Anda di halaman 1dari 16

Nama : Bagas Sandrianto Siregar

NIM : 231101084
Prodi : Teknik Informatika
Fakultas : Sains dan Teknologi

Lembar Jawaban!

1. Konsep, Landasan dan Urgensi Pancasila sebagai Ideologi Bangsa


Pancasila adalah dasar negara dan ideologi negara Republik Indonesia yang terdiri
dari lima sila, yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang Adil dan Beradab,
Persatuan Indonesia, Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan/Perwakilan, dan Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia.

Pancasila merupakan hasil dari perjuangan dan pemikiran bangsa Indonesia yang
mencerminkan nilai-nilai luhur, cita-cita, dan identitas nasional. Pancasila juga
merupakan pedoman hidup bagi seluruh rakyat Indonesia dalam berbagai bidang
kehidupan, baik politik, ekonomi, sosial, budaya, maupun pertahanan dan keamanan.

A. Konsep Pancasila sebagai Ideologi Negara


Ideologi adalah sistem pemikiran atau gagasan yang menjadi dasar atau
tujuan dari suatu gerakan politik, sosial, atau ekonomi. Ideologi juga dapat
diartikan sebagai pandangan dunia atau cara pandang yang mendasari tindakan-
tindakan seseorang atau kelompok dalam menjalani kehidupan. Ideologi negara
adalah ideologi yang menjadi landasan bagi penyelenggaraan negara dan
pengaturan hubungan antara warga negara dengan negara.

Pancasila sebagai ideologi negara memiliki beberapa konsep dasar, yaitu:

Pancasila sebagai ideologi terbuka, yaitu ideologi yang tidak kaku, dogmatis, atau
absolut, tetapi fleksibel, dinamis, dan adaptif terhadap perkembangan zaman dan
tantangan global. Pancasila sebagai ideologi terbuka mampu menyerap nilai-nilai
positif dari ideologi lain yang sesuai dengan karakteristik bangsa Indonesia.
Pancasila sebagai ideologi bangsa, yaitu ideologi yang lahir dari kesadaran
kolektif dan kehendak bersama bangsa Indonesia yang beragam suku, agama, ras,
dan budaya. Pancasila sebagai ideologi bangsa mengandung nilai-nilai persatuan,
toleransi, kerukunan, gotong royong, dan kebhinekaan yang menjadi ciri khas
bangsa Indonesia.
Pancasila sebagai ideologi negara demokratis, yaitu ideologi yang menghormati
hak asasi manusia, kedaulatan rakyat, supremasi hukum, dan prinsip-prinsip
demokrasi. Pancasila sebagai ideologi negara demokratis menjamin keterlibatan
rakyat dalam proses pengambilan keputusan melalui mekanisme musyawarah dan
mufakat serta sistem perwakilan.
Pancasila sebagai ideologi nasionalis-religius-humanis-sosialis1, yaitu ideologi
yang mengandung unsur-unsur nasionalisme (sila ketiga), religiusitas (sila
pertama), humanisme (sila kedua), dan sosialisme (sila kelima). Pancasila sebagai
ideologi nasionalis-religius-humanis-sosialis menunjukkan bahwa bangsa
Indonesia memiliki semangat cinta tanah air, keimanan kepada Tuhan Yang Maha
Esa, penghargaan terhadap martabat manusia, dan kepedulian terhadap
kesejahteraan sosial.

B. Urgensi Pancasila sebagai Ideologi Negara


Pancasila sebagai ideologi negara memiliki urgensi atau pentingnya bagi
bangsa Indonesia dalam berbagai aspek2, yaitu:

Sebagai dasar negara, Pancasila memiliki urgensi untuk memberikan arah dan
tujuan bagi penyelenggaraan negara serta pengaturan hubungan antara warga
negara dengan negara. Pancasila juga menjadi sumber hukum bagi peraturan
perundang-undangan yang harus sesuai dengan nilai-nilai Pancasila.
Sebagai pedoman hidup berbangsa dan bernegara, Pancasila memiliki urgensi
untuk membentuk karakter bangsa yang berkualitas dan bermartabat. Pancasila
juga menjadi acuan bagi perilaku warga negara dalam berinteraksi dengan sesama
maupun dengan lingkungan.
Sebagai jati diri bangsa, Pancasila memiliki urgensi untuk mempertahankan dan
memperkuat identitas nasional bangsa Indonesia di tengah arus globalisasi dan
persaingan internasional. Pancasila juga menjadi simbol kebanggaan dan
kehormatan bangsa Indonesia di mata dunia.
Sebagai perekat bangsa, Pancasila memiliki urgensi untuk menjaga dan
meningkatkan persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia yang beraneka ragam.
Pancasila juga menjadi penangkal terhadap ancaman disintegrasi, radikalisme,
terorisme, dan separatisme yang dapat mengganggu stabilitas nasional.

