Anda di halaman 1dari 8

ARTIKEL PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI TERBUKA

ALISHA VIRNY MUTIARA SANDHIKA


1904551097

Pendidikan Pancasila
Fakultas Hukum
Universitas Udayana
DAFTAR ISI

BAB I ............................................................................................................................3
Pendahuluan ................................................................................................................3
I.1 Latar Belakang ......................................................................................................3
I.2 Rumusan Masalah .................................................................................................4
I.3 Tujuan Penelitian ..................................................................................................4
BAB II ..........................................................................................................................5
Pancasila Sebagai Ideologi Terbuka .........................................................................5
BAB III.........................................................................................................................8
Penutup ........................................................................................................................8
III.1 Kesimpulan .........................................................................................................8
III.2 Saran....................................................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................9

2
BAB I
PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang


Setiap bangsa dan negara yang ingin berdiri kokoh kuat, tidak mudah terombang-
ambing oleh kerasnya persoalan hidup berbangsa dan bernegara, sudah barang tentu perlu
memiliki dasar negara dan ideologi negara yang kokoh dan kuat pula. Tanpa itu, maka bangsa
dan negara akan rapuh. Kenyataan menunjukkan bahwa kebersamaan masyarakat sebenarnya
dibangun diatas keanekaragamaan (budaya, etnis, bahasa, agama dan sebagainya), sehingga
perpecahan merupakan benih yang subur dan siap meledak setiap saat. Mengingat pentingnya
ideologi bagi sebuah negara, maka pembinaan secara terus menerus agar ideologi yang
diterimanya semakin mengakar dan pada gilirannya mampu membimbing masyarakat menuju
pemikiran yang relatif sama. Upaya memahami ideologi bagi suatu bangsa juga dapat
dilakukan melalui pemahaman tentang fungsi ideologi yang dianut oleh suatu negara.
Negara Indonesia telah memiliki suatu ideologi negara bernama Pancasila. Pancasila
menurut Darmodhiharjo (1991:230), yaitu: Pancasila merupakan “lima dasar atau lima asas
adalah nama dari Dasar Negara Republik Indonesia”. Istilah pancasila sudah dikenal sejak
jaman Majapahit pada abad XIV, yaitu terdapat dalam buku Negarakertagama karangan
Prapanca dan buku Sutasoma karangan Tantular. Ditinjau dari sejarahnya istilah “Pancasila”
pertama kali disampaikan oleh Ir.Soekarno pada saat mengusulkan dasar Negara Indonesia.
Selanjutnya, pancasila dikenal saat ini adalah ideologi Negara Indonesia yang tertuang di
dalam pembukaan UUD 1945 pada alinea keempat.
Pancasila sebagai ideologi bangsa dalam berbagai bidang dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa maupun bernegara. Dengan kata lain, seluruh tatanan kehidupan
masyarakat, bangsa dan negara Indonesia menggunakan pancasila sebagai dasar moral atau
norma dan tolak ukur tentang baik buruk dan benar salahnya sikap, perbuatan dan tingkah laku
bangsa Indonesia. Pancasila merupakan jiwa seluruh rakyat Indonesia, kepribadian bangsa
Indonesia, pandangan hidup bangsa Indonesia dan pancasila menjadi tujuan hidup bangsa
Indonesia.
Mempelajari Pancasila lebih dalam menjadikan kita sadar sebagai bangsa Indonesia
yang memiliki jati diri dan harus diwujudkan dalam pergaulan hidup sehari-hari untuk
menunjukkan identitas bangsa yang lebih bermartabat dan berbudaya tinggi.

