PEMBAHASAN
A. Pengertian Filsafat
Filsafat adalah suatu kebijaksanaan hidup (filosofia) untuk memberikan suatu
pandangan hidup yang menyeluruh berdasarkan refleksi atas pengalaman hidup
maupun pengalaman ilmiah. Filsafat merupakan suatu ilmu pengetahuan karena
memiliki logika, metode dan sistem. Namun filsafat berbeda dari ilmu-ilmu
pengetahuan kehidupan lainnya oleh karena itu, memiliki obyek tersendiri yang
sangat luas
Sebagai contoh, dalam ilmu psikologi mempelajari tingkah laku kehidupan
manusia, namun dalam ilmu filsafat tidak terbatas pada salah satu bidang kehidupan
x saja, melainkan memberikan suatu pandangan hidup yang menyeluruh yaitu
tentang hakiki hidup yang sebenarnya. Pandangan hidup tersebut merupakan hasil
pemikiran yang disusun secara sistematis menurut hukum-hukum logika. Seorang
yang berfilsafat (filsuf) akan mengambil apa yang telah ditangkap dalam pengalaman
hidup maupun pengalaman ilmiah kemudiaan memandangnya di bawah suatu
horizon yang lebih luas, yakni sebagai unsur kehidupan manusia yang menyeluruh.
(materi makalah2)
Pengertian filsafat menurut menurut para ahli memiliki perbedaan dalam
mendefinisikan filsafat yang disebabkan oleh berbedaan konotasi filsafat dan
keyakinan hidup yang dianut mereka. Perbedaan pendapat muncul juga dikarenakan
perkembangan filsafat itu sendiri sehingga akhirnya menyebabkan beberapa ilmu
pengetahuan memisahkan diri dari ilmu filsafat. Berikut pendapat dari tokoh bangsa
Indonesia mengenai filsafat, yaitu :
1. Notonegoro: Filsafat menelaah hal-hal yang dijadikan objeknya dari sudut
intinya yang mutlak, yang tetap tidak berubah, yang disebut hakekat.
2. Driyakarya: filsafat sebagai perenungan yang sedalam-dalamnya tentang
sebab-sebabnya ada dan berbuat, perenungan tentang kenyataan yang
sedalam-dalamnya sampai “mengapa yang penghabisan.
3. Sidi Gazalba: Berfilsafat ialah mencari kebenaran dari kebenaran untuk
kebenaran, tentang segala sesuatu yang dipermasalahkan, dengan berfikir
radikal, sistematik dan universal.
4. Hasbullah Bakry: Ilmu Filsafat adalah ilmu yang menyelidiki segala sesuatu
dengan mendalam mengenai Ke-Tuhanan, alam semesta dan manusia
sehingga dapat menghasilkan pengetahuan tentang bagaimana sikap
manusia itu sebenarnya setelah mencapai pengetahuan itu.
5. Prof. Dr. Ismaun, M.Pd.: Filsafat ialah usaha pemikiran dan renungan
manusia dengan akal dan qalbunya secara sungguh-sungguh , yakni secara
kritis sistematis, fundamentalis, universal, integral dan radikal untuk mencapai
dan menemukan kebenaran yang hakiki (pengetahuan, dan kearifan atau
kebenaran yang sejati.
6. Prof. Mr.Mumahamd Yamin: Filsafat ialah pemusatan pikiran , sehingga
manusia menemui kepribadiannya seraya didalam kepribadiannya itu
dialamiya kesungguhan.
B. Pengertian Pancasila
Pancasila adalah ideologi dasar bagi negara Indonesia. Nama
pancasila ini terdiri dari dua kata sansekerta. Panca berarti lima dn sila berarti
prinsip atau asas. Pancasila merupakan rumusan dan pedoman kehidupan
berbangsa dan bernegara bagi seluruh rakyat Indoneia.
Menurut Notonegoro pancasila adalah dasar falsafah negara
Indonesia, sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa pancasila merupakan
dasar falsafah dan ideologi negara yang diharapkan menjadi pandangan
hidup bangsa Indonesia sebagai pemersatu, lambang persatuan dan
kesatuan serta sebagai pertahanan bangsa dan negara Indonesia.