C. Kesimpulan
Pancasila adalah dasar negara dan ideologi negara Republik Indonesia
yang memiliki konsep dan urgensi yang sangat penting bagi bangsa Indonesia.
Pancasila sebagai ideologi terbuka, ideologi bangsa, ideologi negara demokratis,
dan ideologi nasionalis-religius-humanis-sosialis menunjukkan bahwa Pancasila
adalah ideologi yang sesuai dengan karakteristik dan kebutuhan bangsa Indonesia.
Pancasila sebagai dasar negara, pedoman hidup berbangsa dan bernegara, jati diri
bangsa, dan perekat bangsa menunjukkan bahwa Pancasila adalah ideologi yang
bermanfaat bagi kehidupan bangsa Indonesia. Oleh karena itu, Pancasila harus
dijunjung tinggi, diamalkan, dan dikembangkan oleh seluruh rakyat Indonesia
dalam berbagai bidang kehidupan.
Gambar: Pancasila sebagai Ideologi Pancasila
Sumber:https://www.google.com/url?sa=i&url=https%3A%2F%2Fprezi.com%2Fp%2Fya2mfxmfbj6f
%2Fpancasila-sebagai-ideologi-negara%

DAFTAR PUSTAKA

Konsep dan Urgensi Pancasila sebagai Ideologi Negara – Universitas Islam An Nur
Lampung. (2023, September 17). An-Nur.ac.id.

Sari, N. Y. (2021). Pancasila Sebagai Dasar dan Ideologi Bangsa (Pentingnya Rumusan
Butir-Butir Pancasila Sebagai Dasar Pendidikan Moral dan Pemersatu Keberagaman Bangsa
Indonesia). Tarbawi Ngabar: Jurnal of Education, 2(1), 01-21.

Handayani, P. A., & Dewi, D. A. (2021). Implementasi Pancasila Sebagai Dasar


Negara. Jurnal Kewarganegaraan, 5(1), 6-12.

2. Konsep, Landasan dan Urgensi Pancasila sebagai Sistem Filsafat


A. Konsep Pancasila Sebagai Sistem Filsafat
Pengertian menurut arti katanya, kata filsafat dalam Bahasa Indonesia berasal dari
bahasa Yunani “Philosophia” terdiri dari kata Phile artinya Cinta dan Sophia artinya
Kebijaksanaan. Filsafat berarti Cinta Kebijaksanaan, cinta artinya Hasrat yang besar
atau yang berkobar-kobar atau yang sungguh-sungguh. Kebijaksanaan artinya
Kebenaran sejati atau kebenaran yang sesungguhnya. Filsafat berarti Hasrat atau
keinginan yang sungguh-sungguh akan kebenaran sejati.
1. Pengertian Filsafat Menurut Tokoh-Tokoh Filsafat
a. Socrates (469-399 s.M.)
Filsafat adalah suatu bentuk peninjauan diri yang bersifat
reflektif atau berupa perenungan terhadap azas-azas dari kehidupan
yang adil dan bahagia. Berdasarkan pemikiran tersebut dapat
dikembangkan bahwa manusia akan menemukan kebahagiaan dan
keadilan jika mereka mampu dan mau melakukan peninjauan diri
atau refleksi diri sehingga muncul koreksi terhadap diri secara
obyektif.
b. Plato (472-347 s. M.)
Dalam karya tulisnya “Republik” Plato menegaskan bahwa
para filsuf adalah pencinta pandangan tentang kebenaran (vision of
truth). Dalam pencarian dan menangkap pengetahuan mengenai ide
yang abadi dan tak berubah. Dalam konsepsi Plato, filsafat
merupakan pencarian yang bersifat spekulatif atau terhadap
pandangan tentang seluruh kebenaran. Filsafat Plato ini kemudan
digolongkan sebagai filsafat spekulatif. Ada dua cakupan dari
pengertian filsafat, yaitu:
 Filsafat sebagai Produk mencakup:
o Filsafat sebagai jenis Pengetahuan, ilmu,
konsep-konsep, pemikiranpemikiran
(rasionalisme, materialisme, pragmatisme)
o Filsafat sebagai suatu jenis problema yang
dihadapi oleh manusia sebagai hasil dari
aktivitas berfilsafat. Manusia mencari suatu
kebenaran yang timbul dari suatu persoalan
yang bersumber pada akal manusia.
 Filsafat sebagai suatu Proses mencakup:
o Filsafat sebagai suatu proses, dalam hal ini
filsafat diartikan dalam bentuk suatu
aktivitas berfilsafat dalam proses pemecahan
suatu permasalahan dengan menggunakan
suatu cara dan metode tertentu yang sesuai
dengan objeknya.

Filsafat secara umum dapat diberi pengertian sebagai ilmu pengetahuan yang
menyelidiki hakikat segala sesuatu untuk memperoleh kebenaran hakiki, karena
filsafat telah mengalami perkembangan yang cukup lama tentu dipengaruhi oleh
berbagai faktor, misalnya ruang, waktu, keadaan dan orangnya. Itulah sebabnya maka
timbul berbagai pendapat mengenai pengertian filsafat yang mempunyai
kekhususannya masing-masing, antara lain:
i. Berfilsafat Rationalisme mengagungkan akal
ii. Berfilsafat Materialisme mengagungkan materi
iii. Berfilsafat Individualisme mengagungkan individualitas
iv. Berfilsafat Hedonisme mengagungkan kesenangan

