Anda di halaman 1dari 28

Nama : Riska Priskila

NIM : E1041211029
Program studi : Sosiologi
Mata Kuliah : Pancasila

Regular : A ( Kelas B)

Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik


Universitas Tanjungpura Pontianak
Bab 5

Pancasila Sebagai Filsafat, Dasar Negara dan Ideologi

5.1 Pancasila sebagai Suatu filsafat


1.Pengertian Filsafat

Pancasila sebagai falsafah bangsa Indonesia akan ditinjau melalui arti, objek, dan tujuan pada
filsafat umum dan selanjutnya memasuki bidang falsafah hidup bangsa Indonesia.
Pada dasarnya filsafat pertama kali lahir di Yunani, selanjutnya lahir filsafat abad pertengahan,
dan seterusnya. Prof. Dr. Achmad Tafsir dalam bukunya , edisi revisi Filsafat Umum Akal dan
Sejak Thales Sampai Capra, dalam Bab 1, hal 1, dijelaskan bahwa orang yang mula-mula
menggunakan akal secara serius adalah orang Yunani bernama Thales . Gelar itu diberikan
karena ia mengajukan pertanyaan yang aneh, yaitu apakah sebenarnya bahan alam semesta ini?
La sendiri men jawab air. Kemudian Dr. Peter Soedoyo B Sc, dalam bukunya , Peng antar
Sejarah dan Filsafat Ilmu Pengetahuan Alam, mengemukakan dalam Bab I, hat 4,5 Ilmu
Pengetahuan Murni”, yakni yang ber kembang atas dasar kegairahan ingin tahu semata-mata,
baru lahir dan berkembang dalam peradaban Yunani kuno antara 600 tahun sebelum Masehi
sampai sekitar tahun 100 sesudah Masehi.
Selanjutnya, berbicara tentang filsafat, apabila kita mendengar kata filsafat, kita akan
membayangkan mengenai hal-hal yang abstrak, yang tidak konkret/tidak nyata, dan hanya
berupa bayang bayang atau lamunan. Seseorang yang berfilsafat dillustrasikan sebagai orang
yang berpijak di bumi dan menengadah ke arah bintang bintang di langit Artinya, ia ingin
mengetahui hakikat dirinya dalam kesemestaan alam sehingga bisa dinyatakan bahwa ruang
lingkup filsafat hanyalah meliputi hal-hal yang tidak rill, yang seolah-olah seseorang yang
berfilsafat digambarkan sebagai seseorang yang dalam kehidupannya hanya melamun
sepanjang hari.
Selain itu, juga termasuk perilaku baik dan buruk, jahat dan tidak jahat , masalah benar dan
tidak benar , soal indah dan tidak indah .
Mengingat filsafat adalah suatu hasil budaya manusia yang manusia secara kodrati dibekali
oleh Tuhan Yang Maha Esa ke mampuan rohani berupa akal, rasa, dan karsa sehingga filsafat
adalah hasil dari kebulatan akal, rasa, dan karsa menjadi kebudayaan yang sifatnya nonmateriil.
Selain itu, filsafat juga tidak terlepas dari rasa heran/ragu dan kagum, di samping keterbatasan
dan kesadaran yang dimiliki setiap manusia maka banyak permasalahan yang bisa direnungi
serta di gambarkan manusia melalui pemahaman kesemestaan ataupun duniawi.
Berdasarkan tata bahasa, kata filsafat berasal dari bahasa Yunani, falsafah yang terdiri atas
«philein» dan «sophos» yang artinya hikmah, kebijaksanaan atau wisdom. Secara harfiah
«filsafat» bermakna cinta kebijaksanaan, memiliki arti ke benaran yang sesungguhnya, dan
berhubungan dengan hasrat ingin tahu terhadap hal-hal yang benar Dalam arti praktis, filsafat
me ngandung makna alam berpikir, sedangkan berfilsafat adalah ber pikir secara mendalam
atau radikal. Radikal berasal dari kata «radix» yang artinya akar sehingga berpikir secara
radikal berarti berpikir sampai kepada akar-akarnya dan sungguh-sungguh kepada hakikat
sesuatu, Hakikat sesuatu sama artinya dengan kebenaran dari sesuatu yang bisa berupa apa
saja, seperti tentang manusia, benda, alam, hukum, ekonomi, dan politik Di sini berfilsafat bisa
mengandung makna mencari kebenaran atas sesuatu.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia karangan W.JS Poerwadarminta mengartikan kata
filsafat sebagai pengetahuan dan pendidikan dengan akal budi mengenai sebab-sebab, asas
asas, hukum, dan sebagainya dari segala sesuatu yang ada di alam semesta ataupun mengenai
kebenaran dan arti adanya sesuatu.

Sistematika Filsafat

Filsafat mempunyai sistematik yang amat luas yang meliputi tiga hal utama, yaitu ontologi,
epistemologi, dan axiologi.
a.Bidang ontologi adalah bidang filsafat yang menyelidiki hakikat dari realita yang ada.
Paham-paham seperti idealisme, spiritualisme, materialisme,pluralisme merupakan
asumsi-asumsi dasar ontologik yang akan menentukan apa hakikat kebenaran atau
kenyataan sebagaimana dicapai melalui pengetahuan.
b..Bidang epistemologi adalah suatu bidang filsafat yang membahas sumber, batas,
proses hakikat, dan validasi pengetahuan. Episte mologi meliputi berbagai sarana dan
tata cara menggunakan sarana dan sumber pengetahuan untuk mencapai keberhasilan
atau kenyataan rasionalisme, kritisme, fenomenologi, dan positivisme.
c.Bidang aksiologi adalah bidang filsafat yang menyelidiki nilai, terutama meliputi nilai-
nilai normatif.

3.Cabang-cabang Filsafat
Yang dimaksud dengan cabang adalah bagian yang termasuk dalam ilmu filsafat dan
memiliki konsep dasar filsafat tersendiri, yaitu
a metafisika, cabang filsafat yang membahas dan melukiskan hal hal yang bereksistensi di
balik fisis, yang meliputi bidang-bidang ontologi, kosmologi, dan antropologi secara
keseluruhan,

b. Epistimologi, cabang filsafat yang berkaitan dengan permasalah an hakikat dari pada
ilmu pengetahuan;

c. Metodologi adalah filsafat yang membahas persoalan hakikat metode atau metodologi
dalam ilmu pengetahuan;
d.logika , cabang filsafat yang berkaitan dengan persoalan cara berpikir/filsafat berpikir,
tentang rumus atau dalil dan penalaran tentang hal yang benar dan tidak benar, yang baik
dan yang buruk;
e.estetika , cabang filsafat yang berkaitan dengan permasalahan pemecahan konsep yang
mengandung nilai keindahan dalam hal-hal yang bersifat estetik;
f.etika, cabang filsafat yang berkaitan dengan moralitas, juga tingkah laku manusia/tindakan-
tindakan manusia.
4.Kegunaan teoritik bahwa dengan memelajari filsafat orang menjadi bertambah
pengetahuannya.Ia akan mampu mempelajari segala sesuatu dengan cara yang baik,
mendalam, dan lebih luas. Juga lebih mudah menjawab sesuatu yang diinginkan pihak lain
secara lebih mendalam dan mudah diterima dengan baik.
Etika, bagian filsafat yang memelajari tingkah laku dan per buatan manusia yang baik atau
yang buruk. Oleh karena itu, me melajari etika sangat berguna, termasuk di dalamnya
mengajarkan moral, kesusilaan, sopan santun, maupun norma yang baik.
Bagi bangsa Indonesia, filsafat Pancasila sangat berguna, selain manusia sebagai perseorangan
juga sebagai warga suatu masyarakat bangsa dalam mendukung cita-cita ataupun tujuan
nasional karena filsafat Pancasila adalah landasan dasarnya, juga landasan dasar berpikir
segenap bangsa dan negara Indonesia.

5.Falsafah Hidup Bangsa Indonesia


Pancasila dapat dimasukkan dalam macam falsafah, dalam arti produk sebagai pandangan
hidup dan falsafah dalam arti praktis. Filsafat Pancasila mempunyai fungsi dan peranan sebagai
pedoman dan pegangan dalam hal sikap, tingkah laku, dan perbuatan dalam kehidupan sehari-
hari dalam kehidupan masyarakat, ber bangsa, dan bernegara.
Pada saat sebelum Pancasila menjadi dasar falsafah hidup bangsa, yaitu sebelum tanggal 18
Agustus 1945, Pancasila menjadi nilai luhur budaya bangsa Indonesia yang kita kenal sebagai
sifat sifat teposeliro, tepotulodo, tepopalupi, suka bekerja keras, tolong menolong/gotong
royong, peduli kasih, dan sebagainya.
Sesudah tanggal 18 Agustus 1945 Pancasila telah sah menjadi landasan dan dasar negara
Republik Indonesia, sah secara yuridis konstitusional. Di sinilah Pancasila menjadi suatu staat
fundamen tal norm atau grund norm, yang setiap orang dan manusia, baik sebagai pribadi
maupun sebagai warga negara memiliki nilai pribadi yang dilandasi oleh norma/hukum tertulis
dan yang tidak tertulis. Misalnya manusia dapat bebas memilih kesenangannya dalam hal
berpakaian, bepergian ke mana pun asal memenuhi ketentuan yang ada, bebas jalan-jalan,
rekreasi, berbelanja kepertokoan/mal, mem beli rumah, dan mobil. Norma hukum lahir karena
otoritas peme rintah atau wewenang pemerintah/negara berupa ketentuan perundangan, yang
selanjutnya bisa berupa ke bawahnya: surat keputusan dari rektor atau dekan universitas negeri
juga bisa ke pihak swasta berupa surat keputusan rektor atau dekan perguruan tinggi swasta
juga surat keputusan atau surat edaran dari partai partai. Semua hal harus ditaati karena
mengandung sanksi. Yang bukan undang-undang adalah berupa semua ketentuan yang lain
sampai dengan ketentuan pada rukun warga atau rukun tetangga, tetapi harus juga dipatuhi bagi
warga masyarakatnya. Hukum yang tidak tertulis merupakan ketentuan yang lahir dari
masyarakat berupa aturan atau norma-norma, seperti norma susila, norma sopan santun, dan
norma agama yang dilandasi kesadaran berkehidupan bersama dalam masyarakat .

