Anda di halaman 1dari 12

Shadiqah

Mengapa kita harus memahami Pancasila sebagai sistem filsafat?


Mendengar kata Pancasila, tentu bukanlah sesuatu yang asing lagi bagi kita, semenjak sekolah dasar kita
sudah dituntut untuk mengenal dan mengingat tiap sila pada Pancasila. Namun, sejatinya ikatan atau
hubungan antara bangsa Indonesia dan Pancasila tidaklah sebatas ingatan atau memori semata. Dibalik
lahirnya Pancasila ada sebuah proses perenungan panjang dan luar biasa oleh para pendiri negara kita
untuk menghadirkan Pancasila sebagai jati diri bangsa Indonesia.

Maka dari itu, sebagai mahasiswa kita perlu memahami Pancasila sebagai sistem filsafat yaitu tentang
bagaimana pemikiran dan landasan yang mendasari Pancasila sehingga dapat hadir dalam batang tubuh
negara Indonesia. Agar sebagai mahasiswa kita mampu dan terbiasa untuk berpikir secara kontemplatif,
yaitu merenungkan dan berpikir secara mendalam mengenai suatu pokok permasalahan untuk
mendapat suatu kebenaran atau jawababan yang paling benar, tepat, dan sesuai.

Seperti kata bapak Soekarno bahwasanya “Belajar tanpa berpikir itu tidaklah berguna, tapi berpikir
tanpa belajar itu sangatlah berbahaya!”

Maka dengan menghayati serta menjiwai nilai-nilai yang ada dalam Pancasila yang berisi nilai-
nilai rasional, sistematik, radikal, komprehensif, dan universal yang mencakup luasnya pengetahuan atau
kebijaksanaan seseorang dalam mencintai atau gairah akan sebuah keingintahuan. Kita diharapkan
mampu menjadikan nilai-nilai tersebut sebagai pedoman dan pegangan dalam berpikir dan
mengimplementasikannya dengan sebaik mungkin dalam kehidupan kita sebagai seorang individu,
kepada masyarakat, bangsa, dan negara.
REFRISNA

Sebelum kita membahas lebih lanjut mengenai Pancasila sebagai sistem filsafat,
pertama kita harus tahu lebih dahulu definisi dari Pancasila dan definisi dari
sistem untuk memudahkan kita dalam memahami Pancasila sebagai sistem
filsafat serta memperkaya pengetahuan kita.

Pengertian Pancasila
Menurut Muhammad Yamin, Pancasila berasal dari kata Panca yang berarti lima dan Sila yang berarti
sendi, atas, dasar atau peraturan tingkah laku yang penting dan baik. Dengan demikian, Pancasila
diartikan sebagai lima dasar yang berisi pedoman atau aturan tentang tingkah laku yang penting dan
baik. pengertian pancasila secara umum dan menurut ahli.

Pengertian Sistem
sistem merupakan sekumpulan elemen, himpunan dari suatu unsur, komponen fungsional yang saling
berhubungan dan berinteraksi satu sama lain untuk mencapai tujuan yang diharapkan.

Pengertian sistem menurut Cambridge Dictonary

Pengertian sistem menurut Cambridge Dictonary adalah cara untuk melakukan sesuatu. Ini didefinisikan
seperti satu set benda atau perangkat terhubung yang beroperasi bersama. Pengertian sistem juga bisa
berarti satu set peralatan komputer dan program yang digunakan bersama untuk tujuan tertentu atau
sekumpulan organ atau struktur dalam tubuh yang memiliki tujuan tertentu.

Pengertian sistem menurut Meriam-Webster

Pengertian sistem menurut Meriam-Webster adalah interaksi secara teratur atau kelompok item yang
saling bergantung membentuk satu kesatuan yang utuh. Sistem juga didefinisikan Meriam-Webster
sebagai seperangkat ajaran, gagasan, atau asas yang terorganisasi biasanya dimaksudkan untuk
menjelaskan pengaturan atau cara kerja dari keseluruhan yang sistematis.
Azlina