B. Landasan Pancasila Sebagai Sistem Filsafat


1) Landasan Ontologis Pancasila
Ontologi, menurut Aristoteles adalah ilmu yang menyelidiki hakikat sesuatu atau
tentang ada, keberadaan atau eksistensi dan disamakan artinya dengan metafisika.
Masalah ontologis antara lain: Apakah hakikat sesuatu itu? Apakah realitas yang
tampak ini merupakan suatu realitas sebagai wujudnya, yaitu benda? Apakah ada
suatu rahasia di balik realitas itu, sebagaimana yang tampak pada makhluk hidup?
dan seterusnya. Bidang ontologi menyelidiki tentang makna yang ada (eksistensi
dan keberadaan) manusia, benda, alam semesta (kosmologi), metafisika. Secara
ontologis, penyelidikan Pancasila sebagai filsafat dimaksudkan sebagai upaya
untuk mengetahui hakikat dasar dari sila-sila Pancasila. Pancasila yang terdiri atas
lima sila, setiap sila bukanlah merupakan asas yang berdiri sendiri, malainkan
memiliki satu kesatuan dasar ontologis. Subyek pendukung pokok dari sila-sila
Pancasila adalah manusia. Hal tersebut dapat dijelaskan bahwa yang berketuhan
Yang Maha Esa, yang berkemanusiaan yang adil dan beradab, yang bersatu, yang
berkerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan serta yang berkeadilan sosial, yang pada hakikatnya
adalah manusia. Sedangkan manusia sebagai pendukung pokok sila-sila Pancasila
secara ontologis memiliki hal-hal yang mutlak, yaitu terdiri atas susunan kodrat,
raga dan jiwa, jasmani dan rohani. Sifat kodrat manusia adalah sebagai makhluk
individu dan makhluk sosial serta sebagai makhluk pribadi dan makhluk Tuhan
Yang Maha Esa. Maka secara hirarkis sila pertama mendasari dan menjiwai sila-
sila Pancasila lainnya.

2) Landasan Epistemologis Pancasila


Epistemologi adalah cabang filsafat yang menyelidiki asal, syarat,
susunan,metode, dan validitas ilmu pengetahuan. Epistemologi meneliti sumber
pengetahuan, proses dan syarat terjadinya pengetahuan, batas dan validitas ilmu
pengetahuan. Epistemologi adalah ilmu tentang teori terjadinya ilmu atau science
of science. Menurut Titus (1984:20) terdapat tiga persoalan yang mendasar dalam
epistemologi, yaitu:
a. Tentang sumber pengetahuan manusia;
b. Tentang teori kebenaran pengetahuan manusia;
c. Tentang watak pengetahuan manusia.
Secara epistemologis kajian Pancasila sebagai filsafat dimaksudkan sebagai upaya
untuk mencari hakikat Pancasila sebagai suatu sistem pengetahuan. Pancasila
sebagai sistem filsafat pada hakikatnya juga merupakan system pengetahuan. Ini
berarti Pancasila telah menjadi suatu belief system, sistem cita-cita, menjadi suatu
ideologi. Oleh karena itu Pancasila harus memiliki unsur rasionalitas terutama
dalam kedudukannya sebagai sistem pengetahuan.