Pancasila sebagai filsafat hidup bangsa tumbuh dan berkembang bersamaan dengan tumbuh
dan berkembangnya bangsa Indonesia. Pancasila yang merupakan filsafat hidup bangsa
Indonesia me ngandung nilai-nilai dasar yang dijunjung tinggi oleh bangsa Indo nesia Nilai
dasar yang dimaksud adalah nilai ketuhanan, nilai ke manusiaan, nilai persatuan, nilai
kerakyatan, dan nilai keadilan sosial yang tata urutannya termuat dalam alinea IV Pembukaan
UUD 1945 .

Nilai adalah sesuatu yang diinginkan atau sesuatu yang tidak diinginkan . Menilai mengandung
arti menimbang, yaitu kegiatan manusia menghubungkan sesuatu dengan sesuatu. Yang lain
dan mengambil keputusan atau menilai, berarti menimbang atau memperbandingkan dengan
sesuatu yang lain untuk kemudian mengambil suatu keputusan
Sebagai falsafah hidup bangsa Indonesia, filsafat Pancasila dapat diartikan sebagai kemampuan
rohani bangsa Indonesia melakukan pemikiran yang sedalam-dalamnya tentang kebenaran
Pancasila sebagai landasan dasar falsafah kehidupan bangsa Indonesia se hingga hasilnya
adalah memperoleh suatu kebenaran yang sesungguh sungguhnya dan hakiki dari arti nilai sila-
sila Pancasila.

6.Pancasila sebagai Suatu Sistem Moral dan Etika


Moral dan etika sangat berkaitan dengan nilai tatanan ataupun nilai norma yang berlaku dalam
kehidupan masyarakat, yang menjadi ukuran menilai manusia untuk berbuat dan bertingkah
laku.
Menurut Prof. Dr. Drs. Notonagoro, S. H., dalam bukunya , Filsafat Dasar Negara
menyebutkan nilai dibagi menjadi tiga bagian yaitu
a nilai material, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi unsur jasmani manEtika

b. Nilai vital, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi manusia untuk dapat melakukan kegiatan
atau aktivitas,

c.nilai kerohanian, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi rohani manusia.
Lebih lanjut dapat dikemukakan bahwa nilai moral dan etika dalam arti sistem Pancasila adalah
nilai-nilai yang bersumber ke pada kehendak atau kemauan manusia untuk berbuat sesuatu,
tetapi berlandaskan kepada unsur kemauan yang baik dan positif, di samping adanya unsur
pembenar perbuatan yang bersumber kepada ratio atau akal manusia.
Berkaitan dengan penilaian terhadap perasaan estetika atau keindahan mengingat keindahan
juga melengkapi kehidupan manusia yang serba luas, bisa diperoleh melalui rasa indah yang
akan men dorong atas berhasilnya/baik buruknya penyelesaian tugas-tugas dalam lingkup
kehidupannya. Sehubungan dengan perasaan sosial, mengingat kepada kehidup an manusia
hakikatnya, selain sebagai makhluk individu , juga sebagai makhluk sosial dengan perasaan
sosialnya. Tampaklah bahwa makhluk sosial tidak terlepas dari lingkungan sosialnya sehingga
menentukan baik buruknya tingkah laku, moral etikanya lebih banyak dipengaruhi dan
ditentukan lingkungan sosialnya daripada pribadinya.

7.Pancasila sebagai Suatu Sistem Nilai ( Filsafat)


Sebagai suatu sistem, Pancasila merupakan kesatuan dari bagian bagian. Dalam hal ini, tiap-
tiap sila dari Pancasila antara satu dengan lainnya saling berkaitan, berhubungan, dan saling
melengkapi. Pancasila, pada hakikatnya merupakan satu kesatuan yang bulat dan utuh serta
tidak terpisahkan di antara sila silanya. Karena, sila ini terletak di luar ciptakan akal manusia .
Secara berurutan, Pancasila berada dalam bentuk piramid dengan tatanan yang hierarchis.
Dalam susunan hierarchis dan piramid itu, Ketuhanan Yang Maha Esa menjadi basis dari
kemanusiaan , persatuan Indonesia , kerakyatan, dan keadilan sosial. Mengingat sila pertama
menjadi basis dari pada sila yang lain, sila pertama Ketuhanan Yang Maha Esa memiliki tingkat
tertinggi dalam susunan hierarchis piramid dan meliputi, melandasi, serta menjiwai sila-sila
lain yang kedudukannya dalam hierarchis lebih rendah ( sempit). Jelas bahwa kelima sila
adalah selain meliputi, melandasi dan menjiwai juga saling diliputi, dilandasi, dan dijiwai
antara sila dengan yang lain, hanya sila Ketuhanan Yang Maha Esa yang meliputi, melandasi,
dan menjiwai tanpa diliputi, dilandasi, dan dijiwai sila yang lain dari Pancasila.

Dalam susunan kesatuan hierarchis berbentuk piramid ini, sila Ketuhanan Yang Maha Esa
adalah yang paling luas. Oleh karena itu, merupakan basis dari keempat sila lainnya .
Sila kelima, bagi seluruh rakyat Indonesia. Dalam sistem ini, merupakan tujuan yang hendak
dicapai oleh keempat sila yang lain dari Pancasila, yaitu sila Ketuhanan Yang Maha Esa,
kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia, kerakyatan yang dipimpin oleh
hikmat kebijakan dalam permusyawaratan/perwakilan.
Sebagai sistem, Pancasila memiliki ciri-ciri sebagai berikut.
a. Merupakan kesatuan dari bagian-bagian Bagian-bagian dimaksud adalah sila-sila Pancasila
yang menyatu secara bulat dan utuh..
b. Bagian-bagian tersebut memiliki fungsinya masing-masing Sila pertama, memiliki fungsi
keimanan dan ketaqwaan. Sila kedua, berfungsi dalam tugas-tugas kemanusiaan. Sila ketiga,
berfungsi penegakan persatuan dan kesatuan. Fungsi sila keempat adalah mempertemukan
kebersamaan dalam perbedaan Fungsi sila kelima adalah kesejahteraan yang berkeadilan.
c. Saling berhubungan dan ketergantungan Sila yang satu dan yang lain saling meliputi,
melandasi, dan saling menjiwai, serta saling diliputi, dilandasi, dan dijiwai, kecuali sila pertama
Ketuhanan Yang Maha Esa hanya meliputi, melandasi, dan menjiwai, tanpa diliputi, dilandasi
oleh sila-sila Pancasila lainnya.
d. Keseluruhan, dimaksudkan untuk pencapaian tujuan tertentu, yang merupakan tujuan sistem,
yaitu suatu kehidupan sejahtera yang berkeadilan, meliputi sila keadilan sosial bagi seluruh
rakyat Indonesia.
E Terjadi dalam lingkungan yang kompleks, yaitu dalam suatu kesatuan yang tidak terpisahkan
dalam satu wadah Pancasila.

5.2Pancasila sebagai Dasar Negara


Konsep Pancasila sebagai dasar negara diajukan oleh Ir. Soekarno dalam pidatonya pada hari
terakhir sidang pertama BPUPKI tanggal 1 Juni 1945, yang isinya untuk menjadikan Pancasila
sebagai dasar falsafah negara atau filosophische grondslag bagi negara Indonesia merdeka.
Usulan tersebut ternyata dapat diterima oleh seluruh anggota sidang. Hasil-hasil sidang
selanjutnya dibahas oleh Panitia Kecil atau Panitia 9 dan menghasilkan rumusan Rancangan
Mukadimah Hukum Dasar pada tanggal 22 Juni 1945, yang selanjutnya oleh Mohamad Yamin
disarankan diberi nama Jakarta Charter atau Piagam Jakarta, yang di dalamnya terdapat
Pancasila pada alinea IV, Piagam Jakarta, selanjutnya disahkan oleh Panitia Persiapan
Kemerdekaan Indonesia menjadi Pembukaan UUD dengan mengalami beberapa perubahan
yang bersamaan dengan Pancasila disahkan menjadi dasar negara.

Sejak itu Pancasila sebagai dasar negara yang mempunyai ke dudukan sebagai berikut
1.Sumber dari segala sumber hukum di Indonesia,
2 meliputi suasana kebatinan dari UUD 1945,
3. Menciptakan cita-cita hukum bagi hukum dasar negara,

4. Menjadi sumber semangat bagi UUD 1945, dan


5.Mengandung norma-norma yang mengharuskan UUD untuk mewajibkan pemerintah
maupun penyelenggaraan negara yang lain untuk memelihara budi pekerti luhur.

Mengingat bahwa Pancasila berkedudukan sebagai dasar negara maka seluruh kehidupan
bernegara dan bermasyarakat yang terkait dengan hal-hal pokok kenegaraan di samping
penyelenggaraan negara semuanya harus sesuai dan dapat diatur berdasarkan Pancasila, di
antaranya masalah politik, ekonomi, sosial budaya, hukum, pendidik an dan lain-lain, termasuk
juga hubungan antara rakyat, kekuasaan serta penguasa.
Selain itu, mengingat arti nilai-nilai kebenaran dan keadilan bagi Pancasila yang telah ada
selama berabad-abad dalam kehidupan bangsa Indonesia maka Pancasila telah memberikan
corak khas ataupun kepribadian pada bangsa Indonesia yang pada dasarnya membedakan
bangsa Indonesia dari bangsa-bangsa lain di dunia ini. Pancasila merupakan suatu sosio budaya
bangsa, memberikan dasar kehidupan bangsa dalam peran sebagai negara, maupun
penyelenggara pemerintahan negara Republik Indonesia. Oleh karena itu, segenap tindakan,
langkah-langkah yang diambil, termasuk ke putusan kenegaraan yang penting harus selalu
memedomani serta mempertimbangkan nilai-nilai luhur budaya bangsa yang terkandung dalam
sila-sila Pancasila

Pedoman kehidupan bernegara pada dewasa ini dilandasi dasar negara Pancasila melalui
ketetapan-ketetapan MPR RI, yang secara filosofis harus dapat dilihat dan dirasakan oleh
seluruh rakyat In donesia sebagai kti bahwa benar-benar berada dalam siklus kehidupan
bernegara yang berlandaskan kepada Pancasila

