). Kejadian melena terjadi jika ada perdarahan di saluran cerna
bagian atas (upper gastrointestinal tract) dengan kehilangan darah lebih dari 60 ml
(Lipponcott Williams & Wilkins, 2011).
Kejadian melena adalah keadaan darurat di rumah sakit yang menimbulkan 8%-14%
kejadian meninggal dunia. Faktor terpenting tingginya angka kematian adalah kegagalan
untuk menilai keadaan klinis gawat dan kurang tepat diagnostik menentukan sumber
perdarahan (Almi, 2013).
Perdarahan disaluran cerna atas adalah kehilangan darah dalam lumen saluran cerna
mulai dari esofagus sampai duodenum (dengan batas anatomik di ligamentum treitz).
Perdarahan saluran cerna bagian bawah (SCBB) adalah kehilangan darah di sebelah bawah
ligamentum treitz.

B. Etiologi
Hematemesis terjadi bila ada perdarahan di daerah proksimal jejunum. Paling sedikit
terjadi perdarahan sebanyak 50-100 ml, baru dijumpai keadaan melena. Banyaknya darah
yang keluar selama hematemesis atau melena sulit dipakai sebagai patokan untuk menduga
besar kecilnya perdarahan saluran makan bagian atas. Hematemesis merupakan suatu
keadaan yang gawat dan memerlukan perawatan segera di rumah sakit. (Sjaifoellah Noer,
dkk, 1996) Etiologi dari Hematemesis adalah :
1. Kelainan esofagus : varise, esofagitis, keganasan.
2. Kelainan lambung dan duodenum: tukak lambung dan duodenum, keganasan dan
lain-lain.
3. Penyakit darah: leukemia, DIC (disseminated intravascular coagulation), purpura
trombositopenia dan lain-lain.
4. Penyakit sistemik lainnya: uremik, dan lain-lain.
5. Pemakaian obat-obatan yang ulserogenik: golongan salisilat, kortikosteroid, alkohol,
dan lain-lain.
Penting sekali menentukan penyebab dan tempat asal perdarahan saluran makan
bagian atas, karena terdapat perbedaan usaha penanggulangan setiap macam perdarahan
saluran makan bagian atas. Penyebab perdarahan saluran makan bagian atas yang terbanyak
dijumpai di Indonesia adalah pecahnya varises esofagus dengan rata-rata 45-50 % seluruh
perdarahan saluran makan bagian atas (Hilmy 1971: 58%).

