Anda di halaman 1dari 11

PANCASILA SEBAGAI FILSAFAT

Dalam kehidupan bangsa Indonesia diakui bahwa nilai nilai Pancasila adalah falsafah hidup atau pandangan hidup yang berkembang dalam sosial budaya Indonesia. Nilai Pancasila dianggap nilai dasar dan puncak atau sari budaya bangsa. Oleh sebab itu, nilai ini diyakini sebagai jiwa dan kepribadian bangsa. Dengan mendasarnya nilai ini dalam menjiwai dan memberikan watak (kepribadian dan identitas) sehingga pengakuan atas kedudukan pancaila sebagai falsafah adalah wajar. Sebagai ajaran falsafah, Pancasila mencerminkan nilai nilai dan pandangan mendasar dan hakiki rakyat Indonesia dalam hubungannya dengan sumber kemestaan, yakni Tuhan Yang Maha Pencipta. Asas Ketuhanan Yang Maha Esa sebagai asas fundamental dalam kesemestaan, dijadikan pula asas fundamental kenegaraan. Asas fundamental itu mencerminkan identitas atau kepribadian banga Indonesia yang religius. Sejak kelahirannya, pancasila sebagai falsafah nasional modern (1 Juni 1945), Pancasila telah dinyatakan menjadi milik nasional, artinya milik seluruh bangsa Indonesia. Sekalipun telah merasa memiliki Pancasila, tetapi belum tentu secara otomatis sudah mengamalkan Pancasila tersebut. Untuk dapat mengamalkan Pancasila yang juga disebut menjadi Pancasilais seharusnya memenuhi tiga syarat, yaitu: 1. Keinsyafan batin tentang benarnya Pancasila sebagai falsafah negara 2. Pengakuan bahwa yang bersangkutan menerima dan mempertahankan Pancasila, dan 3. Mempersonifikasikan seluruh sila sila Pancasila dalam perbuatan dengan membiasakan praktek pengalaman seluruh sila sila dalam sikap, perilaku, budaya, dan politik

A. CARA BERPIKIR FILSAFAH 1. Pengertian Filsafat


Secra etimologi, kata kata falsafah berasal dari bahasa Yunani, yaitu philosophia: philo/ philos/ philein yang artinya cinta/ pecinta/ mencintai dan sophia, yang berarti kebijakan/ wisdom/ kearifan/ hikmah/ hakikat kebenaran. Jadi, filsafat artinya cinta akan kebijakan atau hakikat kebenaran. Berfilsafat, berarti berpikir sedalam dalamnya 9merenung) terhadapat sesuatu secara metodik, sistematis, menyeluruh, dan universal untuk mencari hakikat