Dalam kehidupannya sebagai sumber segala sumber hukum yang berlaku di Indonesia,
Pancasila merupakan hukum dasar nasional menurut Pasal 1. Ayat , Ketetapan MPR RI No.
111/MPR/2000, menjadi landasan dan pedoman dalam penyelenggaraan negara termasuk
pedoman bagi segenap peraturan perundangan yang berlaku di Indonesia.
Adapun isi sumber hukum dan tata urutan peraturan perundang an RI, seperti tercantum pada
TAP MPR tersebut di atas adalah
Sebagai berikut:
1. Undang-Undang Dasar 1945, 2. Ketetapan MPR RI,
2. Undang-undang,
3. Peraturan pemerintah pengganti undang-undang,
5 peraturan pemerintah,
6. keputusan presiden dan 7 peraturan daerah,

Dalam perkembangannya, sesuai Ketetapan MPR RI No 1/MPR/ 2003, tentang Penuyauan


Terhadap Materi dan Status Hukum Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara
dan Ke tetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Inndonesia Tahun 1960 sampai
dengan Tahun 2002. Kemudian, berdasarkan hasil kajian dalam Ketetapan MPR RI tersebut di
atas, salah satunya adalah Ketetapan MPR RI No III/MPR/2000 dinyatakan tidak berlaku lagi.
Kemudian, diganti dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan
Peraturan Perundang-undangan. Jenis dan hierarchi peraturan perundang-undangan yang
berlaku adalah sebagai berikut.
1. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesi Tahun 1945. 2. Undang-
Undang/Peraturan Pemerintah Pengganti Undang Undang.
2. Peraturan Pemerintah.
3. Peraturan Presiden.
4. Peraturan Daerah.
Pancasila sebagai dasar filsafat negara secara yuridis tertuang dalam Pembukaan UUD 1945,
pada paragraf IV yang berbunyi “Kemudian daripada itu, untuk membentuk..., maka disusunla
Kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu dalam suatu Undang Undang Dasar negara Indonesia,
yang terbentuk dalam suatu susunan negara Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat
berdasarkan kepada Ketuhanan yang Maha Esa, Kemanusiaan yang Adil dan Beradab,
Persatuan Indonesia dan kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan perwakilan serta dengan mewujudkan suatu keadilan sosial bagi seluruh
rakyat InIndonesi.

Yang dimaksud dengan kata kata dengan berdasarkan kepada adalah berpengertian sebagai
dasar negara
Dapat diambil kesimpulan bahwa dengan Pancasila sebagai dasar negara yang menjadi dasar,
pedoman, maupun landasan bernegara Republik Indonesia akan memudahkan dalam
memberikan jaminan atas stabilitas dan kelestarian jalannya pemerintahan Negara Ri Juga
memberikan jaminan akan kestabilan serta tegaknya tatanan sehingga dapat mengawasi dan
mendektesi terhadap ke mungkinan terjadinya penyimpangan-penyimpangan dalam pelaksana
an pembangunan nasional, termasuk segenap program-program yang telah digariskan dalam
pencapaian sasaran.

5.3Pancasila sebagai Suatu Ideologi


Istilah ideologi untuk pertama kali dicetuskan oleh seorang filsuf Perancis bernama Antoine
Destutt de Tracy , sebagai ilmu tentang pikiran manusia yang mampu menunjukkan arah yang
benar ke arah masa depan. Ideologi adalah ilmu, seperti juga biologi, psikologi, fisika, dan
matematika. Namun, dalam perkembangannya ideologi bergeser dari semacam ilmu menjadi
suatu paham atau doktrin.
Ideologi secara etimologis terdiri atas dua asal kata, yaitu idea dan logos. Idea memiliki arti
gagasan atau cita-cita, juga pandangan, sedangkan logos diartikan sebagai ilmu ataupun ratio.
Ideologi dapat diartikan cita-cita atau pandangan yang berdasarkan kepada ratio, sedangkan
ideologi suatu bangsa adalah ideologi yang mendukung tercapainya tujuan hidup atau tujuan
nasional suatu bangsa.

1.Ideologi Bangsa Indonesia

Bangsa dan negara RI dengan ideologi Pancasila memiliki arti cita cita atau pandangan dalam
mendukung tercapainya tujuan nasional negara RI.
Setiap bangsa dalam melanjutkan keberadaan serta eksistensi nya selalu berusaha memelihara
ideologinya agar bangsa itu tidak akan kehilangan ideologi yang dianutnya, berarti tidak
kehilangan identitas nasionalnya. Demikian juga bangsa Indonesia yang mem pertahankan
Pancasila sebagai ideologinya. Penetapan Pancasila sebagai ideologi negara Indonesia itu
pertama-tama berarti bahwa negara Indonesia dibangun atas dasar moral kodrati . Oleh karena
itu, kita harus tunduk padanya dan wajib membela serta melaksanakannya, baik dalam susunan,
maupun dalam kehidupannya .
Setiap negara berbeda ideologinya dengan negara yang lain dan ideologi harus dilaksanakan
secara konsekuen walaupun harus luwes dan tidak fanatik Walaupun luwes bukan berarti
kurang toleran terhadap ideologi lain. Sikap tersebut akan mendatangkan bencana dalam
kehidupan bangsa karena manusia merupakan alat ideologi dan akan bertindak sesuai dengan
ideologi yang dianutnya. Selain itu, ideologi juga merupakan sumber motivasi dan sumber
semangat dalam berbagai kehidupan bernegara. Ideologi akan menjadi realistis apabila terjadi
orientasi yang bersifat dinamis antara masyarakat bangsa dengan ideologinya. Dengan
demikian, ideologi akan bersifat terbuka dan antisipasif, bahkan reformatif dalam arti
senantiasa mengadaptasi perubahan-perubahan yang sesuai dengan aspirasi

Bangsanya Ideologi Pancasila memiliki berbagai aspek, baik berupa cita cita pemikiran atau
nilai-nilai, maupun norma yang baik dapat di realisasikan dalam kehidupan praksis dan bersifat
terbuka dengan memiliki tiga dimensi, yaitu dimensi idealis, normatif, dan realitis. A Dimensi
idealis, artinya nilai-nilai dasar dari Pancasila memiliki
Sifat yang sistematis, juga rasional dan bersifat menyeluruh. B. Dimensi normatif, merupakan
nilai-nilai yang terkandung dalam setiap sila Pancasila yang perlu dijabarkan ke dalam sistem
norma sehingga tersirat dan tersurat dalam norma-norma kenegaraan c Dimensi realistis adalah
nilai-nilai Pancasila yang dimaksud di atas harus mampu memberikan pencerminan atas
realitas yang hidup dan berkembang dalam penyelenggaraan negara.
Dalam rangka perkembangan ideologi, khususnya di Indonesia, ideologi berkembang sesuai
dengan kepentingan dan kondisi ke hidupan bangsa Indonesia, di antaranya sebagai ideologi
persatuan, ideologi pembangunan, dan ideologi terbuka. Ideologi persatuan sangat penting
artinya sejak lahirnya negara R1 sampai pada per mulaan penyelenggaraan negara RI. Ideologi
bertugas dan berfungsi mempersatukan seluruh rakyat Indonesia menjadi rakyat dan bangsa
Yang memiliki sikap kepribadian yang tersendiri tanpa ketergantung an kepada siapa pun serta
mempertebal kebersamaan dalam ke hidupan bangsa Kondisi bangsa Indonesia yang
kebinekaan serta keanekaragaman kehidupan dan bersifat plural/majemuk dalam arti memiliki
sifat serba multi, baik di bidang etnik, di bidang religi, bahasa, cara hidup, maupun multi
budaya. Mengenai ideologi pembangunan, berarti pembangunan ikut dalam memberikan
kepada pemerintah RI kewenangan dalam mem persiapkan kebijaksanaan dalam wujud cita-
cita kehidupan bangsa melalui pembangunan nasional yang dilakukan dengan penyusunan
kaidah-kaidah/norma-norma penting dalam penunjang pembangun an yang sedang
dilaksanakan. Sebagai ideologi terbuka dalam melihat perkembangan kemajuan dunia dewasa
ini, termasuk kemajuan ilmu pengetahuan, dan teknologi, serta lajunya sarana komunikasi mem
buat dunia seolah menjadi sempit dan kecil sehingga pembangunan akhirnya tidak terkait pada
faktor-faktor yang ada di dalam negeri saja, tetapi juga sangat tergantung pada jaringan politik
dunia yang sangat dipengaruhi kekuatan-kekuatan ekonomi raksasa atau ekonomi global,
antara lain dalam menghadapi persoalan kemiskin an, kesenjangan sosial, politik, konflik, dan
terorisme.
Ciri khas ideologi terbuka ialah nilai-nilai dan cita-citanya tidak dipaksakan dari luar, tetapi
berasal dari dalam diri bangsa sendiri, yaitu dari kekayaan rohani, moral, dan budaya
masyarakatnya dengan dasar konsensus seluruh masyarakat dan tidak diciptakan oleh negara.
Kita mengenal tiga tingkatan nilai sehubungan dengan hal di atas, yaitu nilai dasar adalah nilai
yang tidak berubah, nilai instrumental adalah sarana dalam mewujudkan nilai dasar yang dapat
berubah sesuai dengan keadaan, kemudian nilai praksis yang berupa pelaksanaan secara nyata.
Nilai-nilai Pancasila dijabarkan dalam norma-norma dasar Pancasila yang terkandung dan
tercermin dalam Pembukaan UUD 1945, yang nilai atau norma dasar tersebut tidak boleh ber
ubah atau diubah karena merupakan konsensus bangsa yang disebut kaidah pokok dasar negara
yang fundamental . Perwujudan nilai-nilai intrumental dan nilai-nilai praksis harus tetap
mengandung jiwa dan semangat nilai dasarnya.
Ideologi terbuka memiliki sifat-sifat yang saling bertentangan, yang satu memberikan
ketegasan mengenai sifat keterbukaan, sedang yang lain sifat yang membatasi keterbukaan.

