Anda di halaman 1dari 38

1.

Pancasila sebagai sistem filsafat adalah suatu kesatuan yang saling


berhubungan untuk satu tujuan tertentu,dan saling berkualifikasi yang tidak
terpisahkan satu dengan yang lainnya. Jadi Pancasila pada dasarnya satu
bagian/unit-unit yang saling berkaitan satu sama lain,dan memiliki fungsi
serta tugas masing-masing.

Definisi Sistem :
Sistem adalah suatu kebulatan atau keseluruhan, yang bagian dan unsurnya saling
berkaitan (singkron), saling berhubungan (konektivitas), dan saling bekerjasama
satu sama lain untuk satu tujuan tertentu dan merupakan keseluruhan yang utuh

Definisi Filsafat :
Filsafat dalam Bahasa Inggris yaitu Philosophy, adapun istilah filsafat berasal dari
Bahasa Yunani yaitu Philosophia, yang terdiri atas dua kata yaitu Philos (cinta) atau
Philia (persahabatan, tertarik kepada) dan Sophos (hikmah, kebijaksanaan,
pengetahuan, keterampilan, intelegensi). Jadi secara etimologi, filsafat berarti
cinta kebijaksanaan atau kebenaran (love of wisdom). Orangnya disebut filosof yang
dalam bahasa Arab disebut Failasuf. Dalam artian lain Filsafat adalah pemikiran
fundamental dan monumental manusia untuk mencari kebenaran hakiki (hikmat,
kebijaksanaan); karenanya kebenaran ini diakui sebagai nilai kebenaran terbaik, yang
dijadikan pandangan hidup (filsafat hidup, Weltanschauung). Berbagai tokoh filosof
dari berbagai bangsa menemukan dan merumuskan sistem filsafat sebagai ajaran
terbaik mereka; yang dapat berbeda antar ajaran filosof. Karena itulah berkembang
berbagai aliran filsafat: materialisme, idealisme, spiritualisme; realisme, dan
berbagai aliran modern: rasionalisme, humanisme, individualisme, liberalisme-
kapitalisme; marxisme-komunisme; sosialisme dll.

Faktor timbulnya keinginan manusia untuk berfilsafat adalah :

Keheranan, sebagian filsuf berpendapat bahwa adanya kata heran merupakan


asal dari filsafat. Rasa heran itu akan mendorong untuk menyelidiki dan
mempelajari.
Kesangsian, merupakan sumber utama bagi pemikiran manusia yang
akan menuntun pada kesadaran. Sikap ini sangat berguna untuk menemukan
titik pangkal yang kemudian tidak disangsikan lagi.
Kesadaran akan keterbatasan, manusia mulai berfilsafat jika ia
menyadari bahwa dirinya sangat kecil dan lemah terutama bila dibandingkan
dengan alam sekelilingnya. Kemudian muncul kesadaran akan keterbatasan
bahwa diluar yang terbatas pasti ada sesuatu yang tdak terbatas.
Pada umumnya terdapat dua pengertian filsafat yaitu filsafat dalam arti Produk dan
filsafat dalam arti Proses. Selain itu, ada pengertian lain, yaitu filsafat sebagai
pandangan hidup. Disamping itu, dikenal pula filsafat dalam arti teoritis dan
filsafat dalam arti praktis.

Filsafat dapat di klasifikasikan sebagai berikut:


Filsafat sebagai produk yang mencakup pengertian.

1. Filsafat sebagai jenis pengetahuan, ilmu, konsep, pemikiran-pemikiran dari


para filsuf pada zaman dahulu yang lazimnya merupakan suatu aliran atau
sistem filsafat tertentu, misalnya rasionalisme, materialisme, pragmatisme
dan lain sebagainya.
2. Filsafat sebagai suatu jenis problema yang dihadapi oleh manusia sebagai
hasil dari aktivitas berfilsafat. Jadi manusia mencari suatu kebenaran yang
timbul dari persoalan yang bersumber pada akal manusia.