Menurut Muhammad Yamin pancasila berasal dari kata panca yang
berarti lima dan sila yang berarti sendi, asas, dasar atau pengaturan tingkah
laku yang penting dan baik. Dengan demikian pancasila merupakan lima
dasar yang berisi pedoman atau aturan tentang tingkah laku yang penting dan
baik.
Menurut Ir. Soekarno pancasila adalah isi jiwa bangsa Indonesia yang
turun menurun yang sekian abad lamanya terpendam bisu oleh kebudayaan
barat. Dengan demikian, pancasila tidak saja falsafah negara, tetapi lebih luas
lagi, yakni falsafah bangsa Indonesia.
C. Pengertian Filsafat Pancasila
Pengertian filsafat pancasila secara umum adalah hasil berfikir atau
pemikiran yang sedalam-dalamnya dari bangsa Indonesia yang dianggap,
dipercaya dan diyakini sebagai kenyataan, norma-norma dan nilai-nilai yang
benar, adil, bijaksana dan paling sesuai dengan kehidupan dan kepribadian
bangsa Indonesia. Filsafat pancasila kemudian dikembangkan oleh Soekarno
sejak 1955 sampai kekuasaannya berakhir pada 1965. Pada saat itu
Soekarno selalu menyatakan bahwa pancasila merupakan filsafat asli
Indonesia yang diambil dari budaya dan tradisi Indonesia, serta merupakan
akulturasi budaya India (hindu-buddha), Barat (Kristen), Arab (Islam).
Filsafat pancasila dapat digolongkan sebagai filsafat praktis sehingga
filsafat pancasila tidak hanya mengandung pemikiran yang sedalam-
dalamnya atau tidak hanya bertujuan mencari, tetapi hasil pemikiran yang
berwujud filsafat pancasila tersebut dipergunakan sebagai pedoman hidup
sehari-hari (way of life atau weltanschauung) agar hidup bangsa Indonesia
dapat mencapai kebahagiaan lahir dan batin, baik dunia maupun di akhirat
(Salam, 1988:23-24
Menurut Ruslan Abdulgani, Pancasila adalah filsafat negara yang lahir
sebagai ideologi kolektif (cita-cita bersama) seluruh bangsa Indonesia. Hal itu
dikarenakan pancasila merupakan hasil perenungan jiwa yang mendalam
yang dilakukan oleh para pendahulu kita, yang kemudian dituangkan dalam
suatu sistem yang tepat.
Menurut Notonagoro, Filsafat Pancasila ini memberikan pengetahuan
dan pengertian ilmiah yaitu tentang hakikat pancasila. Filsafat pancasila dapat
didefinisikan sebagai refleksi kritis dan rasionl tentang pancasila sebagai
dasar negara dan kenyataan budaya bangsa, dengan tujuan untuk
mendapatkan pokok-pokok pengertiannya yang mendasar dan menyeluruh.
Pancasila dikatakan sebagai filsafat karena pancasila merupakan hasil
perenungan jiwa yang mendalam yang dilakukan oleh the founding fathers
Indonesia, yang di tuangkan dalam suatu system (Abdul Gani 1998).
D. Filsafat Pancasila dalam Membangun Bangsa Berkarakter
Pengertian karakter menurut Pusat Bahasa Depdiknas adalah
“bawaan, hati, jiwa, kepribadian, budi pekerti, perilaku, personalitas, sifat,
tabiat, temperamen, watak”. Adapun berkarakter adalah berkepribadian,
berperilaku, bersifat, bertabiat, dan berwatak”.
Menurut Musfiroh (2008), karakter mengacu kepada serangkaian
sikap (attitudes), perilaku (behaviors), motivasi (motivations), dan
keterampilan (skills). Karakter berasal dari bahasa Yunani yang berarti “to
mark” atau menandai dan memfokuskan bagaimana mengaplikasikan nilai
kebaikan dalam bentuk tindakan atau tingkah laku, sehingga orang yang tidak
jujur, kejam, rakus dan perilaku jelek lainnya dikatakan orang berkarakter
jelek. Sebaliknya, orang yang perilakunya sesuai dengan kaidah moral
disebut dengan berkarakter mulia.