C. Manifestasi Klinik
Menurut (Nurarif, Amin dkk. 2015) Gejala terjadi akibat perubahan morfologi dan
lebih menggambarkan beratnya kerusakan yang terjadi dari pada etiologinya. Didapatkan
gejala dan tanda sebagai berikut :
1. Gejala-gejala intestinal yang tidak khas seperti anoreksia, mual, muntah dan diare.
2. Demam, berat badan turun, lekas lelah.
3. Ascites, hidratonaks dan edemo.
4. Ikterus, kadang-kadang urin menjadi lebih tua warnanya atau kecoklatan.
5. Hematomegali, bila telah lanjut hati dapat mengecil karena fibrosis.Bila secara
klinis didapati adanya demam, ikterus dan asites, dimana demam bukan oleh
sebab-sebab lain, ditambahkan sirosis dalam keadaan aktif. Hati-hati akan
kemungkinan timbulnya prekoma dan koma hepatikum.
6. Kelainan pembuluh darah seperti kolateral-kolateral didinding,koput medusa,
wasir dan varises esofagus.
7. Kelainan endokrin yang merupakan tanda dari hiperestrogenisme yaitu:
Impotensi, atrosi testis, ginekomastia, hilangnya rambut axila dan pubis.
Amenore, hiperpigmentasi areola mamae, Eritema dan hiperpigmentasi.
8. Jari tabuh
D. Patofisiologi
1. Ulkus Peptikum
Ulkus peptikum terjadi terutama pada mukosa gastroduodenal karena jaringan ini tidak dapat
menahan kerja asam lambung pencernaan(asam hidroklorida) dan pepsin. Erosi yang terjadi
berkaitan dengan peningkatan konsentrasi dan kerja asam pepsin, atau berkenaan dengan
penurunan pertahanan normal dari mukosa. Mukosa yang rusak tidak dapat mensekresi
mucus yang cukup bertindak sebagai barier terhadap
asam klorida.
2. Sekresi lambung
Sekresi lambung terjadi pada tiga fase yang serupa ; (1) fase sefalik yaitu : fase yang dimulai
dengan rangsangan seperti pandangan, bau, atau rasa makanan yang bekerja pada reseptor
kortikal serebral yang pada gilirannya merangsang saraf vagal , (2) fase lambung, yaitu : pada
fase lambung dilepaskan asam lambung dilepaskan sebagai akibat dari rangsangan kimiawi
dan mekanis terhadap resptor di dinding lambung, dan (3) fase usus, yaitu makanan pada usus
halus menyebabkan pelepasan hormon (dianggap sebagai gastrin) yang pada waktunya akan
merangsang sekresi asam lambung.
3. Barier mukosa lambung
Merupakan pertahanan utama lambung terhadap pencernaan yang dilakukan lambung itu
sendiri. Faktor lain yang mempengaruhi pertahanan mukosa adalah suplai darah ,
keseimbangan asam basa,integritas sel mukosa dan regenersi sel epitel. Seseorang mungkin
akan mengalami ulkus peptikum karena satu dari dua faktor ini , yaitu;
(1)hipersekresi asam lambung
(2) kelemahan barier mukosa lambung.Apapun yang menurunkan produksi mucus lambung
atau merusak mukosa lambung adalah ulserogenik ; salisilat, obat anti inflamasi non
steroid, alcohol dan obat antiinflamasi.
4. Sindrom Zollinger-Ellison Sindrom ini diidentifikasi melalui temuan ; hipersekresi getah
lambung, ulkus duodenal, dan gastrinoma dalam pancreas.
6. Ulkus Stres Merupakan istilah yang diberikan pada ulserasi mukosal akut dari
duodenal atau area lambung yang terjadi setelah kejadian penuh stress secara
fisiologis. Kejadian stress misalnya ; luka bakar, syok, sepsis berat dan trauma organ
multipel.
E. Pathway

F. Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan tinjaMakroskopis dan mikroskopis, ph dan kadar gula jika diduga ada
intoleransigula, biakan kuman untuk mencari kuman penyebab dan uji resistensiterhadap
berbagai antibiotika (pada diare persisten).
Pemeriksaan darahDarah perifer lengkap, analisis gas darah dan elektrolit (terutama
Na,K,Cadan Potassium serum pada diare yang disertai kejang).
Pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin darah untuk mengetahui faal ginjal.
Duodenal intubation, untuk mengetahui kuman penyebab secara kuantitatifdan kualitatif
terutama pada diare kronik
G. Penatalaksanaan Medis
Pengobatan penderita perdarahan saluran makan bagian atas harus sedini mungkin
dan sebaiknya dirawat di rumah sakit untuk mendapatkan pengawasan dan pertolongan ang
lebih baik. Pengobatan meliputi: (Nurarif, Amin dkk. 2015) :
1. Tirah baring.
2. Diit makanan lunak.
3. Pemeriksaan Hb, Ht setiap 6 jam pemberian transfusi darah.
4. Pemberian transfusi darah bila terjadi perdarahan luas.
5. Pemberian cairan intravena untuk mencegah dehidrasi.
6. Pengawasan terhadap Tekanan darah, nadi dan kesadaran bila perlu
pasang CVP.
7. Pertahankan kadar Hb 50-70 % nilai normal.
8. Pemberian obat hemostatik seperti Vit K 4 x 10mg/ hr, antasida,
karbosokrom dan golongan H2 reseptor antagonis.
9. Dilakukan klisma dengan air biasa dan pemberian antibiotik yang
tidak diserap usus.

H. Pemeriksaan Diagnostik
1. Laboratorium
a. Darah : Hb menurun / rendah
b. SGOT, SGPT yang meningkat merupakan petunjuk kebocoran dari sel yang
mengalami kerusakan.
c. Albumin, kadar albumin yang merendah merupakan cerminan kemampuan sel hati
yang kurang.
d. Pemeriksaan kadar elektrolit penting dalam penggunaan diuretik dan pembatasan
garam dalam diet.
e. Peninggian kadar gula darah.
f. Pemeriksaan marker serologi pertanda ureus seperti HBSAg/HBSAB, HBeAg, dll
2. Radiologi
a. USG untuk melihat gambaran pembesaran hati, permukaan splenomegali, acites.
b. Esofogus untuk melihat perdarahan esofogus
c. Angiografi untuk pengukuran vena portal.