Filsafat Sebagai Suatu Proses :

1. Yaitu bentuk suatu aktivitas berfilsafat, dalam proses pemecahan suatu


permaslahan dengan menggunakan suatu cara dan metode tertentu yang
sesuai dengan objeknya.

Definisi Pancasila:
Pancasila adalah lima sila yang merupakan satu kesatuan rangkaian nilai-nilai luhur
yang bersumber dari nilai-nilai budaya masyarakat Indonesia yang sangat majemuk
dan beragam dalam artian BHINEKA TUNGGAL IKA. Esensi seluruh sila-silanya
merupakan suatu kasatuan. Pancasila berasal dari kepribadian Bangsa Indonesia dan
unsur-unsurnya telah dimiliki oleh Bangsa Indonesia sejak dahulu. Objek materi
filsafat adalah mempelajari segala hakikat sesuatu baik materal konkrit
(manusia,binatang,alam dll) dan abstak (nilai,ide,moral dan pandangan hidup).
Pancasila mempunyai beberapa tujuan sebagai berikut:

Pancasila sebagai Dasar Negara. Pancasila sebagai Dasar Negara atau


sering juga disebut sebagai Dasar Falsafah Negara ataupun sebagai ideologi
Negara, hal ini mengandung pengertian bahwa Pancasila sebagai dasar
mengatur penyelenggaraan pemerintahan. Kedudukan Pancasila sebagai Dasar
Negara mempunyai fungsi dan kedudukan sebagai kaidah Negara yang
fundamental atau mendasar, sehingga sifatnya tetap, kuat dan tidak dapat
dirubah oleh siapapun, termasuk oleh MPR/DPR hasil pemilihan umum.
Pancasila sebagai Sumber Hukum Dasar Nasional. Dalam ilmu hukum
istilah sumber hukum berarti sumber nilai-nilai yang menjadi penyebab
timbulnya aturan hukum. Jadi dapat diartikan Pancasila sebagai Sumber
hukum dasar nasional, yaitu segala aturan hukum yang berlaku di negara kita
tidak boleh bertentangan dan harus bersumber pada Pancasila.
Pancasila sebagai Pandangan hidup Bangsa Indonesia. Pancasila sebagai
Pandangan Hidup bangsa atau Way of Life mengandung makna bahwa semua
aktifitas kehidupan bangsa Indonesia sehari-hari harus sesuai dengan sila-
sila daipada Pancasila, karena Pancasila juga merupakan kristalisasi dari nilai-
nilai yang dimiliki dan bersumber dari kehidupan bangsa Indonesia sendiri.
Nilai-nilai yang dimiliki dan bersumber dari kehidupan bangsa Indonesia
sendiri.
Pancasila sebagai Jiwa dan Kepribadian Bangsa Indonesia. Pancasila
sebagai jiwa bangsa lahir bersamaan adanya Bangsa Indonesia. Jadi Pancasila
lahir dari jiwa kepribadian bangsa Indonesia yang terkristalisasi nilai-nilai
yang dimilikinya.
Pancasila sebagai Perjanjian Luhur Bangsa Indonesia. Pada saat bangsa
Indonesia bangkit untuk hidup sendiri sebagai bangsa yang merdeka, bangsa
Indonesia telah sepakat untuk menjadikan Pancasila sebagai Dasar Negara.
Kesepakatan itu terwujud pada tanggal 18 Agustus 1945 dengan disahkannya
Pancasila sebagai Dasar Negara oleh Panitia Persiapan Kemerdekaan
Indonesia (PPKI) yang mewakili seluruh bangsa Indonesia.
Pancasila sebagai Ideologi Negara. Pancasila sebagai Ideologi Negara
merupakan tujuan bersama Bangsa Indonesia yang diimplementasikan dalam
Pembangunan Nasional yaitu mewujudkan masyarakat adil dan makmur yang
merata material dan spiritual berdasarkan Pancasila dalam wadah Negara
Kesatuan RI yang merdeka, berdaulat, bersatu dan berkedaulatan rakyat
dalam suasana perikehidupan bangsa yang aman, tentram, tertib dan dinamis
serta dalam lingkungan pergaulan dunia yang merdeka, bersahabat, tertib dan
damai.
Pancasila sebagai Pemersatu Bangsa. Bangsa Indonesia yang pluralis dan
wilayah Nusantara yang terdiri dari berbagai pulau-pulau, maka sangat tepat
apabila Pancasila dijadikan Pemersatu Bangsa, hal ini dikarenakan Pancasila
mempunyai nilai-nilai umum dan universal sehingga memungkinkan dapat
mengakomodir semua perikehidupan yang berbhineka dan dapat diterima oleh
semua pihak.
Intisari Pancasila Sebagai Sistem Filsafat:
Sebagaimana yang sudah dijelaskan pada paragraf pertama, makna dasar Pancasila
Sebagai Sistem Filsafat adalah dasar mutlak dalam berpikir dan berkarya sesuai
dengan pedoman diatas, tentunya dengan saling mengaitkan antara sila yang satu
dengan lainnya. Misal : Ketika kita mengkaji sila kelima yang intinya tentang kedilan.
Maka harus dikaitkan dengan nilai sila-sila yang lain artinya :

