Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH PANCASILA

PANCASILA SEBAGAI ILMU PENGETAHUAN,SISTEM FILSAFAT HIDUP DAN SUMBER


NILAI,ETIKA,MORAL

NAMA : MUHAMMAD MAULANA. S

NIM : 2211102441205

PRODI : S1 TEKNIK INFORMATIKA

DOSEN PENGAMPU : Dr. AULLIA VIVI YULIANINGRUM, SH, MH


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami haturkan kehadirat Allah Swt. yang telah melimpahkan rahmat
dan hidayah-Nya sehingga kami bisa menyelesaikan karya ilmiah tentang
"Dampak Penggunaan Gawai pada Anak Usia di Bawah Umur".

Tidak lupa juga kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
turut memberikan kontribusi dalam penyusunan karya ilmiah ini. Tentunya, tidak
akan bisa maksimal jika tidak mendapat dukungan dari berbagai pihak.

Sebagai penyusun, kami menyadari bahwa masih terdapat kekurangan, baik dari
penyusunan maupun tata bahasa penyampaian dalam karya ilmiah ini. Oleh
karena itu, kami dengan rendah hati menerima saran dan kritik dari pembaca agar
kami dapat memperbaiki karya ilmiah ini.

Kami berharap semoga karya ilmiah yang kami susun ini memberikan manfaat
dan juga inspirasi untuk pembaca.
DAFTAR PUSAKA

- Kata pengantar
- BAB 1

1). PANCASILA SEBAGAI FILSAFAT ILMU ……………………………………………

A. HASIL DARI ADANYA PANCASILA ……………………………………………….

B. TUJUAN KEMERDEKAAN INDONESIA …………………………………………

- BAB 2
Sistem Filsafat hidup dan sumber nilai

1). Nilai instrumental …………………………………………………………………..

2). Nilai praksis ………………………………………………………………………......

3). Etika Politik dalam Kehidupan Berbangsa dan Bernegara …………………….

- BAB 3

PANCASILA SEBAGAI NILAI MORAL DAN ETIKA HIDUP

1). PANCASILA SEBAGAI MORAL

- KESIMPULAN

- KATA PENUTUP
BAB 1
PANCASILA SEBAGAI FILSAFAT ILMU

Sehari setelah Proklamasi kemerdekaan Indonesia, 18 Agustus 1945, para pengada


Indonesia menegakkan Pancasila dasar negara. Pancasila lahir dari hasil kebudayaan Indonesia
yang bersuku-suku. Pemikiran-pemikiran yang melandasi dan terintegrasi menjadi filsafat
Pancasila adalah pemikiran yang bersumber dari agama, pemikiran kosmologis, ontologis, dan
antropologis yang berasal dari sub kebudayaan Indonesia, pemikiran yang berasal dari ilmu
pengetahuan filssafat barat sebagai hasil pendidikan yang dualistis, pengalaman hidup dan
refleksi atas penderitaan rakyat yang dilakukan oleh para perintis dan pejuang kemerdekaan,
refleksi kritis, dialogis, futurologis yang dilakukan oleh para pengada Indonesia (Suwarno, 1993;
Hardono Hadi, 1994; Baker, 1995 dalam Dimyati 1995).

- Pancasila merupakan hasil dari berbagai macam pemikiran yang lahir dari budaya
nusantara. Suku-suku bangsa di nusantara telah melakukan akulturasi antar suku
bangsa, antar bangsa sehingga terbentuklah kepribadian kebudayaan bangsa. Akulturasi
budaya terus berkembang hingga abad ke 16 ketika bangsa Eropa masuk ke Indonesia
dan mulai melakukan usaha penjajahan. Pada masa penjajahan, bangsa Indonesia
banyak mengalami berbagai macam akulturasi budaya, ekonomi, politik, pendidikan
hingga pengetahuan. Anak bangsa mengalami perkembangan pengetahuan saat
dicetuskannya politik etis oleh van Deventer.

