Anda di halaman 1dari 12

CIRI-CIRI PANCASILA SEBAGAI FILSAFAT BANGSA

NAMA: ASYIRA SYAKIRA

KELAS: RMIK B

NIM: 2203078

DOSEN: Dr HUSAIN AS M.pd

A. LATAR BELAKANG

Pancasila adalah sebagai dasar falsafat negara Indonesia, sehingga dapat


diartika kesimpulan bahwa pancasila merupakan dasar falsafat dan ideologi
negara yang diharapkan menjadi pandangan hidup bangsa Indonesia, sebagai
dasar pemersatu, lambang persatuan dan kesatuan, serta bagian pertahanan bangsa
dan negara.

Pancasila sebagai ideologi menguraikan nilai-nilai pancasila sebagai ideologi


negara dan karakteristik pancasila sebagai ideologi negara. Sejarah Indonesia
menunjukan bahwa pancasila adalah jiwa seluruh rakyat Indonesia yang memberi
kekuatan hidup kepada bangsa Indonesia serta membimbingnya dalam mengejar
kehidupan yang layak dan lebih baik, utnuk mencapai masyarakat Indonesia adil
dan makmur.

Pancasila merupakan kesatuan yang tidak bisa dipisahkan, karena dalam


masing-masing sila tidak bisa ditukar tempat atau dipindah. Bagi bangsa
Indonesia, pancasila merupakan pandangan hidup bangsa dan negara Indonesia.
Bahwasanya pancasila yang telah diterima dan ditetapkan sebagai dasar negara
seperti tercantum dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 merupakan
kepribadian dan pandangan hidup bangsa yang telah diuji kebenaran, kemampuan
dan kesaktiannya. Sehingga taka da satu kekuatan manapun juga yang mampu
memisahkan pancasila dari kehidupan bangsa Indonesia.

1
A. PEMBAHASAN
1. Pengertian Pancasila
Pancasila berasal dari kata panca yang berarti lima dan sila yang berarti dasar,
sendi, asas, atau peraturan tingkah laku yang penting dan baik. Dengan demikian
pancasila merupakan lima dasar yang berisi pedoman atau aturan tentang tingkah
laku yang penting dan baik. Pancasila dapat kita artikan sebagai lima dasar yang
dijadikan dasar negara serta pandangan hidup bangsa. Suatu bangsa tidak akan
dapat berdiri dengan kokoh tampa dasar negara yang kuat dari dalam maupun dari
luar.

Pancasila merupakan kesatuan yang tidak bisa dipisahkan, karena dalam


masing-masing sila tidak bisa ditukar tempat atau dipindah. Bagi bangsa
Indonesia, pancasila merupakan pandangan hidup bangsa dan negara Indonesia.
Bahwasanya pancasila yang telah diterima dan ditetapkan sebagai dasar negara
seperti tercantum dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 merupakan
kepribadian dan pandangan hidup bangsa yang telah diuji kebenaran, kemampuan
dan kesaktiannya. Sehingga taka da satu kekuatan manapun juga yang mampu
memisahkan pancasila dari kehidupan bangsa Indonesia.

Pancasila sebagai satu-satunya ideology yang dianut bangsa Indonesia tidak


ada yang mampu menandinginnya. Indonesia yang terdiri atas berbagai dan suku
bangsa dapat dipersatukan oleh pancasila. Itu sebabnya sering kali panccasia
dianggap sebagai ideology yang sakti. Siapapun coba menggulingkannya akan
berhadapan langsung dengan seluruh kompobeb-komponen kekuatan bangsa dan
negara Indonesia.

Peranan dan fungsi pancasila pada era sekarang masih relevan karena
pancasila mencakup aspek-aspek dasar. Selain itu, pancasila juga merupakan alat
untuk keamanan dan kemakmuran bersama rakyat Indonesia. Hanya saja
pelaksanaan secara konkrtiknya belum bisa dilaksanakan dengan sebaik-baiknya
karena keadilan dan kemakmuran bagi seluruh rakyat Indonesia belum juga
terwujut sampai saat ini. Pancasila juga merupakan kepribadian seluruh rakyat
Indonesia. Akan tetapi, nilai-nilai luhur sudah sangat pudar, terkikis oleh perilaku
yang hanya mementingkan aspek ekonomi gaya hidup globalisasi yang buruk.