Keadilan yang ber keTuhanan (sila 1)


Keadilan yang berPrikemanusian (sila 2)
Keadilan yang berKesatuan/Nasionalisme,Kekeluargaan (sila 3)
Keadilan yang Demokratis

Dan kesemua sila-sila tersebut saling mencakup,bukan hanya di nilai satu


persatu. Semua unsur (5 sila) tersebut memiliki fungsi/makna dan tugas masing-
masing memiliki tujuan tertentu.

Filsafat Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa Indonesia:


Merupakan kenyataan objektif yang hidup dan berkembang dalam masyarakat.
Pancasila memberi petunjuk mencapai kesejahteraan bagi seluruh rakyat Indonesia
tanpa membedakan suku atau ras.

Filsafat Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa dan negara:


Yang dimaksud adalah bahwa semua aturan kehidupan hukum kegiatan dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara berpedoman pada pancasila. Karena pancasila
merupakan sumber dari segala sumber hukum bangsa dan negara republik indonesia.

Orang yang berfikir kefilsafatan ialah orang yang tidak meremehkan terhadap
orang yang lebih rendah derajatnya dan tidak menyepelekan masalah yang kecil, dan
selalu berfikiran positif, kritis, dan berdifat arif bijaksana, universal dan selalu
optimis.

CONTOH.

Seorang ilmuan tidak puas mengenal ilmu hanya dari segi/sudut pandang ilmu itu
sendiri. Dia ingin melihat hakikat ilmu dari konstelasi lainnya.

Sumber pengetahuan pancasila pada dasarnya adalah bangsa indonesia itu


sendiri yang memiliki nilai adat istiadat serta kebudayaan dan nilai religius.
Tentang kebenaran pengetahuan pancasila berdasarkan tingkatnya, maka
pancasila mengakui kebenaran yang bersumber pada akal manusia. Potensi
yang terdapat dalam diri manusia untuk mendapatkan kebenaran dalam
kaitannya dengan pengetahuan positif. Pancasia juga mengakui kebenaran
pengetahuan manusia yang bersumber pada intuisi/perasaan.

Manusia pada hakikatnya kedudukan kodratnya adalah sebagai makhluk tuhan yang
maha esa, maka sesuai dengan sila pertama pancasila juga mengakui kebenaran
wahyu yang bersifat mutlak sebagai tingkatan kebenaran yang tertinggi.
Selain itu dalam sila ke 3, ke 2, ke 4, dan ke 5, maka epistimologis ( hakikat dan
sistem pengetahuan ) pancasila juga mengakui kebenaran konsensus terutama dalam
kaitannya dengan hakikat sifat kodrat manusia makhluk individu dan sosial.