Keterbukaan ideologi Pancasila didukung oleh beberapa hal, antara lain 1 tekad bangsa dalam
memperjuangkan tercapainya tujuan
Nasional/tujuan proklamasi;
pembangunan nasional yang teratur dan maju pesat;
Tekad yang kuat dalam mempertahankan nilai sila-sila Pancasila yang sifatnya abadi; .
Hilangnya ideologi kumunis/sosialis sebagai ideologi tertutup.
Hal-hal yang membatasi keterbukaan ideologi Pancasila adalah sebagai berikut:

1. Stabilitas nasional yang mantab,


2 tetap berlakunya larangan terhadap paham komunisme di Indonesia
3.Adanya pencegahan atas pengembangan ideologi liberal di Indonesia
4. pencegahan terhadap gerakan ekstrem dan paham-paham lain yang bisa menggoyahkan nilai
persatuan dan kesatua bangsa. Ideologi Pancasila mengajarkan kepada manusia untuk beriman
dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa karena hidup manusia juga tergantung kepada-
Nya. Pancasila juga menghormati dan men jujung tinggi hak asasi manusia, di samping
kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan, demokratsi dan musyawarah, serta keadilan
sosial.
Dengan demikian, dapat diambil suatu kesimpulan bahwa ideologi Pancasila memiliki arti
sebagai keseluruhan pandangan, cita-cita, maupun keyakinan dan nilai-nilai bangsa Indonesia
yang secara normatif perlu diwujudkan dalam tata kehidupan berbangsa dan bernegara guna
menjunjung tercapainya suatu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

2 Ideologi Liberal
Ideologi liberal merupakan suatu paham liberalisme yang berkembang dari akar-akar
rasionalisme yang merupakan sumber kebenaran tertinggi serta memberikan kebebasan yang
seluas-luasnya kepada individu dalam segenap bidang kehidupannya. Ajaran liberalisme juga
bertitik tolak kepada dasar hak asasi manusia yang dimiliki sejak lahir dan mutlak, yang setiap
individu memiliki kesempat an dan kebebasan dalam mengejar kebahagiaan lahir dalam me
limpahnya kekayaan material. Secara sederhana, liberalisme diartikan sebagai paham ke asan
yang berasal dari kata liberalis , yaitu suatu nama partai di Spanyol yang memperjuangkan
pemerintahan konstitusi onal untuk Spanyol pada abad 19.

Campur tangan pemerintah serta sistem ekonomi monopoli. Liberalisme juga menentang
otoriter dan menjunjung tinggi kebebasan individu.
Liberalisme di bidang politik dikembangkan oleh John Locke dan Montesquieu, John Locke
beranggapan bahwa negara terbentuk sebagai akibat dari perjanjian antara individu yang
merdeka dan penguasa yang diangkat. Montesquieu dalam bukunya The Spirit of Law
mengemukakan adanya pemisahan kekuasaan dalam negara, yaitu antara legislatif, eksekutif,
dan yudikatif dengan maksud me lindungi kepentingan individu.
Perkembangan liberalisme semakin luas yang diprakarsai oleh golongan borjuis setelah
terjadinya revolusi di Inggris, Amerika dan Perancis .
Liberalisme juga akan membawa dan menimbulkan sistem kapitalisme. Bapak ideologi/paham
liberal kapitalis adalah Adam Smith seorang Inggris yang dalam teorinya The Wealth of Nation
menyatakan bahwa kemakmuran bangsa-bangsa akan tercapai melalui ekonomi persaingan
bebas dari campur tangan negara. Kemudian, ideologi itu diperbaharui oleh Keynes dengan
teorinya campur tangan negara dalam ekonomi khususnya dalam mencipta kan kesempatan
kerja, masalah investasi tabungan dan lain-lain.

Paham liberal/kapitalis juga menghendaki pengawasan terhadap lembaga parlemen sebagai


pengganti monarchi. Menuntut sistem ekonomi perdagangan bebas berdasarkan kapitalisme
dan asas-asas laissez faire sebagai pengganti merkantilisme menginginkan agar semua orang
mendapat ke sempatan yang sama dalam mengembangkan diri tanpa adanya per bedaan seperti
derajat, pangkat, gelar, dan sebagainya. Masyarakat yang adil bukan masyarakat yang
mempunyai persamaan melainkan benar-benar menghargai perbedaan yang melekat pada
setiap individu dan setiap warga negara.Tidak disanksikan lagi bahwa salah satu dari
liberalisme ialah liberalisme klasik merupakan ideologi paling erat kaitannya dengan
kapitalisme laissez faire yang menegaskan bahwa kebajikan dan kemampuan individu adalah
dalam kerangka pengusahaan ekonomi dan kecerdikan usaha, sedangkan perilaku rasional itu
sendiri sangat jelas diperlihatkan dengan menempatkan keuntungan dalam posisi lebih tinggi
daripada kerugian.Negara terorganisasi secara politik melalui pemilihan perwakilan dengan
ketentuan bahwa hak pilih harus dibatasi oleh mereka yang memiliki dan menunjukkan
rasionalitasnya yang teratas dan ter tinggi, biasanya melalui akumulasi materi/kekayaan dan
pada setiap kejadian pengambilan keputusan pembuatnya harus diambil dari kelas-kelas orang
yang berada dan kaya.

3.Ideologi Komunis
Komunisme adalah salah satu bentuk ideologi dunia, di samping kapitalisme maupun ideologi
- ideologi yang lain dan sering disebut ideologi totaliter.
Komunisme merupakan ajaran yang memandang bahwa manusia pada hakikatnya merupakan
makhluk sosial. Komunisme mendasar kan pada suatu kebaikan yang hanya diperuntukkan
bagi kepentingan dan keuntungan kelas masyarakat totalitas. Hubungan dengan masyarakat
ideologi komunis bersifat kosmopolitisme yang menggambarkan hegemoninya ke seluruh
dunia.
Pengajar dan tokoh utama bernama Heinrich Karl Marx , seorang keturunan Yahudi Jerman
dan merupakan tokoh sosialis revolusioner yang banyak menulis bidang sosial dan ekonomi.
Istilah «komunisme» juga dipakai untuk «ajaran komunisme» atau «marxisme leninisme» yang
merupakan ajaran atau «idelogi» resmi komunisme .
Ajaran marxisme-leninisme sangat bertolak belakang dengan ajaran Pancasila, juga
bertentangan dengan paham liberalisme dan individual. Masyarakat yang diidamkan dan
dicita-citakan komunis dunia adalah masyarakat yang tidak dibatasi kesadaran nasional dan
komunis menghendaki masyarakat tanpa nasionalisme.
Komunisme/sosialisme juga mencanangkan suatu cita-cita ber sifat utopis, yaitu suatu
masyarakat tanpa kelas, sama rasa, dan sama rata Masyarakat tanpa kelas dapat digambarkan
sebagai suatu masyarakat yang dapat memberikan suasana hidup yang nyaman yang tanpa hak
milik pribadi, tanpa sarana dan alat produksi, tanpa pertentangan, dan tidak mendasarkan
kepada hak milik pribadi, tetapi kepada komunal. Adapun ciri-ciri umum yang dapat
dikemukakan dari ideologi komunis adalah sebagai berikut:
a bersumber kepada akal manusia, tetapi terbatas,
b. Perekonomian ada ditangan negara;
c.hukum dibuat oleh manusia dan diterapkan oleh negara dengan tangan besi;
d.menolak keberadaan agama/ateisme, tidak percaya akan adanya sang pencipta;

e. manusia makhluk sosial, tanpa demokrasi individu dan manusia dianggap mesin saja,
f masyarakat sebagai kesatuan manusia tanpa kelas, dengan landasan teori
perjuangan/pertentangan kelas proletar berhadapan dengan kaum kapitalis/tuan tanah,
g. Bersifat kosmopolitan, artinya menerapkan dan mengembangkan hegemoninya ke seluruh
pelosok dunia.
Dalam hakikat hubungan negara dan agama, komunisme meletak kannya pada pandangan
filosofis materialisme dialektika dan materialesme hitoris. Dalam ciri paham komunisme yang
ateis karena pada dasarnya manusia ditentukan oleh dirinya sendiri dan bukan terikat oleh suatu
hukum sebab akibat secara kasualitas dengan Tuhan.
Dalam historis materialisme diungkapkan bahwa manusia hanya dapat dipahami sejauh ia
ditempatkan dalam konteks sejarah karena manusia pada hakikatnya adalah insan sejarah.
Karena, sejarah terwujud dalam peristiwa-peristiwa masyarakat maka wajarlah ia hanya dapat
dipahami, sejauh diletakkan dalam kaitan masyarakat. Dengan demikian, kekuasaan berada di
tangan proletariat secara mutlak sifatnya.
Menurut Lenin bahwa proletariat adalah gerakan massal yang tidak selalu mampu menjamin
adanya kesadaran yang sosialitis dan revolusioner.

Bab 6
Reformasi

6.1 Pengertian, Tujuan, dan Syarat Reformasi


1.Pengertian Reformasi
Dalam rangka pelaksanaan penyelenggaraan hidup bernegara Republik Indonesia termasuk
jalannya ketatanegaraan, bangsa In donesia telah mengalami momen sejarah baru, yaitu
reformasi. Tepatnya terjadi pada sekitar tahun 1998, setelah tumbangnya peme rintahaan Orde
Baru yang sebelumnya telah berlangsung selama lebih kurang 32 tahun silam.
Gerakan reformasi terjadi sebagai akibat krisis yang bersifat multidimensi di seluruh negara
Indonesia yang menyangkut segenap bidang kehidupan, baik politik, ekonomi, sosial budaya,
maupun keamanan dan ketertiban.

