Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT


“Disusun sebagai Tugas Pengantar Pendidikan Pancasila”

PROGRAM STUDI
ILMU KOMUNIKASI

PENYUSUN :

1. BISMA ARRAFI : 1902056006


2. HIDAYATUL MUHTADDIN : 1902056050
3. PRADELA SALSABILA : 1902056046
4. RIANTHEO YAKOBUS : 1902056041
5. NUR AMELIA OKTAVIANY : 1902056008

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK


UNIVERSITAS MULAWARMAN
2019
BAB I

PEMBAHASAN

A. Pengertian Pancasila, Sistem, dan Filsafat


 Pengertian Pancasila
Pancasila adalah lima sila yang merupakan satu kesatuan rangkaian nilai-nilai luhur
yang bersumber dari nilai-nilai budaya masyarakat Indonesia yang sangat majemuk
dan beragam dalam artian BHINEKA TUNGGAL IKA. Esensi seluruh sila-silanya
merupakan suatu kasatuan. Pancasila berasal dari kepribadian Bangsa Indonesia dan
unsur-unsurnya telah dimiliki oleh Bangsa Indonesia sejak dahulu. Objek materi
filsafat adalah mempelajari segala hakikat sesuatu baik materal konkrit
(manusia,binatang,alam dll) dan abstak (nilai,ide,moral dan pandangan hidup).
Pancasila mempunyai beberapa tujuan sebagai berikut:
1. Pancasila sebagai Dasar Negara.
Pancasila sebagai Dasar Negara atau sering juga disebut sebagai Dasar
Falsafah Negara ataupun sebagai ideologi Negara, hal ini mengandung
pengertian bahwa Pancasila sebagai dasar mengatur penyelenggaraan
pemerintahan. Kedudukan Pancasila sebagai Dasar Negara mempunyai fungsi
dan kedudukan sebagai kaidah Negara yang fundamental atau mendasar,
sehingga sifatnya tetap, kuat dan tidak dapat dirubah oleh siapapun, termasuk
oleh MPR/DPR hasil pemilihan umum.
2. Pancasila sebagai Sumber Hukum Dasar Nasional.
 Dalam ilmu hukum istilah sumber hukum berarti sumber nilai-nilai yang
menjadi penyebab timbulnya aturan hukum. Jadi dapat diartikan Pancasila
sebagai Sumber hukum dasar nasional, yaitu segala aturan hukum yang
berlaku di negara kita tidak boleh bertentangan dan harus bersumber pada
Pancasila.
3. Pancasila sebagai Pandangan hidup Bangsa Indonesia.
Pancasila sebagai Pandangan Hidup bangsa atau Way of Life mengandung
makna bahwa semua aktifitas kehidupan bangsa Indonesia sehari-hari harus
sesuai dengan sila-sila daipada Pancasila, karena Pancasila juga merupakan
kristalisasi dari nilai-nilai yang dimiliki dan bersumber dari kehidupan bangsa
Indonesia sendiri. Nilai-nilai yang dimiliki dan bersumber dari kehidupan
bangsa Indonesia sendiri. 
4. Pancasila sebagai Jiwa dan Kepribadian Bangsa Indonesia.
Pancasila sebagai jiwa bangsa lahir bersamaan adanya Bangsa Indonesia. Jadi
Pancasila lahir dari jiwa kepribadian bangsa Indonesia yang terkristalisasi
nilai-nilai yang dimilikinya.
5. Pancasila sebagai Perjanjian Luhur Bangsa Indonesia.
  Pada saat bangsa Indonesia bangkit untuk hidup sendiri sebagai bangsa yang
merdeka, bangsa Indonesia telah sepakat untuk menjadikan Pancasila sebagai
Dasar Negara. Kesepakatan itu terwujud pada tanggal 18 Agustus 1945
dengan disahkannya Pancasila sebagai Dasar Negara oleh Panitia Persiapan
Kemerdekaan Indonesia (PPKI) yang mewakili seluruh bangsa Indonesia.
6. Pancasila sebagai Ideologi Negara 
Pancasila sebagai Ideologi Negara merupakan tujuan bersama Bangsa
Indonesia yang diimplementasikan dalam Pembangunan Nasional yaitu
mewujudkan masyarakat adil dan makmur yang merata material dan spiritual
berdasarkan Pancasila
7. Pancasila sebagai Pemersatu Bangsa
Bangsa Indonesia yang pluralis dan wilayah Nusantara yang terdiri dari
berbagai pulau-pulau, maka sangat tepat apabila Pancasila dijadikan
Pemersatu Bangsa, hal ini dikarenakan Pancasila mempunyai nilai-nilai umum
dan universal sehingga memungkinkan dapat mengakomodir semua
perikehidupan yang berbhineka dan dapat diterima oleh semua pihak.