Kaitannya Sistem dan Filsafat


Sistem secara garis besar merupakan suatu kumpulan komponen dan elemen yang saling
terintegrasi. Komponen yang terorganisir dan bekerja sama dalam mewujudkan suatu tujuan tertentu.
Semua hal di dalam sistem yang berkaitan ini saling bertimbal balik dikarenakan satu sama yang lain
saling melengkapi dalam mencapai suatu tujuan yang sama. Terus bagaimana hubungannya dengan
Filsafat ? Sistem yang ada di dalam Filsafat dapat juga berarti ketertarikan sebuah kumpulan komponen
dan elemen dalam mencari kebijaksanaan dan pengetahuan yang belum ada sebelumnya, dengan
menerapkan nilai-nilai rasional, sistematik, radikal, komprehensif, dan universal. Banyak hal yang ada di
sistem dapat dikembangkan melalui nilai nilai yang ada dalam Filsafat sehingga nilai nilai tersebut dapat
terus berkembang tanpa batas selama di dalam sistem tersebut ada kemauan.
Hary
Sebagai suatu sistem kefilsafatan, Pancasila merupakan hasil pemikiran manusia Indonesia
Secara Mendalam., sistematik dan menyeluruh tentang kenyataan. Setiap sistem kefilsafatan pada
hakikatnya mencerminkan pandangan sesuatu kelompok atau sesuatu. Terbentuknya sistem kefilsafatan
ini juga dipengaruhi oleh lingkungan fisik, sosial dan spiritual tempat bangsa ini hidup. Pancasila
merupakan pencerminan pandangan Bangsa Indonesia dalam menghadapi realitas. Secara tegas dalam
Pancasila tercermin pandangan Bangsa Indonesia mengenai "Tuhan", "manusia", "satu", "rakyat" dan
"adil".

Bagaimana tanggapan para ahli terhadap pancasila sebagai sistem filsafat

● Menurut Roeslan Abdoelgani ()1962)


Menyatakan bahwa Pancasila adalah filsafat Negara yang lahir sebagai collection
ideologies dari keseluruhan bangsa Indonesia. Filsafat Pancasila pada hakikatnya merupakan
suatu realiteit (realitas) atau noodzakelijkheid (Kebutuhan) agi keutuhan persatuan Bangsa
Indonesia

● Menurut IR. Soekarno


Menyatakan bahwa Filsafat Pancasila merupakan filsafat asli dari Indonesia yang diambil
dari budaya dan tradisi Indonesia dan akulturasi budaya India (Hindu-Budha), Barat (Kristen),
dan Arab (Islam)

● Menurut Notonagoro
Menyatakan bahwa Filsafat Pancasila memberikan pengetahuan dan pengertian ilmiah
mengenai hakikat Pancasila, secara ontologi, kajian Pancasila sebagai Filsafat dimaksudkan
untuk mengetahui hakikat dasar sila-sila yang terkandung di dalam Pancasila.

● Menurut Soeharto
Menyatakan Filsafat Pancasila mulai mengalami perubahan, mulai para filsuf yang lahir
dari Depdikbud. Semua elemen barat disingkirkan dan diganti dengan interpretasi dalam budaya
Indonesia
Adit
Pancasila terdiri dari lima sila, yang masing-masing sila merupakan ajaran yaitu: Ketuhanan Yang
Maha Esa, Kemausiaan Yang Adil dan Beradab, Persatuan Indonesia, Kerakyatan Yang Dipimpin oleh
Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan Perwakilan, Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat
Indonesia. Setiap sila dari Pancasila tidak dapat dipisahkan dari kesatuan kelarutannya. Pada dasarnya
yang menjadi" subjek atau pendukung dari ini isi sila-sila Pancasila adalah rakyat Indonesia sebagai
manusia. Manusia yang terdiri dari sejumnlah unsur mutlak yang semua unsur tersebut menduduki dan
menjalankan fungsinya secara mutlak, artinya tidak dapat digantikan fungsinya oleh unsur yanglain.
Adapun Inti isi masing-masing sila Pancasila adalah penjelmaan atau realisasi yang sesuai dengan unsur-
unsur hakikat manusia sehingga setiap sila harus menempati kedudukan dan menjalankan fungsinya
secara mutlak dalam susunan kesatuan Pancasila.
Syifa

Bagaimana Pancasila dapat memiliki kedudukan sebagai sistem filsafat?