Lebih tergugah lagi dengan terjadinya peristiwa/tragedi 12 Mei 1998, selain pengorbanan jiwa
raga dan harta benda maka merebaklah semangat reformasi ke seluruh lingkup kehidupan
masyarakat untuk mengakhiri kekuasaan Orde Baru.
Arah dan tujuan reformasi yang utama adalah untuk me nanggulangi dan menghilangkan
dengan cara mengurangi secara bertahap dan terus menerus krisis yang berkepanjangan di
segenap bidang kehidupan serta menata kembali ke arah kondisi yang lebih baik atas sistem
ketatanegaraan Republik Indonesia yang telah hancur menuju Indonesia baru.
Reformasi berasal dari kata «reformation» dengan kata dasar «reform» yg memiliki arti
perbaikan, pembaharuan, memperbaiki dan menjadi lebih baik. .
Secara umum reformasi di Indonesia dapat diartikan sebagal melakukan perubahan ke arah
yang lebih baik dengan cara menata ulang hal-hal yang telah menyimpang dan tidak sesuai lagi
dengan kondisi dan struktur ketatanegaraan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
2.Tujuan Reformasi
Tujuan reformasi dapat disebutkan sebagai berikut:
a melakukan perubahan secara serius dan bertahap untuk me nemukan nilai-nilai baru dalam
kehidupan berbangsa dan ber negara,
b.menata kembali seluruh struktur kenegaraan, termasuk perundangan dan konstitusi yang
menyimpang dari arah perjuangan dan cita-cita seluruh masyarakat bangsa;
c. melakukan perbaikan di segenap bidang kehidupan baik politik, ekonomi, sosial budaya,
maupun pertahanan keamanan.
d. menghapus dan menghilangkan cara-cara hidup dan kebiasaan dalam masyarakat bangsa
yang tidak sesuai lagi dengan tuntutan reformasi, seperti KKN, kekuasaan sewenang-wenang/
otoriter penyimpangan, dan penyelewengan yang lain.

3.Syarat-syarat Reformasi

Adapun ketentuan atau syarat-syarat yang bisa menyatakan suatu kondisi reformasi adalah
sebagai berikut.

a.Telah terjadi penyimpangan dan penyelewengan dalam pe laksanaan kehidupan di bidang


ketatanegaraan, termasuk bidang perundang-undangan dan hukum.
b. Penyelenggara negara telah menggunakan kewenangannya secara semena-mena/otoriter di
luar etika kenegaraan melalui tindakan-tindakan yang sangat merugikan dan menekan kehidup
an rakyat keseluruhan.
c.Telah semakin melemahnya kondisi kehidupan ekonomi seluruh warga masyarakat bangsa
sebagai akibat krisis multidimensi yang berkepanjangan dan terus-menerus
d. Perlunya langkah-langkah penyelamatan dalam segenap bidang kehidupan, khususnya yang
menyangkut hajat hidup rakyat banyak.
e. Reformasi harus menggunakan landasan kerohaniaan berupa dasar negara Pancasila.

6.2 Dampak Reformasi


1.Dampak Reformasi

Reformasi yang telah bergulir di tengah masyarakat Indonesia sejak 1998 menghendaki
perubahan mendasar Agenda reformasi telah diputuskan melalui berbagai ketetapan MPR dan
berbagai produk perundang-undangan yang baru, tetapi setelah berlangsung lebih dari lima
tahun lamanya, terasa bahwa reformasi berjalan secara belum terarah.
Bangsa Indonesia pada saat ini justru sedang mengalami ketidak harmonisan, tanpa orientasi
sehingga sangat mudah mengarah kepada jurang disintergrasi Sistem kehidupan nasional yang
telah susah payah dibangun dan disempurnakan dalam beberapa dasa warsa, bukan mengalami
kemajuan maupun penyempurnaan, melain kan secara perlahan sedang mengalami proses erasi
dan kerumitan yang serius.
Kebebasan yang berkembang pada masa reformasi seharusnya lebih bisa bertanggung jawab
dan secara tegas melalui konsep-konsep yang terarah dapat membawa bangsa ini ke arah yang
lebih baik. Mengingat reformasi melalui pemahaman yang keliru, hal itu akan menimbulkan
kekuasaan baru tanpa kejelasan tentang bagaimana hukum, kelembagaan negara, serta
penyelenggaraan pemerintahan.
Polusi kepentingan justru menambah keruwetan dalam kehidupan ber masyarakat bangsa dan
bernegara Oleh karena itu, hal-hal seperti ini harus segera diatasi dan dihapuskan.

2.Dampak Positif
Munculnya suasana baru yang bisa kita saksikan diantaranya terdapat kebebasan pers.
Kebebasan akademis, kebebasan berorganisasi, dan lain-lain yang selama ini belum pernah
ada, termasuk kebebasan pemikiran dalam memperjuangkan pembebasan tahanan politik
maupun narapidana politik. Hal ini bisa dinilai sebagai lambang dari suatu era kebebasan
berpolitik di Indonesia.
Timbulnya kesadaran baru bahwa masyarakat bisa bertindak dan berbuat sesuatu serta
melakukan perubahan-perubahan di antara nya pendobrakan atas rasa ketakutan berpolitik,
pendobrakan terhadap proses pembodohan yang telah berlangsung hampir lebih dari tiga puluh
tahun.
Memang, sebelum gerakan reformasi dimulai maka semua or ang merasakan kelemahan, tidak
bisa berbuat apa pun tanpa daya dan takut berpolitik, berpendapat, dan berbicara. Namun,
dengan pengalaman baru bereformasi, masyarakat Indonesia, khususnya para mahasiswa,
mulai sadar dan memiliki serta dapat memper juangkan politik mereka yang benar-benar dapat
membawa ke arah perubahan yang positif. Kesadaran baru ini penting sekali artinya dalam
rangka perjuangan selanjutnya menuju reformasi yang total dan menyeluruh.

3.Hasil Reformasi
Berbicara mengenai hasil reformasi, tentu tidak bisa seobjektif mungkin mengingat reformasi
sampai saat ini masih tetap bergulir tanpa kejelasan tentang hasil yang sangat ditunggu-tunggu
seluruh rakyat Indonesia, tentunya hasil yang positif meskipun belum total dan menyeluruh.
Pendapat dan penilaian terhadap reformasi masih banyak yang bersifat vokal, terutama dari
kalangan bawah yang sangat men dambakan hasil reformasi bagi perbaikan kondisi kehidupan
yang tentunya telah serba pembaharuan, tetapi hasil ini pun belum banyak menunjukkan
kemajuan dan perubahan ke arah yang lebih baik.
Reformasi memang hal yang tidak mudah dalam pencapaiannya, tetapi juga cukup banyak
makan waktu.Selama jangka waktu lebih dari lima tahun masa reformasi telah terjadi tiga kali
pergantian presiden, kemudian dalam rangka pencalonan presiden berikutnya akan dipilih
melalui sistem ketatanegaraan yang baru Pemilihan dilakukan. Secara langsung oleh rakyat
berdasarkan hati nurani meskipun banyak hambatan yang dihadapi. Esensi sistem demokrasi
merupa kan konteks kekuasaan oleh semua partai politik secara jujur dan terbuka. Semua warga
negara yang memenuhi persyaratan per undangan bebas menggunakan hak pilih dan hak
dipilih. Sistem dan proses demikian disertai berlakunya hak-hak sipil, seperti kebebasan, hak
asasi, persamaan, dan lain-lain.
Banyak sorotan tajam dari masyarakat luas dewasa ini, yaitu penegakan hukum, pencegahan
maupun penindakan terhadap KKN lama maupun yang muncul semasa reformasi karena hal
tersebut. Menyangkut dan berkaitan dengan ketertiban keamanan masyarakat termasuk
perlindungan terhadap para investor asing yang diharapkan ditangani secara serius oleh para
pelaksana reformasi, khususnya para penguasa yang kompeten. Di samping itu, sangat
didambakan lahirnya good governance yang mampu menangani segenap per masalahan krisis
yang belum usai. Hal ini juga akan dibantu oleh seluruh publik melalui organisasi
kemasyarakatan dan organisasi nonpemerintah yang pada dewasa ini belum banyak menyadari
keberadaan ruang publik yang diperuntukkan bagi mereka dalam beraksi dan berkarya ikut
membangun dan memperluas kemampuan good governance tersebut.

4.Pancasila Sebagai Paradigma Reformasi


Sebagai suatu paradigma, Pancasila merupakan model atau pola berpikir yang mencoba
memberikan penjelasan atas kompleksitas realitas sebagai manusia personal dan komunal
dalam bentuk bangsa Yang menjadi paradigma justru sila-silanya karena sila-sila tersebut
mengandung sejumlah nilai yang satu dengan yang lainnya saling melengkapi.
Pancasila sebagai paradigma juga berada pada posisi pem bangunan nasional yang meliputi
segenap bidang kehidupan, seperti politik, ekonomi, sosial budaya, dan pertahanan keamanan,
juga di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi serta hukum dan hak asasi manusia, di samping
yang lain.

Di bidang politik, Pancasila menjadi kerangka acuan, kerangka proses, dan kerangka arah
tujuan dalam kehidupan kenegaraan dan kebangsaan dalam rangka melakukan pembangunan
politik Panca sila juga melakukan pemikiran, gagasan, konsep, evaluasi, serta tindak lanjut bagi
bidang politik kenegaraan. Pancasila juga merupakan landasan dan dasar negara, dengan
dijiwai oleh nilai kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan perwakilan (politik demokrasi).
Kerakyatan yang bersumber kepada sifat kekeluargaan dan ke rakyatan. Untuk melindungi
kepentingan rakyat yang sesungguhnya, perlu pihak pemerintah mengendalikan perusahaan-
perusahaan yang menguasai hajat hidup orang banyak dan digunakan untuk kemakmuran
rakyat yang sebesar-besarnya secara keseluruhan, seperti amanat Pasal 33, UUD 1945.
Pembangunan nasional bidang kebudayaan, harus dilandasi dengan berpikir tentang masalah
persatuan dan kesatuan bangsa Negara harus menjalankan pemerintahan yang serba efektif
harus menghilangkan mental birokrasi serta mau membangun sistem budaya dalam hal norma
maupun pengembangan iptek dengan melakukan pemberdayaan kebudayaan lokal guna
memfungsikan etos budaya bangsa yang majemuk. Dalam implementasinya masyarakat mau
menghormati tatanan sosial, masyarakat egaliter dan dalam bentuk kepamongan, tatanan
pelayanan yang baik serta bentuk publik servis Supremasi hukum yang sifatnya demokratis
harus dibarengi dengan peran serta dan partisipasi yang tinggi dari segenap anggota
masyarakat. Pembangunan nasional di bidang sosial masyarakat adalah dalam rangka
mewujudkan masyarakat madani atau civil society Untuk itu diperlukan suatu sikap dan budaya
demokratis karena demokrasi Pancasila sesungguhnya adalah sistem berpikir dan bertindak
atas dasar kedaulatan dan kekuasaan rakyat. Namun, demokrasi harus kita lihat dari segi proses
sejarah perkembangan bangsa dan dar kelahiran bangsa Indonesia sehingga sekarang yang
penuh dengan aneka ragam unsur-unsur dalam proses perkembangannya.