3) Landasan Aksiologis Pancasila


Aksiologi Pancasila mengandung arti bahwa kita membahas tentang filsafat
nilai Pancasila. Istilah aksiologi berasal dari kata Yunani axios yang artinya nilai,
manfaat, dan logos yang artinya pikiran, ilmu atau teori. Aksiologi adalah teori
nilai, yaitu sesuatu yang diinginkan, disukai atau yang baik. Bidang yang
diselidiki adalah hakikat nilai, kriteria nilai, dan kedudukan metafisika suatu nilai.
Nilai (value dalam bahasa Inggris) berasal dari kata Latin valere yang artinya
kuat, baik, berharga. Dalam kajian filsafat merujuk pada sesuatu yang sifatnya
abstrak yang dapat diartikan sebagai “keberhargaan” (worth) atau “kebaikan”
(goodness). Nilai itu sesuatu yang berguna, nilai juga mengandung harapan akan
sesuatu yang diinginkan, nilai adalah suatu kemampuan yang dipercayai yang ada
pada suatu benda untuk memuaskan manusia (dictionary of sosiology a related
science), nilai itu suatu sifat atau kualitas yang melekat pada suatu obyek. Ada
berbagai macam teori tentang nilai yaitu:
 Max Scheler mengemukakan bahwa nilai ada tingkatannya dan dapat
dikelompokkan menjadi empat tingkatan, yaitu:
 Nilai-nilai kenikmatan: dalam tingkat ini terdapat nilai yang
mengenakkan dan nilai yang tidak mengenakkan, yang
menyebabkan orang senang atau menderita.
 Nilai-nilai kehidupan: dalam tingkat ini terdapat nilai-nilai yang
penting dalam kehidupan seperti kesejahteraan, keadilan, dan
kesegaran.
 Nilai-nilai kejiwaan: dalam tingkat ini terdapat nilai-nilai kejiwaan
(geistige werte) yang sama sekali tidak tergantung dari keadaan
jasmani maupun lingkungan. Nilai-nilai semacam ini misalnya,
keindahan, kebenaran, dan pengetahuan murni yang dicapai dalam
filsafat.
 Nilai-nilai kerohanian: dalam tingkat ini terdapat moralitas nilai
yang suci dan tidak suci. Nilai semacam ini terutama terdiri dari
nilai-nilai pribadi.
 Walter G. Everet menggolongkan nilai-nilai manusia ke dalam delapan
kelompok yaitu:
 Nilai-nilai ekonomis: ditunjukkan oleh harga pasar dan meliputi
semua benda yang dapat dibeli.
 Nilai-nilai kejasmanian: membantu pada kesehatan, efisiensi dan
keindahan dari kehidupan badan.
 Nilai-nilai hiburan: nilai-nilai permainan dan waktu senggang yang
dapat menyumbangkan pada pengayaan kehidupan.
 Nilai-nilai sosial: bermula dari berbagai bentuk perserikatan
manusia.
 Nilai-nilai watak: keseluruhan dari keutuhan kepribadian dan
sosial yang diinginkan.
 Nilai-nilai estetis: nilai-nilai keindahan dalam alam dan karya seni.
 Nilai-nilai intelektual: nilai-nilai pengetahuan dan pengajaran
kebenaran.
 Nilai-nilai keagamaan.
 Notonagoro membagi nilai menjadi tiga macam yaitu:
 Nilai material, yaitu sesuatu yang berguna bagi manusia.
 Nilai vital, yaitu sesuatu yang berguna bagi manusia untuk dapat
melaksanakana kegiatan atau aktivitas.
 Nilai kerohanian, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi rohani
yang dapat dibedakan menjadi empat macam:
i. Nilai kebenaran, yang bersumber pada akal (rasio, budi,
cipta) manusia.
ii. Nilai keindahan atau nilai estetis, yang bersumber pada
unsur perasaan manusia.
iii. Nilai kebaikan atau nilai moral, yang bersumber pada unsur
kehendak manusia.
iv. Nilai religius, yang merupakan nilai kerohanian tertinggi
dan mutlak. Nilai religius ini bersumber kepada
kepercayaan atau keyakinan manusia.
Nila-nilai dalam Pancasila termasuk nilai etik atau nilai moral merupakan
nilai dasar yang mendasari nilai intrumental dan selanjutnya mendasari semua
aktivitas kehidupan masyarakat, berbangsa, dan bernegara. Secara aksiologis,
bangsa Indonesia merupakan pendukung nilai-nilai Pancasila (subscriber of value
Pancasila), yaitu bangsa yang berketuhanan, yang berkemanusiaan, yang
berpersatuan, yang berkerakyatan dan berkeadilan sosial. Pengakuan, penerimaan
dan penghargaan atas nilai-nilai Pancasila itu Nampak dalam sikap, tingkah laku,
dan perbuatan bangsa Indonesia sehingga mencerminkan sifat khas sebagai
Manusia Indonesia.

Gambar: Pancasila sebagai Sistem Filsafat

Sumber: https://www.google.com/url?sa=i&url=https%3A%2F
%2Fwww.slideserve.com%2Falair%2Fpancasila-s-e-b-a-g-ai-sistem-
filsafat&psig=

DAFTAR PUSTAKA

Safitri, R. (2021). Konsep Pancasila Sebagai Sistem Filsafat. OSF Preprints, 1-18.

Supadjar, D., Mudhofir, A., Soeprapto, S., & Bakry, N. M. (1996). Landasan
Pengembangan Filsafat Pancasila. Jurnal Filsafat, 1(1), 53-62.

Sinta, M. (2021). Landasan Ontologis Filsafat Pancasila.


3. Konsep, Landasan dan Urgensi Pancasila Sebagai Sistem Etika
Pancasila Sebagai Nilai Dasar dan Sistem Etika Negara Indonesia
1. Makna Nilai Dasar Pancasila
Makna nilai dasar pancasila dikaji dalam perspektif filosofis yaitu, Pancasila
sebagai dasar filsafat negara serta sebagai filsafat hidup bangsa Indonesia yang
pada hakikatnya merupakan suatu nilai yang bersifat sistematis. Pengertian
Pancasila harus dimaknai kesatuan yang bulat, hirarkhis dan sistematis.
Dalam pengertian itu maka Pancasila merupakan suatu system filsafat
sehingga kelima silanya memiliki esensi makna yang utuh. Dasar pemikiran
filosofisnya yaitu Pancasila sebagai filsafat bangsa dan negara Republik
Indonesia, mempunyai makna bahwa dalam setiap aspek kehidupan kebangsaan,
kemasyarakatan serta kenegaraan harus berdasarkan nilai-nilai Ketuhanan,
Kemanusiaan, Persatuan, Kerakyatan dan Keadilan. Titik tolaknya pandangan itu
adalah negara adalah suatu persekutuan hidup manusia atau organisasi
kemasyarakatan manusia. Hal demikian dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Nilai-nilai Pancasila timbul dari bangsa Indonesia sehingga bangsa Indonesia
sebagai kausa materialis. Nilai-nilai itu sebagai hasil pemikiran, penilaian
kritik serta hasil refleksi filosofis bangsa Indonesia.
b. Nilai-nilai Pancasila merupakan filsafat (pandangan hidup) bangsa Indonesia
sehingga merupakan jati diri bangsa, yang diyakini sebagai sumber nilai atas
kebenaran, kebaikan, keadilan dan kebijaksanaan dalam hidup bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara. Nilai-nilai Pancasila di dalamnya terkandung
ketujuh nilainilai kerohanian yaitu nilai-nilai kebenaran, keadilan, kebaikan,
kebijaksanaan, estetis dan religious yang manifestasinya sesuai dengan budi
nurani bangsa Indonesia karena bersumber pada kepribadian bangsa. Oleh
karena itu, Pancasila yang diambil dari nilai-nilai luhur bangsa Indonesia pada
dasarnya bersifat religius, kemanusiaan, persatuan, demokrasi dan
keadilan .Disamping itu Pancasila bercirikan asas kekeluargaan dan gotong
royong serta pengakuan atas hak-hak individu.