 Pengertian Sistem
Sistem adalah suatu kebulatan atau keseluruhan, yang bagian dan unsurnya
saling berkaitan (singkron), saling berhubungan (konektivitas), dan saling
bekerjasama satu sama lain untuk satu tujuan tertentu dan merupakan keseluruhan
yang utuh.
 Pengertian Filsafat
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata filsafat menunjukkan pengertian
yang dimaksud, yaitu pengetahuan dan penyelidikan dengan akal budi mengenai
hakikat segala yang ada, sebab asal, dan hukumnya. Secara etimologi istilah “filsafat”
berasal dari bahasa Yunani yaitu philosophia. Kata itu terdiri dari dua kata yaitu
“philo”, “philos”, “alphilein” artinya “cinta” dan “shopos” atau “shophia” artinya
“hikmah” atau “kebijaksanaan” atau “wisdom” (Nasution, 1973. Dengan sedikit
perubahan).Jadi kata filsafat berarti cinta kebenaran atau cinta kebijaksanaan atau
kebijaksanaan yang hakiki.  
Filsafat dapat di klasifikasikan sebagai berikut :

1. Istilah “filsafat” dapat ditinjau dari dua segi, yakni:


 Segi Semantik: Perkataan filsafat berasal dari bahasa Arab ‘falsafah’, yang
berasal dari bahasa Yunani, ‘philosophia’, yang berarti ‘philos’ = cinta,
suka (loving), dan ‘sophia’ = pengetahuan, hikmah (wisdom). Jadi
‘philosophia’ berarti cinta kepada kebijaksanaan atau cinta kepada
kebenaran. Maksudnya, setiap orang yang berfilsafat akan menjadi
bijaksana.
 Segi Praktis : Dilihat dari pengertian praktisnya, filsafat berarti ‘alam
pikiran’ atau ‘alam berpikir’. Berfilsafat artinya berpikir. Namun tidak
semua berpikir bererti berfilsafat. Berfilsafat adalah berpikir secara
mendalam dan sungguh-sungguh. Sebuah semboyan mengatakan bahwa
“setiap manusia adalah filsuf”. Semboyan ini benar juga, sebab semua
manusia berpikir. Akan tetapi secara umum semboyan itu tidak benar,
sebab tidak semua manusia yang berpikir adalah filsuf. Filsuf hanyalah
orang yang memikirkan hakikat segala sesuatu dengan sungguh-sungguh
dan mendalam.
2. Pada umumnya terdapat dua pengertian filsafat yaitu filsafat dalam arti proses
dan filsafat dalam arti produk.
 Filsafat dalam arti proses:
Filsafat di artikan dalam bentuk suatu aktivitas berfilsafat, dalam proses
pemecahan suatu permasalahan dengan menggunakan suatu cara dan
metode tertentu yang sesuai objeknya.

 Filsafat dalam arti produk:


Filsafat sebagai suatu jenis problema yang dihadapi manusia. Sehingga
manusia mencari suatu kebenaran yang timbul dari persoalan yang
bersumber dari akal manusia, dan sebagai jenis pengetahuan, ilmu,
konsep, dan pemikiran dari para filsuf misalnya rasionalisme,
materialisme, pragmatisme.

3. Obyek Filsafat
 Obyek Material Filsafat : Obyek pembahasan filsafat yang mencakup
keseluruhan baik yang bersifat material kongkrit seperti alam, manusia,
benda, hewan, dll, maupun yang bersifat abstrak spiritual seperti, nilai-
nilai, ide, ideologi, moral, pandangan hidup, dll.
 Obyek Formal Filsafat : Cara pandang filsuf terhadap obyek material
tersebut.
4. Cabang-cabang Filsafat
 Metafisik : membahas hal-hal yang bereksistensi dibalik fisis,yang
meliputi bidang-bidang ontology(membicarakan teori sifat dasar dan
ragam kenyataan), kosmologi (membicarakan tentang teori umum
mengenai proses kenyataan) dan anthropologi.
 Epistemologi : membahas persoalan hakikat pengetahuan.
 Metodologi : membahas persoalan hakikat metode dalam ilmu
pengetahuan.
 Logika : membahas persoalan filsafat berpikir, yaitu rumus-rumus dan
dalil-dalil berfikir yang benar.
 Etika : berkaitan dengan moralitas, tingkah laku manusia.
 Estetika : berkaitan dengan persoalan hakikat keindahan.