I. Pengkajian
a. Identitas pasien, meliputi : Nama, Umur (biasanya bisa usia muda maupun tua), Jenis
kelamin (bisa laki-laki maupun perempuan), Suku bangsa, Pekerjaan, Pendidikan,
Alamat, TanggalMRS, dan Diagnosa medis
b. Keluhan utamabiasanya keluhan utama kx adalah muntah darah atau berak darah yang
datangsecara tiba-tiba.
c. Riwayat kesehatan
1) Riwayat kesehatan sekarang keluhan utama pasien adalah muntah darah atau
berak darah yang datangsecara tiba-tiba.
2) Riwayat kesehatan dahulu
Biasanya pasien mempunyai riwayat penyakit hepatitis kronis,
sirosishepatitis, hepatoma, ulkus peptikum, kanker saluran pencernaan bagian
atas, riwayat penyakit darah (misal : DM), riwayat penggunaan
obatulserorgenik,kebiasaan / gaya hidup (alkoholisme, gaya hidup / kebiasaan
makan).
3) Riwayat kesehatan keluarga
Biasanya apabila salah satu anggota keluarganya mempunyai
kebiasaanmakan yang dapat memicu terjadinya hematemesis melena, maka dapat
mempengaruhi anggota keluarga yang lain
d. Pola-pola fungsi kesehatan
 
1. Pola perspsi dan tata laksana hidup sehat
Biasanya klien mempunyai kebiasaan alkoholisme, pengunaan obat-obatulserogenik
2. Pola nutrisi dan metabolisme
 Terjadi perubahan karena adanya keluhan pasien berupa mual, muntah,kembung, dan nafsu
makan menurun, dan intake nutrisi harus daam bentukmakanan yang lunak yang mudah
dicerna
3. Pola aktivitas dan latihan
 Gangguan aktivitas atau kebutuhan istirahat, kekurangan protein(hydroprotein) yang dapat
menyebabkan keluhan subjektif pada pasien berupa kelemahan otot dan kelelahan, sehingga
aktivitas sehari-hari termasuk pekerjaan harus dibatasi atau harus berhenti bekerja
4. Pola eliminasi
 Pola eliminasi mengalami gangguan,baik BAK maupun BAB. Pda BABterjadi konstipasi
atau diare. Perubahan warna feses menjadi hitam seperti petis, konsistensi pekat. Sedangkan
pada BAK, warna gelap dan konsistensi pekat.
5. Pola tidur dan istirahat
Terjadi perubahan tentang gambaran dirinya seperti badan menjadi kurus, perut membesar
karena ascites dan kulit mengering, bersisik agak kehitaman.
6. Pola hubungan peran
Dengan adanya perawatan yang lama makan akan terjadi hambatan dalammenjalankan
perannya seperti semula.
7. Pola reproduksi seksual
 Akan terjadi perbahan karena ketidakseimbangan hormon, androgen danestrogen, bila terjadi
pada lelaki (suami) dapat menyebabkan penurunanlibido dan impoten, bila terjadi pada
wanita (istri) menyebabkan gangguan pada siklus haid atau dapat terjadi aminore dan hal ini
tentu sajamempengaruhi pasien sebagai pasangan suami dan istri.
8. Pola penaggulangan stres
 Biasanya kx dengan koping stres yang baik, maka dapat mengatasimasalahnya namun
sebaliknya bagi kx yang tidak bagus kopingnya maka kxdapat destruktif lingkungan
sekitarnya.
9. Pola tata nilai dan kepercayaan
Pada pola ini tidak terjadi gangguan pada klien.