2. Pancasila Sebagai Dasar Etika Kehidupan Berbangsa Dan Bernegara.


Sebagaimana dipahami bahwa sila-sila Pancasila adalah merupakan suatu
sistem nilai, artinya setiap sila memang mempunyai nilai akan tetapi sila – sila
tersebut saling berhubungan, saling ketergantungan secara sistematik dan diantara
nilai satu sila dengan sila lainnya memiliki tingkatan.
Oleh karena itu dalam kaitannya dengan nilai-nilai etika yang terkandung
dalam pancasila merupakan sekumpulan nilai yang diangkat dari prinsip nilai
yang hidup dan berkembang dalam masyarakat. Nilainilai tersebut berupa nilai
religius, nilai adat istiadat, kebudayaan dan setelah disahkan menjadi dasar
Negara terkandung di dalamnya nilai kenegaraan.
Nilai-nilai pancasila bersifat objektif dapat dijelaskan sebagai berikut:
1) Rumusan dari sila-sila pancasila itu sendiri sebenarnya hakikat yang
terdalam menunjukkan adanya sifatsifat umum universal dan abstrak,
karena merupakan suatu nilai.
2) Inti dari nilai-nilai Pancasila akan tetap ada sepanjang masa dalam
kehidupan bangsa Indonesia dan mungkin juga pada bangsa lain baik
dalam adat kebiasaan, kebudayaan, kenegaraan, maupun dalam
kehidupan keagamaan.
3) Pancasila yang terkandung dalam Pembukaan UUD 1945, menurut
ilmu hukum memenuhi syarat sebagai pokok kaidah fundamental
negara sehingga merupakan suatu sumber hukum positif di Indonesia.
Oleh karena itu dalam hirarki suatu tertib hukum Indonesia
berkedudukan sebagai tertib hukum yang tertinggi. Maka secara
objektif tidak dapat diubah secara hukum sehingga terlekat pada
kelangsungan hidup negara. Sebagai konsekuensinya jika nilai-nilai
pancasila yang terkandung dalam Pembukaan UUD 1945 itu diubah
maka sama halnya dengan pembubaran negara sesuai dengan
proklamasi 1945, hal ini sebagaimana terkandung di dalam ketetapan
MPRS No. XX/MPRS/1966, diperkuat Tap. No. V/MPR/1973. Jo.
Tap. No. IX/MPR/1978.
Sebaliknya nilai-nilai subjektif Pancasila dapat diartikan bahwa
keberadaan nilai-nilai pancasila itu bergantung atau melekat pada bangsa
Indonesia sendiri. Pengertian itu dapat dijelaskan sebagai berikut:
1) Nilai-nilai pancasila timbul dari bangsa Indonesia sehingga bangsa
Indonesia sebagai bangsa kausa materialis. Nilai-nilai tersebut sebagai
hasil pemikiran, penilaian kritis, serta hasil refleksi fiosofis bangsa
Indonesia.
2) Nilai-nilai pancasila merupakan filsafat (pandangan hidup) bangsa
Indonesia sehingga merupakan jati diri bangsa, yang diyakini sebagai
sumber nilai atas nilai kebenaran, kebaikan, keadilan dan
kebijaksanaan dalam hidup bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara’
3) Nilai-nilai pancasila di dalamnya terkandung ke nilai-nilai kerohanian
yaitu nilai kebenaran, keadilan kebaikan, kebijaksanaan, etis, estetis
dan nilai religius yang manifestasinya sesuai dengan budi nurani
bangsa Indonesia karena bersumber pada kepribadian bangsa
Indonesia itu sendiri.