Politik etis yang diterapkan oleh pemerintah Hinddia Belanda membawa pengaruh yang
sangat besar bagi lahirnya para pemikir bangsa. Kelahiran para pemikiri sekaligus pengada
Indonesia terlahir dari berbagai macam latar belakang pendidikan dan suku bangsa. Pemikiran
dan pengetahuan yang berasal dari Eropa, Timur Tengah, Asia, dan lokal membahur menjadi
satu, pemikiran pembentukan negara Indonesia. Pengetahuan dan pemikiran dari berbagai
macam arah, terwujud pada rumusan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.

-Kesadaran para pengada Indonesia terhadap perkembangan pengetahuan tercermin


dalam Pembukaan UUD 1945, yaitu ‘... mencerdasaskan kehidupan bangsa...’ Kalimat ini
menunjukkan bahwa tujuan kemerdekaan Indonesia salah satunya adalah untuk mencerdaskan
seluruh rakyat Indonesia. Pengada Indonesia menyadari bahwa kesejahteraan dapat dicapai
lewat pendidikan yang merupakan sarana pemerolehan ilmu pengetahuan. Kita ketahui
bersama bahwa kemerdekaan Indonesia tercapai karena peran pendidikan yang telah
membawa kesadaran kaum terpelajar Indonesia untuk mencapai kemerdekaan.

Pengada Indonesia juga menyadari bahwa kedaulatan suatu negara berada di tangan
rakyat. Kedaulatan rakyat harus berdasarkan kepada Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan
yang adil dan beradab, Persatuan Indonesia dan Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, serta mewujudkan suatu keadilan sosial
bagi seluruh rakyat Indonesia. Rumusan tersebut menjelaskan bahwa pengada Indonesia benar-
benar memiliki suatu konsep pemerintahan yang matang. Ini juga menunjukkan bahwa untuk
mencapai kesejahteraan, kita harus memliki keyakinan theisme religius.

Pancasila, yang juga tertuang dalam alenie ke-4 UUD 1945, merupakan nilai-nilai pokok
dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Pancasila sebagai filsafat sangat bermanfaat untuk
mendukung cita-cita atau tujuan nasional. Pancasila merupakan pedoman dan pegangan dalam
hal sikap. Tingkah laku dan perbuatan dalam hidup sehari-hari dalam masyarakat, berbangsa
dan bernegara.

Filsafat Pancasila merupakan hasil dari sistem pemikiran keilmuan dan disiplinpemikiran
keilmuan. Sistem keilmuan, filsafat Pancasila harus bersifat terbuka dalam mencari kebenaran.
Pancasila sebagai filsafat ilmu mengandung nilai ganda, yaitu harus memberikan landasar
teoritik (dan normatif) bagi penguasaan dan pengembangan iptek dan menetapkan tujuan; dan
nilai instrinsik tujuan iptek dilandasi oleh nilai mental kepribadian dan moral manusia (Syam,
2006).

Filsafat Pancasila memiliki sifat-sifat universal yang sesuai dengan ciri khas nasional. Sifat-sifat
universal tersebut adalah:

1.Sistematis, fundamental, universal, integral dan radikal menacari kebenaran yang hakiki

2.Filsafat yang monotheis dan religius yang mempercayai adanya sumber kesemestaan yaitu
Tuhan YME

3.Monodualisme dan monopluralisme yang mengutamakan ketuhanan, kesatuan dan


kekeluargaan

4.Satu kesatuan totalitas yang bulat dan utuh antar sila-sila Pancasila

5.Memiliki corak universal, terutama sila I dan sila II serta corak nasional Indonesia terutama
sila III, IV dan V6.Harmoni idiil (asas selaras serasi, dan seimbang

7.Idealisme fungsional (dasar dan fungsi serta tujuan idiil sekaligus

8.Memiliki ciri-ciri dimensi idealitas, realitas dan fleksibelitas.


Filsafat Pancasila merupakan landasar dalam proses berfikir dan berpengetahuan.
Sebuah pengetahuan dalam perkembangannya harus memperhatikan aspek Ketuhanan yang
merupakan landasan dalam setiap berfikir manusia. Pengetahuan harus memperhastikan aspek
kemanusiaan, tanpa memperhatikan landasasan ini, pengetahuan akan terlepas dari nilai hakiki
pengetahuan itu. Pancasila ada karena suatu proses pembentukan pengetahuan dari berbagai
sumber yang kemudian terakumulasi dalam kehidupan sehari-hari.