sesuatu. Menurut D. Runes, filsafat berarti ilmu yang paling umum yang mengandung usaha mencari kebijakan dan cinta akan kebijakan. (BP-7, 1993:8) Pada umumnya, terdapat dua pengertian filsafat, yaitu filsafat dalam arti proses dan filsafat dalam arti produk. Selain itu, ada pengertian lain, yaitu filsafat sebagai ilmu dan filsafat sebagai pandangan hidup. Demikian pula, dikenal ada filsafat dalam arti teoretis dan filsafat dalam arti praktis. Pancasila dapat digolongkan sebagai filsafat dalam arti produk, sebagai pandangan hidup dan filsafat dalam arti praktis. Hal ini berarti filsafat Pancasila mempunyai fungsi dan peranan sebagai pedoman dan pegangan dalam sikap, tingkah laku dan perbuatan dalam kehidupan sehari hari, dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara bagi bangsa Indonesia di mana pun mereka berada. Sebelum seseorang bersikap, bertingkah laku, atau berbuat, terlebih dahulu ia akan berpikir tentang sikap, tingkah laku, dan perbuatan mana yang sebaiknya dilakukan. Hasil pemikirannya merupakan suatu putusan dan putusan ini disebut nilai. Nilai adalah sifat, keadaan, atau kualitas dari sesiatu yang bermanfaat bagi kehidupan manusia, baik lahir maupun batin. Setiap orang dalam kehidupannya, sadar atau tida sadar, tentu memiliki filsafat hidup atau pandangan hidup. Pandangan hidup atau filsafat hidup seseorang adalah kristalisasi nilai nilai yang diyakini kebenarannya, ketepatan, dan manfaatnya. Hal itulah yang kemudian menimbulkan tekad untuk mewujudkan dalam bentuk sikap, tingkah laku, dan perbuatan. Nilai nilai sebagai hasil pemikiran yang sedalam dalamnya tentang kehidupan yang dianggap paling baik bagi bangsa Indonesia adalah Pancasila, baik sebagai filsafat maupun sebagai pandangan hidup. Filsafat merupakan kegiatan pemikiran yang tinggi dan murni (tidak terikat langsyngdengan suatu objek), yang mendalam, dan daya pikir subyek manusia dalam memahami segala sesuatu dalam mencari kebenaran. Berpikir aktif dalam menmencari kebenaran adalah potensi dan fungsi kepribadian manusia. Ajaran filsafat merupakan hasil pemikiran yang sedalam dalamnya tentang kesemestaan, secara mendasar (fundamental dan hakiki). Filsafat sebagai hasil pemikir (filosof), merupakan suatu ajaran atau sistem nilai, baik berwujud pandangan hidup (filsafat hidup) maupun sebagai ideologi yang dianut suatu masyarakat atau bangsa dan negara. Filsafat demikian telah berkembang dengan terbentuk sebagai suatu nilai yang melembaga (dengan negara) sebagai suatu paham (isme), seperti kapitalisme,

komunisme, sosialisme, nazisme, fasisme, theokratisme, dan sebagainya yang cukup mempengaruhi kehidupan bangsa dan negara modern.

2. Sistem Filsafat
Pemikiran filsafat berasal dari berbagai tokoh yang menjadikan manusia sebagai subyek. Perbedaan latar belakang tata nilai dan alam kehidupan, cita cita dan keyakinan yang mendasari tokoh filsafat itu melahirkan perbedaan perbedaan mendasar anatara ajaran filsafat. Meskipun demikian, antar ajaran tokoh tokoh filsafat mempunyai persamaan, dapat digolongkan dalam aliran berdasarkan watak dan inti ajarannya. Jadi, aliran filsafat terbentuk atas beberapa ajaran filsafat dari berbagai tokoh dan dari berbagai zaman. Tegasnya, perbedaan aliran bukan ditentukan oleh tempat dan waktu lahirnya filsafat, melainkan oleh watak isi dan nilai ajarannya. Suatu ajaran filsafat yang bulat mengaharkan tentang berbagai segi kehidupan yang mendasar. Suatu sistem filsafat sedikitnya mengajarkan tentang sumber hakikat realitas, filsafat hidup, dan tata nilai (etika), termasuk teori terjadinya pengetahuan manusia dan logika. Sebaliknya, filsafat yang mengajarkan hanya sebagian kehidupan (sektoral, frakmentaris) tak dapat disebut sistem filsafat, melainkan hanya ajaran filosofis seorang ahli filsafat. Suatu sistem filsafat sedikitnya mengaharkan tentang sumber dan hakikat realita, filsafat hidup dan tata nilai (etika), termauk teori terjadinya pengetahuan manusia dan logika.

3. Aliran aliran filsafat


Aliran - aliran utama yang ada sejak dahulu sampai sekarang meliputi sebagai berikut : (Lab. Pancasila IKIP. 1990:20 21) a. Aliran Materialisme Aliran materialisme mengajarkan bahwa hakikat realitas kesemestaan, termasuk makhluk hidup, manusia, ialah materi. Semua realitas itu ditentukan oleh materi (misalnya benda ekonomi, makanan) dan terikat pada hukum alam, yaitu hukum sebab akibat (hukum kausalitas) yang bersifat obyektif

