Anda di halaman 1dari 11

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Filsafat
Filsafat adalah suatu kebijaksanaan hidup (filosofia) untuk memberikan suatu
pandangan hidup yang menyeluruh berdasarkan refleksi atas pengalaman hidup
maupun pengalaman ilmiah. Filsafat merupakan suatu ilmu pengetahuan karena
memiliki logika, metode dan sistem. Namun filsafat berbeda dari ilmu-ilmu
pengetahuan kehidupan lainnya oleh karena itu, memiliki obyek tersendiri yang
sangat luas
Sebagai contoh, dalam ilmu psikologi mempelajari tingkah laku kehidupan
manusia, namun dalam ilmu filsafat tidak terbatas pada salah satu bidang kehidupan
x saja, melainkan memberikan suatu pandangan hidup yang menyeluruh yaitu
tentang hakiki hidup yang sebenarnya. Pandangan hidup tersebut merupakan hasil
pemikiran yang disusun secara sistematis menurut hukum-hukum logika. Seorang
yang berfilsafat (filsuf) akan mengambil apa yang telah ditangkap dalam pengalaman
hidup maupun pengalaman ilmiah kemudiaan memandangnya di bawah suatu
horizon yang lebih luas, yakni sebagai unsur kehidupan manusia yang menyeluruh.
(materi makalah2)
Pengertian filsafat menurut menurut para ahli memiliki perbedaan dalam
mendefinisikan filsafat yang disebabkan oleh berbedaan konotasi filsafat dan
keyakinan hidup yang dianut mereka. Perbedaan pendapat muncul juga dikarenakan
perkembangan filsafat itu sendiri sehingga akhirnya menyebabkan beberapa ilmu
pengetahuan memisahkan diri dari ilmu filsafat. Berikut pendapat dari tokoh bangsa
Indonesia mengenai filsafat, yaitu :
1. Notonegoro: Filsafat menelaah hal-hal yang dijadikan objeknya dari sudut
intinya yang mutlak, yang tetap tidak berubah, yang disebut hakekat.
2. Driyakarya: filsafat sebagai perenungan yang sedalam-dalamnya tentang
sebab-sebabnya ada dan berbuat, perenungan tentang kenyataan yang
sedalam-dalamnya sampai “mengapa yang penghabisan.
3. Sidi Gazalba: Berfilsafat ialah mencari kebenaran dari kebenaran untuk
kebenaran, tentang segala sesuatu yang dipermasalahkan, dengan berfikir
radikal, sistematik dan universal.
4. Hasbullah Bakry: Ilmu Filsafat adalah ilmu yang menyelidiki segala sesuatu
dengan mendalam mengenai Ke-Tuhanan, alam semesta dan manusia
sehingga dapat menghasilkan pengetahuan tentang bagaimana sikap
manusia itu sebenarnya setelah mencapai pengetahuan itu.
5. Prof. Dr. Ismaun, M.Pd.: Filsafat ialah usaha pemikiran dan renungan
manusia dengan akal dan qalbunya secara sungguh-sungguh , yakni secara
kritis sistematis, fundamentalis, universal, integral dan radikal untuk mencapai
dan menemukan kebenaran yang hakiki (pengetahuan, dan kearifan atau
kebenaran yang sejati.
6. Prof. Mr.Mumahamd Yamin: Filsafat ialah pemusatan pikiran , sehingga
manusia menemui kepribadiannya seraya didalam kepribadiannya itu
dialamiya kesungguhan.