6.3 Reformasi Ditengah Satu Abad Kebangkitan Nasional


Kita telah berada dalam sepuluh tahun masa Reformasi dan pada saat yang sama kita berada
dalam masa seratus tahun Kebangkitan Nasional Meskipun berbeda kondisi masa lalu dan masa
sekarang, saat sepuluh tahun reformasi, namun yang harus kita waspadai dan selalu ingat
adalah semangat yang ada pada jiwa bangsa pada kebersamaan waktu dewasa ini. Kalau dinilai,
pada saat yang bersamaan ini terlihat bahwa semangat kebangkitan nasional dirasa telah
menurun, bahkan khususnya dalam membina nation and character building dikatakan sangat
melemah. Padahal, Arti yang sesungguhnya kebangkitan nasional adalah detik detik bangsa
Indonesia memiliki rasa solidaritas yang tinggi, rasa persatuan, kesatuan yang kuat dalam hal
menegakkan, menjaga, dan memelihara nation character building bagi kehidupan berbangsa
dan bernegara RI. Menurun dan merosotnya kondisi ini, sebenarnya perlu juga menimbulkan
kepedulian segenap pihak, khususnya masyarakat bangsa yang lagi terlena dalam berbagai
kepentingan, baik ekonomi, politik, dan lainnya. Mengingat mengembalikan semangat masa
lalu harus dengan pengorbanan khusus, adanya kepedulian, hasrat, dan keinginan juga
semangat keteladanan dari yang lebih tua kepada yang muda. Menumbuhkan kembali
semangat kebangsaan dalam kebersamaan, menjauhkan sifat individual, mengarah pemikiran
materialistis, egoistis, dilengkapi dengan rasa demokrasi yang tinggi dan bertanggung jawab
terhadap baik hukum, politik, ekonomi, pendidikan, budaya, dan lain-lain. Selain itu, juga perlu
penghormatan kepada sejarah kebangkitan nasional sendiri yang telah berjalan dalam berbagai
periode bentuk pemerintahan, di antaranya, pemerintahan zaman orde lama yang masih
terdominir dengan masa konsolidasi kemerdekaan RI dengan banyak pe nyimpangan, seperti
nasakom dan pengangkatan jabatan presiden seumur hidup. Kemudian, masa Orde Baru
dengan berbagai macam pembangunan, di samping banyaknya ketimpangan, di antaranya
pemusatan kekuasaan, korupsi, kolusi, dan nepotisme . Berikutnya, masa Reformasi dengan
banyaknya perubahan dalam sistem demikrasi, transparansi, liberalisme ekonomi, otonomi
daerah yang meningkat perubahan sistem ketatanegaraan, perubahan UUD pemilihan Presiden
RI secara langsung oleh rakyat, dan sebagainya. Sementara itu, KKN, konflik maupun politik,
krisis di segenap bidang semakin terasa meningkat, kemiskinan terjadi di mana-mana, rakyat
golongan bawah, dan sebagaian menengah terjepit dalam kesulitan hidup sehari-hari.
Kita harus ingat kepada semangat Bhineka Tunggal Ika. Dengan dimulainya sumpah pemuda
untuk bertanah air satu, berbangsa satu, dan berbahasa yang satu, yaitu Indonesia. Oleh karena
itu, dinilai sangat penting untuk menyemangati jiwa kebersamaan dalam memper tahankan
bangsa dan tanah air dengan segenap permasalahan yang sedang dihadapi, khususnya dalam
hal krisis multi dimensi yang harus segera dihapuskan. Selain itu, kita harus lebih banyak
mengutama kan kepentingan masyarakat luas agar cita-cita reformasi cepat terwujud Dengan
jiwa patriotisme, cinta tanah air dan cinta bangsa dari seluruh lapisan masyarakat Indonesia
agar bangkit dan ber juang kembali demi bangsa dan negara

.Bab 7
Hak Asasi Manusia

7.1 Sejarah Hak Asasi Manusia


Setiap negara yang berdaulat pada dasarnya memiliki perkembang. An hak asasi manusia yang
sama satu dengan yang lain. Adapun perbedaannya disebabkan oleh latar belakang ideologi,
budaya, dan paham kebangsaan sehingga berpengaruh langsung pada upaya pengembangan,
penataan, maupun pelaksanaan hak-hak asasi manusia di suatu negara..
Hak asasi manusia muncul sebagai jawaban dari banyaknya penindasan manusia oleh penguasa
yang tirani sehingga tumbuh kesadaran akan harkat dan martabatnya sebagai manusia. Per
lindungan hak asasi manusia yang bersifat universal dihasilkan setelah pasca-Perang Dunia II
yang Majelis Umum PBB menyetujui Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia atau Universal
Declaration of Human Rights pada tanggal 10 Desember 1948, sedangkan munculnya deklarasi
universal HAM disebabkan banyaknya kejadian di luar perikemanusiaan yang menimbulkan
korban jiwa manusia dalam jumlah besar. Tujuan HAM adalah mempertahankan hak-hak dasar
manusia yang mutlak dimiliki oleh setiap manusia sebagai individu sejak lahir hingga mati.

1.Pengertian Hak Asasi Manusia

Ada beberapa istilah asing yang kita kenal sehubungan dengan hak asasi manusia, antara lain
a.droit de l’home ( Perancis),

b.human right ( Inggris),


c mensen rechten
Kemudian, kesemuanya itu, diterjemahkan dalam bahasa Indo nesia sebagai hak-hak
kemanusiaan atau hak asasi manusia Dalam salah satu dokumen PBB, kita menemukan arti
hak asasi manusia, yaitu «Human rights could be generally define as those rights which are
inherent in our nature and without it we cannot live as human beings».
Arti dalam bahasa Indonesia adalah hak-hak yang bersifat melekat yang secara alamiah
manusia tidak bisa hidup tanpa adanya hak-hak tersebut.
Masih ada beberapa pendapat dari pakar hukum Indonesia tentang HAM, di antaranya sebagai
berikut.
1.Prof. Dardji Darmodihardjo
Hak asasi manusia adalah hak-hak dasar atau hak-hak pokok yang dibawa manusia sejak lahir
sebagai anugerah Tuhan Yang Maha Esa dan menjadi dasar dari hak-hak dan kewajiban-ke
yang lain.
2.Prof.Padmo Wahyono
Hak asasi manusia adalah hak yang memungkinkan orang hidup berdasarkan suatu harkat dan
martabat tertentu.

Sampai pada saat ini sebenarnya belum ada pengertian yang baku tentang definisi atau
pengertian hak asasi manusia.
Mengingat hak asasi manusia bersifat universal maka pandangan yang mempertentangkan
HAM yang berasal dari budaya Barat dan HAM budaya Timur adalah sangat tidak relevan
karena sifat dari HAM yang melekat pada diri manusia termasuk sifat universalnya sendiri.

2 Jenis Hak Asasi Manusia


Dalam perkembangannya HAM dapat digolongkan dalam berbagai jenis, yaitu

a.Hak asasi pribadi/personal rights, antara lain hak kebebasan menyatakan pendapat,
kebebasan memeluk agama, dan kebebasan
Bergerak,
b. hak asasi ekonomi/property rights, antara lain hak untuk memiliki sesuatu, hak untuk
membeli, menjual, serta memanfaatkannya!
c.hak mendapatkan perlakuan yang sama dalam hukum dan pemerintahan/rights of legal
equality
d. hak asasi politik/political rights, antara lain hak untuk ikut serta dalam pemerintahan, hak
memilih dan dipilih, dan hak mendiri. Kan partai politik;
e. hak asasi sosial dan kebudayaan/social and cultural rights, antara lain hak untuk memilih dan
memperoleh pendidikan dan pengajaran;
f. hak asasi untuk mendapatkan perlakuan tata cara peradilan dan perlindungan/procedural
rights, antara lain peraturan dalam hal penangkapan, penggeledahan, dan penahanan;

g. hak untuk membangun (rights to development), yaitu hak asasi bagi suatu negara atau
komunitasnya untuk membangun negara nya, tanpa campur tangan negara lain atau asing.

7.2 Hak Asasi Manusia di Barat


Negara Inggris memiliki sejarah panjang mengenai perjuangan hak asasi manusia di Eropa
Barat. Inggris telah melahirkan tokoh ahli pikir kenegaraan bernama John Locke yang
dipandang sebagai peletak dasar hak-hak asasi manusia.
Inggris juga telah melahirkan beberapa ketentuan mengenai hak

Asasi manusia.
1 Magna Charta (1215)
Magna Charta ditandatangani oleh Raja John Lockland pada tahun 1215 di Inggris dan
ketentuan ini sering disebut sebagai cikal bakal hak asasi manusia walaupun sebenarnya
sebutan itu kurang tepat Magna Charta sesungguhnya berisikan «kompromi» antara Raja John
dengan para bangsawan tentang pembagian kekuasaan, khusus nya dalam rangka mengurangi
kekuasaan raja dan memperjuangkan kepentingan para bangsawan walaupun di dalamnya
memuat hak dan kebebasan rakyat. Prinsip-prinsip yang dikemukakan oleh bangsawan
bangsawan Inggris itu mengatur pembatasan-pembatasan yang penting dari kekuasaan raja dan
perlindungan hak-hak warga negara yang selalu didasarkan pada pertimbangan hukum.
2.Bill of Rights ( 1689)

Ketentuan ini lahir sebagai reaksi revolusi tanpa pertumpahan darah pada tahun 1688, yaitu
menundukkan monarki di bawah kekuasaan parlemen Inggris. Inti yang terdapat di dalam nya
adalah sebuah undang-undang yang menyatakan hak-hak dan kebebasan warga negara dan
menentukan pergantian raja. Selain di Inggris, Amerika dan Perancis turut melahirkan ke
tentuan mengenai hak asasi manusia.
a. Declaration of Independence, USA (1776)
Deklarasi kemerdekaan merupakan alasan masyarakat Amerika untuk melepaskan diri
dari kekuasaan Inggris yang terjadi pada tahun 1776 Isi deklarasi ini diambil dari ajaran
John Locke dan para filsuf Perancis, di antaranya Montesquieu dan JJ Rosseau maka
tidak heran jika rumusannya tidak jauh berbeda dengan rumusan Perancis.