Dengan mengingat kembali sejarah lahirnya Pancasila, kita akan tahu bahwa Pancasila
merupakan buah dari proses perenungan jiwa yang mendalam para pendiri Negara mengenai rumusan
Pancasila sebagai Philosophische Grondslag yang dikatakan oleh Soekarno dalam sidang BPUPKI bahwa
“Itulah fundamen, filosofi, pikiran yang sedalam-dalamnya, jiwa, hasrat, yang sedalam-dalamnya untuk
di atasnya didirikan gedung Indonesia merdeka yang kekal abadi”. Proses perenungan ini adalah upaya
untuk menemukan identitas bangsa yang menggambarkan nilai-nilai filosofis dan kenyataan bangsa
Indonesia secara mendasar dan menyeluruh. Dimana hasil dari perenungan ini yaitu Pancasila pedoman
dalam penyelenggaraan Negara yang mendasari merdekanya Indonesia. Hal inilah yang menjadi
momentum dalam menemukan Pancasila sebagai sistem filsafat.

Selain Philosophisce Grondslag, kedudukan Pancasila sebagai sistem filsafat juga dipekuat dengan
pemahaman bahwa Pancasila adalah Weltanschauung yang berarti bahwa Pancasila adalah pandangan
hidup yang bersifat praktis serta tumbuh dan berkembang secara alamiah di dalam kehidupan
masyarakat.

Pancasila sebagai sistem filsafat terbukti hingga saat ini bahwa nilai-nilai yang ada dalam Pancasila
merupakan nilai yang paling tepat dan sesuai untuk bangsa Indonesia. Dimana sistem ini merupakan
satu kesatuan yang saling berhubungan dan tidak dapat dipisahkan satu sama lainnya.
Adit

Wawasan Filsafat
Pancasila sebagai sistem filsafat dapat lebih dipahami dengan mendalami tentang kebenaran
Pancasila berdasarkan wawasan filsafat yang meliputi aspek penyelidikan Ontologis, Epistemologis, dan
Aksiologis sebagai berikut.

Dasar Ontologis

Dasar Ontologis Pancasila pada hakikatnya adalah manusia yang memiliki hakikat mutlak. Berarti
manusia sebagai subyek pendukung pokok sila-sila dalam Pancasila.

- Berdasarkan sila pertama “Ketuhanan Yang Maha Esa” : kita tahu bahwa subyek yang
berke-Tuhanan Yang Maha Esa adalah manusia.
- Sila kedua “Kemanusiaan yang adil dan beradab” : manusia sebagai subyek yang harus
berkemanusiaan yang adil dan beradab, artinya manusia yaitu rakyat Indonesia sebagai
subyek yang memiliki kesadaran atas hak dan kewajiban yang sama serta yang membela
kebenaran dan keadilan.
- Sila ketiga “Persatuan Indonesia” : tiap individu manusia yang berbeda bersatu sebagai
rakyat Indonesia sebagai obyek yang berpersatuan satu sama lainnya.
- Sila keempat “Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah permusyawaratan/perwakilan” :
adalah manusia sebagai subyek yang berkerakyatan yang dipimpin oleh
permusyawaratan/perwakilan.
- Sila kelima “Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia” : adalah manusia sebagai subyek
yang berkeadilan sosial
Nuradinda
Dasar Epistemologis

Epistemologi adalah cabang filsafat yang menyelidiki asal, syarat, susunan, metode, dan validitas
ilmu pengetahuan atau dapat dikatakan pula sebagai science of science yaitu ilmu tentang teori
terjadinya ilmu.

Dasar epistemologis Pancasila sebagai filsafat yaitu membahas mengenai hakikat Pancasila
sebagai suatu sistem pengetahuan, sehingga Pancasila harus memiliki unsur rasionalitas. Dasar
epitosmologis Pancasila sangat berkaitan erat dan tidak dapat dipisahkan dengan hakikat manusia atau
dasar ontologisnya.

Sumber pengetahuan Pancasila berasal dari sejarah yaitu pengalaman bangsa Indonesia. Dimana
antara pancasila dan bangsa Indonesia memiliki keterkaitan yang korenpondensi.