2
mengingat sangat pentingnya oancasila sebagai dasar negara, maka kita harus
meneruskan perjuangan serta memelihara, melestarikan menghayati, dan
mengamalkan nilai-nilai pancasila dalam kehidupan sehari-hari agar tujuan
pancasila dapat terpenuhi, sehingga akan menjadi ketahanan jati diri bangsa.

2. Pancasila Sebagai Filsafat


Pancasila sebagai filsafat mengandung pandangan, nilai dan pemikiran yang
dapat menjadi subtansi dan isi pembentukan ideology pancasila. Serta ringkas
filsafat pancasila merupakan refleksi kritis dan rasional tentang pancasila sebagai
dasar negara dan kenyataan budaya bangsa. Tujuannya adalah untuk mendapatkan
pokok-pokok pengertiannya secara mendasar dan menyeluruh. Filsafat pancasila
juga mengungkap konsep-konsep yang bukan saja ditujukan pada bangsa
Indonesia, melainkan juga manusia pada umumnya. Pancasila sebagai filsafat
bangsa Indonesia ditetapkan menjadi ideology bangsa Indonesia pada tanggal 18
Agustus 1945.

Filsafat pancasila dapat didefinisikan sebagai refleksi kritis dan rasionl tentang
pancasila sebagai dasar negara dan kenyataan budaya bangsa, dengan tujuan untuk
mendapatkan pokok-pokok pengertiannya yang mendasar dan menyeluruh.
Pancasila dikatakan sebagai filsafat karena pancasila merupakan hasil perenungan
jiwa yang mendalam yang dilakukan oleh the founding fathers Indonesia, yang di
tuangkan dalam suatu system (Abdul Gani 1998).

Pengertian filsafat pancasila secara umum adalah hasil berfikir atau pemikiran
yang sedalam-dalamnya dari bangsa Indonesia yang dianggap, dipercaya dan
diyakini sebagai kenyataan, norma-norma dan nilai-nilai yang benar, adil,
bijaksana dan paling sesuai dengan kehidupan dan kepribadian bangsa Indonesia.
Filsafat pancasila kemudian dikembangkan oleh Soekarno sejak 1955 sampai
kekuasaannya berakhir pada 1965. Pada saat itu Soekarno selalu menyatakan
bahwa pancasila merupakan filsafat asli Indonesia yang diambil dari budaya dan
tradisi Indonesia, serta merupakan akulturasi budaya India (hindu-buddha), Barat
(Kristen), Arab (Islam).

3
Filsafat pancasila dapat digolongkan sebagai filsafat praktis sehingga filsafat
pancasila tidak hanya mengandung pemikiran yang sedalam-dalamnya atau tidak
hanya bertujuan mencari, tetapi hasil pemikiran yang berwujud filsafat pancasila
tersebut dipergunakan sebagai pedoman hidup sehari-hari (way of life atau
weltanschauung) agar hidup bangsa Indonesia dapat mencapai kebahagiaan lahir
dan batin, baik dunia maupun di akhirat (Salam, 1988:23-24).

Pembahasan filsafat pancasila dapat dilakukan secara deduktif dan induktif.


Secara deduktif dilakukan dengan mencari hakikat pancasila serta menganasisis
dan menyusunnya secara sistematis menjadi keutuhan pandangan yang
komprehensif. Secara induktif yakni dengan mengamati arti dan makna yang
hakiki dari gejala-gejala itu.

3. Objek Filsafat Pancasila


Ditinjau dari segi obyektifnya, filsafat meliputi hal-hal yang ada atau dianggap
dan diyakini ada, seperti manusia, dunia, Tuhan dan seterusnya.

Ruang lingkup obyek filsafat :

a. Obyek material

b. Obyek formal

Lebih jauh E.C. Ewing dalam bukunya Fundamental Questions of Philosophy


(1962) menyatakan bahwa pertanyaan-pertanyaan pokok filsafat (secara tersirat
menunjukan objek filsafat) ialah : Truth (kebenaran), Matter (materi), Mind
(pikiran), The Relation of matter and mind (hubungan antara materi dan pikiran),
Space and Time (ruang dan waktu), Cause (sebab-sebab), Freedom (kebebasan),
Monism versus Pluralism (serba tunggal lawan serba jamak), dan God (Tuhan).