B. Pengertian Pancasila
Pancasila adalah ideologi dasar bagi negara Indonesia. Nama
pancasila ini terdiri dari dua kata sansekerta. Panca berarti lima dn sila berarti
prinsip atau asas. Pancasila merupakan rumusan dan pedoman kehidupan
berbangsa dan bernegara bagi seluruh rakyat Indoneia.
Menurut Notonegoro pancasila adalah dasar falsafah negara
Indonesia, sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa pancasila merupakan
dasar falsafah dan ideologi negara yang diharapkan menjadi pandangan
hidup bangsa Indonesia sebagai pemersatu, lambang persatuan dan
kesatuan serta sebagai pertahanan bangsa dan negara Indonesia.
Menurut Muhammad Yamin pancasila berasal dari kata panca yang
berarti lima dan sila yang berarti sendi, asas, dasar atau pengaturan tingkah
laku yang penting dan baik. Dengan demikian pancasila merupakan lima
dasar yang berisi pedoman atau aturan tentang tingkah laku yang penting dan
baik.
Menurut Ir. Soekarno pancasila adalah isi jiwa bangsa Indonesia yang
turun menurun yang sekian abad lamanya terpendam bisu oleh kebudayaan
barat. Dengan demikian, pancasila tidak saja falsafah negara, tetapi lebih luas
lagi, yakni falsafah bangsa Indonesia.
C. Pengertian Filsafat Pancasila
Pengertian filsafat pancasila secara umum adalah hasil berfikir atau
pemikiran yang sedalam-dalamnya dari bangsa Indonesia yang dianggap,
dipercaya dan diyakini sebagai kenyataan, norma-norma dan nilai-nilai yang
benar, adil, bijaksana dan paling sesuai dengan kehidupan dan kepribadian
bangsa Indonesia. Filsafat pancasila kemudian dikembangkan oleh Soekarno
sejak 1955 sampai kekuasaannya berakhir pada 1965. Pada saat itu
Soekarno selalu menyatakan bahwa pancasila merupakan filsafat asli
Indonesia yang diambil dari budaya dan tradisi Indonesia, serta merupakan
akulturasi budaya India (hindu-buddha), Barat (Kristen), Arab (Islam).
Filsafat pancasila dapat digolongkan sebagai filsafat praktis sehingga
filsafat pancasila tidak hanya mengandung pemikiran yang sedalam-
dalamnya atau tidak hanya bertujuan mencari, tetapi hasil pemikiran yang
berwujud filsafat pancasila tersebut dipergunakan sebagai pedoman hidup
sehari-hari (way of life atau weltanschauung) agar hidup bangsa Indonesia
dapat mencapai kebahagiaan lahir dan batin, baik dunia maupun di akhirat
(Salam, 1988:23-24
Menurut Ruslan Abdulgani, Pancasila adalah filsafat negara yang lahir
sebagai ideologi kolektif (cita-cita bersama) seluruh bangsa Indonesia. Hal itu
dikarenakan pancasila merupakan hasil perenungan jiwa yang mendalam
yang dilakukan oleh para pendahulu kita, yang kemudian dituangkan dalam
suatu sistem yang tepat.
Menurut Notonagoro, Filsafat Pancasila ini memberikan pengetahuan
dan pengertian ilmiah yaitu tentang hakikat pancasila. Filsafat pancasila dapat
didefinisikan sebagai refleksi kritis dan rasionl tentang pancasila sebagai
dasar negara dan kenyataan budaya bangsa, dengan tujuan untuk
mendapatkan pokok-pokok pengertiannya yang mendasar dan menyeluruh.
Pancasila dikatakan sebagai filsafat karena pancasila merupakan hasil
perenungan jiwa yang mendalam yang dilakukan oleh the founding fathers
Indonesia, yang di tuangkan dalam suatu system (Abdul Gani 1998).
D. Filsafat Pancasila dalam Membangun Bangsa Berkarakter
Pengertian karakter menurut Pusat Bahasa Depdiknas adalah
“bawaan, hati, jiwa, kepribadian, budi pekerti, perilaku, personalitas, sifat,
tabiat, temperamen, watak”. Adapun berkarakter adalah berkepribadian,
berperilaku, bersifat, bertabiat, dan berwatak”.
Menurut Musfiroh (2008), karakter mengacu kepada serangkaian
sikap (attitudes), perilaku (behaviors), motivasi (motivations), dan
keterampilan (skills). Karakter berasal dari bahasa Yunani yang berarti “to
mark” atau menandai dan memfokuskan bagaimana mengaplikasikan nilai
kebaikan dalam bentuk tindakan atau tingkah laku, sehingga orang yang tidak
jujur, kejam, rakus dan perilaku jelek lainnya dikatakan orang berkarakter