E. PEMERIKSAAN FISIK  
1. Keadaan umum
Keadaan umum klien Hematomesis melena akan terjadi ketidak seimbangannutrisi
akibat anoreksia, intoleran terhadap makanan / tidak dapat mencerna,mual, muntah,
kembung.
2. Sistem respirasi
Akan terjadi sesak, takipnea, pernafasan dangkal, bunyi nafas tambahanhipoksia,
ascites.
3. Sistem kardiovaskuler 
Riwayat perikarditis, penyakit jantung reumatik, kanker (malfungsi hati menimbulkan
gagal hati), distritnya, bunyi jantung (S3, S4).
4. Sistem gastrointestinal.
  Nyeri tekan abdomen / nyeri kuadran kanan atas, pruritus, neuritus perifer.
5. Sistem persyarafan
Penurunan kesadaran, perubahan mental, bingung halusinasi, koma, bicaralambat tak
jelas.
6. Sistem geniturianaria / eliminasi
Terjadi flatus, distensi abdomen (hepatomegali, splenomegali. asites), penurunan / tak
adanya bising usus, feses warna tanah liat, melena, urin gelap pekat, diare / konstipasi.
J. Diagnosa Keperawatan
1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan perdarahan 
2. Risiko ketidakefektifan perfusi gastrointestinal dan/atau ginjal berhubungan dengan
hipovolemik karena perdarahan.
3. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis (rasa panas/terbakar pada mu
kosa lambung dan rongga mulut atau spasme otot dinding perut).
4.Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
ketidakmampuan mencerna makanan akibat perdarahan pada saluran pencernaan
K. Intervensi keperawatan
DIAGNOSA TUJUAN DAN KRITERIA INTERVENSI
NO.
KEPERAWATAN HASIL (NOC) (NIC)
1. Kekurangan volume Setelah dilakukan tindakan a.Monitor Tanda-tanda vital
cairan berhubungan keperawatan selama 3x24 b. Pertahankan pemberian infuse
dengan perdarahan jam diharapkan terjadi dan mengaturan tetesannya pada
pemulihan keseimbangan cairan kecepatan yang tepat sesuai
dan elektrolit yang optimal dengan program medik.
dengan kriteria hasil: c.Kolaborasi pemeriksaan
- Kadar elektrolit serum dalam laboratorium; misalnya Hb/ Ht
batas normal
- Membran mukosa lembab
-Turgor kulit lembab

2. Nyeri akut berhubung
Setelah dilakukan tindakan a. Kaji keluhan nyeri, lokasi,
an dengan agen ceder
keperawatan selama 3x24 jam lamanya, intensitas(skala 0-
a biologis
dalam nyeri terkontrol dengan 10).

kriteria hasil: b. Anjurkan makan sedikit tapi

-Klien menyatakan nyerinya sering sesuai indikasiuntuk

menurun atau terkontrol klien.

- Klien tampak rileks c. Ajarkan latihan teknik

- skala nyeri 2-3 relaksasi nafas dalam.


d. Kolaborasi pemberian obat
analgesik sesuaiindikasi.
3.
Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari 1.Berikan diet tinggi kalori dan
kebutuhan tubuh Setelah dilakukan tindakan tinggi protein
berhubungan dengan keperawatan selama 3x24 jam 2.Monitor kalori dan asupan
ketidakmampuan diharapkan status nutrisi nutrisi
mencerna makanan seimbang dengan kriteria hasil: 3.kolaborasi dengan tim medis
akibat perdarahan 4.
- Klien melaporkan intake
pada saluran
cukup dari kebutuhan yang
pencernaan
dianjurkan.
- Berat badan ideal

1.Dx : Kekurangan volume cairan berhubungan dengan perdarahan(kehilangan cairan tubuh