Pancasila sebagai suatu sistem filsafat pada hakikatnya adalah suatu sistem
pengetahuan. Dalam kehidupan sehari-hari Pancasila menjadi pedoman atau dasar bagi bangsa
Indonesia dalam memandang realitas alam semesta, manusia, masyarakat, bangsa, dan negara
tentang makna hidup serta sebagai dasar bagi manusia Indonesia untuk menyelesaikan masalah
yang dihadapi dalam hidup dan kehidupan. Pancasila dalam pengertian seperti itu telah
menjadi suatu sistem cita-cita atau keyakinan-keyakinan (belief system) sehingga telah
menjelma menjadi ideologi (mengandung tiga unsur yaitu : 1. Logos (rasionalitas atau
penalaran), 2. pathos (penghayatan), dan 3. Ethos (kesusilaan).

Pancasila sebagai filsafat memungkinkan masyarakat dapat memikirkan masalah-


masalah dasar hidupnya secara rasional dengan bahasa, wawasan dan argumentasi yang
universal. Dengan demikian, filsafat Pancasila dapat membuka cakrawala bagi diskusi secara
terbuka terhadap masalah-maslaah dan sekaligus secara kritis terhadap penyempitan-
penyempitan ideologis. Filsafat akan membantu kita untuk mengambil jarak terhadap klaim
ideologi ilmu-ilmu empiris. Pada budaya modern, ilmu empiris yang mendefinisikan arti
kemanusiaan dan tujuan perkembangan masyarakat. Pancasila sebagai filsafat juga akan
membantu kita untuk mengambil sikap terbuka dan kritis terhadap dampak modernisasi dan
menjadi pemain aktif, mempertahankan identitas sebagai bangsa Indonesia.

Filsafat Pancasila dalam perkembangan ilmu pengetahuan diharapakan dapat


memecahkan permasalahan dalam kehidupannya. Pancasila sebagai ilmu pengetahuan harus
dikembangkan demi ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan juga harus dapat menjawab
berbagai persoalan hidup. Pancasila yang terdiri dari lima sila, merupakan bentuk akumulasi
proses pemecahan masalah kehidupan bangsa Indonesia dalam kehidupan sehari-hari,
berbangsa dan bernegara.

Pancasila sebagai filsafat ilmu harus mengandung nilai ganda, yaitu

1.harus memberikan landasan teoritik (dan normatif) bagi penguasaan dan pengembangan
iptek dan menetapkan tujuannya
2. memiliki nilai instrinsik tujuan iptek yang senantiasa dilandasi oleh nilai mental kepribadian
dan moral manusia. Nilai-nilai kualitatif dan normatif secara kategoris harus terkandung dalam
ajaran filsafat. Kualitas dan identitas nilai mental dan kepribadian manusia senantiasa
berhubungan dengan nilai filsafat dan atau agama.

Kedudukan filsafat ilmu harus beerasaskan kerokhanian dari sistem keilmuan dan
pengembangannya. Fungsi mental dan moral kepribadian manusia dalam implemantasi iptek
merupakan kriteria yang signifikan suatu keilmuan. Keilmuan harus berorientasi praktis untu
kepentingan bangsa. Selain itu, kebenaran yag dianut epistomologis Pancasila prinsip
kebenaran eksistensial dalam rangka mewujudkan harmoni maksimal yang sesuai taraf-taraf
fisiokismis, biotik, psikis, dan human dalam rangka acuan norma ontologis transedental. Dengan
pendekatan pencerdasan kehidupan bangsa, epsitomologis Pancasila bersifat terbuka terhadap
berbagai aliran filsafat dunia (Dimyati, 2006).
BAB 2.