jelek. Sebaliknya, orang yang perilakunya sesuai dengan kaidah moral
disebut dengan berkarakter mulia.
Dari pengertian di atas dapat dimaknai bahwa pendidikan karakter
merupakan suatu proses penanaman perilaku yang didasarkan pada budi
pekerti yang baik sesuai dengan kepribadian luhur bangsa Indonesia yang
didasarkan pada nilai-nilai Pancasila. Menurut Ramli (2003), pendidikan
karakter memiliki esensi dan makna yang sama dengan pendidikan moral dan
pendidikan akhlak.
Tujuannya adalah membentuk pribadi anak, supaya menjadi manusia
yang baik, warga masyarakat, dan warga negara yang baik. Adapun kriteria
manusia yang baik, warga masyarakat yang baik, dan warga negara yang
baik bagi suatu masyarakat atau bangsa, secara umum adalah nilai-nilai
sosial tertentu yang banyak dipengaruhi oleh budaya masyarakat dan
bangsanya. Oleh karena itu, hakikat dari pendidikan karakter dalam konteks
pendidikan di Indonesia adalah pedidikan nilai, yakni pendidikan nilai-nilai
luhur yang bersumber dari budaya bangsa Indonesia sendiri, dalam rangka
membina kepribadian generasi muda. Pancasila sebagai sistem filsafat bisa
dilihat dari pendekatan ontologis, epistemologis, maupun aksiologis.
Diktat “Filsafat Pancasila” (Danumihardja, 2011) menyebutkan secara
ontologis berdasarkan pada pemikiran tentang negara, bangsa, masyarakat,
dan manusia. Secara epistemologis berdasarkan sebagai suatu pengetahuan
intern struktur logis dan konsisten implementasinya. Secara aksiologis
bedasarkan pada yang terkandung di dalamnya, hirarki dan struktur nilai, di
dalamnya konsep etika yang terkandung. Dasar ontologis Pancasila sebagai
sistem filsafat bisa diinterpretasikan bahwa adanya negara perlu dukungan
warga negara. Kualitas negara sangat bergantung pada kualitas warga
negara. Kualitas warga negara sangat erat berkaitan dengan pendidikan.
Hubungan ini juga menjadi timbal-balik karena landasan pendidikan haruslah
mengacu pada landasan negara. Esensi landasan negara harus benarbenar
memperkuat landasan pendidikan untuk mencapai tujuan bersama adanya
keserasian hubungan antara negara dengan warga negara. Demokrasi
Pancasila menegaskan pengakuan atas harkat dan martabat manusia
sebagai makhluk masyarakat, Negara, dan masyarakat bangsa (Arbi, 1998).
Orientasi hidup kita adalah hidup kemanusiaan yang mempunyai ciri-ciri
tertentu. Ciri-ciri kemanusiaan yang kelihatan dari Pancasila ialah integral,
etis, dan religius (Poeposwardoyo, 1989). Filsafat pendidikan Pancasila
mengimplikasikan ciri-ciri tersebut, yaitu sebagai berikut.
a. Integral Kemanusiaan yang diajarkan oleh Pancasila adalah
kemanusiaan yang integral, yakni mengakui manusia seutuhnya.
Manusia diakui sebagai suatu keutuhan jiwa dan raga, keutuhan antara
manusia sebagai individu dan makhluk sosial. Kedua hal itu
sebenarnya adalah dua sisi dari satu realitas tentang manusia.
Hakekat manusia yang seperti inilah yang merupakan hakekat subjek
didik.
b. Etis Pancasila merupakan kualifikasi etis. Pancasila mengakui
keunikan subjektivitas manusia, ini berarti menjungjung tinggi
kebebasan, namun tidak dari segalanya seperti liberalisme.
Kebebasan yang dimaksud adalah kebebasan yang bertanggung
jawab.
c. Religius Sila pertama pancasila menegaskan bahwa religius melekat
pada hakikat manusia, maka pandangan kemanusiaan Pancasila
adalah paham kemanusiaan religius. Religius menunjukan
kecendrungan dasar dan potensi itu. Pancasila mengakui Tuhan
sebagai pencipta serta sumber keberadaan dan menghargai religius
dalam masyarakat sebagai yang bermakna. Kebebasan agama adalah
satu hak yang paling asasi diantara hak-hak asasi manusia, karena
kebebasan agama itu langsung bersumber kepada martabat manusia
sebagai makhluk ciptaan Tuhan. Hak kebebasan agama bukan
pemberian negara atau pemberian perorangan atau golongan. Agama
dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa sendiri tidak
memaksa setiap manusia untuk memeluk agama tertentu.

