Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny.

S DENGAN HEMATEMESIS
DI RUMAH SAKIT LAVALETTE RUANG PLATINUM 2
PERIODE PRAKTIK 26-31 DESEMBER 2022

OLEH :
MEILIA RETNOSARI
NIM. 1911.1420.1706

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS


STIKES WIDYAGAMA HUSADA
MALANG
2022
LEMBAR PENGESAHAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. S DENGAN HEMATEMESIS


DI RUMAH SAKIT LAVALETTE RUANG PLATINUM 2
PERIODE PRAKTIK 26-31 DESEMBER 2022

Disusun Oleh :
Meilia Retnosari
1911.1420.1706

Disetujui pada :
Hari :
Tanggal :

Pembimbing Institusi Pembimbing Wahana Praktik

(………………………………..) (………………………………)
LAPORAN PENDAHULUAN

A. Definisi
Hematemesis adalah muntah darah dan biasanya disebabkan oleh
penyakit saluran cerna bagian atas. Warna hematemesis tergantung pada
lamanya hubungan atau kontak antara darah dengan asam lambung dan
besar kecilnya perdarahan, sehingga dapat berwarna seperti kopi atau
kemerah- merahan dan bergumpal-gumpal. ( Nettina, Sandra M. 2012).

B. Etiologi
Hemetemesis disebabkan oleh pecahnya varises esofagus yang
terjadi pada pasien sirosis hati sehingga prognosisnya tergantung dari
penyakit yang mendasarinya. Menurut Arief Mansjoer (2014)
penyebabnya ada 5, yaitu :
1. Kelainan di esophagus
a. Varises esophagu
Penderita dengan hematemesis mana yang disebabkan
pecahnya varises esophagus, tidak pernah mengeluh rasa
nyeri atau pedih di epigastrium. Pada umumnya sifat
perdarahan timbul spontan dan
massif. Darah yang dimuntahkan berwarna kehitam-hitaman
dan tidak membeku karena sudah bercampur dengan asam
lambung.
b. Karsinoma esofagus
Karsinoma esophagus sering memberikan keluhan melena
daripada hematemesis. Disamping mengeluh disfagia, badan
mengurus dan anemis, hanya sesekali penderita muntah
darah dan itupun tidak massif.
c. Esofagitis dan tukak esohagus
Esophagus bila sampai menimbulkan perdarahan lebih sering
intermitten atau kronis dan biasanya ringan, sehingga lebih
sering timbul melena daripada hematemesis. Tukak di
esophagus jarang sekali mengakibatkan perdarahan jika
dibandingka dengan tukak lambung dan duodenum.
d. Sindroma mellory-weiss
Sebelum timbul hematemesis didahului muntah-muntah hebat
yang pada akhirnya baru timbul perdarahan. misalnya pada
peminum alcohol
atau pada hamil muda. Biasanya disebabkan oleh karena
terlalu sering muntah-muntah hebat dan terus-menerus.
2. Kelainan di lambung
a. Gastritis erisova hemoragika
Hematemesis bersifat tidak masif dan timbul setelah penderita
minum obat-obatan yang menyebabkan iritasi lambung.
Sebelum muntah penderita mengeluh nyeri ulu hati.
b. Tukak lambung
Penderita mengalami dispepsi berupa mual, muntah , nyeri ulu
hati dan sebelum hematemesis didahului rasa nyeri atau pedih
di epigastrium yang berhubungan dengan makanan. Sifat
hematemesis tidak begitu masif dan melena lebih dominan
dari hematemesis.
3. Kelainan darah : polisetimia vera, limfoma, leukemia, anemia,
hemofili, trombositopenia purpura.
4. Penyakit sistemik lainnya: uremik, dan lain-lain.
5. Pemakaian obat-obatan yang ulserogenik: golongan salisilat,
kortikosteroid, alkohol, dan lai-lain.
Penting sekali menentukan penyebab dan tempat asal perdarahan
saluran makan bagian atas, karena terdapat perbedaan usaha
penanggulangan setiap macam perdarahan saluran makan bagian
atas. Penyebab perdarahan saluran makan bagian atas yang
terbanyak dijumpai di Indonesia adalah pecahnya varises
esofagus dengan rata-rata 45-50 % seluruh perdarahan saluran
makan bagian atas.