Lebih jauh E.C. Ewing dalam bukunya Fundamental Questions of Philosophy


(1962) menyatakan bahwa pertanyaan-pertanyaan pokok filsafat (secara tersirat
menunjukan objek filsafat) ialah : Truth (kebenaran), Matter (materi), Mind
(pikiran), The Relation of matter and mind (hubungan antara materi dan pikiran),
Space and Time (ruang dan waktu), Cause (sebab-sebab), Freedom (kebebasan),
Monism versus Pluralism (serba tunggal lawan serba jamak), dan God (Tuhan).

4
Menurut Endang Saefudin Anshori (1981) objek material filsafat adalah sarwa
yang ada (segala sesuatu yang berwujud), yang pada garis besarnya dapat dibagi
atas tiga persoalan pokok yaitu : 1). Hakekat Tuhan; 2). Hakekat Alam; dan 3).
Hakekat manusia, sedangkan objek formal filsafat ialah usaha mencari keterangan
secara radikal terhadap objek material filsafat. Dengan demikian objek material
filsafat mengacu pada substansi yang ada dan mungkin ada yang dapat difikirkan
oleh manusia, sedangkan objek formal filsafat menggambarkan tentang cara dan
sifat berfikir terhadap objek material tersebut, dengan kata lain objek formal
filsafat mengacu pada sudut pandang yang digunakan dalam memikirkan objek
material filsafat.

4. Aspek-aspek Pancasila Sebagai Filsafat


1) Aspek Ontologi
Ontologi menurut Runes adalah teori tentang adanya kebenaran atau
eksistensi. Sementara menurut Aristoles sebagai filsafat pertama, ontology adalah
ilmu yang menyelidiki hakekat sesuatu dan disamakana rtinya dengan
metafisikan. Jadi, ontology adalah bidang atau cabang filsafat yang menyelidiki
makna yang ada (eksistensi dan keberadaan), sumber,jenis,hakekat, termasuk
alam, manusia, mentafisikan dan alam semesta atau kosmologi. Biang ontology
meliputi; penyelidikan tentang keberadaan manusia, benda, alam, semesta.

Dalam konteks ontologi, pancasila “ada” dalam realitas/kenyataan, sebab


“ada” nya Tuhan, manusia, satu, rakyat, dan adil, yang menjadi landasan sila-sila
Pancasila itu “ada” dalam realitas/kenyataan. Nilai-nilai Pancasila yang terdapat
dalam adat istiadat, budaya, dan religi, “ada” pada bangsa Indonesia sejak dahulu
kala, dan masih tetap “ada” sampai sekarang

Hubungan : Sila pertama Pancasila yang berbunyi “Ketuhanan Yang Maha Esa”
mengakui adanya kekuatan gaib yang di luar manusia menjadi pencipta, pengatur
serta penguasa alam semesta.

2) Aspek Epistemologi
Epistemologi adalah cabang filsafat yang menyelidiki asal, syarat, susunan,
metode, dan validitas ilmu pengetahuan. Epistemologi meneliti sumber

5
pengetahuan, proses dan syarat terjadinya pengetahuan, serta batas dan validitas
ilmu pengetahuan. Yang termasuk cabang epistemologi adalah matematika,
logika, sematik, dan teori ilmu. Dilihat dari aspek epistemologi, Pancasila
merupakan pengetahuan ilmiah dan filsafati, dan bisa diteliti dan diuji
kebenarannya.

Sebagai suatu ideologi maka pancasila memiliki tiga unsur pokok agar dapat
menarik loyalitas dan pendukungnya yaitu :

1. Logos yaitu rasionalitas atau penalarannya

2. Pathos yaitu penghayatannya

3. Ethos yaitu kesusilaannya (wibisono, 1996:3)

Dasar epistemologis pancasila pada hakikatnya tidak dapat dipisahkan


dengan dasar ontologisnya. Pancasila sebagai suatu ideologi bersumber pada nilai
– nilai dasarnya yaitu filsafat pancasilaa (Soeryanto, 1991:51). Terdapat tiga
persoalan yang mendasar dalam epistemologi yaitu: pertama tentang sumber
pengethuan manusia, kedua tentang teori kebenaran pengetahuan manusia, ketiga
tentang watak pengetahuan manusia (titus, 1984:20).

