Anda di halaman 1dari 8

RESUME

PENGERTIAN FILSAFAT DAN FILSAFAT PANCASILA

Pancasila adalah dasar dan ideologi bangsa Indonesia yang mempunyai


fungsi dalam kehidupan bangsa dan negara Indonesia. Filsafat adalah berpikir
secara mendalam dan sungguh-sungguh untuk mencari kebenaran. Filsafat
pancasila adalah hasil pemikiran yang paling mendalam dan dianggap telah
dipercaya serta diyakni sebagai suatu kesatuan dari norma dan nilai yang paling
dianggap benar, adil, bijaksana, paling baik dan paling sesuai dengan kaidah
didirikannya Negara Kesatuan Republik Indonesia.

 Pendahuluan

Pancasila merupakan dasar pandangan hidup rakyat Indonesia yang di


dalamnya memuat lima dasar yang isinya merupakan jati diri bangsa Indonesia.
Sila-sila dalam Pancasila menggambarkan tentang pedoman hidup berbangsa dan
bernegara bagi manusia Indonesia seluruhnya dan seutuhnya. Masuknya Pancasila
sebagai suatu ideologi dan falsafah bangsa Indonesia tak lepas pula dari peran
Bung Karno.

Menurut Sutrisno (2006), “Pancasila adalah suatu philosofiche grounfslag


atau Weltanschauung yang diusulkan Bung Karno di depan sidang BPUPKI 1
Juni 1945 sebagai dasar negara Indonesia yang kemudian merdeka.

Suatu masyarakat atau bangsa menjadikan filsafat sebagai suatu


pandangan hidup, yaitu merupakan asas dan pedoman yang melandasi semua
aspek hidup dan kehidupan bangsa tersebut, tanpa terkecuali aspek pendidikan.
Filsafat yang dikembangkan harus berdasarkan filsafat yang dianut oleh
suatu bangsa, sedangkan pendidikan merupakan suatu cara atau mekanisme dalam
menanamkan dan mewariskan nilai-nilai filsafat tersebut.

 Pengertian Filsafat
a) Konteks

Diterangkan oleh ahli filsafat sosial Bur Rasuanto bahwa ciri-ciri


keruntuhan suatu kebudayaan ialah sebagai beri kut: I) tidak berfungsinya
filsafat; 2) cendekiawan yang membisu; 3) tidak munculnya ide orisinal dan
ide besar; 4) apatisme masyarakat (Bur-Rasuanto dalam Imam-Walujo, 1983).
Astrapratedja (1987) mengutip Apparadui dalam "Disjuncture nntl
Dzfference in the Global Economy" menyebut adanya lima arus utama dalam
kebudayaan global. Yakni: I) Arus etnik, 2) Arus media, 3) Arus teknologis , 4)
Arus kebudayaan, 5) arus gagasan, seperti ide kebebasan, HAM, demokrasi
dan sebagainya. . Dari ke lima arus itu jelas bahwa setidaknya arus yang ketiga
(teknologis) dm arus yang kelima (gagasanj, bagi pencernaan dan aplikasinya
membutuhkan peranan filsafat. Filsafat adalah sebuah tipe pemikiran kritis dan
radikal, maupun reflektif -yang berlainan dari refleksinya pengetahuan ilmiah
lain. Refleksi filsafat berciri radikal konseptual terhadap konsep itu sendiri
selaku sasarannya.
Fungsi filsafat dalam kebudayaan ialah konteks substansial filsafat sebagai
"jiwa dan pikiran sebuah zaman atau era".

Filsafat selaku ajaran kebijaksanaan sudah dilahiskan di abad-abad


keempat dan kelima sebelum tahun Masehi di tanah Yunani Kuno-
"philosophy" itu sendiri secara etimologis berasal dari kata "philos atau
phielin" yang artinya cinta dan "sophia" yang berarti hikmat atau
kebijaksanaan. Jadi, filsafat secara etimologis bermakna cinta kepada hikmat
atau kebijaksanaan (wisdom). Dalam artian yang berkonteks pada
kebijaksanaan, barang tentu filsafat tidak menjadi monopoli bangsa Yunani
berhubung dengan amat banyaknya ajaran kebijaksanaan di berbagai penjuru
bumi.