Berdasarkan beberapa penjelasan di atas, dapat dimaknai bahwa


pendidkan karakter di Indonesia merupakan hasil dari penerapan nilai-nilai
yang terkandung dalam Pancasila. Pancasila adalah falsafah yang
merupakan pedoman berperilaku bagi bangsa Indonesia yang sesuai dengan
kultur kita bangsa Indonesia yang memiliki adat ketimuran. Pendidikan
karakter memang seharusnya diambil dari nilai-nilai yang terkandung dalam
Pancasila. Agar tercipta manusia Indonesia yang cerdas, berperilaku baik,
mampu hidup secara individu dan sosial, memenuhi hak dan kewajiban
sebagai warga negara yang baik serta beriman dan bertaqwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa. Semuanya telah mencakup filsafat pendidikan Pancasila
yang mempunyai ciri yaitu integral, etis dan reigius. Seorang pendidik
haruslah sadar akan pentingnya pendidikan karakter. Salah satu cara untuk
menerapkan pendidikan karakter adalah dengan melaksanakan nilai-nilai
Pancasila. Di bawah ini ada beberapa poin yang harus dilakukan oleh
pendidik dalam melaksanakan nilai-nilai Pancasila.

a. Harus memahami nilai-nilai Pancasila tersebut.


b. Menjadikan Pancasila sebagai aturan hukum dalam kehidupan.
c. Memberikan contoh pelaksanaan nilai-nilai pendidikan kepada
peserta didik dengan baik.

Dengan melaksanakan tiga point di atas, diharapkan cita-cita bangsa


yang ingin melaksanakan pendidikan berkarakter sesuai falsafah pancasila
akan terwujud. Karena bagaimanapun juga perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi terus berkembang setiap waktu sehingga tidak mungkin
rasanya menghambat perkembangan itu. Untuk itu, satu-satunya jalan dalam
menerapkan pendidikan berkarakter adalah dengan melaksanakan poin-poin
di atas.
E. Konsep dan urgensi, landasan dan tujuan Pendidikan Pancasila
I. Konsep pendidikan Pancasila dapat dipahami dari beberapa perspektif,
yaitu:
a. Perspektif historis, yaitu melihat latar belakang sejarah lahirnya Pancasila
sebagai hasil perjuangan bangsa Indonesia untuk merdeka dari
penjajahan. Pancasila merupakan rumusan nilai-nilai luhur yang menjadi
jiwa dan semangat bangsa Indonesia dalam mempertahankan
kemerdekaan dan kedaulatan negara.
b. Perspektif sosiologis, yaitu melihat Pancasila sebagai pandangan hidup
bangsa Indonesia yang mencerminkan keberagaman suku, agama,
budaya, dan adat istiadat yang ada di Indonesia. Pancasila merupakan
jembatan yang menghubungkan berbagai perbedaan tersebut dalam
semangat Bhinneka Tunggal Ika
c. Perspektif yuridis, yaitu melihat Pancasila sebagai dasar negara Indonesia
yang tertuang dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945. Pancasila merupakan landasan konstitusional yang
mengatur sistem pemerintahan, hak dan kewajiban warga negara, serta
hubungan antara negara dan Masyarakat
d. Perspektif politik, yaitu melihat Pancasila sebagai ideologi negara
Indonesia yang menjadi acuan dalam penyelenggaraan kehidupan
berbangsa dan bernegara. Pancasila merupakan pedoman dalam
menentukan arah kebijakan, tujuan nasional, serta sikap dan perilaku
warga negara.
Dari perspektif-perspektif tersebut, dapat disimpulkan bahwa konsep
pendidikan Pancasila adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar mahasiswa secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki pengetahuan, kepribadian,
keahlian, sesuai dengan program studinya masing-masing, yang bersumber
pada nilai-nilai Pancasila2. Pendidikan Pancasila juga merupakan bidang
kajian keilmuan, program kurikuler, dan aktivitas sosial-kultural yang bersifat
multidimensional. Sifat multidimensional ini menyebabkan pendidikan
Pancasila dapat disikapi sebagai: pendidikan nilai dan moral, pendidikan
kemasyarakatan, pendidikan kebangsaan, pendidikan kewarganegaraan,
pendidikan politik, pendidikan hukum dan hak asasi manusia, serta
pendidikan demokrasi.