Dasar Axiologis ( Hakikat, Nilai, Kriteria ) Sila Sila Pancasila

Bidang axiologis adalah cabang filsafat yang menyelidiki makna nilai, sumber nilai,
jenis & tingkatan nilai serta hakikat nilai seperti nilai alamiah & jasmaniah, tanah
subur, udara bersih, air bersih, cahaya dan panas cahaya matahari

Menurut tinggi rendahnya, nilai dapat digolongkan menjadi 4 tingkatan sebagai


berikut :

1. Nilai kebenaran, yaitu nilai bersumber pada akal, rasio, budi atau cipta
manusia
2. Nilai keindahan/nilai estetis yaitu yang bersumber pada perasaan manusia
3. Nilai kebaikan/nilai moral, yaitu nilai yang bersumber pada unsur kehendak
manusia
4. Nilai religius yang merupakan nilai keharmonian tertinggi dan bersifat mutlak.

Nilai ini berhubungan dengan kepercayaan dan keyakinan manusia dan bersumber
pada wahyu yang berasal dari tuhan yang maha esa. Sistem Filsafat Pancasila
mengandung citra tertinggi terbukti dengan berbedanya sistem filsafat pancasila
dengan sistem filsafat lainnya, Berikut adalah ciri khas berbedanya sistem filsafat
pancasila dengan sistem filsafat lainnya:

1. Sila-sila pancasila merupakan satu kesatuan system yang bulat dan utuh
(sebagai satu totalitas). Dengan pengertian lain, apabila tidak bulat dan tidak
utuh atau satu sila dengan sila yang lainnya terpisah-pisah,maka ia bukan
pancasila.
2. Prinsip prinsip filsafat pancasila
3. Susunan pancasila dengan suatu system yang bulat dan utuh :

Sila 1, meliputi,mendasari,menjiwa:sila 2,3,4 dan 5


Sila 2,diliputi,didasari,dan dijiwai sila 1,serta mendasari dan menjiwai sila
3,4,dan 5
Sila 3,meliputi,mendasari,dan menjiwai sila 1,2 serta mendasari jiwa ;sila 4
dan 5
Sila 4, meliputi,didasari,dan di jiwai sila 1,2,dan 3,serta mendasari dan
menjiwai sila 5
Sila 5,meliputi didasari,dan dijiwai sila 1,2,3 dan 4
Pancasila sebagai suatu substansi. Artinya unsur asli/permanen/primer
pancasila sebagai suatu yang ada mandiri,yaitu unsure-unsurnya berasal dari
dirinya sendiri

Pancasila Sebagai Sistem Filsafat memiliki beberapa nilai yaitu Nilai Obyektif
dan Subyektif.
Nilai-nilai Sistem Filsafat Pancasila adalah senagai berikut :

1. Rumusan dari sila-sila pancasila menunjukkan adanya sifat-sifat yang umum,


universal dan abstrak. Karena pada hakikatnya pancasila adalah nilai.
2. Inti nilai-nilai Pancasila berlaku tidak terikat oleh ruang. Artinya
keberlakuannya sejak jaman dahulu, masa kini dan juga untuk masa yang akan
dating, untuk bangsa Indonesia boleh jadi untuk Negara lain yang secara
eksplisit tampak dalm adat istiadat, kebudayaan, tata hidup kenegaraaan dan
tata hidup beragama.
3. Pancasila yang terkandung dalam Pembukaan UUD 1945 memenuhi syarat
sebagai pokok kaidah negara yang fundamental, sehingga merupakan suatu
sumber hokum positif di Indonesia. Oleh karena itu hierarki suatu tertib
hokum di Indonesia berkedudukan sebagai tertib hukum tertinggi. Maka
secara objektif tidak dapat diubah secara hokum, sehingga melekat pada
kelangsungan hidup Negara. Sebagai konsekwensinya jikalau nilai-nilai yang
terkandung dalam pembukaa UUD 45 itu diubah maka sama halnya dengan
membubarkan Negara proklamasi 17 Agustus 1945.