B. Pengertian Pancasila Sebagai Sistem Filsafat


Pancasila sebagai sistem filsafat yaitu suatu konsep tentang dasar negara yang terdiri
dari lima sila sebagai unsur yang mempunyai fungsi masing-masing dan satu tujuan yang
sama untuk mengatur dan menyelenggarakan kehidupan bernegara di Indonesia. Pancasila
sebagai sistem filsafat atau sebagai dasar negara kita merupakan sumber dari segala sumber
hukum yang berlaku di negara kita. Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa indonesia
dapat mempersatukan kita, serta memberi petunjuk dalam mencapai kesejahteraan dan
kebahagiaan lahir dan bathin dalam masyarakat kita yang beraneka ragam sifatnya. Filsafat
Pancasila adalah filsafat yang mempunyai obyek Pancasila, yaitu obyek Pancasila yang benar
dan sah sebagaimana tercantum didalam pembukaan UUD 1945 alenia ke-4.
Pembahasan mengenai Pancasila sebagai sistem filsafat  dapat dilakukan dengan cara
deduktif dan induktif.
1. Cara deduktif yaitu dengan mencari hakikat Pancasila serta menganalisis dan
menyusunnya secara sistematis menjadi keutuhan pandangan yang
komprehensif.
2. Cara induktif yaitu dengan mengamati gejala-gejala sosial budaya masyarakat,
merefleksikannya, dan menarik arti dan makna yang hakiki dari gejala-gejala
itu.
Inti sila-sila Pancasila meliputi:
 Tuhan, yaitu sebagai kausa prima
 Manusia, yaitu makhluk individu dan makhluk sosial
 Satu, yaitu kesatuan memiliki kepribadian sendiri
 Rakyat, yaitu unsur mutlak negara, harus bekerja sama dan gotong royong
 Adil, yaitu memberi keadilan kepada diri sendiri dan orang lain yang menjadi haknya.
Fungsi Filsafat Pancasila:
 Memberi jawaban atas pertanyaan yang bersifat fundamental/mendasar dalam
kehidupan bernegara, Misalnya : susunan politik, sistem politik, bentuk negara,
susunan perekonomian dan dasar-dasar pengembangan ilmu pengetahuan. Hal ini
harus dapat dikembangkan oleh filsafat.
 Mencari kebenaran yang bersifat substansi tentang hakikat negara, ide, negara atau
tujuan negara. (Kelima sila pancasila merupakan kesatuan yang utuh, tidak
terpisahkan)
 Berusaha menempatkan dan menjadi bernegara. (sehingga fungsi filsafat akan terlihat
jelas kalau negara itu sudah terbentuk keteraturan kehidupan bernegara).

