Anda di halaman 1dari 4

PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT DAN LANDASAN AKSIOLOGIS

PANCASILA

LATAR BELAKANG

Pancasila adalah dasar falsafah negara Indonesia yang wajib diketahui oleh
seluruh warga negara Indonesia untuk menghormati, menghargai, mendukung dan
mengakui apa yang telah dilakukan oleh para pahlawan yang memperjuangkan
kemerdekaan Indonesia ini, sehingga baik golongan tua maupun muda harus tetap
meyakini Pancasila. sebagai dasar negara Indonesia tanpa adanya keraguan guna
memperkokoh persatuan dan kesatuan negara. Pancasila merupakan dasar filsafat
negara yang mewarnai seluruh peraturan hukum yang berlaku, yang berarti seluruh
peraturan yang berlaku di Indonesia harus mendasarkan diri pada Pancasila.

Dengan demikian, Pancasila merupakan suatu sistem mendasar dan


fundamental karena mendasari seluruh kebijakan penyelenggaraan negara. Ketika
suatu sistem bersifat mendasar dan fundamental, maka sistem tersebut dapat
dinamakan sebagai sistem filsafat. Aksiologi Pancasila pada hakikatnya membahas
nilai praktis atau kegunaan dari ilmu Pancasila, karena sila-sila Pancasila sebagai
sistem filsafat mempunyai kesatuan aksiologis yang mendasar, sehingga nilai-nilai
yang terkandung juga membentuk satu kesatuan.

PEMBAHASAN

Filsafat berasal dari kata philos yang berarti cinta atau sahabat, dan sophia
yang berarti kebijaksanaan. Dengan demikian dapat dipahami bahwa arti kata
filsafat adalah seseorang yang mencintai kebijaksanaan dan mendorong dirinya
untuk berlaku adil, menyesuaikannya dengan kebutuhan masing-masing. Filsafat
secara umum dapat diartikan sebagai ilmu yang mempelajari hakikat segala sesuatu
untuk memperoleh kebenaran yang hakiki, karena filsafat telah mengalami
perkembangan yang cukup lama, yang tentunya dipengaruhi oleh berbagai faktor
seperti ruang, waktu, keadaan dan orangnya.
Pancasila sebagai filsafat mengandung pandangan, nilai, dan pemikiran yang
dapat menjadi substansi dan isi pembentukan ideologi pancasila. Falsafah pancasila
bisa secara ringkas didefinisikan sebagai refleksi kritis dan rasional tentang
Pancasila sebagai dasar negara dan kenyataan budaya bangsa dengan tujuan
mendapatkan pemahaman dasar tentang poin-poin penting dan komprehensif.
Pancasila disebut filsafat karena pancasila merupakan hasil perenungan jiwa yang
mendalam yang dilakukan oleh para pendiri bangsa yang kemudian dituangkan
dalam suatu sistem. Filsafat Pancasila memberi pengetahuan dan pengertian ilmiah
yaitu tentang hakikat dari Pancasila. Ada beberapa alasan mengapa pancasila
disebut sistem filsafat, yaitu:
1. Pada rapat BPUPKI tanggal 1 Juni 1945, Soekarno memberi judul pidatonya
Philosofische Grondslag daripada Indonesia Merdeka. Adapun pidatonya
sebagai berikut:
"Paduka Tuan Ketua yang mulia, saya mengerti apa yang Ketua
kehendaki! Paduka Tuan Ketua minta dasar, minta Philosofische
Grondslag, atau jika kita boleh memakai perkataan yang muluk-muluk,
Paduka Tuan Ketua yang mulia minta suatu Weltanschauung, di atas
mana kita mendirikan negara Indonesia itu”. (Soekarno, 1985: 7)
Noor Bakry menjelaskan, Pancasila sebagai sistem filsafat merupakan hasil
refleksi mendalam para tokoh negara Indonesia. Hasil refleksi itu pada mulanya
dimaksudkan untuk menjadi dasar bagi negara yang akan merdeka. Selain itu,
hasil dari pemikiran atau perenungan ini adalah sistem filsafat karena memenuhi
ciri-ciri berpikir kefilsafatan.
2. Kedua, Pancasila sebagai Weltanschauung, artinya nilai-nilai Pancasila adalah
sesuatu yang sudah ada dan berkembang dalam masyarakat Indonesia, yang
kemudian disepakati sebagai dasar filsafat negara. Ajaran tentang nilai, makna
dan tujuan hidup manusia yang tertanam dalam Weltanschauung tersebar
melalui berbagai pemikiran dan budaya masyarakat Indonesia.