FILSAFAT HIDUP DAN SUMBER NILAI


Nilai Dasar Sekalipun nilai bersifat abstrak yang tidak dapat diamati melalui pancra indra
manusia, tetapi dalam kenyataannya nilai berhubungan dengan tingkah laku atau berbagai
aspek kehidupan manusia dalam prakteknya. Setiap nilai memiliki nilai dasar, yaitu berupa
hakikat, esensi, intisari atau makna yang dalam dari nilai-nilai tesebut. Nilai dasar itu bersifat
universal karena menyangkut kenyataan objektif dari segala sesuatu. Contohnya, hakikat
Tuhan, manusia, atau makhluk lainnya.Apabila nilai dasar itu berdasarkan kepada hakikat
kepada suatu benda, kiantitas, aksi, ruang dan waktu, nilai itu dapat juga disebut sebagai norma
yang direalisasikan dalam kehidupan yang praktis. Namun, nilai yang bersumber dari
kebendaan itu tidak boleh bertentangan dengan nilai dasar yang merupakan sumber
penjabaran norma tersebut. Nilai dasar yang menjadi sumber etika bagi bangsa Indonesia
adalah nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila.

1. Nilai Instrumental
Nilai instrumental ialah nilai yang menjadi pedoman pelaksanaan dari nilai dasar. Nilai
dasar belum dapat bermakna sepenuhnya apabila nilai dasar tersebut belum memiliki
formulasiserta parameter atau ukuran yang jelas dan konkret. Apabila nilai instrumental itu
berkaitan dengan tingkah laku manusia dalam kehidupan sehari-hari, maka nilai tersebut akan
menjadi norma moral. Akan tetapi, jika nilai instrumental itu merupakan suatu arahan
kebijakan atau strategi yang bersumber pada nilai dasar, sehingga dapat juga dikatakan bahwa
nilai-nilai instrumental itu merupakan suatu eksplisitasi dari nilai dasar.Dalam kehidupan
ketatanegaraan kitam nilai instrumental itu dapat kita temuakan dalam pasal-pasal Undang-
Undang Dasar 1945, yang merupakan penjabaran dari nilai-nilai yang terkandung dalam sila-sila
Pancasila. Tanpa ketentuan dalam pasal-pasal UUD 1945, maka nilainilai dasar yang termuat
dalam Pancasila belum memberikan makna yang konkret dalam praktek ketatanegaraan kita.

2. Nilai Praksis
Nilai praksis merupakan penjabaran lebih lanjut dari nilai instrumental dalam kehidupan yang
lebih nyata. Dengan demikian, nilai praksis merupakan pelaksanaan secra nyata dari nilai-nilai
dasar dan nilai instrumental. Berhubung fungsinya sebagai penjabaran dari nilai dasar dan nilai
instrumental, maka nilai praksis dijiwai oleh nilai-nilai dasar dan instrumental dan sekaligus
tidak bertentangan dengan nilai-nilai dasar dan instrumental tersebut.Nilai praksis dalam
kehidupan ketatanegaraan dapat ditemukan dalam undang-undang organic, yaitu semua
perundang-udangan yang berada dibawah UUD 1945 sampai kepada peraturan pelaksanaan
yang dibuat oleh pemerintah. Apabila dikaitkan dengan nilai-nilai yang

dibahas diatas, maka nilai-nilai dasar terdapat dalam UUD 1945, yaitu dalam pembukaannya,
sedangkan nilai instrumental dapat ditemukan dalam pasal-pasal UUD 1945 dan juga dalam
ketetapan MPR. Nilai praksis dapat ditemukan dalam peraturan perundang-undangan
berikutnya, yaitu dalam Undang-udang sampai kepada peraturan dibawahnya.