3
I.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana Pancasila sebagai ideologi terbuka ?

I.3 Tujuan Penelitian


1. Untuk mengetahui dan mengerti bagaimana Pancasila sebagai ideologi terbuka.

4
BAB II
PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI TERBUKA

Pancasila sebagai ideologi negara berarti sebagai cita-cita bernegara dan sarana yang
mempersatukan masyarakat perlu perwujudan yang konkret dan operasional aplikatif, sehingga
tidak hanya dijadikan slogan belaka. Hal ini tercantum dalam ketetapan MPR No. 18 Tahun
1998 yang menyatakan bahwa Pancasila perlu diamalkan dalam bentuk pelaksanaan yang
konsisten dalam kehidupan bernegara. Istilah ideologi berasal dari kata 'idea' yang berarti
gagasan, konsep, pengertian dasar, cita-cita dan 'logos' yang berarti ilmu. Maka secara harfiah,
ideologi berarti ilmu pengetahuan tentang ide-ide (the science of ideas) atau ajaran tentang
pengertian-pengertian dasar,
Pengertian ideologi. Ideologi sebagai suatu sistem pemikiran (system of thought),
maka ideologi itu merupakan suatu sistem pemikiran terbuka. Ciri khas ideologi terbuka adalah
nilai-nilai dan cita-citanya tidak dipaksakan dari luar, melainkan digali dan diambil dari suatu
kekayaan rohani, moral, dan budaya masyarkat itu sendiri. Dasarnya bukan keyakinan
ideologis sekelompok orang, melainkan hasil musyawarah dan consensus dari masyarakat itu
sendiri. Oleh karena itu, ideologi terbuka adalah milik seluruh rakyat.
Ideologi terbuka tidak hanya dapat dibenarkan, melainkan dibutuhkan. Dalam sistem
politik dapat ditemukan bahwapenyelenggaraan negara berdasarkan pandangan-pandangan
dan nilai-nilai dasar tertentu. Kadang-kadang dasar normatif itu tidak dirumuskan secara
eksplisit. Akan tetapi dalam kebanyakan negara, undang0undang dasar (konstitusi) memuat
bagian yang merumuskan dasar normatif itu. Dasar normatis itu dapat pula disebut dasar
negara. Dan ini merupakan kesepakatan bersama yang berladaskan kepada nilai-nilai dasar
cita-cita masyarakat. Dengan demikian maka merupakan ciri ideologi terbuka yakni bahwa
isinya tidak operasioal. Ia baru menjadi operasional apabila sudah dijabarkan ke dalam
perangkat yang berupa konstitusi atau peraturan perundangan lainnya. Oleh karena itu setiap
generasi baru dapat menggali kembali dasar fislafat negara itu untuk menemukan apa
implikasinya bagi situasi atau zaman itu masing-masing (Suseno, 1987).
Pancasila sebagai ideologi terbuka. Pancasila sebagai suatu ideologi tidak bersifat
kaku dan tertutup, namun bersifat terbuka. Hal ini dimaksudkan bahwa ideologi Pancasila
adalah bersifat actual, dinamis, antsipatif, dan senantiasa mampu menyesuaikan dengan
perkembangan jaman. Keterbukaan ideologi Pancasila bukan berarti mengubah nilai-nilai

5
dasar Pancasila namun mengeksplisitkan wawasannya secara konkret, sehingga memiliki
kemampuan yang lebih tajam untuk memecahkan masalah-masalah baru dan aktual.
Dalam ideologi terbuka terdapat cita-cita dan nilai-nilai yang mendasar yang bersifat
tetap dan tidak berubah, dan tidak langsung bersifat operasional, oleh karena itu setiap kali
harus dieksplisitkan. Eksplisitasi dilakukan dengan menghadapkannya padangan hidup
berbagai masalah yang selalu silih berganti melalui refleksi yang rasional terungkap makna
operasionalnya. Dengan demikian penjabaran ideologi dilaksanakan dengan interpretasi yang
kritis dan rasional (Poespowardoo, 1991: 59). Sebagai suatu contoh keterbukaan (pers
Pancasila, dalam kaitannya dengan Pendidikan, ekonomi, ilmu pengetahuan, hukum,
kebudayaan, dan bidang-bidang lainnya). Sebagai suatu ideologi yang bersifat terbuka maka
Pancasila memiliki dimensi sebagai berikut, yaitu:
Dimensi idealitis, yaitu nilai-nilai dasar yang terkandung dalam Pancasila yang bersifat
sistematis dan rasional yaitu hakikat nilai-nilai yang terkandung dalam lima sila Pancasila,
maka dimensi idealistis Pancasila bersumber pada nilai-nilai filosofis yaitu filsafat Pancasila.
Oleh karena itu dalam setiap ideologi bersumber pandangan hidup nilai-nilai filosofis
(Pespowardoyo, 1991: 50).
Dimensi normatif, adalah nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila perlu
dijabarkan dalam suatu sistem norma, sebagaimana terkandung dalam Pembukaan UUD 1945
yang memiliki kedudukan tertinggi dalam tata tertib hukum Indonesia
Dimensi realistis, suatu ideologi harus mampu mencerminkan ralitas yang hidup dan
berkembang dalam masyarakat. Oleh karena itu Pancasila selain memiliki dimensi nilai-nilai
ideal normatif, maka Pancasila harus dijabarkan dalam kehidupan nyata sehari-hari baik dalam
kaitannya bermasyarakatan maupun dalam segala aspek penyelenggaraan negara. Dengan
demikian Pancasila sebagai ideologi terbuka tidak bersifat 'utopis' yang hanya berisi ide-ide
yang mengawang, namun bersifat realistis artinya mampu dijabarkan dalam kehidupan yang
nyata dalam berbagai bidang.
Berdasarkan hakikat ideologi Pancasila yang bersiat terbuka yang memiliki tiga
dimensi tersebut maka ideologi Pancasila tidak bersifat 'utopis' yang hanya merupakan sistem
ide-ide belaka yang jauh dari kenyataan hidup sehari-hari. Selain itu ideologi Pancasila bukan
merupakan doktrin belaka, karena doktrin hanya memiliki pada ideologi yang hanya bersifat
normatif dan tertutup, demikian pula ideologi Pancasila bukan merupakan ideologi pragmatis
yang hanya menekankan segi praktis dan ralistis belaka tanpa idealisme yang rasional. Maka
ideologi Pancasila bersifat terbuka pada hakikatnya, nilai-nilai dasar (hakikat) sila-sila