Seperti pada sila kemanusiaan yang adil dan beradab yang digali berdasarkan pengalaman masyarakat
yang ditindas saat masa penjajahan, sehingga menimbulkan suatu kesadaran bahwa penjajahan itu tidak
sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan sesuai yang tercantum dalam alinea pertama UUD
1945.
Nuradinda
Dasar Aksiologis

Aksiologis menurut cabang filsafat adalah ilmu yang mempertanyakan bagaimana manusia
menggunakan ilmunya. Jadi yang ingin dicapai oleh aksiologi adalah hakikat dan manfaat yang terdapat
dalam suatu pengetahuan. Aksiologi berasal dari kata Yunani: axion dan logos, yang berarti teori tentang
nilai. Dalam aksiologi ada dua komponen yang mendasar, yakni:

1.Etika. Istilah etika berasal dari bahasa yunani ethos yang berarti adat kebiasaan. Dalam istilah
lain dinamakan moral yang berasal dari bahasa latin mores, kata jamak Dari mos yang artinya adat
kebiasaan. Etika adalah cabang filsafat aksiologi yang Membahas masalah-masalah moral, perilaku,
norma, dan adat istiadat yang berlaku Pada komunitas tertentu.

2.Estetika merupakan bidang studi manusia yang mempersoalkan tentang nilai Keindahan.
Keindahan mengandung arti bahwa didalam diri segala sesuatu terdapat unsur-unsur yang tertata
secara tertib dan harmonis dalam suatu hubungan yang utuh dan menyeluruh

Maka dari itu, dasar aksiologis Pancasila sebagai sistem filsafat menggambarkan bahwa nilai-nilai
yang ada dalam Pancasila merupakan nilai-nilai yang ada pada bangsa Indonesia seperti nilai moral,
perilaku, norma serta adat-istiadat yang berlaku pada masyarakat Indonesia, dimana nilai-nilai ini
merupakan unsur-unsur yang utuh dan menyeluruh.

Fajar
Adapun nilai atau kualitas yang terkandung dalam sila-sila Pancasila yaitu :

1. Sila ketuhanan mengandung nilai monoteis, spritual, kekudusan, dan sakral. Dimana nilai-nilai
sesuai dengan nilai religius yang sudah ada sejak zaman nenek moyang dan diyakini oleh bangsa
Indonesia hingga saat ini, yaitu mengenai adanya Tuhan Yang Maha Esa dan manusia makhluk Tuhan
yang akan dimintai pertanggungjawaban atas semua tindakan yang dilakukan.

2. Sila kemanusiaan mengandung nilai martabat, harga diri, kebebasan, dan tanggung jawab dimana
setiap masyarakat yang ada mendapatkan hak hak kemanusiaannya seperti bebas menganut
agamanya yang sudah di akui di indonesia dan manusia yang dapat menyuarakan pendapatnya demi
perkembangan negara

3. Sila persatuan mengandung nilai solidaritas dan kesetiakawanan, Persatuan yang dapat di dapatkan
tidak hanya itu saja melainkan kita dapat mengenal berbagai suku dan budaya tanpa harus
membuang nilai nilai yang ada sejak luhur.

4. Sila keempat mengandung nilai demokrasi, musyawarah, mufakat, dan berjiwa besar. Semua
pilihan yang ada terdapat perdebatan yang harus diselesaikan, dengan adanya nilai sila keempat
diharapkan semua masyarakat dapat menerima pendapat orang lain dengan hormat walaupun
pendapat orang tersebut bertentangan dengan kita, hal ini juga demi kemajuan negara demokrasi
yang mengambil suara rakyat sebagai penentu kedepannya

5. Sila keadilan mengandung nilai kepedulian dan gotong royong, keadilan sosial yang berarti tidak
cuman hak hak yang setara melainkan kewajiban kewajiban yang ada dalam bernegara membuat
negara tersebut terus bergerak dalam perkembangannya

Fajar
Sumber Sosiologis Pancasila sebagai sistem filsafat

Penilaian masyarakat terhadap pancasila terdapat banyak seperti pemikiran yang rasional,
sistem pemikiran yang runtut, keinginan untuk membuat nilai pancasila secara terbuka agar nilai yang
tak tampak muncul dalam perdebatan yang ada tanpa mengubah nilai pancasila itu sendiri, terdapat dua
macam sosiologis pancasila jika terdapat pada sistem filsafat yaitu

1. Pancasila sebagai nilai yang dapat membimbing masyarakat untuk mengembangkan sistem
yang ada sebagai pemikiran yang rasional atau sebagai way of thinking

2. Pancasila yang nilainya dapat mengubah perilaku masyarakat menjadi lebih teratur dan saling
menghormati sesama atau sebagai way of life
Azlina

