TINJAUAN PUSTAKA
Pada bab ini akan dijelaskan konsep dasar yang mendukung penelitian
2.2.1 Definisi
pengeluaran feses atau tinja yang berwarna hitam seperti teh yang
gumpal. (Syaifudin,2015)
mengalami muntah darah yang disertai dengan buang air besar (BAB)
perdarahan yang terjadi pada saluran cerna bagian atas (SCBA) dan
untuk diubah menjadi zat-zat yang diperlukan oleh tubuh. Oleh karena
itu, sistem pencernaan yang terdiri dari organ-organ tersebut harus tetap
Suddart, 2011).
2.2.2 Etiologi
a) Kelainan di esophagus
1) Varises esophagus
lambung.
2) Karsinoma esophagus
b) Kelainan di lambung
2) Tukak lambung
3) Kelainan Darah
trombositopenia purpura.
2.2.3 Manifestasi Hematemesis Melena
(anemia) dengan gejala mudah lelah, pucat nyeri dada, dan pusing
pada 2-5 jam setelah perdarahan, dan peningkatan kadar ureum darah
setelah 24-48 jam akibat pemecahan protein darah oleh bakteri usus
f. Nyeri perut
2.2.4 Patofisiologis
a. Ulkus Peptikum
klorida.
b. Sekresi lambung
lambung.
3. Fase usus, yaitu makanan pada usus halus menyebabkan
d. Sindrom Zollinger-Ellison
e. Ulkus Stres
sepsis berat dan trauma organ multiple (Nurarif, Amin dkk. 2015,
Pierce & P 2006)
2.2.5 Pathway
Hematemesis
melena
diare persisten).
2. Pemeriksaan laboratorium
3. Pemeriksaan esofagogastroduodenoskopi
duodenum
5. Angiografi
2.2.7 Penatalaksanaan
a. Keperawatan
1) Tiirah baaring
3) Pemeriksaan Hb, Ht
CVP
b. Medis
2) Tindakan operasi
2.2.8 Komplikasi
lain :
a. Syok hipovolemik
merah berkurang.
b. Koma hepatik
kelainan parenkimbhati.
c. Aspirasi pneumoni
napas.
d. Anemi posthemoragik
2.2.1 Definisi
adekuat dan berakibat pada perfusi yang tidak adekuat. (Dewi & Rahayu,
2010)
darah dalam pembuluh darah yang berkurang. Hal ini dapat terjadi akibat
darah sistolik, sedangkan defisit volume darah lebih dari 45% umumnya
dan paru-paru dapat juga menyongkong masalah ini secara bermakna. Syok
akibat kehilangan cairan berlebih juga timbul pada pasien luka bakar yang
a. Eksternal
b. Internal
3. Perdarahan gastrointestinal
4. Perlukaan berganda
a. Muntah (vomitus)
b. Dehidrasi
c. Diare
e. Diabetes Inspidius
f. Infusiensi Adrenal
2.2.3 Patofisologis
atau air. Patologi dasar, tanpa memperhatikan tipe kehilangan cairan yang
Pada saat terjadi penurunan pO sampai pada titik kritis, maka fosforilasi
kandungan oksigen darah arteri (CaO ) dan curah jantung (CO) sesuai
anak sangat tergantung pada detak jantung (HR) dibandingkan dengan isi
sekuncup (SV) karena miokard belum matang. Pada saat tubuh kehilangan
volume intravaskular lebih dari 10% akan terlihat beberapa usaha tubuh
1. Data Mayor
- Subjektif
2. Data Minor
- Subjektif
a) Merasa Lemas
b) Mengeluh haus
- Objektif
a) Pengisian vena menurun
1. Tromboflebitis
2. Diabetes militus
3. Anemia
5. Thrombosis arteri
6. Varises
8. Sindrom kompartemen
2.2.6 Komplikasi
koagulasi.
urin
Hematemesis Melena
1. Data Subyektif
a. Identitas klien
agama, suku bangsa, tanggal dan jam masuk rumah sakit, nomer
a. Keluhan utama
ginjal.
2. Data Obyektif
Data obyektif adalah data yang didapatkan dari hasil pemeriksaan fisik
1. B1 (Breathing)
sesak dan saat bernapas dengan bau urine (factor uremik). Pola napas
2. B2 (Blood)
meningkat, akral dingin, CRT > 3 detik. Palpitas, nyeri dada atau
angina dan sesak napas, gangguan irama jantung, edema penurunan
3. B3 (Brain)
kejang, adanya neuropati perifer, burning feet syndrome, kram otot dan
nyeri otot.
4. B4 (Bladder)
Tidak bisa BAK, Penurunan urine output < 400 ml/hari (oliguria)
kemih tidak dapat di perkusi, kecuali volume urine diatas 150 ml. Jika
lebih pekat/gelap.
5. B5 (Bowel)
dari bau mulut ureum, peradangan mukosa mulut, dan ulkus saluran
kebutuhan.
6. B6 (Bone)
badannya lemas dan tampak pucat dan anemis dengan HB : 4,20 g/dL.
pasien.
2.2.2 Evaluasi
dengan tujuan yang telah ditetapkan dengan cara melibatkan pasien sesama
tenaga kesehatan