secara aktif)
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x… jam
diharapkan terjadi pemulihan keseimbangan cairan dan elektrolit yang optimal dengan
kriteria hasil:
a.Kesadaran pasien composmentis
 b.Tanda vital stabil :
1. Suhu : 36,5-37,5° C,
2. nadi : 60-100 x/menit, 
3. pernapasan : 12-22 x/menit,
4. tekanan darah :100/60-140/90mmHg
c.Haluaran urine 0,5-1,0 ml/kg BB/jam, warna urine kuning dan jernih 
d.Kadar elektrolit serum dalam batas normal :
- Natrium (Na) =135-145 mEq/L,
- Kalium (K) =3,5-5,3 mEq/L,
- Kalsium (Ca) =4,5-5,5 mEq/L,
- Magnesium (Mg) = 1,5-2,5 mEq/L,
- Klorida (Cl) =90-105 mEq/L,
- Fosfort (P) = 1,7-2,6 mEq/L,
- Hematokrit=33-45 %,
- Hb = 13,5-17,5 g/dl
e.Berat badan stabil
f.Membran mukosa lembab
g.Turgor kulit normal
h.Tidak mengalami muntah
 Intervensi Keperawatan :
o Amati tanda-tanda vital
R/: Memberikan pedoman untuk penggantian cairan danmengkaji
respon kardiovaskuler. Hipovolemia merupakanrisiko utama yang segera
terdapat sesudah perdarahanmasif. Pantau haluaran urin sedikitnya setiap jam
sekali danmenimbang berat badan pasien setiap hari.
o Pantau haluaran urine setiap jam, perhatikan warna urinedan timbang berat
badan tiap hari
R/ : Haluaran urin dan berat badan memberikan
informasitentang perfusi renal, kecukupan penggantian cairan, dankebutuhan
serta status cairan. Warna urine merah/hitammenandakan kerusakan otot
massif .
o Catat karakteristik muntah dan/ atau drainase.
R/ : Membantu dalam membedakan distress gaster. Darahmerah cerah
menandakan adanya atau perdarahan arterialakut, mungkin karena ulkus
gaster; darah merah gelapmungkin darah lama (tertahan dalam usus) atau
perdarahanvena dari varises.
o Catat respons fisiologis individual pasien terhadap perdarahan, misalnya
perubahan mental, kelemahan,gelisah, ansietas, pucat, berkeringat,
takipnea, peningkatansuhu.
R/ : Memburuknya gejala dapat menunjukkan berlanjutnya perdarahan
atau tidak adekuatnya penggantian cairan.
o Awasi masukan dan haluaran dan hubungkan dengan perubahan berat badan.
Ukur kehilangan darah/ cairanmelalui muntah dan defekasi.R/: Memberikan
pedoman untuk penggantian cairan
o Pertahankan pemberian infuse dan mengaturan tetesannya pada kecepatan
yang tepat sesuai dengan program medik.
R/ : Pemberian cairan yang adejuat diperlukan untukmempertahankan
keseimbangan cairan dan elektrolit serta perfusi organ-organ vital adekuat.
o Pertahankan tirah baring; mencegah muntah dan tegangan pada saat defekasi.
Jadwalkan aktivitas untuk memberikan periode istirahat tanpa gangguan.
Hilangkan rangsangan berbahaya.
R/ : Aktivitas/ muntah meningkatkan tekanan intra-abdominal dan
dapat mencetuskan perdarahan lanjut.
o Kolaborasi pengamatan hasil elektrolit serum
R/ : Natrium urine kurang dari 10 mEq/L di
dugaketidakakuatan penggantian cairan.
o Kolaborasi pemeriksaan laboratorium; misalnya Hb/ Ht
R/ : Alat untuk menentukan kebutuhan penggantian darahdan
mengawasi keefektifan terapi.
2. Dx : Ketidakefektifan perfusi gastrointestinal dan/atau ginjal berhubungan dengan
hipovolemik karena perdarahan

Tujuan :

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x…. jam diharapkan perfusi jaringan
gastrointestinal dan/atau ginjal efektif dengan Kriteriahasil:

1.Kesadaran pasien composmentis

2.Tanda vital stabil: Suhu : 36,5-37,5° C, nadi : 60-100x/menit, pernapasan : 12-22


x/menit, tekanan darah:100/60-140/90 mmH

3.Haluaran urine 0,5-1,0 ml/kg BB/jam

4.Akral teraba hangat 

5.Turgor kulit normal

6. Capillary Refill Time dalam batas normal (< 2 detik)


 Intervensi Keperawatan :
1. Selidiki perubahan tingkat kesadaran, keluhan pusing/ sakitkepala

R/ : Perubahan dapat menunjukkan ketidakadekuatan perfusi serebral sebagai


akibat tekanan darah arterial.