b. Aliran Idealisme/Spiritualisme

Aliran idealisme atau spiritualisme mengajarkan bahwa ide atau spirit manusia yang menentukan hidup dan pengertian manusia. Subyek manusia sadar atas realitas dirinya dan kesemestaan, karena ada akal budi dan kesadaran rohani. Manusia yang tak sadar atau mati sama sekali tidak menyadari dirinya apalagi realitas semata. Jadi, hakikat dan kenyataan ialah akal budi (ide dan spirit)

c. Aliran Realisme Aliran realisme menggambarkan bahwa kedua aliran diatas, materialisme dan idealisme yang bertentangan itu, tidak sesuai dengan kenyataan (tidak realistis). Sesungguhnya, realitas kesemestaan, terutama kehidupan bukanlah benda (materi) semata mata. Kehidupan, seperti tampak pada tumbuh tumbuhan, hewan, dan manusia, mereka hidup berkembang biak, kemudian tua, akhirnya mati. Pastilah realitas demikian lebih daripada materi. Karenanya, realitas itu adalah paduan benda (materi dan jasmaniah) dengan yang nonmateri (spiritual, jiwa, dan rohaniah). Khusus pada manusia, tampak dalam gejala daya pikir, cipta, dan budi. Jadi, realisme merupakan sintesis antarra jasmaniah rohaniah, materi dengan nonmateri.

4. Nilai nilai Pancasila Berwujud dan Bersifat Filsafat


Pendekatan filsafat Pancasila adalah ilmu pengetahuan yang mendalam tentang Pancasila. Untuk mendapatkan pengertian yang mendalam, kita harus mengetahui sila sila Pancasila tersebut. Dari setiap sila sila yang kita cari pua intinya. Setelah kita ketahui hakikat dan inti tersebut diatas, maka selanjutnya kita cari hakikat dan pokok pokok yang terkandung di dalamnya, yaitu sebagai berikut 1. Pancasila sebagai panngan hidup bangsa, berarti bahwa nilai nilai yang terkandung dalam Pancasila itu dijadikan dasar dan pedoman dalam mengatur sikap dan tingkah laku manusia Indonesia, dalam hubungannya dengan Tuhan, masyarakat, dan alam semesta 2. Pancasila sebagai dasar negara, ini berarti bahwa nilai nilai yang terkandung dalam Pancasila itu dijadikan dasar dan pedoman dalam mengatur tata kehidupan bernegara, seperti yang diatu oleh UUD 1945.

Untuk kepentingan kepentingan kegiatan praktis operasional diatur dalam Tap. MPR No. III/MPR/2000 tentang Sumber Hukun dan Tata Urutan Perundan undangan, yaitu sebagai berikut: a. Undang Undang Dasar 1945 b. Ketetapan MPR c. Undang Undang d. Peraturan pemerintah penggan undang undang (Perpu) e. Peraturan pemerintah f. Keputusan presiden g. Peraturan daerah 3. Filsafat Pancasila yang abstrak tercermin dalam Pembukaan UUD 1945 yang merupakan uraian terinci dari Proklamasi 17 Agustus 1945 yang dijiwai Pancasila. 4. Pancasila yang dirumuskan dalam Pembukaan UUD 1945 merupakan suatu kebulatan yang utuh. 5. Jiwa Pancasila yang abstrak setelah tercetus menjadi Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945, tercermin dalam pokok pokok yang terkandung dalam Pembukaan UUD 1945. 6. Berdasarkan penjelasan otentik UUD 1945, undang undang dasar menciptakan pokok pokok pikiran yang terkandung dalam Pembukaan UUD 1945 menjelmakan pokok pokok pikiran yang terkandung dalam Pembukaan UUD 1945 sebagai perwujudan dari jiwa Pancasila. 7. Berhubung dengan itu, kesatuan tafsir sila sila Pancasila harus bersumber dan berdasarkan Pembukaan dan Batang Tubuh UUD 1945. 8. Nilai nilai yang hidup berkembang dalam masyarakat Indonesia yan belum tertampung dalam pembukaan UUD 1945 perlu diselidiki untuk memperkuat dan memperkaya nilai nilai Pancasila yang terkandung dalam Pembukaan dan Batang Tubuh UUD 1945, dengan ketentuan sebagai berikut : a. Nilai nilai yang menunjang dan memperkuat kehidupan

bermasyarakat dan bernegara dapat kita terima asal tidak bertentangan dengan kepribadian bangsa dan nilai nilai yang terkandung dalam Pancasila, misalnya referendum atau pemilihan presiden secara langsung.