3) Aspek Aksiologi
Aksiologi adalah cabang filsafat yang menyelidiki makna nilai, sumber nilai,
jenis dan tingkatan nilai dan hakekat nilai. Dalam konteks aksiologi, Pancasila
sebagai sistem filsafat mengandung nilai manfaat yaitu untuk mempersatukan
bangsa Indonesia yang beraneka ragam suku bangsa ini, dan mengandung nilai
manfaat sebagai acuan moral bangsa Indonesia dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara. Pancasila merupakan kristalisasi nilai-nilai yang
diangkat dari kehidupan bangsa Indonesia yang diyakini sebagai sesuatu hal yang
baik, benar dan indah.

Aksiologi adalah ilmu yang membicarakan tentang tujuan ilmu pengetahuan


itu sendiri. Jadi Aksiologi merupakan ilmu yang mempelajari hakikat dan manfaat
yang sebenarnya dari pengetahuan, dan sebenarnya ilmu pengetahuan itu tidak ada
yang siasia kalau kita bisa memanfaatkannya dan tentunya dimanfaatkan dengan

6
sebaik-baiknya dan di jalan yang baik pula. Karena akhir-akhir ini banyak sekali
yang mempunyai ilmu pengetahuan yang lebih itu dimanfaatkan di jalan yang
tidak benar.

Pembahasan aksiologi menyangkut masalah nilai kegunaan ilmu. Ilmu tidak


bebas nilai. Artinya pada tahap-tahap tertentu kadang ilmu harus disesuaikan
dengan nilai-nilai budaya dan moral suatu masyarakat; sehingga nilai kegunaan
ilmu tersebut dapat dirasakan oleh masyarakat dalam usahanya meningkatkan
kesejahteraan bersama, bukan sebaliknya malahan menimbulkan bencana.

5. Kesatuan Sila-sila Pancasila Sebagai Suatu Sistem Filsafat


Meskipun Pancasila terdiri dari lima sila, tetapi kelimanya merupakan satu
kesatuan yang bulat dan utuh. Masing-masing sila tidak dapat berdiri sendiri,
maksudnya sila yang satu terlepas dari sila yang lain. Sila-sila Pancasila
mempunyai hubungan yang erat antara yang satu dengan lainnya. Kelima sila itu
bersama-sama menyusun pengertian yang satu, bulat dan utuh.

Sebagai sistem filsafat, Pancasila telah memenuhi persyaratan di


antaranya sebagai berikut :

a) Sebagai satu kesatuan yang utuh, berarti kelima sila dari sila I s.d. V
merupakan satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan. Memisahkan satu
sila berarti menghilangkan arti Pancasila.
b) Bersifat konsisten dan koheren, berarti lima sila Pancasila itu urut-urutan
sila I s.d. V bersifat runtut tidak kontradiktif, dan nilai yang lebih esensial
didahulukan. Esensi pokok sila I s.d. V : Tuhan, manusia, satu, rakyat, dan
adil. Tuhan menciptakan manusia, manusia butuh interaksi dengan
manusia lain (persatuan), setelah bersatu mencapai tujuan bersama
(keadilan) dan perlu musyawarah terlebih dahulu.
c) Ada hubungan antara bagian yang satu dengan bagian lain, berarti sila I
s.d. V ada hubungan keterkaitan dan ketergantungan yang menjadi lima
sila tersebut bulat dan utuh.
d) Ada kerjasama, dalam hal ini yang dimaksudkan adalah pendukung
Pancasila itu yang melakukan kerjasama yaitu bangsa Indonesia sendiri.

7
e) Semua mengabdi pada satu tujuan yaitu tujuan bersama, maksudnya
adalah semua pendukung Pancasila (bangsa Indonesia) harus bekerjasama
untuk tujuan bersama seperti yang dimaksud dalam UUD 1945 yaitu
kesejahteraan bersama.

Konsekuensi dari sistem tersebut menyebabkan Pancasila memiliki susunan


hirarkis dan bentuk piramidal. Hirarkis artinya bertingkat, sedangkan piramidal
dipergunakan menggambarkan hubungan yang bertingkat dari sila-sila Pancasila
dalam urutan luas cakupan (kuantitas) dan juga dalam hal isi sifatnya (kualitas).