Dinamika Pancasila sebagai filsafat


Pada era pemerintahan Soekarno, Pancasila sebagai sistem filsafat dikenal dengan istilah
“Philosofische Grondslag”. Gagasan tersebut merupakan perenungan filosofis Soekarno atas rencananya
berdirinya negara Indonesia merdeka. Ide tersebut dimaksudkan sebagai dasar kerohanian bagi
penyelenggaraan kehidupan bernegara. Ide tersebut ternyata mendapat sambutan yang positif dari
berbagai kalangan, terutama dalam sidang BPUPKI pertama, persisnya pada 1 Juni 1945. Namun, ide
tentang Philosofische Grondslag belum diuraikan secara rinci, lebih merupakan adagium politik untuk
menarik perhatian anggota sidang, dan bersifat teoritis. Pada masa itu, Soekarno lebih menekankan
bahwa Pancasila merupakan filsafat asli Indonesia yang diangkat dari akulturasi budaya bangsa
Indonesia. Pada era Soeharto, kedudukan Pancasila sebagai sistem filsafat berkembang ke arah yang
lebih praktis (dalam hal ini istilah yang lebih tepat adalah weltanschauung). Artinya, filsafat Pancasila
tidak hanya bertujuan mencari kebenaran dan kebijaksanaan, tetapi juga digunakan sebagai pedoman
hidup sehari-hari. Atas dasar inilah, Soeharto mengembangkan sistem filsafat Pancasila menjadi
penataran P-4.P4 adalah Pedomanan Pengahayatan dan Pengamalan Pancasila. Penataran P4
merupakan suatu bentuk indoktrinasi ideologi, dan Pancasila menjadi bagian dari sistem kepribadian,
sistem budaya dan sistem sosial masyarakat Indonesia. Pada era reformasi, Pancasila sebagai sistem
filsafat kurang terdengar resonansinya. Namun, Pancasila sebagai sistem filsafat bergema dalam wacana
akademik, termasuk kritik dan renungan yang dilontarkan oleh Habibie dalam pidato 1 Juni 2011.
Habibie menyatakan bahwa: “Pancasila seolah-olah tenggelam dalam pusaran sejarah masa lalu yang
tidak lagi relevan untuk disertakan dalam dialektika reformasi. Pancasila seolah hilang dari memori
kolektif bangsa Indonesia. Pancasila semakin jarang diucapkan, dikutip, dan dibahas baik dalam konteks
kehidupan ketatanegaraan, kebangsaan maupun kemasyarakatan. Pancasila seperti tersandar di sebuah
lorong sunyi justru di tengah denyut kehidupan bangsa Indonesia yang semakin hiruk-pikuk dengan
demokrasi dan kebebasan berpolitik” (Habibie, 2011: 1--2)
Vidi

Tantangan Pancasila sebagai sistem filsafat


Pertama, kapitalisme, yaitu aliran yang meyakini bahwa kebebasan individual pemilik modal untuk
mengembangkan usahanya dalam rangka meraih keuntungan sebesar-besarnya merupakan upaya
untuk menyejahterakan masyarakat. Salah satu bentuk tantangan kapitalisme terhadap Pancasila
sebagai sistem filsafat ialah meletakkan kebebasan individual secara berlebihan sehingga dapat
menimbulkan berbagai dampak negatif, seperti monopoli, gaya hidup konsumerisme, dan lain-lain.

Kedua, komunisme adalah sebuah paham yang muncul sebagai reaksi atas perkembangan kapitalisme
sebagai produk masyarakat liberal. Komunisme merupakan aliran yang meyakini bahwa kepemilikan
modal dikuasai oleh negara untuk kemakmuran rakyat secara merata. Salah satu bentuk tantangan
komunisme terhadap Pancasila sebagai sistem filsafat ialah dominasi negara yang berlebihan sehingga
dapat menghilangkan peran rakyat dalam kehidupan bernegara.

Dampak dari kapitalisme dan komunisme yang telah kita sebutkan tadi meliputi:

-Korupsi.

-Lunturnya nilai-nilai luhur dalam pancasila.

-Melemahnya Penghayatan terhadap Pancasila sebagai Pandangan Hidup Bangsa .

-Kemerosotan Moral dan Kekacauan Kemanusiaan .

-Lunturnya Kebudayaan dalam negri karena pengaruh globalisasi 

Anda mungkin juga menyukai