b) Definisi
Perkataan filsafat merupakan bentuk kata Arab "falsafah". Secara etimologis
"filsafat " berasal dari bahasa Yunani "philein" yang berarti cinta dan
"shophos" atau "sophia" yang berarti hikmah atau kebijaksanaan atau
"wisdom". Jadi filsafat berarti cinta kebijaksanaan. Cinta berarti hasrat yang
besar yang berkobar-kobar atau yang sungguh-sungguh. Kebijaksanaan
artinya kebenaran sejati atau kebenaran yang sesungguhnya Dalam hal ini
filsafat berarti hasrat atau keinginan yang sungguh-sungguh akan kebenaran
sejati. Orang yang berfilsafat berarti memiliki hasrat yang besar dan sungguh-
sungguh terhadap kebijaksanaan.
Philosophy yang merupakan kata Inggris yang berarti filsafat berasal dari
kata Yunani "philosophia" lazim diterjemahkan sebagai cinta kearifan. Akar
katanya philos (philia, cinta) dan sophin (kearifan). Menurut pengertiannya
yang semula dari zaman Yunani Kuno filsafat berarti cinta kearifan. Namun,
cakupan pengertian Sophia tidak hanya kearifan saja, tetapi juga meliputi
kebenaran pertama, pengetahuan luas, kebajikan intelektual. pertimbangan
sehat sampai kepandaian pengrajin dan bahkan kecerdikan dalam
memutuskan soal-soal praktis (Peters, dalam The Liang Gie, 2000:28)

Secara umum, filsafat merupakan hasil pemikiran manusia yang kritis dan
radikal, mendalam, sampai pada intinya, yang membahas secara menyeluruh
sampai pada "hakikatnya" untuk mencapai kebenaran yang sesuai dengan
kenyataan. Hakikat adalah sesuatu hal yang adanya terlepas dari hal yang
lain, adanya menurut dirinya sendiri, tidak terikat oleh ruang, waktu, keadaan,
serta sifatnya tetap tidak berubah.
Secara praktis, filsafat berarti alam pikiran atau alam berpikir. Sehingga
berfilsafat berarti berpikir secara mendalam dengan sungguh-sungguh, atau
berpikir secara ilmiah sampai pada hakikatnya.
Alston: "Filsafat adalah analisis kritis terhadap konsep-konsep dasar yang
dengannya orang berfikir tentang dunia dan kehidupan manusia.
"Passmore: "Filsafat merupakan suatu bentuk perbincangan kritis dan
dernikian pula halnya dengan ilmu, yakni sebagai bentuk yang paling maju dari
perbincangan kritis. Keistimewaan filsafat terletak pada kedudukannya sebagai
suatu perbincangan kritis mengenai perbincangan kritis."
Nagel: "Filsafat adalah suatu komentar kritis mengenai eksistensi dan
tuntutan-tuntutan bahwa kita memiliki pengetahuan mengenai hal ini. Filsafat
dianggap membantu apa yang kabur dalam pengalaman dan objeknya."
Brameld: "Filsafat merupakan usaha yang kukuh dari orang biasa maupun
cerdik-pandai untuk membuat hidup sedapat mungkin bisa dipahami dan
mengandung makna. "
Leighton: "Filsafat ialah suatu tulang pikiran buat mencari suatu totalitas
dan keserasian dari pengertian yang beralasan mengenai sifat dasar dan makna
dari semua segi pokok kenyataan."
Bacon: "Filsafat adalah "induk agung dari ilmu-ilmu."
Sidgwick: "Filsafat ialah ilmu dari ilmu-ilmu. Ia memeriksa pengertian-
pengertian khusus, asas-asas fundamental, metode yang tegas, dan kesimpulan-
kesimpulan utama dari suatu ilmu dengan maksud mengkoordinasikannya
dengan hal-hal itu dari ilmu-ilmu yang lain."
Wild: "Filsafat adalah usaha untuk mengerti fakta-fakta yang paling
mendasar mengenai dunia yang kita diami dan sejauh mungkin menerangkan
fakta-fakta itu."
Plato: "Filsafat ialah suatu penyelidikan terhadap sifat dasar yang
penghabisan dari kenyataan. "
Di samping sejumlah definisi yang dihimpun oleh The Liang Gie, berikut
ini dafinisi-definisi lain oleh beberapa ahli pikir.
a) Mulder: "Filsafat ialah pemikiran teoritis mengenai susunan kenyataan
sebagai keseluruhan."
b) Notonagoro: "Filsafat ialah ilmu yang memandang objeknya dari sudut
hakikat."
c) Poedjowijatno: "Filsafat adalah ilmu tentang segala sesuatu, yang
menyelidiki keterangan yang sedalam-dalamnya."
d) Hasbullah Bakry: "filsafat ialah ilmu yang menyelidiki segala sesuatu
dengan mendalam mengenai ketuhanan, alam semesta, dan manusia
sehingga dapat menghasilkan pengetahuan tentang bagnimana hakikatnya
sejauh dapat dicapai aka1 manusia, dan bagaimana sikap manusia itu
seharusnya setelah mencapai pengetahuan itu.