3. Etika Politik dalam Kehidupan Berbangsa dan Bernegara


Nilai-nilai Pancasila bersifat universal yang memperlihatkan napas humanism, karenanya
Pancasila dapat dengan mudah diterima oleh siapa saka. Sekalipun Pancasila memiliki sifat
universal, tetapi tidak begitu saja dapat dengan mudah diterima oleh semua bangsa.
Perbedaannya terletak pada fakta sejarah bahwa nilai-nilai secara sadar dirangkai dan disahkan
menjadi satu kesatuan yang berfungsi sebagai basis perilaku politik dan sikap moral bangsa.
BAB.3
PANCASILA SEBAGAI NILAI MORAL DAN ETIKA HIDUP
Pancasila adalah moral yang terdapat dalam berbagai moral itu sebagai unsur bersama,
yang oleh sebab itu dapat diterima oleh semua golongan, oleh seluruh rakyat Indonesia, dan
menjadi pemersatu. Untuk membedakannya dengan moral- moral itu, moral bersama itu
dengan tepat disebut moral Pancasila.

Pancasila sebagai sistem etika mendasarkan penilaian baik dan buruk pada nilai-nilai
pancasila, yaitu nilai ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan dan keadilan. Kelima nilai
tersebut membentuk perilaku manusia indonesia dalam semua aspek kehidupannya bawah ini
beberapa contoh penerapan Pancasila sila kemanusiaan yang adil dan beradab:

1. Menghargai perbedaan di tengah masyarakat yang terdiri dari banyak suku, agama, ras, dan
adat istiadat.

2. Senantiasa menjaga adab atau kesopanan, kehalusan, dan kebaikan budi pekerti kita dalam
berbagai kondisi.

Pancasila adalah milik khas bangsa Indonesia dan sekaligus menjadi identitas bangsa berkat

legitimasi moral dan budaya bangsa Indonesia sendiri. Nilai-nilai khusus yang termuat dalam

Pancasila dapat ditemukan dalam sila-silanya. Pancasila sebagai nilai dasar yang fundamental
adalah seperangkat nilai yang terpadu berkenaan dengan hidup bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara. Apabila kita memahami pokok-pokok pikiran yang terkandung dalam Pembukaan
UUD 1945, yang pada hakikatnya adalah nilai-nilai Pancasila.

Pancasila dan Pembukaan UUD 1945 dapat dinyatakan sebagai pokok-pokok kaidah Negara
yang fundamental, karena di dalamnya terkandung pula konsep-konsep sebagai sebagai
berikut:

1. Dasar-dasar pembentukan Negara, yaitu tujuan Negara, asas politik Negara (Negara
Republik Indonesia dan berkedaulatan rakyat), dan Negara asas kerohanian Negara (Pancasila).

2. Ketentuan diadakannya undang-undang dasar, yaitu “….. maka disusunlah kemerdekaan


kebangsaan Indonesia dalam suatu undang-undang dasar Negara Indonesia…”. Hal ini
menunjukkan adanya sumber hukum.Nilai dasar yang fundamental suatu Negara dalam hukum
mempunyai hakikat dan kedudukan yang tetap kuat dan tidak berubah, dalam arti dengna jalan
hukum apapun tidak

-mungkin lagi untuk dirubah. Berhubung Pembukaan UUD 1945 itu memuat nilai-nilai dasar
yang fundamental, maka Pembukaan UUD 1945 yang di dalamnya terdapat Pancasila tidak
dapat diubah hukum. Apabila terjadi perubahan berarti pembubaran Negara Proklamasi 17
Agustus 1945.

1).PANCASILA SEBAGAI MORAL


Pengertian Moral Moral berasal dari kata Moral yang artinya kesusilaan,
tabiat,kelakuan. Moral adalah ajaran tentang hal yang baik dan buruk yang menyangkut tingkah
laku dan perbuatan manusia. Seorang yang taat kepadaaturan-aturan, kaidah-kaidah dan
norma yang berlaku dalam masyarakatnya dianggap sesuai dan bertindak benar secara moral.
etika sebaliknya terjadi, pribadi itu dianggap tidak bermoral.Moral dalam perewujudannya
dapat berupa peraturan, prinsip-prinsip yang benar, baik, terpuji dan mulia.