2. Auskultasi nadi apikal. Awasi kecepatan jantung/irama bilaEKG kontinu ada


R/ : Perubahan disritmia dan iskemia dapat terjadi sebagaiakibat hipotensi,
hipoksia, asidosis, ketidakseimbanganelektrolit, atau pendinginan dekat area
jantung bila lavageair dingin digunakan untuk mengontrol perdarahan.
3. Amati tanda-tanda vitalR/ : memberikan pedoman untuk penggantian
cairan danmengkaji respon kardiovaskuler. Hipovolemia merupakanrisiko utama
yang segera terdapat sesudah perdarahanmasif. Pantau haluaran urin sedikitnya
setiap jam sekali danmenimbang berat badan pasien setiap hari.
4. Kaji kulit terhadap dingin, pucat, berkeringat, pengisiankapiler lambat, dan nadi
perifer lemah.
R/ : Vasokontriksi adalah respon simpatis terhadap penurunanvolume sirkulasi
dan/ atau dapat terjadi sebagaiefek samping pemberian vasopresin.
5. Catat laporan nyeri abdomen, khususnya tiba-tiba nyerihebat atau nyeri menyebar
ke bahu.
R/: Nyeri disebabkan oleh ulkus gaster sering hilangsetelah perdarahan
akut karena efek bufer darah.
6. Observasi kulit untuk pucat, kemerahan. Pijat denganminyak. Ubah posisi dengan
sering.
R/ : Gangguan pada sirkulasi perifer meningkatkan risikokerusakan kulit.
7. Kolaborasi pemberian oksigen tambahan sesuai indikasiR/ : Mengobati
hipoksemia dan asidosis laktat selama perdarahan akut.Berikan cairan IV sesuai
indikasi.
R/ : Mempertahankan volume sirkulasi dan perfusi 

3. Dx : Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis (rasa panas/terbakar pada


mukosa lambung dan rongga mulut atau spasmeotot dinding perut).

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x20 menitdalam 3 hari diharapkan
nyeri terkontrol dengan kriteria hasil:

a.Klien menyatakan nyerinya menurun atau terkontrol


 b Klien tampak rileks

c.Tanda vital stabil : suhu : 36,5-37,5°C

d.Nadi : 60-100 x/menit,pernapasan : 12-22 x/menit, tekanandarah :100/60-140/90 mmHg

 Intervensi keperawatan:
 
1.Catat keluhan nyeri, lokasi, lamanya, intensitas(skala 0-10).
R/: Nyeri tidak selalu ada tetapi bila ada harusdibandingkan dengan gejala nyeri klien
sebelumnyadimana dapat membantu mendiagnosa etiologi perdarahan dan terjadinya
komplikasi.
2.Amati tanda-tanda vital
R/ : nyeri dapat mempengaruhi perubahan frekuensi jantung, tekanan darah dan
frekuensi nafas.
3.Kaji ulang faktor yang meningkatkan ataumenurunkan nyeri.
R/ : Membantu dalam membuat diagnosa dankebutuhan terapi.
4.Anjurkan makan sedikit tapi sering sesuai indikasiuntuk klien.
R/: Makanan mempunyai efek penetralisir, jugamencegah distensi dan haluaran
gastrin.
5.Identifikasi dan batasi makanan yang menimbulkanketidaknyamanan.
R/ : Makanan khusus yangmenyebabkan distress bermacam-macam antaraindividu.
 6.Bantu latihan rentang gerak aktif/ aktif dan teknikrelaksasi nafas dalam.
R/: Menurunkan kekakuan sendi, meminimalkannyeri/ ketidaknyamanan. 

7.Kolaborasi pemberian obat analgesik sesuaiindikasi.


R/ : Mengobati nyeri yang muncul.
 