C. Patofisiologis
Usaha mencari penyebab perdarahan saluran makanan dapat
dikembalikan kepada faktor-faktor penyebab perdarahan, antara lain :
factor pembuluh darah (vasculopathy) seperti pada tukak peptic,
pecahnya varises esophagus; factor trobosit (thrombopathy) seperti pada
ITP, factor kekurangan zat-zat pembentuk darah (coagulopathy) seperti
pada hemophilia, sirosis hati dan lain-lain. Malahan pada serosis hati
dapat terjadi ketiganya : vasculopathy, pecahnya varises esophagus,
thrombopathy, terjadinya pengurangan trombosit di sirkulasi perifer akibat
hipersplenisme, dan terdapat pula coagulophaty akibat kegagalan sel-sel
hati. Khusus pada pecahnya
varises esophagus ada 2 teori, yaitu teori erosi yaitu pecahnya
pembuluh darah karena erosi dari makanan yang kasar (berserat tinngi
dan kasar), atau minum OAINS (NSAID), dan teori erupsi karena tekanan
vena porta yang terlalu tinggi, yang dapat pula dicetuskan oleh
peningkatan tekanan intra abdomen yang tiba-tiba seperti pada
mengejan, mengangkat barang berat, dan lain-lain.
Perdarahan saluran makan dapat pula dibagi menjadi perdarahan
primer, seperti pada : hemophilia, ITP, hereditary haemorrhagic
telangiectasi, dan lain-lain. Dapat pula secara sekunder, seperti pada
kegagalan hati, uremia, DIC, dan iatrigenic seperti penderita dengan
terapi antikoagulan, terapi fibrinolitik, drug-induce thrombocytopenia,
pemberian transfuse darah yang massif, dan lain-lain. (I Made Bakta,
2013:55)
Adanya riwayat dyspepsia memperberat dugaan ulkus peptikum.
Begitu juga riwayat muntah-muntah berulang yang awalnya tidak
berdarah, konsumsi alkohol yang berlebihan mengarahkan ke dugaan
gastritis serta
penyakit ulkus peptikum. Adanya riwayat muntah-muntah berulang yang
awalnya tidak berdarah lebih kearah Mallory-Weiss. Konsumsi alkohol
berlebihan mengarahkan dugaan ke gastritis (30-40%), penyakit ulkus
peptikum (30-40%), atau kadang-kadang varises. Penurunan berat badan
mengarahkan dugaan ke keganasan. Perdarahan yang berat disertai
adanya bekuan dan pengobatan syok refrakter meningkatkan
kemungkinan varises.
Adanya riwayat pembedahan aorta abdominalis sebelumnya
meningkatkan kemungkinan fistula aortoenterik. Pada pasien usia muda
dengan riwayat perdarahan saluran cerna bagian atas singkat berulang
(sering disertai kolaps hemodinamik) dan endoskopi yang normal, harus
dipertimbangkan lesi Dieulafoy (adanya arteri submukosa, biasanya dekat
jantung, yang dapat menyebabkan perdarahan saluran pencernaan
intermitten yang banyak).

D. Pathway

Gambar 1.1

E. Tanda dan gejala


Gejala yang ada berdasarkan (Mubin, 2010) yaitu :
a. Muntah darah (hematemesis)
b. Mengeluarkan tinja yang kehitaman (melena)
c. Mengeluarkan darah dari rectum (hematoskezia)
d. Denyut nadi yang cepat, TD rendah
e. Akral teraba dingin dan basah
f. Nyeri perut
g. Nafsu makan menurun
h. Jika terjadi perdarahan yang berkepanjangan dapat
menyebabkan terjadinya anemia, seperti mudah lelah, pucat, nyeri
dada dan pusing
F. Komplikasi
Komplikasi yang bisa terjadi pada pasien hematemesis melena adalah :
a. Koma hepatik (suatu sindrom neuropsikiatrik yang ditandai dengan
perubahankesadaran, penurunan intelektual, dan kelainan neurologis
yang menyertaikelainan parenkim hati).
b. Syok hipovolemik (kehilangan volume darah sirkulasi sehingga curah
jantungdan tekanan darah menurun)
c. Aspirasi pneumoni (infeksi paru yang terjadi akibat cairan yang
masuk salurannapas)
d. Anemi posthemoragik (kehilangan darah yang mendadak dan tidak
disadari).(Mubin, 2006).