Sedangkan Nilai-nilai Sistem Filsafat Pancasila adalah senagai berikut :

1. Nilai Pancasila timbul dari bangsa Indonesia itu sendiri. Nilai-nilai yang
terdapat dalam pancasila merupakan hasil dari pemikiran, panilaian, dan
refleksi filosofis dari bangsa Indonesia sendiri. Deologi pancasila berbeda
denagn ideology-ideologi lain karena isi pancasila diambil dari nilai budaya
bangsa dan religi yang telah melekat erat, sehingga jiwa pancasila adalah jiwa
bangsa Indonesia sendiri, sedangkan ideology lain seperti liberalis, sosialis,
komunis, dan lain sebagainya merupakan hasil dari pemikiran filsafat orang.
2. Nilai Pancasila merupakan filsafat bangsa Indonesia. Pancasila sebagai
pandangan hidup bangsa Indonesia menjadi pedoman bangsa untuk mengatur
aspek kehidupan berbangsa dan bernegara sekaligus menjadi cermin jati diri
bangsa yang diyakini sebagai sumber nilai atas kebenaran, keadilan, kebaikan,
dan kebijaksanaan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara.
3. Pancasila merupakan nilai-nilai yang sesuai dengan hati nurani bangsa
Indonesia, karena bersumber dari kepribadian bangsa. Sehingga dalam
perjalanannya akan selaras dengan nilai-nilai pancasila.

Dalam kehidupan bernegara, nilai dasar Pancasila harus tampak dalam produk
peraturan perundangan yang berlaku, dengan kata lain, peraturan perundangan harus
dijiwai oleh nilai-nilai Pancasila, sehingga tidak boleh bertentangan denagn nilai-nilai
Pancasila.

DEMOKRASI INDONESIA

Semua negara mengakui bahwa demokrasi sebagai alat ukur dan keabsahan
politik. Kehendak rakyat adalah kehendak utama kewenangan pemerintah menjadi
basis tegaknya sistem politik demokrasi. Demokrasi meletakkan masyarakat pada
posisi penting, hal ini di karenakan masih memegang teguh rakyat selaku pemegang
kedaulatan. Negara yang tidak memegang demokrasi disebut negara otoriter. Ini
menunjukkan bahwa demokrasi itu begitu penting dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara.

Pengertian Demokrasi

Secara etimologi, demokrasi berasal dari bahasa yunani, yaitu demos = rakyat, dan
cratos / cratein = pemerintahan atau kekuasaan. Yang i ntinya adalah pemerintahan
rakyat atau kekuasaan rakyat.
Pelaksanaan demokrasi ini ada 2 yaitu :
Demokrasi langsung dan demokrasi tidak langsung.
Demokrasi langsung adalah demokrasi yang seluruh rakyatnya di ikut
sertakan dalam permusyawaratan untuk menentukan kebijakan dan mengambil
keputusan
Demokrasi tidak langsung adalah demokrasi yang dilaksanakan melalui sistem
perwakilan ke dewan perwakilan rakyat ( DPR ) dan mejlis permusyawaratan
rakyat ( MPR ).

Demokrasi Sebagai Sikap Hidup

demokrasi ini dipahami sebagai sikap hidup dan pandangan hidup yang demokratis
dengan didasarkan nilai-nilai demokrasi dan membentu budaya/kultur demokrasi
baik dari warga negara maupun dari pejabat negara/pemerintah. Demokrasi
merupakan penerapan kaidah-kaidah prinsip demokrasi pada kekuatan sistem politik
kenegaraan.

Demokrasi Di Indonesia

Bangsa indonesia sejak dulu sudah mempraktekkan ide tentang demokrasi meskipun
bukan tingkat kenegaraan tetapi masih dalam tingkat desa dan disebut demokrasi
desa. Pendekatan kontekstual demokrasi di indonesia adalah demokras pancasila
karena pancasila merupakan ideologi negara, pandangan hidup bangsa indonesia, dan
sebagai identitas nasional indonesia. Pancasila ideologi nasional karena sebagai cita-
cita masyarakat dan sebagai pedoman membuat keputusan politik. Keterkaitan
demokrasi pancasila dengan civil society atau mayarakat madani indonesia secara
kualitatif di tandai oleh keimanan dan ketakwaan terhadap tuhan yang maha esa.
Sistem Politik Demokrasi

