ILMU PENGETAHUAN
Penyusun:
MALANG
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan pada Allah SWT sehingga membuat makalah tentang “Pancasila
Sebagai Nilai Pengembangan Ilmu Pengetahuan” ini dapat diselesaikan dengan tepat pada
saat diterima. Selain itu saya ingin memberi terima kasih yang diperhitungkan kepada dosen
pembimbing mata kuliah ”PENDIDIKAN PANCASILA” atas bimbingan dan motivasinya.
Penulis menyadari akan kekurangan dalam penyusunan makalah ini. Karena itu says
sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak demi
kesempurnaan makalah ini.
Malang,16,Jun,i2020
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
BAB I PENDAHULUAN 1
A. LATAR BELAKANG 1
B. PERMUSAN MASALAH 2
C. TUJUAN 3
D. METODE 3
BAB II ISI 4
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dasar negara Indonesia adalah Pancasila, tentunya akan sejalan dengan tujuan
perjuangan negara Indonesia di atas, oleh karena itu dalam makalah ini akan di bahasa
mengengai beberapa hal yaitu tentang: Pancasila sebagai dasar nilai pengembangan ilmu,
Ilmu dalam perspektif historis, Beberapa aspek penting dalam ilmu pengetahuan, pilar-pilar
penyangga bagi eksistensi ilmu pengetahuan, dan prinsip-prinsip berfikir ilmiah.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk menjelaskan maksud dari Pancasila sebagai dasar nilai pengembangan ilmu.
4
BAB II
PEMBAHASAN
Andaikan para ilmuwan dalam pengembangan ilmu konsisten akan janji awalnya
ditemukan ilmu, yaitu untuk mencerdaskan manusia, memartabatkan manusia dan
mensejahterakan manusia, maka pengembangan ilmu yang didasarkan pada kaedah-kaedah
keilmuannya sendiri tak perlu menimbulkan ketegangan-ketegangan antara ilmu (teknologi)
dan masyarakat.
Fakta yang kita saksikan saat ini ilmu-ilmu empiris mendapatkan tempatnya yang
sentral dalam kehidupan manusia karena dengan teknologi modern yang dikembangkannya
dapat memenuhi kebutuhan praktis hidup manusia. Ilmu-ilmu empiris tersebut tumbuh dan
berkembang dengan cepat melebihi ritme pertumbuhan dan perkembangan peradaban
manusia. Ironisnya tidak diimbangi kesiapan mentalitas sebagian masyarakat, khususnya di
Indonesia.
Teknologi telah merambah berbagai bidang kehidupan manusia secara ekstensif dan
mempengaruhi sendi-sendi kehidupan manusia secara intensif, termasuk merubah pola pikir
dan budaya manusia, bahkan nyaris menggoyahkan eksistensi kodrati manusia sendiri
(Iriyanto, 2005). Misalnya, anak-anak sekarang dengan alat-alat permainan yang serba
teknologis seperti playstation, mereka sudah dapat terpenuhi hasrat hakekat kodrat sosialnya
hanya dengan memainkan alat permainan tersebut secara sendirian. Mereka tidak sadar
dengan kehidupan yang termanipulasi teknologi menjadi manusia individualis.Masih terdapat
banyak persoalan akibat teknologi yang dapat disaksikan, meskipun secara nyata manfaat
teknologi tidak dapat dipungkiri. Problematika keilmuan dalam era millenium ketiga ini tidak
terlepas dari sejarah perkembangan ilmu pada masa-masa sebelumnya. Karena itu untuk
mendapatkan pemahaman yang komprehensif perlu dikaji aspek kesejarahan dan aspek-aspek
lainnya terkait dengan ilmu dan teknologi. Dari sini,
5
Ilmu pengetahuan berkembang melangkah secara bertahap menurut dekade waktu
dan menciptakan jamannya, dimulai dari jaman Yunani Kuno, AbadPertengahan, Abad
Modern, sampai Abad Kontemporer.
Memasuki Abad Pertengahan (abad ke-5 M), pasca Aristoteles filsafat Yunani Kuno
menjadi ajaran praktis, bahkan mistis, yaitu sebagaimana diajarkan oleh Stoa, Epicuri, dan
Plotinus. Semua hal tersebut bersamaan dengan pudarnya kekuasaan Romawi yang
mengisyaratkan akan datangnya tahapan baru, yaitu filsafat yang harus mengabdi kepada
agama (Ancilla Theologiae).
6
1. Masa transisi masyarakat berbudaya agraris-tradisional menuju masyarakat dengan budaya
industri modern. Dalam masa transisi ini peran mitos mulai diambil alih oleh logos (akal
pikir). Bukan lagi melalui kekuatan kosmis yang secara mitologis dianggap sebagai penguasa
alam sekitar, melainkan sang akal pikir dengan kekuatan penalarannya yang handal dijadikan
kerangka acuan untuk meramalkan dan mengatur kehidupan. Pandangan mengenai ruang dan
waktu, etos kerja, kaedah-kaedah normatif yang semula menjadi panutan, bergeser
mencari format baru yang dibutuhkan untuk melayani masyarakat yang berkembang menuju
masyarakat industri. Filsafat“sesama bus kota tidak boleh saling mendahului” tidak berlaku
lagi. Sekarang yang dituntut adalah prestasi, siap pakai, keunggulan kompetitif, efisiensi dan
produktif-inovatif-kreatif.
7
Melalui kajian historis tersebut yang pada hakekatnya pemahaman tentang sejarah
kelahiran dan perkembangan ilmu pengetahuan, dapat dikonstatasikan bahwa ilmu
pengetahuan itu mengandung dua aspek, yaitu aspek fenomenal dan aspek struktural.