Moral dapat berupa kesetiaan, kepatuhan terhadap nilai dan norma, moral pun dapat
dibedakan seperti moral ketuhananatau agama, moral, filsafat, moral etika, moral hukum,
moral ilmu, dansebagainya. nilai, norma, dan moral secara bersama mengatur kehidupan
masyarakat dalam berbagai aspeknya Pancasila Sebagai Moral sangsaPancasila sebagai
pandangan hidup bangsa indonesia yang telah disahkansebagai dasar negara merupakan
kesatuan utuh nilai-nilai budi pekerti ataumoral. oleh karena itu, Pancasila dapat disebut
sebagai moral bangsa indonesia. bangsa indonesia telah menegara dalam dengan demikian
Pancasila juga merupakan moral negara, yaitu moral yag berlaku bagi negara.Secara etismologis
Pancasila berarti lima asas ke!ajiban moral. Yang dimaksud dengan moral ialah keseluruhan
norma dan pengertian yangmenentukan baik atau buruknya sikap dan perbuatan manusia
dengan memahami norma-norma, manusia akan tahu apa yang harus atau wajib dilakukan dan
apa yang harus dihidari.
KESIMPULAN
Pemikiran-pemikiran yang melandasi dan terintegrasi menjadi filsafat Pancasila adalah
pemikiran yang bersumber dari agama, pemikiran kosmologis, ontologis, dan antropologis yang
berasal dari sub kebudayaan Indonesia, pemikiran yang berasal dari ilmu pengetahuan filssafat
barat sebagai hasil pendidikan yang dualistis, pengalaman hidup dan refleksi atas penderitaan
rakyat yang dilakukan oleh para perintis dan pejuang kemerdekaan, refleksi kritis, dialogis,
futurologis yang dilakukan oleh para pengada Indonesia (Suwarno, 1993; Hardono Hadi, 1994;
Baker, 1995 dalam Dimyati 1995).

Sifat-sifat universal tersebut adalah: 1.Sistematis, fundamental, universal, integral dan radikal
menacari kebenaran yang hakiki 2.Filsafat yang monotheis dan religius yang mempercayai
adanya sumber kesemestaan yaitu Tuhan YME 3.Monodualisme dan monopluralisme yang
mengutamakan ketuhanan, kesatuan dan kekeluargaan 4.Satu kesatuan totalitas yang bulat
dan utuh antar sila-sila Pancasila 5.Memiliki corak universal, terutama sila I dan sila II serta
corak nasional Indonesia terutama sila III, IV dan V6.Harmoni idiil (asas selaras serasi, dan
seimbang 7.Idealisme fungsional (dasar dan fungsi serta tujuan idiil sekaligus 8.Memiliki ciri-ciri
dimensi idealitas, realitas dan fleksibelitas.

Akan tetapi, jika nilai instrumental itu merupakan suatu arahan kebijakan atau strategi yang
bersumber pada nilai dasar, sehingga dapat juga dikatakan bahwa nilai-nilai instrumental itu
merupakan suatu eksplisitasi dari nilai dasar.Dalam kehidupan ketatanegaraan kitam nilai
instrumental itu dapat kita temuakan dalam pasal-pasal Undang-Undang Dasar 1945, yang
merupakan penjabaran dari nilai-nilai yang terkandung dalam sila-sila Pancasila.

Berhubung fungsinya sebagai penjabaran dari nilai dasar dan nilai instrumental, maka nilai
praksis dijiwai oleh nilai-nilai dasar dan instrumental dan sekaligus tidak bertentangan dengan
nilai-nilai dasar dan instrumental tersebut.Nilai praksis dalam kehidupan ketatanegaraan dapat
ditemukan dalam undang-undang organic, yaitu semua perundang-udangan yang berada
dibawah UUD 1945 sampai kepada peraturan pelaksanaan yang dibuat oleh pemerintah

PENYUSUN,

30 OKTOBER 2022

MUHAMMAD MAULANA.S

NIM: 2211102441205
KATA PENUTUP

Demikian kiranya yang bisa saya sampaikan, kurang lebihnya saya


mohon maaf jika ada salah kata yang terucap, dan atas perhatiannya
saya ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya. Akhir kata, saya
ucapkan Wassalamu'alaikum Warohmatullaahi Wabarokaatuh

Anda mungkin juga menyukai