Landasan sistem politik demokrasi di indonesia adalah sistem politik demokrasi


didasarkan pada nila, prinsip, prosedur dan kelambangan yang demokratis. Sistem ini
mampu menjamin hak kebebasan warganegara, membatasi kekuasaan pemerintah dan
memberikan keadilan. Indonesia sejak awal berdiri sudah menjadikan demokrasi
sebagai pilihan sistem politik. Negara indonesia sebagai negara demokrasi terdapat
pada,
Pancasila ( sila ke 4 ).
Uud 1945 pasal 1 ( ayat 2 ) sebelum di amandemen dan sesudah di amandemen.
Apapun perubahannya ini membuktikan sejak berdirinya negara indonesia telah
menganut demokrasi
1. DASAR-DASAR ILMIAH PANCASILA
SEBAGAI SATU KESATUAN SISTEMIS
DAN LOGIS, PENGETAHUAN SISTEM
FILSAFAT, PERBANDINGAN SISTEM
FILSAFAT LAINNYA DI DUNIA DAN
PENGERTIAN SISTEM DAN UNSUR
Posted: Oktober 22, 2014 in Uncategorized
0

A. PANCASILA SEBAGAI PENGETAHUAN ILMIAH

Pengetahuan ilmiah dapat disebut juga dengan istilah ilmu, ilmu, menurut The Liang
Gie (1998:15) merupakan seraingaikan kegiatan manusia dengan peikirian dan
menggunakan berbagai tatacara sehingga menghasilkan sekumpulan pengetaahuan
yang teratur mengenai genjala-genjala alami, kemasyarakatan, perorangan dan
tujuan mencapai kebenaran, memperloleh pengalaman, dan memberilan penjelasan,
atau melakukan penerapan. Pengertian ilmu dapat dijelaskan dengan tiga segi yakni
kegiatan, tata cara, dan pengatahuan yang teratur sebagai hasil kegiatan.

Syarat-syarat pengetahuan ilmiah

Pengetahuan dikatakan ilmiah jika memenuhi syarat syarat sebagai berikut:

1. Berobjek yang artinya memiliki sasaran atau objek material dan titik
perhatian tertentu atau objek formal.
2. Bermetode yang artinya mempunyai metode berarti memiliki seperangkat
pendekatan sesuai dengan aturan-aturan yang logis.
3. Bersistem yang artinya memiliki sifat sistematis atau bermaksa kebulatan
dan ketuhanan.
4. Bersifat universal yang artiya memiliki sifat yang objektif.

Dari pembahasan secara ilmiah ini diketahui bahwa terdapat kesatuan logis dari
pancasila. Roseslen Abdul Gani salah sesseorang tokoh BPUPKI menoloak pendapat
yang mengatakan bahwa pancasila tidak mempunyai kesatuan logika. Dalam
menguatkan posisi argumenya. Abdul Gani mengutip pendapat khain yang mengatkan
pancasila adalah sebuah sintesis dari gagasa-gagasan islam modern, ide demokrasi
,sosialisasi, dan gagasan demokrasi asli seperi dijumpai di desa-desa dan didalam
komunalisme penduduk asli, juga,bersandar pada pendapat khain, Abdul Gani
mengatakan bahwa pancasila adalah satu filsafat social yang sudah dewasa.
Konsekuesinya dengan sifat pancasila yang demikian hendaklah dilaksanakan sebaik-
baiknya dalam arti disesuaikan dengan kemampuan masing-masing.

B. Dasar-Dasar Ilmiah Pancasila sebagai Suatu Kesatuan Sistematis dan Logis

1. Kesatuan Yang Sistematis


2. Pancasila yang terdiri atas lima sila pada hakikatnya merupakan suatu sitem
filsafat.
3. Sistem adalah suatu kesatuan bagian-bagian yang saling berhubungan, saling
bekerja sama, untuk suatu tujuan tertentu, dan secara keseluruhan
merupakan suatu kesatuan yang utuh.

Jadi Pancasila yang terdiri atas bagian-bagian, yaitu sila-sila Pancasila, setiap sila
pada hakikatnya merupakan suatu asas sendiri, fungsi sendiri-sendiri. Namun secara
keseluruahan merupakan suatu kesatuan yang sistematis.