II. Urgensi Pendidikan Pancasila


Pendidikan Pancasila bertujuan dapat memberikan pemahaman yang
benar tentang Pancasila. Tanpa disadari, selama ini Pancasila yang dididik
berkaitan dengan Pancasila tidaklah benar, yaitu suatu jenis falsafah
tersembunyi yang sangat bertentangan dengan Pancasila. Dengan demikian,
Pancasila yang diamanatkan dalam Pendidikan Pancasila adalah Pancasila
yang dapat direpresentasikan secara yuridis dan objektif-logis. Secara yuridis
tak terhindarkan, Pancasila merupakan premis negara yang merupakan
premis dalam penyelenggaraan pemerintahan negara.
Pancasila yang tidak bias logis merupakan tatanan filosofis yang dapat
digambarkan dan diakui secara wajar. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional, yang tertuang dalam PP Nomor 19
Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan mengatur bahwa rencana
pendidikan tingkat Satuan Pendidikan Tinggi harus memuat mata pelajaran
yang ketat, pendidikan kewarganegaraan, dan dialek Indonesia dan Inggris.
Pelatihan Metro memasukkan sekolah Pancasila sebagai alasan untuk
memperkenalkan siswa dengan sistem kepercayaan negara. Direktorat
Pendidikan Tinggi (Dikti) kemudian, pada saat itu, dalam SK
No.43/DIKTI/Kep/2006 mengatur tentang kelengkapan berkas-berkas
Penyelenggaraan Kelompok Kursus Pengembangan Kepribadian di
Perguruan Tinggi, termasuk Pendidikan Pancasila.
III. Landasan Pancasila
a. Landasan Historis
Secara historis dilihat dari sejarah interaksi yang mengawali
perkembangan Negara Indonesia, siklus tersebut dimulai dengan hadirnya
alam-alam kuno di Indonesia, khususnya Kerajaan Kutai, Sriwijaya, Maja
Pahit hingga berbagai negara yang pada mulanya saling menjajah negara ini.
Selama bertahun-tahun masyarakat Indonesia berjuang menemukan
kepribadiannya untuk berubah menjadi negara otonom, setelah interaksi yang
panjang yang telah dilalui, masyarakat Indonesia akhirnya menemukan
kepribadiannya yang mengandung kualitas, atribut, dan karakter yang tidak
dimiliki oleh masyarakat Indonesia. berbagai negara di wilayah planet ini. oleh
pencetus negara ini ditetapkan yang diberi nama pancasila.
Dari bagian pendirian otentik Pancasila merupakan karakter
masyarakat mengingat sifat-sifat yang terkandung di dalam Pancasila
merupakan sifat-sifat luhur yang sudah sejak lama ada dan hidup dalam
kebudayaan Indonesia. Sifat-sifat Pancasila adalah sifat-sifat kecerdasan
lingkungan yang mendapat tempat dengan negara Indonesia itu sendiri. Jadi
umumnya sifat-sifat yang terkandung dalam Pancasila sebelum ditetapkan
dan dikukuhkan sebagai premis Negara, umumnya telah diklaim oleh individu
Indonesia sendiri.
b. Landasan Yuridis
Secara yuridis salah satu landasan penting mengapa maka Pancasila
sangat penting untuk dipelajari, kerangka persekolahan kita bergantung pada
Pancasila, hal ini dapat kita lihat dalam Pasal 1 ayat 2 Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional, yang kita dikenal sebagai UU SISDIKNAS jelas ini harus diuraikan
bahwa Pancasila adalah mata air yang sah dari pengajaran umum kita.
Perintah Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2012 tentang
Pendidikan Tinggi pasal 30 ayat 3 tentang program pendidikan menyatakan
bahwa program pendidikan pendidikan lanjutan dibuat oleh setiap perguruan
tinggi tentang pedoman imam ujian, inovasi dan lanjutan. pendidikan nomor
44 tahun 2015 tentang prinsip-prinsip pendidikan lanjutan yang harus memuat