3. Nilai-Nilai Pancasila Sebagai Nilai Fundamental Terhadap Sistem Etika Negara


Negara Indonesia adalah negara persatuan, yaitu negara yang melindungi
segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia, mengatasi segala paham
golongan maupun perseorangan. Ketentuan dalam pembukaan UUD 1945 yaitu,
“maka disusunlah kemerdekaan kebangsaan Indonesia dalam suatu Undang-
Undang Dasar Negara Indonesia” menunjukkan sebagai sumber hukum. Nilai
dasar yang fundamental dalam hukum mempunyai hakikat dan kedudukan yang
kuat dan tidak dapat berubah mengingat pembukaan UUD 1945 sebagai cita-cita
Negara (staatsidee). Di samping itu, nilai-nilai Pancasila juga merupakan suatu
landasan moral etik dalam kehidupan kenegaraan yang ditegaskan dalam alinea
keempat Pembukaan UUD 1945 bahwa negara berdasar atas Ketuhanan Yang
Maha Esa berdasar atas kemanusiaan yang adil dan beradab. Konsekuensi
penyelenggaraan kenegaraan antara lain operasional pemerintahan negara,
pembangunan negara, pertahanan-keamanan negara, politik negara serta
pelaksanaan demokrasi negara harus senantiasa berdasarkan pada moral
ketuhanan dan kemanusiaan. Pancasila sebagai dasar filsafat bangsa dan Negara
Republik Indonesia merupakan nilai yang tidak dapat dipisah-pisahkan dengan
masingmasing silanya. Untuk lebih memahami nilai-nilai yang terkandung dalam
masing-masing sila Pancasila, makadapat diuraikan sebagai berikut:
1. Ketuhanan Yang Maha Esa, meliputi dan menjiwai keempat sila lainnya.
Dalam sila ini terkandung nilai bahwa negara yang didirikan adalah
pengejawantahan tujuan manusia sebagai mahluk Tuhan Yang Maha Esa.
2. Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab, Kemanusian berasal dari kata manusia
yaitu mahluk yang berbudaya dengan memiliki potensi pikir, rasa, karsa dan
cipta. Potensi itu yang mendudukkan manusia pada tingkatan martabat yang
tinggi yang menyadari nilai-nilai dan normanorma. Kemanusiaan dapat
diartikan sebagai hakikat dan sifat-sifat khas manusia sesuai dengan martabat.
3. Persatuan Indonesia. Persatuan mengandung pengertian bersatunya
bermacam-macam corak yang beraneka ragam menjadi satu kebulatan.
Persatuan Indonesia dalam sila ketiga ini mencakup persatuan dalam arti
ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya dan keamanan. Persatuan Indonesia
ialah persatuan bangsa yang mendiami seluruh wilayah Indonesia. Persatuan
Indonesia merupakan faktor yang dinamis dalam kehidupan.
4. Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksaaan dalam
Permusyawaratan/Perwakilan. Rakyat merupakan sekelompok manusia yang
berdiam dalam satu wilayah negara tertentu. Dengan sila ini berarti bahwa
bangsa Indonesia menganut sistem demokrasi yang menempatkan rakyat di
posisi tertinggi dalam hirarki kekuasaan.
5. Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia. Keadilan sosial berarti
keadilan yang berlaku dalam masyarakat di segala bidang kehidupan, baik
materiil maupun spiritual. Seluruh rakyat Indonesia berarti untuk setiap orang
yang menjadi rakyat Indonesia tanpa terkecuali. Adapun makna dan maksud
istilah beradab pada sila kedua, “Kemanusiaan yanga dil dan beradab” yaitu
terlaksananya penjelmaan unsurunsur hakikat manusia, jiwa raga, akal, rasa,
kehendak, serta sifat kodrat perseorangan dan makhluk Tuhan Yang Maha
Esa. Hal demikian dilaksnakan dalam upaya penyelenggaraan kehidupan
berbangsa dan bernegara yang bermartabat tinggi.

Gambar: Pancasila sebagai Sistem Etika

Sumber: https://www.google.com/url?sa=i&url=https%3A%2F%2Fprezi.com
%2Fp%2Fbkmzjbsx1otw%2Fpancasila-sebagai-sistem-etika%2F&psig=

DAFTAR PUSTAKA

Amri, S. R. (2023). Pancasila sebagai sistem etika.

Priwardani, A. N., Monica, A. A. D., & Yaasiin, M. N. F. Pancasila


sebagai sistem Etika. Indigenous Knowledge, 2(3), 226-232.

Muzakki, I. H. (2023, September). PANCASILA SEBAGAI SISTEM


ETIKA DALAM MENGIMPLEMENTASIKAN MODERASI BERGAMA DI
INDONESIA. In Proceeding of Conference on Strengthening Islamic Studies in
The Digital Era (Vol. 3, No. 1, pp. 389-399).