6
Pancasila yang bersifat tetap adapun penjabaran dan realisasinya senantiasa mengikuti
perkembangan jaman.
Keterbukaan ideologi Pancasila juga menyangkut keterbukaan dalam menerima budaya
asing. Oleh karena itu sebagai makhluk sosial senantiatasa hidup bersama sehingga terjadilah
akulturasi budaya. Pancasila sebagai ideologi terbuka senantiasa terbuka pada terhadap
pengaruh budaya asing, namun nilai-nilai esensial Pancasila bersifat tetap. Secara strategis
keterbukaan Pancasila dalam menerima budaya asing dengan jalan menolak nilai-nilai yang
bertentangan dengan ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan serta keadilan serta
menerima nilai-nilai budaya yang tidak bertentangan dengan nilai-nilai dasar Pancasila
tersebut.
Demikianlah maka bangsa Indonesia yang berideologi Pancasila sebagai bangsa yang
berbudaya tidak menutup diri dalam pergaulan budaya antar bangsa di dunia. Sebagai
masyarakat yang menganut sistem demokrasi, hendaknya kita bersama-sama memperjuangkan
keutuhan nila-nilai yang terkandung dalam Pancasila. Kita harus menjunjung tinggi harkat dan
martabat bangsa. Bangsa di dunia telah mengakui keberadaan dan eksistensi Pancasila sebagai
ideologi terbuka. Pancasila adalah ideologi yang termasuk dalam falsafah hidup bangsa paling
kuat di dunia, maka dari itu hendaknya kita harus senantiasa menjaga keutuhannya.

7
BAB III
PENUTUP

III.1 Kesimpulan
Pancasila sebagai suatu ideologi tidak bersifat kaku dan tertutup, namun bersifat
terbuka. Hal ini dimaksudkan bahwa ideologi Pancasila adalah bersifat actual, dinamis,
antsipatif, dan senantiasa mampu menyesuaikan dengan perkembangan jaman. Keterbukaan
ideologi Pancasila bukan berarti mengubah nilai-nilai dasar Pancasila namun mengeksplisitkan
wawasannya secara konkret, sehingga memiliki kemampuan yang lebih tajam untuk
memecahkan masalah-masalah baru dan aktual.
Sebagai suatu ideologi yang bersifat terbuka maka Pancasila memiliki dimensi sebagai
berikut, yaitu: Dimensi idealisitis, Dimensi normatif, dan Dimensi realistis. Berdasarkan
hakikat ideologi Pancasila yang bersiat terbuka yang memiliki tiga dimensi tersebut maka
ideologi Pancasila tidak bersifat 'utopis' yang hanya merupakan sistem ide-ide belaka yang jauh
dari kenyataan hidup sehari-hari. Selain itu, Pancasila sebagai ideologi terbuka senantiasa
terbuka pada terhadap pengaruh budaya asing, namun nilai-nilai esensial Pancasila bersifat
tetap yang artinya keterbukaan Pancasila dalam menerima budaya asing dengan jalan menolak
nilai-nilai yang bertentangan dengan ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan serta
keadilan.

III.2 Saran
Masyakat Indonesia dalam menyikapi perubahan yang berkembang seiring jaman
sebaiknya bersifat terbuka namun tetap sejalalan dengan nilai-nilai yang terkandung dalam
Pancasila.

Anda mungkin juga menyukai