b. Nilai nilai yang melemahkan dan bertentangan dengan nilai nilai yang terkandung dalam Pembukaan dan Batang Tubuh UUD 1945 tidak dimasukkan sebagai nilai nilai Pancasila. Bahkan harus diusahakan tidak hidup dna berkembang lagi dalam masyarakat Indonesia, misalnya demonstrasi dengan merusak bangunan/kantor, penjahat dihakimi massa, atau penjarahan c. Nilai nilai yang terkandung dalam Pembukaan dan Batang Tubuh UUD 1945 dipergunakan sebagai batu ujian dari nilai nilai yang lain agar dapat diterima sebagai nilai nilai Pancasila. Oleh sebab itu, secara filosofis dalam kehidupan bangsa Indonesia diakui bahwa nilai Pancasila adalah pandangan hidup. Dengan demikian, Pancasila dijadikan sebagai pedoman dalam bertingkah laku dan berbuat dalam segala bidang kehidupan, meliputi bidang ekonomi, politik, sosial budaya, dan pertahanan dan keamanan. Sebagai ajaran filsafat, Pancasila mencerminkan nilai dan pandangan dasar dan hakiki rakyat Indonesia dalam hubungannya dengan sumber kesemestaan, yakni Tuhan Yang Maha Pencipta. Dasar normatif yang dapat kita sebut filsafat negara diperlukan sebagai kerangka untuk menyelenggarakan negara. Falsafah negara merupakan norma yang paling mendasar untuk mencek apakah kebijakan legislatif dan eksekutif sesuai dengan persetujuan dasar masyarakat.

B. PENGERTIAN PANCASILA SEBAGAI FILSAFAT


Apabila kita berbicara tentang filsafat, ada dua hal yang patut diperhatikan, filsafat sebagai metode dan filsafat sebagai suatu pandangan. Keduanya akan berguna bagi ideologi Pancasila. Filsafat sebagai metode menunjukkan cara berpikir dan cara mengadakan analisis yang dapat dipertanggungjawabkan untuk dapat menjabarkan ideologi Pancasila. Sedangkan Pancasila sebagai filsafat mengandung pandangan, nilai, dan pemikiran yang dapat menjadi substanti dan isi pembentukan ideologi Pancasila. Filsafat Pancasila dapat didefinisikan secara ringkas sebagai refleksi kritis dan rasional tentang Pancasila sebagai dasar negara dan kenyataan budaya bangsa, dengan tujuan untuk mendapatkan pokok pokok pengertiannya secara mendasar dan menyeluruh. Pembahasan filsafat dapat dilakukan secara deduktif yakni dengan mencari

hakikat Pancasila serta menganalisis dan menyunsunnya secara sistematis menjadi keutuhan pandangan yang komprehensif, dapat juga dilakukan secara induktif yakni dengan mengamati gejala gejala sosial budaya masyarakat, merefleksikannya, dan menarik arti dan makna yang hakiki dari gejala gejala itu. Dengan demikian menyajikan sebagai bahan bahan yang sangat penting bagi penjabaran ideologi Pancasila. Ideologi Pancasila adalah keseluruhan prinsip normatif yang berlaku bagi negara Republik Indonesia dan bangsa Indonesia secara keseluruhan, namun filsafat Pancasila akan mengungkapkan konsep konsep kebenaran yang bukan saja ditujukan pada bangsa Indonesia, melainkan bagi manusia pada umumnya. Manusia adalah makhluk yang khas, yaitu dilengkapi rasio dan kehendak bebas, maka etika atau filsafat moral merupakan bagian yang pentin. Disini dibahas arti kesusilaan, ukuran kesusilaan, prinsip prinsip susila, baik dalam kehidupan pribadi, maupun dalam kehidupan sosial. Wawasan filsafat meliputi bidang bidang penyeldikian ontologi, epistemologi, dan aksiologi. Ketiga bidang ini dapat dianggap mencakup kesemestaan.