seminar tentang agama, pancasila, pendidikan kewarganegaraan dan bahasa
indonesia. Keseluruhan mata kuliah di perguruan tinggi yang dimaksud di
atas merupakan sumber kualitas dan kaidah dalam penyelenggaraan
program studi yang sesuai dengan tujuan dinas dan keresahan mental,
pergolakan karakter dalam nawacita otoritas publik.
c. Landasan Filosofis
Pancasila adalah cara berpikir bernegara, maka kendala etis bagi
setiap penduduk adalah untuk mengakuinya dalam setiap bagian kehidupan
di arena publik, negara dan negara. Kenyataan menunjukkan bahwa sebelum
negara, Negara Indonesia adalah alam ketuhanan dan negara manusia,
individu Indonesia merasa bahwa mereka adalah binatang yang diciptakan
oleh Tuhan Yang Mahakuasa. Keharusan mutlak berdirinya suatu negara
adalah bahwa ia merupakan suatu solidaritas dan yang tergabung adalah
individu-individu sebagai tidak fundamental pada awal berdirinya atau
kehadiran suatu negara. Oleh karena itu, negara Indonesia adalah negara
yang libertarian dan peduli. semua bagian dari organisasi negara harus
didasarkan pada nilai-nilai Pancasila termasuk hukum dan pedoman
Indonesia, selama waktu yang dihabiskan industri 4.0 kacau seperti sekarang
ini, Pancasila adalah mata air yang sangat berharga dalam penyelenggaraan
negara yang mencakup semua perspektif seperti giliran publik peristiwa,
penggunaan inovasi, ekonomi, masalah legislatif, hukum, sosial budaya dan
upaya perlindungan dan keamanan.
IV. Tujuan
Tujuan Pendidikan Pancasila Tujuan pendidikan Pancasila sering
dirunut pada tujuan nasional dan tujuan pendidikan nasional. tujuan
pendidikan pancasila adalah agar peserta didik memiliki nilainilai akhlak yang
sesuai dengan nilai-nilai pancasila, sehingga akhlak itu sering diwujudkan
dalam gaya hidup (UU No. 2 Tahun 1989). Perilaku moral adalah perilaku
beragama dan takwa selama bermasyarakat yang terdiri dari beragam
agama, perilaku manusia yang adil dan beradab, perilaku yang mendukung
persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia. Tujuan pendidikan Pancasila
dalam pendidikan adalah agar anak kuliah
a. Dapat memahami dan siap melaksanakan Pancasila dan UUD 1945
dalam kehidupan sebagai warga negara Indonesia.
b. Menguasai pengetahuan tentang berbagai masalah dasar kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara yang harus diatasi dengan
menerapkan pemikiran yang berbasis pemikiran. Menumbuhkan sikap
dan perilaku yang sesuai dengan nilai dan norma Pancasila, agar siap
menjawab perubahan yang terjadi dalam rangka pembauran ilmu
pengetahuan dan teknologi serta pembangunan.
c. Membantu siswa dalam proses belajar, proses berpikir, pemecahan
masalah dan pengambilan keputusan dengan menerapkan strategi
heuristik pada nilai-nilai Pancasila. Tujuan materi Pancasila dalam
rambu-rambu pendidikan kepribadian adalah untuk mengarahkan
akhlak yang diharapkan terwujud dalam pola hidup, yaitu perilaku yang
memancarkan keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha
Esa dalam suatu masyarakat yang terdiri dari beragam golongan
agama, budaya dan berbagai kepentingan untuk memperkuat jiwa
siswa. berkepribadian agar senantiasa siap mewujudkan nilai-nilai
hakiki Pancasila, jalan kebangsaan dan cinta tanah air dalam
menguasai, menerapkan, dan mengembangkan ilmu pengetahuan,
teknologi, dan seni dengan cara bertanggung jawab dan berakhlak
mulia.

Anda mungkin juga menyukai