Jika dilihat dari segi esensinya, urut-urutan lima sila ini menunjukan
rangkaian tingkat dalam “luas cakupan” dan “isi sifatnya.” Artinya sila yang
dibelakang sila lainnya lebih sempit/kecil cakupannya atau merupakan
pengkhususan atau bentuk penjelmaan dari sila-sila yang mendahuluinya. Dengan
adanya urut-urutan dari kelima sila Pancasila yang mempunyai hubungan
mengikat satu sama lain, sehingga Pancasila merupakan satu kesatuan yang bulat
dan utuh. Hal ini menjadikan setiap sila dari Pancasila didalamnya terkandung
sila-sila lainnya, ini berarti :

1. KeTuhanan Yang Maha Esa, adalah KeTuhanan yang berperikemanusiaan,


berpersatuan, berkerakyatan, dan berkeadilan sosial.
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab, adalah Kemanusiaan yang
berkeTuhanan, berpersatuan, berkerakyatan, dan berkeadilan sosial.
3. Persatuan Indonesia, adalah persatuan yang berkeTuhanan,
berkemanusiaan, berkerakyatan, dan berkeadilan sosial.
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan, adalah kerakyatan yang berkeTuhanan,
berkemanusiaan, berpersatuan, dan berkeadilan sosial.
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, adalah keadilan yang
berkeTuhanan, berkemanusiaan, berpersatuan, dan berkerakyatan.
Konsekuensi logis dari hirarkis piramidal sila-sila Pancasila tersebut, maka
sila ke-Tuhanan Yang Maha Esa menjadi puncak dari sila di bawahnya,
yaitu kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia, kerakyatan
yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam

8
permusyawaratan/perwakilan dan keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia.

6. Ciri-ciri Filsafat Pancasila


Penjelasan kelima prinsip atau karatekristik tersebut adalah sebagai berikut:
1) Kepercayaan pada Tuhan Yang Esa

Prinsip Pancasila menegaskan kembali kepercayaan orang Indonesia, bahwa


Tuhan memang ada. Ini juga menyiratkan bahwa masyarakat Indonesia percaya
pada kehidupan setelah kematian. Ini menekankan bahwa pengejaran nilai-nilai
suci akan membawa orang menuju kehidupan yang lebih baik di akhirat.

Prinsipnya tercakup dalam pasal 29, Bagian 1 UUD 1945 dan berbunyi: “Negara
harus didasarkan pada kepercayaan pada Tuhan Yang Maha Esa”.

2) Kemanusiaan yang Adil dan Beradab


Prinsip ini mengharuskan manusia diperlakukan dengan memperhatikan
martabat mereka sebagai ciptaan Tuhan. Ini menekankan bahwa orang Indonesia
tidak mentolerir penindasan fisik atau spiritual manusia oleh rakyat mereka
sendiri atau oleh negara manapun seperti ciri-ciri demokrasi konstitusional.

3) Kesatuan Indonesia
Prinsip ini mewujudkan konsep nasionalisme, cinta untuk bangsa dan tanah
air seseorang. Ini membayangkan kebutuhan untuk selalu menumbuhkan kesatuan
dan integritas nasional. Nasionalisme Pancasila menuntut agar orang Indonesia
menghindari perasaan superioritas atas dasar etnik, karena alasan keturunan dan
warna kulit. Pada tahun 1928.

Pemuda Indonesia berjanji untuk memiliki satu negara, satu negara dan satu
bahasa, sementara lambang Indonesia melambangkan simbol “Bhinneka Tunggal
Ika” yang berarti “kesatuan dalam keragaman”. Perbedaan sosial dalam kehidupan
sehari-hari seharusnya tidak pernah mempengaruhi persatuan dan kesatuan
nasional. Mengacu pada pertanyaan ini, Presiden Soeharto pernah berkomentar:
“Apa yang harus kita lakukan adalah membuat perbedaan ini menyatukan kita
dalam harmoni yang sempurna seperti spektrum pelangi yang indah.

9
4) Demokrasi Dipandu oleh Kebijaksanaan Batin dalam Kebulatan Suara
yang Berasal dari Musyawarah di Antara Perwakilan
Pada jenis demokrasi ini, Presiden Soeharto mengatakan: “Demokrasi yang
kita praktikkan adalah demokrasi Pancasila yang menjadi dasar dasar dan dasar
hukum yang ditetapkan di tahun 1945 Konstitusi.” Demokrasi Pancasila
menyerukan pengambilan keputusan melalui musyawarah, musyawarah, hingga
mencapai konsensus, atau mufakat. Ini adalah demokrasi yang sesuai dengan
prinsip-prinsip Pancasila. Ini menyiratkan bahwa hak demokratis harus selalu
dilakukan dengan rasa tanggung jawab yang mendalam kepada Tuhan Yang Maha
Kuasa menurut keyakinan dan kepercayaan religius seseorang, dengan
menghormati nilai-nilai kemanusiaan martabat dan integritas manusia,