1. Aspek Ontologi
Ontologi menurut Runes ialah teori tentang ada keberadaan atau eksistensi. Menurut Aristoteles, sebagai filsafat pertama, ontologi adalah ilmu yang menyelidiki hakikat sesuatu dan disamakan artinya dengan metafisika. Pada awal pemikiran manusia, mereka berusaha mengerti hakikat sesuatu tang ada di sekitarnya, alam dan kehidupan. Apakah realitas yang tampak ini suatu realitas sebagai wujudnya, yakni benda (materi)? Apakah ada suatu rahasia dibalik realitas itu, sebagaimana yang tampak pada makhluk hidup, seperti tumbuh tumbuhan, hewan, dan manusia? Apakah sesungguhnya alam semesta, banatang binatang, matahari, dan bulan; yang beredar dan menjadikan suang dan malam dan bergerak (beredar) terus menerus? Itu semua adalah contoh contoh masalah yang ada pada awal pemikiran manusia. Bidang ontologi ini meliputi penyelidikan tentang makna keberadaan (ada, eksistensi) manusia, benda, ada alam semesta (kosmologi), juga ada mutlak yang tidak terbatas sebagai maha sumber ada semesta. Artinya ontologi menjangkau adanya Tuhan dan alam gaib, seperti rohani dan kehidupan sesudah kematian (alam dibalik dunia, alam metafisika) Jadi ontologi adalah bidang yang menyelidiki makna yang ada (eksistensi dan keberadaan), sumber ada, jenis ada dan hakikat ada, termasuk ada alam, manusia, metafisika, dan kesemestaan atau kosmologi.

2. Aspek Epistemologi
Epistemologi menurut Runes adalah bidang atau cabang filsafat yang menyelidiki asal, syarat, susunan, metode, dan validalitas ilmu pengetahuan. Pengetahuan manusia, sebagai hasil pengalaman dan pemikiran, membentuk budaya. Bagaimana proses terjadinya pengetahuan sampai membentuk kebudayaan, sebagai wujud keutamaan (superioritas) manusia, ingin disadari lebih dalam. Bagaimana manusia mengetahui bahwa ia tahu, atau bagaimana manusia mengetahui bahwa sesuatu itu ilmu pengetahuan, hal ini menjadi penyelidikan epistemologi. Epistemologi meneliti sumber pengetahuan, proses dan syarat terjadinya pengetahuan, batas dan validitas ilmu pengetahuan. Jadi, epistemologi dapat disebut ilmu tentang ilmu atau teori terjadinya ilmu atau science of science atau wissenschaftslehre. Yang termasuk cabang epitemologi adalah matematika, logika, gramatika, dan semantika. (Lab. Pancasila IKIP Malang, 1990:18 19). Jadi, bidang epistemologi adalah bidang filsafat yang menyelidiki makna dan nilai ilmu pengetahuan, sumbernya, syarat syarat dan proses terjadinya ilmu, termasuk semantika, logika, matematika, dan teori ilmu.