b. Bill of Rights, USA (1791)


Bill of Rights merupakan the first formal atau ketentuan resmi pertama yang memuat
mengenai definisi hak dan kebebasan individu di dalam negara, kemudian dimasukkan ke
dalan konsitusi Amerika Serikat yang secara garis besar memuat mengenai kesamaan
perlakuan di hadapan hukum selama proses peradilan, tanpa prosedur, praduga tak
bersalah peradilan yang jujur, dan kebebasan mengemukakan pendapat.
c..Declaration des droits de l'homme et du Citoyen , Perancis (1789)

Deklarasi ini merupakan refleksi dari cita cita yang mendasari revolusi Perancis dan
merupakan ketentuan yang lengkap dari prinsip prinsip pemerintahan konstitusional dan
rule of law. Adapun pasal pasal yang penting adalah pasal yang berisikan tentang hak-hak
dasar seseorang selaku warga negara.Dengan lahirnya ketentuan-ketentuan di atas serta
disebabkan banyaknya pelanggaran hak asasi manusia yang terjadi men jelang Perang
Dunia II dan kekejaman yang terbongkar menjelang berakhirnya Perang Dunia telah
menimbulkan pemikiran-pemikiran tentang cara-cara mengatasi dan melindungi HAM.
Kesemua hal tersebut telah dikembangkan lebih lanjut dalam Piagam PBB, khususnya
dalam rangka pemeliharaan perdamaian dan penghormatan kepada hak hak dasar manusia
dalam batas batas nasional yang merupakan kepedulian dari masyarakat inter nasional. Di
antara hasil kerja PBB adalah rancangan deklarasi universal atau pernyataan umum tentang
HAM dan konvensi me ngenai pencegahan dan penghukuman terhadap kejahatan pe
musnahan satu golongan bangsa. Pasal-pasalnya menyangkut tentang hak-hak sipil dan
politik, hak-hak ekonomi, sosial, dan kebudayaan yang fundamental yang harus dapat
dinikmati oleh setiap manusia di semua negara. Meskipun rancangan deklarasi universal
atau pernyataan umum tidak mempunyai kekuatan sebagaimana per janjian dan konvensi
yang harus dipatuhi secara hukum , namun secara umum memiliki bobot hukum
internasional karena telah diterima secara luas oleh banyak negara dunia dan persetujuan
internasional sendiri tentang hak asasi manusia yang pada umumnya bersifat multilateral.
Salah satu tujuan pembentukan piagam PBB adalah untuk me mupuk, melindungi dan
menghormati hak asasi dan kemerdekaan yang mendasar untuk semua orang tanpa
membedakan golongan, bangsa, bahasa, jenis kelamin, agama, dan status yang lain.
Pada tahun 1946 PBB membentuk komisi HAM dengan tugas merumuskan rancangan
ketentuan internasional tentang HAM, sedangkan pada tanggal 10 Desember tahun 1948,
melalui majelis umum PBB diproklamasikan deklarasi universal tentang hak asasi manusia
atau Universal Declaration of Human Rights yang menetap kan hak-hak yang tidak bisa
diabaikan atau dirampas dan hak-hak yang tidak bisa diganggu gugat. Sejak saat itulah
tonggak awal dari sejarah HAM sangat dijunjung tinggi.
Universal Declaration of Human Rights terdiri dari Fundamen tal Human Rights dan
Fundamental Freedom .International Convenant of Civil and Political Rights and Optional
Protocol for the Convenant and Civil and Political Rights.
Universal Declaration of Human Rights juga telah diterima oleh sidang umum PBB pada
tanggal 16 Desember tahun 1966 dan kepada seluruh anggota PBB diberikan kesempatan
untuk meratifi kasinya. Kedua kovenan yang berkaitan dengan Declaration of Human
Rights berisi ketentuan-ketentuan yang mengikat bagi negara-negara yang meratifikasinya.

7.3 Hak Asasi Manusia di IndonIndonesia


Hak asasi manusia (HAM) telah dikenal sejak lama, dari masa penjajahan dan masa perumusan
dasar negara sampai kemerdekaan Republik Indonesia, telah membicarakan banyak hal
menyangkut hak hak kewajiban manusia sebagai warga negara maupun tentang hak kebebasan
setiap manusia di dunia untuk terbebas dari penjajahan yang sesuai dengan perikemanusiaan
dan perikeadilan.
1.Hak Asasi Manusia di dalam Undang Undang Dasar 1946
Dalam hal hak asasi manusia yang dapat atau tidak dapat dimasuk kan dalam Undang-Undang
Dasar 1945, ada beberapa pendapat yang berbeda dari para tokoh pejuang bangsa, sebagai
berikut.
1 Ir. Soekarno, menentang dimasukkannya HAM dalam UUD 1945 karena HAM berdasarkan
individualisme yang harus ditiadakan/dihilangkan.
2.Soepomo, S.H. Menurut Soepomo, HAM bersifat individu alisme sehingga bertentangan
dengan paham negara ke keluargaan .
b.yang menyetujui HAM dimasukkan dalam UUD 1945 antara lain
1.Drs. Mohammad Hatta. Menurutnya, HAM perlu dimasukkan dalam UUD 1945 untuk
menghindari penyalahgunaan kekuasaan oleh negara terhadap warga negara.

2.Mohammad Yamin, S.H. Menurut Yamin, HAM perlu dimuat dalam UUD 1945, sebagai
perlindungan kemerdekaan ter hadap warga negara.

Pendapat Prof. Kuntjoro Probopranoto tentang HAM menyata kan bahwa hak-hak manusia
tumbuh dan berkembang pada waktu hak-hak asasi itu oleh manusia mulai diperhatikan dan
diperjuang kan terhadap seseorang atau budaya yang timbul dari kekuasaan yang dimiliki oleh
satuan masyarakat yang dinamakan negara .
Perlu dikemukakan tentang HAM di dalam UUD 1945. Dalam pembahasan UUD 1945 tidak
digunakan istilah HAM, yang dipakai hak warga negara, selain itu adanya penekanan tentang
kewajiban asasi.
2.Undang-Undang RI Nomor 39 Tahun 1999
Untuk melindungi manusia sebagai individu, masyarakat, dan warga negara di Indonesia telah
disahkan Undang-Undang RI Nomor 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia sebagai
pelaksanaan dari Ketetapan MPR RI nomor XVII/MPR/1998 tentang Hak Asasi Manusia.
Hak asasi manusia dalam UU No. 39 tahun 1999, berupa hak untuk hidup, hak berkeluarga dan
melanjutkan keturunan, hak mengembangkan diri, hak memperoleh keadilan, hak atas
kebebasan pribadi, hak atas rasa aman, hak atas kesejahteraan, hak turut serta dalam
pemerintahan, hak wanita, dan hak anak Arti kewajiban dasar menurut UU No. 39, tahun 1999
adalah seperangkat kewajiban yang apabila tidak dilaksanakan, tidak memungkinkan
terlaksana dan tegaknya hak asasi manusia.Kewajiban dasar manusia dalam UU ini adalah
wajib patuh peraturan perundangan, hukum tak tertulis, hukum internasional yang diterima
oleh Indonesia, wajib dalam pembelaan negara, wajib menghormati HAM orang lain, moral,
etika tata tertib kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara..Setiap hak asasi manusia
seseorang akan menimbulkan kewajib an dasar atau tangung jawab menghormati HAM orang
lain secara timbal balik, termasuk tugas pemerintah pusat untuk menghormati, melindungi,
menegakkan, dan memajukannya.

3. Hak Asasi Manusia di Indonesia Semenjak menjelang lahirnya Orde Reformasi dan
berakhirnya masa Orde Baru mulailah HAM menjadi topik dalam melengkapi perjalan
an kehidupan politik di Indonesia di samping demokrasi. Namun, yang paling penting
dalam hubungan ini adalah banyaknya kasus korban HAM yang berjatuhan, di samping
pengangkatan kasus-kasus HAM yang telah terjadi selama masa-masa jauh sebelumnya
(terjadi dalam masa Orde Baru, contohnya kasus Tanjung Priok) di samping kasus
kasus di awal reformasi, seperti pengorbanan empat mahasiswa Universitas Trisakti
sebagai akibat kekejaman aparat, kasus Semanggi I dan II serta kasus-kasus di daerah
konflik Timor-Timur, di daerah Aceh, Poso, dan Ambon, serta Irian Jaya. Kemudian,
kasus-kasus HAM yang terjadi dalam lingkup pendidikan tinggi, seperti di STPDN.