5) Keadilan Sosial untuk Seluruh Rakyat Indonesia


Prinsip ini menyerukan pemerataan kesejahteraan yang adil kepada seluruh
penduduk, tidak secara statis namun dinamis dan progresif. Ini berarti bahwa
semua sumber daya alam dan potensi nasional negara tersebut harus dimanfaatkan
sebaik mungkin untuk kebaikan dan kebahagiaan rakyat. Keadilan sosial
menyiratkan perlindungan yang lemah. Tapi perlindungan seharusnya tidak
menyangkal pekerjaan mereka. Sebaliknya, mereka harus bekerja sesuai
kemampuan dan bidang aktivitas mereka seperti ciri-ciri ideologi anarkisme.

Perlindungan harus mencegah perlakuan yang disengaja oleh yang kuat dan
menjamin aturan keadilan. Inilah nilai sakral Pancasila yang, sebagai sebuah
prinsip budaya, harus selalu dihormati oleh setiap orang Indonesia karena
sekarang menjadi ideologi negara dan filosofi kehidupan masyarakat Indonesia
sebagai contoh demokrasi konstutional. Sistem filosofis masyarakat Indonesia
dikenal secara luas karena Pancasila dapat didefinisikan sebagai refleksi kritis dan
rasional tentang realitas budaya negara dan bangsa Indonesia untuk mendapatkan
pokok-pokok pemikiran fundamental dan komprehensif tentang Pancasila.
Dengan kata lain, Pancasila didefinisikan sebagai filosofi karena ini merupakan
hasil refleksi mendalam dari founding fathers yang menuangkannya ke dalam
sebuah sistem dan pancasila sebagai ilmu pengetahuan.

10
PENUTUP

Kesimpulan

Pancasila merupakan kesatuan yang tidak bisa dipisahkan, karena dalam


masing-masing sila tidak bisa ditukar tempat atau dipindah. Bagi bangsa
Indonesia, pancasila merupakan pandangan hidup bangsa dan negara Indonesia.
Bahwasanya pancasila yang telah diterima dan ditetapkan sebagai dasar negara
seperti tercantum dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 merupakan
kepribadian dan pandangan hidup bangsa yang telah diuji kebenaran, kemampuan
dan kesaktiannya. Sehingga taka da satu kekuatan manapun juga yang mampu
memisahkan pancasila dari kehidupan bangsa Indonesia.

Pengertian filsafat pancasila secara umum adalah hasil berfikir atau pemikiran
yang sedalam-dalamnya dari bangsa Indonesia yang dianggap, dipercaya dan
diyakini sebagai kenyataan, norma-norma dan nilai-nilai yang benar, adil,
bijaksana dan paling sesuai dengan kehidupan dan kepribadian bangsa Indonesia.
Filsafat pancasila kemudian dikembangkan oleh Soekarno sejak 1955 sampai
kekuasaannya berakhir pada 1965. Pada saat itu Soekarno selalu menyatakan
bahwa pancasila merupakan filsafat asli Indonesia yang diambil dari budaya dan
tradisi Indonesia, serta merupakan akulturasi budaya India (hindu-buddha), Barat
(Kristen), Arab (Islam).

Filsafat pancasila dapat digolongkan sebagai filsafat praktis sehingga filsafat


pancasila tidak hanya mengandung pemikiran yang sedalam-dalamnya atau tidak
hanya bertujuan mencari, tetapi hasil pemikiran yang berwujud filsafat pancasila
tersebut dipergunakan sebagai pedoman hidup sehari-hari (way of life atau
weltanschauung) agar hidup bangsa Indonesia dapat mencapai kebahagiaan lahir
dan batin, baik dunia maupun di akhirat (Salam, 1988:23-24).

11
Daftaf Pustaka

https://guruppkn.com/ciri-ciri-filsafat-pancasila

https://sipejar.um.ac.id/mod/forum/discuss.php?d=227535

https://arvyndilawijaya.wordpress.com/2013/03/24/pancasila-sebagai-filsafat/

http://www.kanalinfo.web.id/2016/08/pengertian-filsafat-filosofi.html.

12

Anda mungkin juga menyukai