3. Aspek Aksiologi
Aksiologi menurut Runes berasal dari istilah Yunani, axios yang berrarti nilai, manfaat, pikiran atau ilmu/teori. Dalam pengertian yang modern disamakan dengan teori nilai, yakni sesuatu yang diinginka, disukai atau yang baik, bidang yang menyelidiki hakikat nilai, kriteria, dan kedudukan metafisika suatu nilai. Menurut Prof. Brameld, aksiologi dapat disimpulkan sebagai suatu cabang filsafat yang menyelidiki : a). Tingkah laku moral, yang berwujud etika, b). Ekspresi etika, yang berwujud estetika atau seni dan keindahan, c). Sosio-politik, yang berwujud idiologi Bidang aksiologi ialah cabang filsafat yang menyelidiki makna nilai, sumber nilai, jenis dan tingkatan nilai dan hakikat nilai. Sebagaimana dihayati manusia, kehidupan manusia selalu berada dan dipengaruhi nilai, seperti nilai alamiah dan jasmaniah (tanah subur, udara bersih, air bersih, cahaya, dan panas matahari, tumbuh tumbuhan, dan hewan) demi kehidupan. Kemudian ada pula nilai psikologis,

seperti berpikir, rasa, karsa, cinta, estetika, etika, logika, dan cita cita. Bahkan ada pula nilai keutuhan dan agama. Kehidupan manusia sebagai makhluk subyek budaya, pencipta dan penegak nilai, berarti manusia secara sadar mencari, memilih, dan melaksanakan (menikmati) nilai. Jadi, nilai merupakan fungsi rohani jasmani manusia. Artinya nilai di dalam kepribadian manusia. Bahkan nilai di dalam kepribadian, seperti pandangan hidup, keyakinan (agama), dan bagaimana manusia mengamalkannya (sama dengan moral) merupakan kualitas kepribadian. Martabat manusia ditentukan oleh keyakinannya dan amal kebajikannya. (1990: 19 20) Dengan demikian, aksiolohi merupakan bidang yang menyelidiki makna nilai, sumber, jenis nilai, tingkatan nilai, dan hakikat nilai, termasuk estetika, etika, ketuhanan, dan agama.

C. NILAI NILAI PANCASILA MENJADI DASAR DAN ARAH KESEIMBANGAN ANTARA HAK DAN KEWAJIBAN ASASI MANUSIA
Pandangan mengenai hubungan antara manusia dan masyarakat merupakan falsafah kehidupan masyarakat yang memberi corak dan warna bagi kehidupan masyarakat. Ada beberapa pandangan pokok mengenai hubungan manusia dalam masyarakatnya, ada yang memberi arti yang sangat kuat kepada manusia sebagai pribadi. Pandangan ini memberi bbot yang berlebihan. Dalam kehidupan manusia terjadi persaingan bebas yang tidak jarang terjadi penindangan terhadap kaum yang lemah, akhirnya membawa kecenderungan hanya yang kuat sajalah yang dapat hidup. Masyarakat yang demikian menimbulkan kepincangan, karena tidak sesuai dengan nilai nilai kemanusiaan yang adil dan beradab serta asas keadilan sosial bagia seluruh rakyat Indonesia. Selain dari pandangan di atas, ada lagi pandangan lain mengenai hubungan manusia dengan masyarakat yang memberi bobot yang berlebihan terhadap masyarakat, sehingga kedudukan manusia kehilangan kepribadiannya. Masyarakatlah yang dianggap segala galanya, sehingga pribadi pribadi dianggap seolah olah sebuah mesin raksasa masyarakat. Dalam masyarakat yang demikian, terasa adanya tekanan batin sehingga kebahagiaan yang utuh tidak terpenuhi. Berdasarkan kedua pandangan diatas, bagaimanakah menurut Pancasila arti dan hubungan antara manusia dengan masyarakatnya. Pancasila tidak memilih salah satu dari

pandangan tadi dan juga tidak menggabungkannya. Individualisme dan liberalisme maupun komunisme dalam segala bentuknya tidak sesuai dengan Pancasila. Pancasila memandang bahwa kebahagiaan manusia akan tercapai, jika dikembangkan hubungan yang serasi antara manusia dengan masyarakat serta hubungan manusia dengan Tuhan Yang Maha Kuasa. Apabila memahami nilai nilai dari sila sila Pancasila akan terkandung beberapa hubungan manusia yang melahirkan keseimbangan antara hak dan kewajiban antara hubungan tersebutm yaitu sebagai berikut: a. Hubungan Vertikal Hubungan vertikal adalah hubungan manusia dengan Tuhan Yang Maha Kuasa, sebagai penjelmaan dari nilai nilai Ketuhanan Yang Maha Esa. Dalam hubungan ini manusia memiliki kewajiban kewajiban untuk melaksanakan perintah Tuhan dan menghentikan segala larangan-Nya, sedangkan hak yang diterima oleh manusia dari Tuhan Yang Maha Kuasa adalah rahmat yang tidak terhingga yang diberikan Tuhan yang Maha Kuasa dan pembalasan amal baik di akhirat nanti.