Bab 8
Perubahan Undang-undang Dasar 1945l

8.1 Perubahan/ Amandemen UUD 1945

Sesuai dengan perkembangan di berbagai bidang kehidupan dalam berbangsa dan bernegara di
Indonesia, sejak masa reformasi telah menimbulkan pemikiran yang serius dari bangsa dan
negara Indo nesia untuk melakukan koreksi atas berbagai penyimpangan yang terjadi dalam
praktik penyelenggaraan negara. Dalam rangka pelaksanaan penyelenggaraan hidup bernegara,
termasuk jalannya ketatanegaraan, bangsa Indonesia telah mengalami momen sejarah baru,
yaitu reformasi. Tepatnya terjadi pada sekitar tahun 1998 setelah tumbangnya pemerintahaan
Orde Baru yang sebelumnya telah berlangsung selama lebih kurang 32 tahun.
Sebenarnya para penyusun dan perumus Undang-Undang Dasar 1945 pada saat itu telah
menyadari bahwa Undang-Undang Dasar 1945 belum lengkap dan tidak sempurna, mengingat
saat perumusan/penyusunannya dalam waktu yang sangat sempit dan serba tergesa-gesa
sehingga undang-undang dasar belum memiliki mekanisme atau sistem check and balance
antarlembaga negara yang ada.
Presiden Soekarno dalam pidatonya di depan rapat Panitia Per siapan Kemerdekaan Indonesia
, tanggal 18 Agustus 1945, menyatakan bahwa Undang-Undang Dasar 1945 masih berifat
sementara dan kilat sehingga kelak sesudah suasana menjadi lebih tenteram dan stabil dapat
dibuat undang-undang dasar baru yang lebih lengkap dan sempurna Dalam Ayat , Aturan
Tambahan Undang-Undang Dasar 1945 , dinyatakan bahwa dalam enam bulan sesudah Majelis
Permusyawaratan Rakyat terbentuk, majelis ini bersidang untuk menetapkan undang-undang
dasar Peluang perubahannya dilandaskan pada Pasal 37, Undang-Undang Dasar 1945, yang
mensyaratkan harus dihadiri oleh dua pertiga anggota MPR dalam sidang, dan disetujui oleh
dua pertiga dari anggota yang hadir, sedangkan perubahannya harus mempertimbangkan
kepentingan aspirasi dengan pelaksanaannya.
Pada dasarnya negara-negara yang telah menggunakan sistem demokrasi konstitusional
biasanya mempunyai fungsi yang khas yaitu membatasi kekuasaan pemerintah maupun
penyelenggaraan negara sehingga tidak memungkinkan timbulnya pemerintahan yang bersifat
sewenang-wenang, bahkan otoriter
Prinsip konstitusionalisme di sini memberikan ketegasan tentang pentingnya pembatasan
kekuasaan yang harus tergambar jelas dalam undang-undang dasar setiap negara. Tentu hal ini
sangat berkaitan pula dengan konstitusi di negara Republik Indonesia, yaitu Undang Undang
Dasar 1945, yang telah berlaku di negara RI, selama masa dua periode, yaitu periode pertama
sejak berlakunya UUD 1945 tanggal 18 Agustus 1945 sampai 27 Desember 1949 , kemudian
periode kedua sejak tanggal 5 Juli 1959 sampai dengan sekarang.

8.2 Proses Perubahan


Telah terjadi empat kali perubahan UUD 1945, perubahan pertama pada tanggal 19 Oktober
1999, sedangkan perubahan keempat pada tanggal 19 Agustus 2002.
Perubahan Pertama
Perubahan pertama meliputi, antara lain hal-hal berikut:
a. Mengurangi, membatasi, serta mengendalikan kekuasaan presiden, dan
b. Hak membentuk undang-undang yang dulu ada di tangan presiden dan sekarang ada pada
DPR, sedang presiden hanya berhak mengajukan rancangan undang-undang kepada DPR.
Pasal-pasal yang mengalami perubahan/penambahan pada perubahan pertama adalah Pasal 5,
Ayat diubah, Pasal 7 diubah, Pasal 9 diubah, Pasal 13, Ayat diubah dan ditambah satu ayat;
Pasal 14 diubah menjadi dua ayat, Pasal 15 diubah; Pasal 17, Ayat diubah dan ditambah satu
ayat, Pasal 20 diubah menjadi empat ayat; Pasal 21 Ayat diubah.
Perubahan Kedua
Perubahan yang kedua meliputi, antara lain, hal-hal berikut:
a pemerintahan daerah,
b. Keanggotaan, fungsi, hak, serta cara pengisian keanggotaan DPR,
c wilayah negara,
. d.Warga negara dan penduduk negara RI,
e hak asasi manusia, f pertahanan keamanan negara, dan g. Mengenai bendera, bahasa,
lambang negara dan lagu kebangsaan.

Perubahan Ketiga
Perubahan yang ketiga meliputi, antara lain hal-hal berikut
a. pelaksana kedaulatan

b. negara Indonesia adalah negara hukum,


c. kedudukan dan kewenangan MPR d jabatan presiden dan wakil presiden,
e. tata cara pemilihan presiden dan wakil presiden secara langsung oleh rakyat f pemberhentian
presiden dan/atau wakil presiden dalam masa
Jabatan
g. pembentukan lembaga negara baru, seperti Mahkamah Konsitusi
(MK), Dewan Perwakilan Daerah (DPD), dan Komisi Yudisial (KY),

h pengaturan tambahan untuk Badan Pemeriksa Keuangan (BPK),


Dan
i. Pemilihan umum (pemilu).
Adapun pasal-pasal yang terkena perubahan adalah Pasal 1 Ayat (2) diubah dan ditambah satu
ayat, Pasal 3 diubah dan ditambah tiga ayat, Pasal 6 Ayat (1) dan (2) diubah dan ditambah satu
Pasal (Pasal 6A), Pasal 7 ditambah tiga pasal (Pasal 7A, 7B, 7C), Pasal 8 diubah menjadi dua
ayat, Pasal 11 diubah, Pasal 17 ditambah satu ayat; Pasal 22 ditambah dua bab, yaitu Bab VIIA
tentang Dewan Perwakilan Rakyat, Pasal (22C, 22D), dan Bab VIIB tentang Pe milihan Umum,
Pasal (22E terdiri dari enam ayat), Pasal 23 diubah dan ditambah dua pasal (23A, 23C) dan
satu Bab VIIIA tentang Badan Pemeriksa Keuangan dengan tiga pasal (Pasal 23E,23F 236),
Pasal 24 diubah, Pasal 24 Ayat 2 tentang Mahkamah Konstitusi (MK) dan ditambah tiga pasal
yaitu Pasal 24A, 24B (tentang Komisi Yudisial/KY) dan 240 tentang kewenangan Mahkamah
Konstitus.
Perubahan Keempat
Perubahan yang keempat dan terakhir antara lain, meliputi hal-hal berikut:
a. keanggotaan MPR,
b. pemilihan presiden dan wakil presiden tahap kedua,
c kemungkinan presiden dan wakil presiden berhalangan tetap,
d. kewenangan presiden,
e. keuangan negara serta bank sentral,
f.pendidikan dan kebudayaan nasional,
g. perekonomian nasional dan kesejahteraan rakyat,

h. fakir miskin dan sistem jaminan sosial,


i.aturan peralihan dan aturan tambahan, dan
j. kedudukan penjelasan UUD 1945.
Adapun pasal-pasal yang terkena pada perubahan terakhir/ keempat adalah Pasal 2 Ayat (1)
diubah, Pasal 6A ditambah satu avat: Pasal 8 ditambah satu ayat, Pasal 11 ditambah 1 ayat:
Pasal 16 diubah, Pasal 23 ditambah dua pasal (23B, 230, Pasal 24 ditambah satu Ayat (3); Pasal
32 diubah, Pasal 33 ditambah dua Ayat (4 dan 5); Pasal 34 diubah menjadi empat ayat, Pasal
37 diubah menjadi lima ayat, kemudian perubahan Aturan Peralihan diubah menjadi Pasal I,
II, III, dan Aturan Tambahan menjadi Pasal 1 dan II.

8.3 Ketatanegaraan RI Sebelum dan Sesudah Perubahan UUD 1945


Akan dibahas khususnya tentang kedudukan susunan, dan tugas,kewenangan MPR RI.Sebelum
Perubahan UUD 1945 Dikenal MPR RI sebagai lembaga tertinggi neyara, juga sebagai
pelaku/pelaksana kedaulatan rakyat di negara RI.
Seperti tersebut pada Pasal 1 Ayat (2), UUD 1945 (lama) bahwa kedaulatan adalah di tangan
rakyat dan dilakukan sepenuhnya oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat.
Selain itu, masih terdapat kelembagaan negara yang lain, yang pada saat itu disebut lembaga
tinggi negara, di antaranya adalah Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Presiden, Badan
Pemeriksa Keuang an (BPK), Dewan Pertimbangan Anding (DPA), dan Mahkama agung (
MA)
Adapun susunan MPR RI terdiri atas anggota DPR di tambah utusan daerah dan utusan
golongan yang anggota DPR dipilih melalui pemilu, sedangkan anggota utusan daerah dan
utusan golongan berdasarkan pengangkatan
Tugas dan kewenangan MPR RI menurut Pasal 3 UUD 1945
Adalah menetapkan undang-undang dasar dan garis besar haluan negara.

Sesudah Perubahan UUD 1945


Sebagai kelembagaan negara, MPR RI tidak lagi diberikan sebutan
Sebagai lembaga tertinggi negara dan hanya sebagai lembaga negara,
Seperti juga DPR, Presiden, BPK, dan MA.

Dalam Pasal 1. Ayat (2), yang telah mengalami perubahan perihal kedaulatan, disebutkan
bahwa kedaulatan berada di tangan rakyat dan dilaksanakan menurut undang-undang dasar
sehingga tampaklah bahwa MPR RI tidak lagi menjadi pelaku/pelaksana kedaulatan rakyat.
Juga susunan MPR RI telah berubah keanggotaannya, yaitu terdiri atas anggota DPR dan
Dewan Perwakilan Daerah (DPD), yang kesemuanya direkrut melalui pemilu.
Perlu dijelaskan pula bahwa susunan ketatanegaraan dalam ke lembagaan negara juga
mengalami perubahan, dengan pemisahan kekuasaan, antara lain adanya lembaga negara yang
hapus maupun lahir baru, yaitu sebagai badan legislatif terdiri dari anggota MPR, DPR, DPD,
badan eksekutif presiden dan wakil presiden, sedangkan badan yudikatif terdiri atas kekuasaan
kehakiman, yaitu Mahkamah Konstitusi (MK) sebagai lembaga baru, Mahkamah Agung (MA),
dan Komisi Yudisial (KY) juga lembaga baru. Lembaga negara lama yang dihapus adalah
Dewan Pertimbangan Agung (DPA). Badan Pemeriksa Keuangan tetap ada hanya diatur
tersendiri di luar kesemuanya/dan sejajar.
Tugas dan kewenangan MPR RI, sesudah perubahan, menurut Pasal 3 UUD 1945 (perubahan
ketiga).

1. Majelis Permusyawaratan Rakyat berwenang mengubah dan menetapkan UUD.


2. Majelis Permusyawaratan Rakyat melantik presiden dan/atau wakil presiden.
3. Majelis Permusyawaratan Rakyat hanya dapat memberhentikan presiden dan/atau wakil
presiden dalam masa jabatannya menurut undang-undang dasar (impeachment).

Anda mungkin juga menyukai