2. Obyek sasaran ini terus-menerus dipertanyakan dengan suatu cara (metode) tertentu tanpa
mengenal titik henti. Suatu paradoks bahwa ilmu pengetahuan yang akan terus
berkembang justru muncul permasalahan - permasalahan baru yang mendorong untuk terus
menerus mempertanyakannya.
3. Ada alasan dan motivasi mengapa gegenstand itu terus- menerus dipertanyakan.
1. Aspek pendidikan ketuhanan, menjadi aspek pertama dan aspek dasar pendidikan dalam
Islam. Dengan mengenal Allah Swt. sebagai Tuhan dan Pencipta, pribadi manusia dapat
menyadari bahwa segala yang dipelajari adalah ciptaan-Nya. Dengan bekal itu pula, dalam
proses mempelajari ilmu pengetahuan dan menguak fenoma alam, bukan kesombongan yang
muncul dalam diri, melainkan kesadaran akan kebesaran-Nya serta kedekatan kita dengan-
Nya.
2. Aspek pendidikan akhlak, termasuk dalam aspek penting pendidikan dalam Islam. Kasus
korupsi ataupun tindak kejahatan sosial yang terjadi sekarang, Akhlak yang baik akan
mencerminkan pribadi akan selalu melakukan segala sesuatu dengan batas-batas yang sesuai
ajaran Islam dan jauh dari perbuatan yang merugikan orang lain. Hal ini sesuai dengan tujuan
pendidikan yang salah satunya membentuk hubungan yang harmonis antara sesama. Tanpa
8
akhlak, ilmu pengetahuan dan potensi diri dapat digunakan untuk melakukan tindakan yang
merugikan masyarakat.
3. Aspek pendidikan akal dan ilmu pengetahuan, menjadi aspek yang tidak terpisahkan dalam
dunia pendidikan. Dalam proses belajar mengajar, pendidik maupun anak didik berkutat
dalam diskusi untuk memahami ilmu pengetahuan. Aspek ini berhubungan dengan
kesuksesan di dunia profesi. Dengan akal dan ilmu pengetahuan, potensi diri untuk
berkembang dan berprestasi dalam dunia profesi tertentu dapat dicapai.
4. Aspek pendidikan fisik, berhubungan dengan potensi jasmani. Dengan fisik yang sehat,
potensi diri untuk melakukan berbagai aktivitas dan kegiatan belajar mengajar dapat berjalan
lancar. Adanya mata ajar olahraga, bahkan kompetisi dalam bidang olahraga, menjadi salah
satu media pemenuhan aspek ini.
5. Aspek Pendidikan Kejiwaan, menjadi salah satu aspek yang harus dipenuhi dalam
pendidikan. Terdapat kata-kata bijak yang sangat familiar dan menunjukkan pentingnya
aspek pendidikan kejiwaan, yaitu, “Di dalam tubuh yang kuat, terdapat jiwa yang sehat.”
Tidak bisa dipungkiri bahwa pikiran positif dan semangat muncul dari jiwa sehat yang dapat
dipentuk dalam proses belajar mengajar.
6. Aspek pendidikan keindahan, tidak hanya terbatas pada sesuatu yang enak untuk dilihat,
tetapi aspek ini juga menjadi salah satu aspek dalam pendidikan. Jika sahabat Abi Ummi lihat
dalam Alquran yang merupakan sumber berbagai ilmu bagi umat manusia, keindahan dalam
penyampaiannya dapat kita temukan dalam rima ayat-ayat dalam berbagai surat, seperti Al-
Ikhlas, An-Nas, dan Al-Falaq. Keindahan dalam berbahasa dan bertutur kata menjadi aspek
yang selalu ditunjukkan dalam penyampaian ilmu dari zaman Nabi Muhammad saw. hingga
saat ini.[6]
b. Aspek kualitas (mutu, sifat) : bagaimana batasan, sifat, mutu dari sesuatu (mekanisme,
teleologisme, vitalisme dan organisme).
9
ilmu. Misalnya masalah krisis moneter, tidak dapat hanya ditangani oleh ilmu ekonomi
saja.Ontologi menyadarkan bahwa ada kenyataan lainyang tidak mampu dijangkau oleh ilmu
ekonomi, makaperlu bantuan ilmu lain seperti politik, sosiologi.
5. Sistematis : Setiap cara berpikir dan bertindakmenggunakan tahapan langkah prioritas yang
jelas dansaling terkait satu sama lain. Memiliki target dan arah tujuan yang jelas.[8]
10
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Melalui kajian historis tersebut yang pada hakekatnya pemahaman tentang sejarah
kelahiran dan perkembangan ilmu pengetahuan, dapat dikonstatasikan bahwa ilmu
pengetahuan itu mengandung dua aspek, yaitu aspek fenomenal dan aspek struktural.
B. Saran
Makalah ini mungkin sangat jauh dari kata sempurna. Untuk itu saya selalu
mengharapkan kritik dan saran dari bapak, agar menjadi masukan dan perbaikan bagi
sayasehingga kedepannya makalah ini menjadi lebih baik.
11
DAFTAR PUSTAKA
H.A.W. Widjaja, “Pedoman Pelaksanaan Pendidikan Pancasila”, (Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 2002.
http://abiummi.com/6-aspek-penting-pendidikan-dalam-islam/ diakses pada: Senin 10 Oktober 2016
pukul: 22.53
Materi Ajar Mata Kuliah Pendidikan Pancasila, Direktorat Pembelajaran dan Kemahasiswaan, 2013.
12