b. Hubungan Horizontal Hubungan horizontal adalah hubungan manusia dengan sesamanya, baik dalam fungsinya sebagai warga masyarakat, warga bangsa, dan warga negara. Hubungan tersebut melahirkan hak dan kewajiban yang seimbang, seperti pajak yan dibayar kepada negara sebagai suatu kewajiban warga negara, sedangkan hak yang diterima warga negara adalah pembangunan infrastruktur (jalan raya, pengairan, dan lain lain) sebagai kewajiban negara terhadap rakyatnya.

c. Hubungan Alamiah Hubungan alamiah adalah hubungan manusia dengan alam sekitar yang meliputi hewan, tumbuh tumbuhan, dan alamd engan segala kekayaannya. Seluruh alam dengan segala isinya adalah untuk kebutuhan manusia, namun manusia berkewajiban melestarikan alam dan kekayaannya, karena alam mengalami penyusustan yang nilai nilainya makiin lama semakin berkurang, sedangkan manusia yang membutuhkannya makin lama makin bertambah. Oleh sebab itu, memelihara kelestarian alam merupakan kewajiban manusia sedangkan hak yang diterima oleh manusia dari alam sudah tidak terhingga banyaknya. Dengan demikian,

hubungan manusia dengan alam memiliki keseimbangan antara hak dan kewajiban sebagaimana hubungan manusia dengan masyarakat dan Tuhan Yang Maha Kuasa.

Pancasila adalah suatu pandangan hidup atau ideologi yang mengatur hubungan manusia dengan Tuhan, antarmanusia, manusia dengan masyarakat atau bangsanya, dan manusia dengan alam lingkungannya. Alasan yang prinsipil Pancasila sebagai pandangan hidup dengan fungsinya tersebut diatas adalah sebagai berikut. 1. Mengakui adanya kekuatan gaib yang ada di luar diri manusia menjadi pencipta serta mengatur serta penguasa alam semesta 2. Keseimbangan dalam hubungan, keserasian keserasian dan untuk menciptkannya perlu pengendalian diri 3. Dalam mengatur hubungan, peranan dan kedudukan bangsa sangat penting. Persatuan dan kesatuan sebagai bangsa merupakan nilai sentral. 4. Kekeluargaan, gotong royong, kebersamaan, serta musyawarah untuk mufakat dijadikan sendi kehidupan bersama 5. Kesejahteraan bersama menjadi tujuan hidup bersama. Isi pemikiran filsafat Pancasila sebagai suatu pemikiran filsafat tentan negara ada;ah bahwa Pancasila memberikan jawaban yang mendasar dan menyeluruh atas masalah masalah asasi filsafati tentang negara yang terpusat pada lima masalah keadilan. 1. Masalah pertama : apa negara itu? Maslaah ini dijawab dengan prinsip kebangsaan Indonesia 2. Masalah kedua : bagaimana hubungan antarbangsa/antarnegara? Masalah ini dijawab dengan prinsip perikemanusiaan 3. Masalah ketiga : siapkan sumber dan pemegang kekuasaan negara? Masalah ini dijawab dengn prinsip demokrasi 4. Masalah keempat : apa tujuan negara? Masalah ini dijawab dengan prinsip negara kesejahteraan 5. Masalah kelima : bagaiman hubungan antaragama dan negara? Masalah ini dijawab dengan prinsip Ketuhanan Yang Maha Esa

Anda mungkin juga menyukai