G. Pemeriksaan penunjang
a. Laboratorium
1. Darah : Hb menurun / rendah
2. SGOT, SGPT yang meningkat merupakan petunjuk kebocoran
dari sel yangmengalami kerusakan.
3. Albumin, kadar albumin yang merendah merupakan cerminan
kemampuansel hati yang kurang
4. Pemeriksaan CHE (kolineterase) penting dalam menilai
kemampuan sel hati.Bila terjadi kerusakan kadar CHE akan
turun.
5. Pemeriksaan kadar elektrolit penting dalam penggunaan diuretik 
dan pembatasan garam dalam diet.
6. Peninggian kadar gula darah.
7. Pemeriksaan marker serologi pertanda ureus seperti HBSAg/
HBSAB,HBeAg, dll.

b. Radiologi
1. USG untuk melihat gambaran pembesaran hati, permukaan
splenomegali,acites
2. Esofogus untuk melihat perdarahan esofogus
3. Angiografi untuk pengukuran vena portal
H. Diagnose keperawatan
1. Nausea (D.0076)
2. Nyeri Akut (D.0077)
3. Defisit Nutrisi (D.0019)

I. Penatalaksanaan
Bila pasien memuntahkan darah maka sumber cedera di bagian
saluran atas pencernaan, seperti esophagus, duodenum dan lambung.
Muntahan darah segar dihubungkan dengan pendarahan varises
esophagus yang merupakan vena besar.

Keadaan tersebut terjadi sabagai penyulit penyakit hati berat,


seperti alkoholismemenahun. Sokong sirkulasi penderita dengan
Ringer Laktat dan oksigen pasien dapat merasakan. Muntah darah segar
dengan riwayat berak hitam menggambarkan ulkus yang berdarah yang
tak semendesak perdarahan varices esofagus. Pengeluaran darah
segar dalam feses atau setelah buang air besar merupakan tanda
pendarahan saluran cerna bawah akibat hemoroid, diverticula, keganasan
atau polip (Saifudin, 2010).

Pengobatan penderita pendarahan saluran bagian atas harus di


deteksi sedini munngjin dan sebaiknya dirawat di Rumah Sakit untuk
mendapatkan pengawasan dan pertolongan yang baik. Ada beberapa
penatalaksanaan yang bisa dilakukan, yaitu :

a. Pengawasan dan pengobatan umum


1. Penderita harus diistirahatkan mutlak, obat-obat yang
menimbulkan efek sedative (penenang) morfin, meperidin dan
paraldehid sebaiknyadihindarkan.
2. Penderita dipuasakan selama perdarahan masih berlangsung dan
bila perdarahan berhenti dapat diberikan makanan cair.
3. Infus cairan langsung dipasang dan diberilan larutan garam
fisiologisselama belum tersedia darah.
4. Pengawasan terhadap tekanan darah, nadi, kesadaran penderita
dan bila perlu dipasang CVP monitor.
5. Pemeriksaan kadar hemoglobin dan hematokrit perlu dilakukan
untuk mengikuti keadaan perdarahan.
6. Transfusi darah diperlukan untuk menggati darah yang hilang dan
mempertahankan kadar hemoglobin 50-70 % harga normal.
7. Pemberian obat-obatan hemostatik, seperti vitamin K 4x10
mg/hari, karbasokrom (adonan AC), antasida dan golongan H2
reseptor antagonis (simetidin atau ranitidine) yang berguna untuk
mengatasi pendarahn.
8. Dilakukan klisma atau lavemen dengan air biasa disertai pemberia
nantibiotika yang tidak diserap oleh usus, sebagai tindakan
sterilisasi usus.Tindakan ini dilakukan untuk mencegah terjadinya
peningkatan produksi amoniak oleh bakteri usus dan hal ini dapat
menimbulkan sefalopati hepatic.

b. Pemasangan pipa Naso Gastrik


Tujuan pemasangan pipa naso gastrik adalah untuk aspirasi
cairan lambung, lavage (kumbah lambung) dengan air, dan
pemberian obat-obatan. Pemberian air pada kumbah lambung akan
menyebabkan vasokontriksi local sehingga diharapkan terjadi
penurunan aliran darah di mukosa lambung,dengan demikian
perdarahan akan berhenti. Kumbah lambung ini akan dilakukan
berulang kali memakai air sebanyak 100- 150 ml sampai
cairanaspirasi berwarna jernih dan bila perlu tindakan ini dapat
diulang setiap 1-2 jam. Pemeriksaan endoskopi dapat segera
dilakukan setelah cairan aspirasi lambung sudah jernih.