 Filsafat Pancasila
a) Hakikat Filsafat Pancasila

Filsafat berasal dari kata Philosophy yang secara epistimologis berasal dari
philos atau phileinyang yang artinya cinta dan shopia yang berarti hikmat atau
kebijaksanaan. Secara epistimologis bermakna cinta kepada hikmat atau
kebijaksanaan (wisdom) (Sutrisno, 2006). Pancasila juga merupakan sebuah
filsafat karena pancasila merupakan acuan intelektual kognitif bagi cara berpikir
bangsa, yang dalam usaha-usaha keilmuan dapat terbangun ke dalam sistem
filsafat yang kredibel.

Menurut Abdulgani (dalam Ruyadi, 2003), Pancasila merupakan filsafat


negara yang lahir sebagai collective ideologie (cita-cita bersama) dari seluruh
bangsa Indonesia. Pancasila merupakan hasil perenungan jiwa yang dalam, yang
kemudian dituangkan dalam suatu “sistem” yang tepat. Sedangkan Notonagoro
(dalam Ruyadi, 2003) menyatakan bahwa Filsafat Pancasila memberikan
pengetahuan dan pengertian ilmiah, yaitu tentang hakikat dari Pancasila.

b) Prinsip-Prinsip Filsafat Pancasila


Pancasila ditinjau dari kausal Aristoteles dapat dijelaskan sebagai berikut.

a. Kausa Materialis, maksudnya sebab yang berhubungan dengan materi/bahan,


dalam hal ini Pancasila digali dari nilai-nilai sosial budaya yang ada dalam
bangsa Indonesia sendiri.
b. Kausa Formalis, maksudnya sebab yang berhubungan dengan bentuknya,
Pancasila yang ada dalam pembukaan UUD ’45 memenuhi syarat formal
(kebenaran formal).
c. Kausa Efisiensi, maksudnya kegiatan BPUPKI dan PPKI dalam menyusun
dan merumuskan Pancasila menjadi dasar negara Indonesia merdeka.
d. Kausa Finalis, maksudnya berhubungan dengan tujuannya, tujuan
diusulkannya Pancasila sebagai dasar negara Indonesia merdeka.

Inti atau esensi sila-sila Pancasila meliputi:

a. ke-Tuhanan, yaitu sebagai kausa prima;


b. kemanusiaan, yaitu makhluk individu dan makhluk sosial;
c. kesatuan, yaitu kesatuan memiliki kepribadian sendiri;
d. kerakyatan, yaitu unsur mutlak negara, harus bekerja sama dan gotong
royong; dan
e. keadilan, yaitu memberikan keadilan kepada diri sendiri dan orang lain yang
menjadi haknya.

c) Nilai-Nilai Pancasila
Nilai adalah suatu ide atau konsep tentang apa yang seseorang pikirkan
merupakan hal yang penting dalam hidupnya. Nilai dapat berada di dua
kawasan: kognitif dan afektif. Nilai adalah ide, bisa dikatakan konsep dan
bisa dikatakan abstraksi (Simon, 1986).

Nilai merupakan hal yang terkandung dalam hati nurani manusia yang lebih
memberi dasar dan prinsip akhlak yang merupakan standar dari keindahan
dan efisiensi atau keutuhan kata hati (potensi).
Langkah-langkah awal dari “nilai” adalah seperti halnya ide manusia yang
merupakan potensi pokok human being. Nilai tidaklah tampak dalam dunia
pengalaman. Dia nyata dalam jiwa manusia.

DAFTAR REFERENSI

Semadi Yoga Putra. 2019. Filsafat Pancasila Dalam Pendidikan di Indonesia


Menuju Bangsa Berkarakter. Singaraja: Jurnal Filsafat Indonesia.

Tim Nasional Dosen Pendidikan Kewarganegaraan. Prof. Dr. H. Tukiran


Taniredja (Univ. Muh. Purwokerto). Dr. Isnarmi Muis, M.A. (UNP Padang). Drs.
Slamet Sutrisno, M.Si. (UGM). Drs. Maftuhin Ridha, M.Si. (UP1 Bandung). Drs.
Bambang Suswanto, M.Si. (Unsoed). 2010. Pendidikan Kewarganegaraan.
Bandung : ALFABETA, cv.

Anda mungkin juga menyukai