4. Konsep, Landasan dan Urgensi Pancasila Sebagai Dasar nilai Pengembangan Ilmu
Pancasila merupakan falsafah bagi kehidupan bangsa sekaligus sebagai
landasan negara Indonesia yang telah hadir serta mengalami perkembangan sejak
dulu namun baru ditetapkan secara resmi sebagai dasar negara pada 17 Agustus
1945 pada deklarasi kemerdekaan.Pancasila dalam kehidupan bernegara dijabarkan
dalam beragam peraturan perundang-undangan. Pancasila merupakan ideologi negara
yang diwarisi dari pendiri negara. Pancasila hadir sebagai ideologi di tengah
beragam konflik sebab Pancasila tidak mengarah pada individualisme maupun
kolektivisme, selain itu Pancasila juga tidak terobsesi dengan teokrasi atau
sekulerisme, dan hendak dihadirkan sebagai konsep ilmiah, rasional, serta kritis
yang mengarah pada perdamaian dunia dan meningkatkan kesejahteraan, keadilan
serta kemakmuran rakyat Indonesia. Pancasila dijangkiti pertama kali oleh Ir.
Soekarno pada konferensi BPUPKI tepatnya tepatnya pada 1 Juni 1945. Bapak
Proklamator tersebut mengemukakan Pancasila adalah philosofische grondslag, suatu
falsafah yang mendasar dan mendalam serta gagasan bahwa Pancasila adalah
landasan untuk suatu bangsa. Keberagaman serta persamaan pengalaman
bangsa pada masa penjajahan menjadikan faktor utama mengapa Pancasiladijadikan
sebagai landasan bersama bagi fondasi serta cita-cita bangsa. Pancasila mengandung
seperangkat nilai-nilai inti ideal, suatu komitmen kebangsaan, identitas negara, dan
menjadi landasan dalam pembangunan nasional. Nilai pada Pancasila adalah suatu nilai
fundamental dan menjadi dasar dari norma-norma yang dimiliki negara Indonesia.
Pancasila terbentuk dari kata ‘Panca’ yang berarti lima dan ‘Sila’ yang berarti acuan pada
kombinasi landasan perilaku atau kode etik yang penting dan baik. Maka dengan
begitu, Pancasila merupakan lima dasar yang memuat mengenai pedoman atau
kaidah mengenai sikap serta sifat. Pentingnya Pancasila berperan menjadi ideologi
negara yaitu sebagai pengarah moral dalam berbangsa serta bernegara untuk dapat
mengatasi ancaman modern. Selain itu, Pancasila berperan sebagai dasar bagi
bermacam bidang kehidupan yang selaluberkembang dari waktu ke waktu dengan
perkembangan aspek sosial dan perubahan zaman. Pancasila juga dibentuk
untuk menjawab terkait isu-isu kontemporer yang terus mengalami perkembangan
hingga kini. Pancasila harus direalisasikan dalam pembangunan nasional baik pada
politik, ekonomi, sosial budaya, iptek, serta sebagainya dengan demikian
Pancasila akan terus ada eksistensinya setiap perkembangan zaman. Kedudukan pada
Pancasila menjadi ideologi dan landasan negara selalu terjadi naik turun dalam
pemahaman maupun pelaksanaannya. Pancasila berdasarkan pada pendekatan
ontologisnya yakni nilai Pancasila mencakup sifat intrinsik dan ekstrinsik. Pancasila
bersifat intrinsik memiliki arti bahwa nilai Pancasila berbentuk filsafati, seluruh nilai
landasannya sistematis serta rasional. Sedangkan Pancasila bersifat ekstrinsikyakni
berupa pandangan hidup, namun terdapat sistem nilai yang dipercaya kebenarannya
dalam ajaran yang berkaitan dengan berbagai aspek kehidupan rakyat Indonesia.

A. Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi


Perkembangan iptek pada saat kini telah memaksa manusia untuk
meningkatkan kemampuannya sehingga dapat menyeimbangkan dirinya di
masa kini. Iptek merupakan salah satu buah keberhasilan suatu negara
karena dapat menghasilkan hal-hal yang sebelumnya tidak mungkin.
Perkembangan iptek yang selalu mengalami kemajuan di beragam aspek baik
itu pendidikan, sosial budaya, dan sebagainya. Horton B, dan Chester L dalam
mendefinisikan iptek yakni pada pengertian ilmu pengetahuan adalah
suatu upaya untuk menemukan pengetahuan yang rasional, andal, serta dapat
diuji secara sistematis berdasarkan prinsip dan prosedur tertentu. Pada teknologi
itu sendiri mendefinisikan sebagai sarana pemenuhan kebutuhan bagi
kelangsungan hidup. Perkembangan iptek pada masa kini semakin maju pesat
menjadikan kehidupan manusia berubah secara drastis. Perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi itu sendiri erat kaitannya dengan suatu ruang
budaya yang dimana artinya ilmu pengetahuan dan teknologi selalu
berkembang di bidang budaya. Perkembangan iptek menjadi relevan karena selalu
bersinggungan dengan nilai-nilai budaya dan agama menjadikan adanya
keterkaitan yakni satu pihak membutuhkan semangat objektifitas sedangkan
di sisi lain iptek harus mengambil nilai-nilai kebudayaan dan agama dalam
pengembangannya.