c. Pemberian pitresin (Vasopresin)


Pitresin mempunyai efek vasokoktriksi, pada pemberian pitresin
per infus akan mengakibatkan kontriksi pembuluh darah dan
splanknikussehingga menurunkan tekanan vena porta, dengan
demikian diharapkan perdarahan varises dapat berhenti. Perlu diingat
bahwa pitresin dapatmenrangsang otot polos sehingga dapat terjadi
vasokontriksi koroner, karenaitu harus berhati-hati dengan pemakaian
obat tersebut terutama pada penderita penyakit jantung iskemik.
Karena itu perlu pemeriksaanelektrokardiogram dan anamnesis
terhadap kemungkinan adanya penyakit jantung koroner/iskemi.

d. Pemasangan balon SB Tube


Dilakukan pemasangan balon SB tube untuk penderita
perdarahanakibat pecahnya varises. Sebaiknya pemasangan SB tube
dilakukan sesudah penderita tenang dan kooperatif, sehingga
penderita dapat diberitahu dandijelaskan makna pemakaian alat
tersebut, cara pemasangannya dankemungkinan kerja ikutan yang
dapat timbul pada waktu dan selama pemasangan. Beberapa peneliti
mendapatkan hasil yang baik dengan pemakaian SB tube ini dalam
mengatasi perdarahan saluran pencernaan bagian atas akibat
pecahnya varises esofagus. Komplikasi pemasangan SB tube yang
beratseperti laserasi dan ruptur esofagus, obstruksi jalan napas tidak
pernah dijumpai.

e. Pemberian bahan sklerotik


Bahan sklerotik sodium morrhuate 5% sebanyak 5 ml atau
sotrdecol3% sebanyak 3 ml dengan bantuan fiberendoskop yang
fleksibel disuntikandipermukaan varises kemudian ditekan dengan
balon SB tube. Tindakan initidak memerlukan narkose umum dan
dapat diulang beberapa kali. Cara pengobatan ini sudah mulai populer
dan merupakan salah satu pengobatanyang baru dalam
menanggulangi perdarahan saluran makan bagian atas
yangdisebabkan pecahnya varises esofagus.

f. Tindakan operasi
Bila usaha-usaha penanggulangan perdarahan diatas mengalami
kegagalan dan perdarahan tetap berlangsung, maka dapat dipikirkan
tindakan operasi. Tindakan operasi yang basa dilakukan adalah: ligasi
variseses ofagus, transeksi esofagus, pintasan porto-kaval.
Operasi efektif dianjurkan setelah 6 minggu perdarahan berhenti
dan fungsi hari membaik.Selain cara-cara tersebut diatas, adapula
metode lain untuk menghentikan perdarahan varises esophagus,
antara lain :
a. Cyanoacrylate glue injection, memakai semacam lem jaringan
(His-toacrylR) yang langsung disuntikkan intravena.
b. Endoscopic band ligator Sedangkan pada perdarahan non
variceal, dapat dilakukan tindakan-tindakan sebagai berikut :
1. Laser photo coagulation
2. Diathermy coagulation.
3. Adrenalin injectiond.Sclerotheraphy injection.
(Lynda.2008)
DAFTAR PUSTAKA

Almi, D. U. (2013). Hematemesis Melena Et Causa Gastritis Erosif dengan


Riwayat Penggunaan Obat NSAID pada Pasien Laki-laki Lanjut Usia. Jurnal
Medula, 1(01), 72-78.
Devi, S., Windartik, E., & Soemah, E. N. (2022). Asuhan Keperawatan dengan
Masalah Hipovelemi pada Pasen Tn. Z Hematemesis Melena di Ruang G2
RSPAL Dr. Ramelan Surabaya. (Doctoral dissertation, Perpustakaan
Universitas Bina Sehat PPNI Mojokerto).
Fadila, M. N. (2015). Hematemesis Melena dikarenakan Gastritis Erosif dengan
Anemia dan Riwayat Gout Atritis. Jurnal Medula, 4(2), 109-113.
Meitri. (2019). Laporan Pendahulian Hematemesis Melena. SCRIBD.
https://id.scribd.com/document/441026051/LP-hematemesis-melena-doc
Tyler, P., & Saifuddin, A. (2010, June). The imaging of myositis ossificans.
In Seminars in musculoskeletal radiology (Vol. 14, No. 02, pp. 201-216). ©
Thieme Medical Publishers.

Anda mungkin juga menyukai