C. Bukti Pancasila Sebagai Sistem Filsafat


Pancasila merupakan suatu kesatuan yang utuh, sistem lazimnya memiliki ciri-ciri suatu
kesatuan bagian-bagian, bagian-bagian tersebut mempunyai fungsi sendiri-sendiri, saling
berhubungan dan ketergantungan, keseluruhannya dimaksud untuk mencapai suatu tujuan
tertentu (tujuan sistem), dan terjadi dalam suatu lingkungan yang kompleks. Pancasila
menjadi landasan dan falsafah dasar negara telah membuktikan dirinya sebagai wadah yang
dapat menyatukan bangsa. Dengan Pancasila bangsa Indonesia diikat oleh kesadaran sebagai
satu bangsa dan satu negara. Pancasila memberikan ciri khas dalam kehidupan bangsa dan
negara Indonesia.
1. Susunan Kesatuan Sila-sila Pancasila Bersifat Organik
Secara filosofis inti dan isi sila-sila Pancasila bersumber pada hakikat
dasar ontologis manusia yaitu sebagai monopluralis yang memiliki unsur-
unsur susunan kodrat yaitu jasmani dan rohani, sifat kodrat sebagai mahluk
individu sosial serta memiliki kedudukan kodrat sebagai pribadi yang berdiri
sendiri dan sebagai mahluk ciptaan Tuhan YME. Hal ini terjadi karena
manusia (Rakyat Indonesia) sebagai pendukung utama inti dari isi
pancasila.Unsur hakikat manusia merupakan kesatuan yang bersifat organis
dan harmonis.
Sila-sila Pancasila merupakan  penjelasan dari hakikat manusia
monopluralis yang merupakan kesatuan organis maka memiliki kesatuan yang
organis pula.
2. Susunan sila-sila Pancasila yang bersifat Hierarkhis dan  berbentuk Piramida.
Pengertian matematis piramida digunakan untuk menggambarkan
hubungan hierarkis sila-sila Pancasila merupakan rangkaian tingkat dalam
urutan luas (kuantitas) dan juga dalam isi sifatnya (kualitas). Sedangkan
makna hierarkhis adalah susunan pancasila sudah dikemas sedemikian rupa
sehingga urutannya tidak akan berubah.Pancasila merupakan suatu
keseluruhan yang bulat dan memenuhi sebagian sistem filsafat.
Kesatuan sila-sila pancasila memiliki susunan hierarkhis piramidal
maka sila Ketuhanan yang Maha Esa adalah ketuhan yang berkemanusiaan,
berpersatuan, berkerakyatan serta berkeadilan sosial sehingga di dalam setiap
sila senantiasa terkandung sila-sila lainnya.
Rumusan Pancasila yang Bersifat Hierarkis dan Berbentuk Piramidal :
 Sila pertama : meliputi dan menjiwai sila-sila kedua, ketiga, keempat
dan kelima.
 Sila kedua : diliputi dan dijiwai sila pertama, meliputi dan menjiwai
sila ketiga, keempat dan kelima. 
 Sila ketiga : diliputi dan dijiwai sila pertama dan kedua, meliputi dan
menjiwai sila keempat dan kelima. 
 Sila  keempat : diliputi dan dijiwai sila pertama, kedua dan ketiga,
meliputi dan menjiwai sila kelima
 Sila kelima : diliputi dan dijiwai sila pertama, kedua, ketiga, dan
keempat.
3. Susunan sila-sila Pancasila yang saling mengisi dan saling mengkualifikasi
Hakikatnya sila-sila Pancasila tidak berdiri sendiri, akan tetapi pada
setiap sila terkandung keempat sila lainya. Dengan kata lain setiap sila
senantiasa dikualifikasi oleh keempat sila lainnya.
Rumusan kesatuan sila Pancasila yang saling mengisi dan mengkualifikasi:
 Sila Ketuhanan Yang Maha Esa, adalah berkemanusiaan yang adil dan
beradab, berperikesatuan Indonesia, berkerakyatan yang dipimpin oleh
hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan atau perwakilan dan
berkeadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
 Sila Kemanusiaan yang adil dan beradab, adalah ber-Ketuhanan yang
Maha Esa,berperisatuan Indonesia, berkerakyatan yang dipimpin oleh
hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan atau perwakilan dan
berkeadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
 Sila Persatuan Indonesia, adalah  ber-Ketuhanan yang Maha
Esa,berkemanusiaan yang adil dan beradab,berkerakyatan yang
dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan atau
perwakilan dan berkeadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
 Sila Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan atau perwakilan, adalah ber-Ketuhanan yang Maha
Esa, berkemanusiaan yang adil dan beradab, berperisatuan Indonesia
dan berkeadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
 Sila Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, adalah ber-
Ketuhanan yang Maha Esa, berkemanusiaan yang adil dan beradab,
berperisatuan Indonesia dan berkerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan.
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Setelah membaca seluruh isi daripada makalah ini, maka kami mengambil beberapa
kesimpulan dari atas adalah filsafat merupakan ilmu yang paling umum yang mengandung
usaha nmencari kebijaksanaan dan cinta akan kebijakan. Pancasila dapat digolongkan sebagai
filsafat dalam arti produk, filsafat sebagai pandangan hidup, dan filsafat dalam arti praktis.
Hal itu berarti pancasila mempunyai fungsi dan peranan sebagai pedoman dan pegangan
dalam sikap, tingkah laku, dan perbuatan dalam kehidupan sehari-hari dan dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara bagi bangsa Indonesia dimanapun mereka berada.

Daftar Pustaka

Sunoto. Mengenal filsafat pancasila pendekatan melalui etika pancasila.1985.Yogyakarta:PT


Hanindita.
Kaelan.Filsafat Pancasila.1996.Yogyakarta:Paradigma.

Anda mungkin juga menyukai