B. Peranan Pancasila Sebagai Landasan Perkembangan IPTEK


Iptek pada masa kini merupakan suatu kebutuhan tersendiri. Adanya iptek
membawa kemudahan untuk keberlangsungan hidup masyarakat pada
melakukan pekerjaannya. Sudah seharusnya penggunaan iptek dapat
dilaksanakan dengan baik, namun pada realitanya iptek sering
disalahgunakan sehingga memberikan banyak dampak negatif pada kehidupan
manusia. Adanya kondisi yang dimikian sudah seharusnya menjadikan suatu
ideologi untuk menjadi landasan dalam mengembangkan iptek salah satunya
menggunakan Pancasila. Seperti yang diketahui bahwa dalam Pancasila
terdapat kesatuan dari sila-sila Pancasila yang dimana nilai-nilai tersebut
sudah ada sejak dulu dan erat kaitannya dengan kepribadian serta jati diri
bangsa.Pancasila menjadi dasar dalam pengembangan iptek memiliki tujuan
dalam memberi jaminan kesejahteraan masyarakat dan melindungi bangsa
dari pengaruh yang buruk. Adanya ilmu pengetahuan dan teknologi tentunya
merupakan hasil kebudayaan masyarakat yang perlu didasarkan pada nilai
luhur Pancasila. Berkembangnya iptek dapat memberikan pengaruh baik
serta buruk untuk keberlangsungan hidup masyarakat. Pengaruh positif
yang dirasakan seperti hadirnya ilmu pengetahuan dan teknologi dapat
memberi kemudahan kegiatan produksi karena dengan munculnya
kemajuan pada iptek dapat menghasilkan beragam mesin yang bisa
membantu untuk menunjang serta membantu pekerjaan manusia selain itu
juga membantu memasarkan produk melalui sosial media. Dampak positif
lainnya seperti memudahkan untuk berkomunikasi serta memudahkan dalam
proses pembelajaran. Adapun dampak negatif yang dirasakan diantaranya
seperti maraknya kejahatan melalui internet, membuat ketergantungan serta
rasa malas, dan memuat unsur kekerasan bahkan pornografi yang ada pada
internet yang tentunya dapat diakses oleh siapa saja. Pancasila adalah kesatuan
dalam sila Pancasila yang berisi sumber nilai, kerangka berpikir, dan prinsip
moral bagi pengembangan iptek. Selain itu, Pancasila juga suatu sistem etika
diantaranya menurut Kaelan dalam sebagai berikut;
1. Sila pertama yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa, sila ini
dapat menerapkan ilmu pengetahuan, yang dimana
mempertimbangkan pada aspek rasional yakni antara akal, rasa,
serta kehendak. Dengan demikianmanusia dapat ditempatkan pada
alam semesta tidak menjadi manusia yang berpusat, tetapi menjadi
bagian sistematis pada alam yang diolah.
2. Sila kedua yaitu Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab, sila ini
menjadi dasar mengenai moral bagi individu untuk perkembangkan
iptek. Hal ini dikarenakan imu pengetahuan dan teknologi adalah
suatu perkembangan dalam budaya hidup manusia yang pada
hakikatnya bertujuan untuk kesejahteraan bersama.
3. Sila ketiga yaitu Persatuan Indonesia, dapat membawa pada
rasa sadar akan nasionalisme bangsa yang kaitannya dengan
iptek sehingga terjalin rasa terpelihara, persaudaraan, hal itu
dikarenakan faktor kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.
4. Sila keempat adalah Kerakyatan Yang Dipimpin oleh Hikmat
Kebijaksaan dalam Permusyawaratan Perwakilan, hal tersebut
ialah hal mendasar karena pada perkembangan iptek yang
didasarkan pada kepentingan demokrasi, hal ini mengandung maksud
bahwa warga negara memiliki kewajiban dalam pengembangan
iptek dengan saling memberikan rasa hormat serta
menghargaikebebasan individu lain dalam berperilaku, selain itu
mendapatkan kritik dan saran yang membangun bisa membuat
individu menjadi terbuka.
5. Sila kelima adalah Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat
Indonesia, pada sila ini iptek yang semakin maju perlu untuk
melindungi pada kesetaraan keadilan pada keberlangsungan
hidup manusia.Selain itu terdapat hal lain yang mengemukakan bahwa
Pancasila berperan sebagai landasan kebijakan dalam pengembangan
iptek. Berikut terdapat lima hal yang memiliki keterkaitan antara
Pancasila sebagai dasar kebijakan perkembangan iptek:
1. Iptek yang dikembangkan perlu dapat menghormati pada
keyakinan masyarakat Indonesia.
2. Iptek dalam pengembangannya perlu berdasarkan dalam
pengembangan manusia dan nilai-nilai kemanusiaan.
3. Ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan unsur yang
dapat menyeragamkan kebudayaan serta mempererat
persatuan dan memberikan perkembangan pada pendidikan.
4. Ilmu pengetahuan dan teknologi harus demokratis serta merata.
5. Memperkecil kesenjangan dalam mempelajari ilmu
pengetahuan dan teknologi, mendistribusikan iptek secara
merata untuk mendukung masyarakat dan membuatnya lebih
sejahtera.
Selain landasan kebijakan terdapat landasan etika dalam
pengembangan iptek diantaranya:
1. Perkembangan iptek dan manusia memiliki
keterkaitan diharuskan dapat saling menunjukkan
rasa saling hormat antar martabat manusia.
2. Perkembangan iptek perlu dapat membuat
kehidupan masyarakat lebih baik serta lebih bernilai.
3. Perkembangan iptek harus mampu mendukung
pada pemekaran komunitas di masyarakat.
4. Iptek diharuskan terbukakarena memiliki keterkaitan
serta dampak langsung terhadap keberlangsungan
hidup masyarakat.
5. Ilmu pengetahuan dan teknologi juga turut
memberikan bantuan terciptanya manusia yang
berkeadilan.
Keberadaan Pancasila sebagai tumpuan atau
landasan dalam perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi diharapkan dapat mengurangi
kekhawatiran masyarakat mengenai dampak negatif
yang dihasilkan iptek. Dalam perkembangan iptek juga
diperlukan adanya dukungan dari sikap serta tingkah
laku masyarakat yang dapat menunjukkan nilai
Pancasila pada pengembangan iptek.

Gambar: Pancasila Sebagai Dasar Nilai Pengembangan Ilmu

Sumber: https://www.google.com/url?sa=i&url=https%3A%2F%2Fprezi.com
%2Fp%2Fm-0tblow6hxb%2Fpancasila-sebagai-dasar-nilai-pengembangan-ilmu
%2F&psig=

DAFTAR PUSTAKA

Nuraeni, I., & Dewi, D. A. (2022). Peranan Pancasila Sebagai Landasan


Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. Jurnal Pendidikan Tambusai, 6(2),
9986-9991
Surajiyo, S. (2022). Teori Kebenaran Pancasila Sebagai Dasar Pengembangan
Ilmu. IKRA-ITH HUMANIORA: Jurnal Sosial Dan Humaniora, 6(3), 54-65.

Anda mungkin juga menyukai