Membahas Pancasila sebagai filsafat berarti mengungkapkan konsep-konsep


kebenaran Pancasila, yang tidak hanya ditujukan kepada rakyat Indonesia tetapi
juga kepada manusia pada umumnya. Wawasan filsafat mencakup bidang ontologis,
epistemologis, dan aksiologis atau aspek penyelidikan. Ketiga bidang ini dapat
dianggap mencakup kesemestaan. Pada kesempatan kali ini penulis akan
membahas lebih dalam mengenai landasan aksiologis Pancasila.

Aksiologi pancasila berarti kita membahas filsafat nilai-nilai pancasila. Istilah


aksiologi berasal dari bahasa Yunani aksios, yang berarti nilai, manfaat, dan logos
yang artinya pikiran, ilmu atau teori. Nilai adalah suatu kemampuan yang dipercayai
yang ada pada suatu benda untuk memuaskan manusia. Nilai itu suatu sifat atau
kualitas yang melekat pada suatu objek.

Landasan aksiologis Pancasila artinya nilai atau kualitas yang terkandung dalam
sila-sila Pancasila. Sila pertama mengandung kualitas monoteis, spiritual,
kekudusan, dan sakral. Sila kemanusiaan mengandung nilai martabat, harga diri,
kebebasan, dan tanggung jawab. Sila persatuan mengandung nilai solidaritas dan
kesetiakawanan. Sila keempat mengandung nilai demokrasi, musyawarah, mufakat,
dan berjiwa besar. Sila keadilan mengandung nilai kepedulian dan gotong royong.

Dalam filsafat Pancasila, disebutkan ada tiga tingkatan nilai, yaitu nilai dasar,
nilai instrumental, dan nilai praktis:
1. Nilai dasar, adalah asas-asas yang kita terima sebagai dalil yang bersifat mutlak,
sebagai sesuatu yang benar atau tidak perlu dipertanyakan lagi. Nilai-nilai dasar
dari Pancasila adalah nilai ketuhanan, nilai kemanusiaan, nilai persatuan, nilai
kerakyatan, dan nilai keadilan.
2. Nilai instrumental, adalah nilai yang berbentuk norma sosial dan norma hukum
yang selanjutnya akan terkristalisasi dalam peraturan dan mekanisme lembaga-
lembaga negara.
3. Nilai praktis, adalah nilai yang sesungguhnya kita laksanakan dalam kenyataan.
Nilai ini merupakan batu ujian apakah nilai dasar dan nilai instrumental itu benar-
benar hidup dalam masyarakat.
Nila-nilai dalam Pancasila termasuk nilai etik atau nilai moral merupakan nilai
dasar yang mendasari nilai instrumental dan selanjutnya mendasari semua aktivitas
kehidupan masyarakat, berbansa, dan bernegara.

Secara aksiologis, bangsa Indonesia merupakan pendukung nilai-nilai Pancasila,


yaitu bangsa yang berketuhanan, yang berkemanusiaan, yang berpersatuan, yang
berkerakyatan dan berkeadilan sosial. Pengakuan, penerimaan dan penghargaan
atas nilai-nilai Pancasila itu nampak dalam sikap, tingkah laku, dan perbuatan
bangsa Indonesia sehingga mencerminkan sifat khas sebagai masyarakat
Indonesia.

KESIMPULAN

Pancasila sebagai sistem filsafat telah dikenal sejak para pendiri negara
membahas dasar filosofis negara dan pandangan hidup bangsa. Meskipun kedua
istilah ini memiliki muatan filosofis, namun Pancasila sebagai sistem filsafat yang
memiliki makna lebih akademis membutuhkan perenungan yang lebih dalam.
Pentingnya Pancasila sebagai sistem filsafat ialah agar dapat diberikan
pertanggungjawaban rasional dan mendasar. Sehingga dapat dikatakan nilai-nilai
Pancasila adalah nilai-nilai filsafat. Oleh karena itu, harus dibedakan antara filsafat
dengan dasar hukum negara. Pancasila adalah dasar filsafat negara, sedangkan
UUD 1945 adalah dasar hukum negara Indonesia. Kemudian kajian aksiologi
didasarkan pada nilai etika dan estetika. Dari segi etika, Pancasila merupakan
seperangkat nilai sebagai landasan dalam berkehidupan. Dari sudut moral,
Pancasila merupakan seperangkat nilai yang dapat dijadikan pedoman dalam
berperilaku, dan merupakan norma-norma kehidupan yang harus dilaksanakan.

DAFTAR PUSTAKA

Giri, I. P. A. A., Ardini, N. L., & Kertiani, N. W. (2021). Pancasila Sebagai Landasan
Filosofis Pendidikan Nasional. SANJIWANI: Jurnal Filsafat, 12(1), 113-123.

Kemendikbud. (2016). Buku Ajar Mata Kuliah Wajib Umum Pendidikan Pancasila.
Jakarta. Kemendikbud.

Anda mungkin juga menyukai