Dari pengertian di atas dapat dimaknai bahwa pendidikan karakter
merupakan suatu proses penanaman perilaku yang didasarkan pada budi
pekerti yang baik sesuai dengan kepribadian luhur bangsa Indonesia yang
didasarkan pada nilai-nilai Pancasila. Menurut Ramli (2003), pendidikan
karakter memiliki esensi dan makna yang sama dengan pendidikan moral dan
pendidikan akhlak.
Tujuannya adalah membentuk pribadi anak, supaya menjadi manusia
yang baik, warga masyarakat, dan warga negara yang baik. Adapun kriteria
manusia yang baik, warga masyarakat yang baik, dan warga negara yang
baik bagi suatu masyarakat atau bangsa, secara umum adalah nilai-nilai
sosial tertentu yang banyak dipengaruhi oleh budaya masyarakat dan
bangsanya. Oleh karena itu, hakikat dari pendidikan karakter dalam konteks
pendidikan di Indonesia adalah pedidikan nilai, yakni pendidikan nilai-nilai
luhur yang bersumber dari budaya bangsa Indonesia sendiri, dalam rangka
membina kepribadian generasi muda. Pancasila sebagai sistem filsafat bisa
dilihat dari pendekatan ontologis, epistemologis, maupun aksiologis.
Diktat “Filsafat Pancasila” (Danumihardja, 2011) menyebutkan secara
ontologis berdasarkan pada pemikiran tentang negara, bangsa, masyarakat,
dan manusia. Secara epistemologis berdasarkan sebagai suatu pengetahuan
intern struktur logis dan konsisten implementasinya. Secara aksiologis
bedasarkan pada yang terkandung di dalamnya, hirarki dan struktur nilai, di
dalamnya konsep etika yang terkandung. Dasar ontologis Pancasila sebagai
sistem filsafat bisa diinterpretasikan bahwa adanya negara perlu dukungan
warga negara. Kualitas negara sangat bergantung pada kualitas warga
negara. Kualitas warga negara sangat erat berkaitan dengan pendidikan.
Hubungan ini juga menjadi timbal-balik karena landasan pendidikan haruslah
mengacu pada landasan negara. Esensi landasan negara harus benarbenar
memperkuat landasan pendidikan untuk mencapai tujuan bersama adanya
keserasian hubungan antara negara dengan warga negara. Demokrasi
Pancasila menegaskan pengakuan atas harkat dan martabat manusia
sebagai makhluk masyarakat, Negara, dan masyarakat bangsa (Arbi, 1998).
Orientasi hidup kita adalah hidup kemanusiaan yang mempunyai ciri-ciri
tertentu. Ciri-ciri kemanusiaan yang kelihatan dari Pancasila ialah integral,
etis, dan religius (Poeposwardoyo, 1989). Filsafat pendidikan Pancasila
mengimplikasikan ciri-ciri tersebut, yaitu sebagai berikut.
a. Integral Kemanusiaan yang diajarkan oleh Pancasila adalah
kemanusiaan yang integral, yakni mengakui manusia seutuhnya.
Manusia diakui sebagai suatu keutuhan jiwa dan raga, keutuhan antara
manusia sebagai individu dan makhluk sosial. Kedua hal itu
sebenarnya adalah dua sisi dari satu realitas tentang manusia.
Hakekat manusia yang seperti inilah yang merupakan hakekat subjek
didik.
b. Etis Pancasila merupakan kualifikasi etis. Pancasila mengakui
keunikan subjektivitas manusia, ini berarti menjungjung tinggi
kebebasan, namun tidak dari segalanya seperti liberalisme.
Kebebasan yang dimaksud adalah kebebasan yang bertanggung
jawab.
c. Religius Sila pertama pancasila menegaskan bahwa religius melekat
pada hakikat manusia, maka pandangan kemanusiaan Pancasila
adalah paham kemanusiaan religius. Religius menunjukan
kecendrungan dasar dan potensi itu. Pancasila mengakui Tuhan
sebagai pencipta serta sumber keberadaan dan menghargai religius
dalam masyarakat sebagai yang bermakna. Kebebasan agama adalah
satu hak yang paling asasi diantara hak-hak asasi manusia, karena
kebebasan agama itu langsung bersumber kepada martabat manusia
sebagai makhluk ciptaan Tuhan. Hak kebebasan agama bukan
pemberian negara atau pemberian perorangan atau golongan. Agama
dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa sendiri tidak
memaksa setiap manusia untuk memeluk agama tertentu.