4.Dx : Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
ketidakmampuan mencerna makanan akibat perdarahan pada saluran pencernaan
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x ….. jam
diharapkan status nutrisi seimbang dengan kriteria hasil: 
a.Klien melaporkan intake cukup dari kebutuhan yangdianjurkan.
 b.Berat badan ideal
c.Tonus otot baik 
d.Nyeri abdomen tidak ada
e. Nafsu makan baik 
f.Kadar protein serum berada dalam kisaran normal (3.40- 4.80g/dL)
 Intervensi Keperawatan:
1.Pantau berat badan pasien dan jumlah asupankalorinya setiap hari.
R/: Tindakan ini membantu menentukan apakahkebutuhan makanan telah terpenuhi.
2.Kaji adanya distensi abdomen,volume residulambung yang besar atau diare.
R/: Tanda-tanda ini dapat menunjukkan intoleransiterhadap jalur atau tipe pemberian
nutrisi. 
3.Berikan diet tinggi kalori dan tinggi protein;mencakup kesukaan pasien dan makanan
yangdibuat di rumah. Berikan suplemen nutrisi sesuai dengan ketentuan medik.
R/: Pasien memerlukan nutrient yang cukup untuk peningkatan kebutuhan
metabolisme.
4.Berikan suplemen vitamin dan mineral sesuaidengan ketentuan medic
R/: Suplemen inimemenuhi kebutuhan nutrisi; vitamin dan mineralyang adekuat perlu
untuk fungsi selular 
5.Berikan nutrisi enteral atau parenteral total melalui prototokol penanganan jika
kebutuhan diet tidakterpenuhi lewat asupan per oral
R/: Teknikintervensi nutrisi menjamin terpenuhinya kebutuhannutrisi
 5.Dx : Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurangnya pajananinformasi tentang
penyakitnya.
Tujuan :Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x….. jam diharapkan
pengetahuan klien tentang hematemesis melena bertambah dengankriteria hasil:
a.Klien menyatakan pemahaman mengenai penyakitnya(pengertian, penyebab, tanda dan
gejala, dan pengobatan/ perawatan)
 b.Klien tampak kooperatif mendengarkan penjelasan petugas
Intervensi Keperawatan:
1.Kaji sejauh mana ketidakmengertian klien dankeluarga tentang penyakit yang diderita.
R/ : Mengidentifikasi area kekurangan pengetahuan/salah informasi dan memberikan
kesempatan untukmemberikan informasi tambahan sesuai kebutuhan.
2.Diskusikan dengan klien untuk melakukan pendidikan kesehatan.
R/ : Partisipasi dalam perencanaan meningkatkanantusias dan kerja sama dengan
klien.
3.Berikan penjelasan tentang penyakit yang klienderita, cara pengobatan dan perawatan
di rumahserta pencegahan kekambuhan penyakit.
R/ : Memberikan pengetahuan dasar dimana kliendapat membuat pilihan
informasi/ keputusantentang masa depan dan control masalah kesehatan. 
4.Berikan kesempatan klien dan keluarga untuk berpartisipasi aktif dalam pendidikan
kesehatan.
R/: Memberikan kesempatan klien dan keluargauntuk lebih memahami tentang
penyakitnya.
5.Berikan evaluasi terhadap keefektifan pendidikankesehatan.
R/: Mengetahui sejauh mana pengetahuan kliensetelah diberi pendidikan kesehatan.
6.Dx : Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan,ancaman kematian.Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x ….. jam
diharapkan ansietas berkurang dengan kriteria hasil:
a.Klien melaporkan rasa ansietas berkurang
 b.Klien tampak rileks
 Intervensi Keperawatan :
1.Awasi respon fisiologis, misalnya takipnea, palpitasi, pusing, sakit kepala dan
sensasikesemutan.
R/ : Dapat menjadi indikatif derajat takut yangdialami pasien tetapi dapat juga
berhubungandengan kondisi fisik/ status syok 
 2.Catat petunjuk perilaku seperti gelisah, kurangkontak mata dan perilaku melawan.

R/ : Indikator derajat takut yang dialami klien.

 3. Dorong pernyataan takut dan ansietas, berikanumpan balik.


R/ : Membantu klien menerima perasaan danmemberikan kesempatan untuk
memperjelaskonsep.
4.Berikan lingkungan tenang untuk istirahat.
R/: Meningkatkan relaksasi dan keterampilankoping.
5.Dorong orang terdekat tinggal dengan klien.Berespons terhadap tanda panggilan dengan
cepat.Gunakan sentuhan dan kontak mata dengan tepat.
R/ : Membantu menurunkan rasa takut karenakesepian
L. penggunaan Referensi

M. Syaifoellah Noer. Prof. dr, dkk., Ilmu Penyakit Dalam, FKUI, Jakarta,1996.
http://mitrakeluarga.com/bekasitimur/hematemesis-melena/diakses pada tanggal 09 juni 2016
jam 16.00 wib.
Nurarif, Amin huda,dkk. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medik
& NANDA NIC – NOC Edisi Revisi Jilid 2. Mediaction jogja : Jogja.
Nurari. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis &
NANDA NIC- NOC Yogyakarta : Media Action Publishing.

(Azmi dkk, 2016).a.i.1. Pecahnya


B. Penyebab

Anda mungkin juga menyukai