2. Kesatuan Yang Bersifat Organis

Pancasila merupakan suatu kesatuan yang majemuk tunggal dan bersumber pada
hakikat manusia monopluralis yakni :

1. Susunan kodrat, jasmani rohani.


2. Sifat kodrat, individu- makhluk social.
3. Kedudukan kodrat, pribadi berdiri sendiri-makhluk Tuhan YME.
4. Kesatuan Yang Bersifat Hirarkis, Berbentuk Piramidal

Dilihat dari intinya, urut-urutan lima sila menunjukkan suatu rangkaian tingkat
dalam luasnya, dan isi sifatnya merupakan pengkhususan dari sila-sila di mukanya.
Sila I menjadi basis dari Sila II, III, IV dan V. Ketuhanan YME adalah Ketuhanan
yang berkemanusiaan, berpersatuan, berkerakyatan, serta berkeadilan sosial,
sehingga setiap sila terkandung sila-sila lainnya.

C. Pengetahuan Sistem Filsafat, Perbandingan dengan Sistem Filsafat Lainnya.


Sistem adalah suatu kesatuan prosedur atau komponen yang saling berkaitan satu
dengan yang lainnya, bekerja sama sesuai dengan aturan yang diterapkan, sehingga
membentuk suatu tujuan yang sama.

Filsafat adalah pandangan hidup seseorang atau sekelompok orang yang merupakan
konsep dasar mengenai kehidupan yang dicita-citakan.

Sistem Filsafat adalah kumpulan atau kesatuan pemikiran/ajaran yang saling


berhubungan dan mampu menjangkau seluruh realitas yang ada, mencakup pemikiran
teoritis tentang realitas adanya tuhan, alam, dan manusia, untuk mencapai tujuan
tertentu. Pancasila dikatakan sebagai Sistem Filsafat, karena di dalamnya terdapat
nilai-nilai Ketuhanan (theologi), nilai manusia (antropologi), nilai kesatuan
(metafisika, yang berhubungan dengan pengertian hakekat satu), kerakyatan
(hakekat demokrasi) dan keadilan (hakekat keadilan).

Secara filosofis, Pancasila sebagai suatu kesatuan sistem filsafat memiliki dasar
ontologis, dasar epistemologis dan dasar aksiologis sendiri yang berbeda dengan
sistem filsafat yang lainnya misalnya materialisme, liberalisme, pragmatisme,
komunisme, idealisme dan lain-lain paham filsafat di dunia.

1. Dasar Ontologis Sila-sila Pancasila

Dasar ontologis Pancasila pada hakikatnya adalah manusia yang memiliki hakikat
mutlak, oleh karena itu hakikat dasar ini juga disebut sebagai dasar antropologis.
Subjek pokok pendukung sila-sila Pancasila adalah manusia.

2. Dasar Epistemologis Sila-sila Pancasila

Pancasila pada hakikatnya juga merupakan suatu sistem pengetahuan. Kalau manusia
merupakan basis ontologi Pancasila maka dengan demikian mempunyai implikasi
terhadap bangunan epistemologis dari Pancasila. Terdapat tiga persoalan yang
mendasar dalam epistemologis, yaitu : pertama tentang sumber pengetahuan
manusia, kedua tentang teori kebenaran pengetahuan manusia, ketiga tentang watak
pengetahuan manusia.

Pancasila mendasarkan pada pandangannya bahwa ilmu pengetahuan pada hakikatnya


tidak bebas nilai karena harus diletakkan pada kerangka moralitas kodrat manusia
serta moralitas religius dalam upaya untuk mendapatkan suatu tingkatan
pengetahuan yang mutlak dalam hidup manusia.
3. Dasar Aksiologis Sila-sila Pancasila

Pada hakikatnya segala sesuatu itu bernilai, hanya nilai macam apa saja yang ada
serta bagaimana hubungan nilai tersebut dengan manusia. Menurut Notonegoro,
nilai-nilai tersebut dibedakan menjadi tiga macam, yaitu :

1. Nilai Material : segala sesuatu yang berguna bagi jasmani manusia.


2. Nilai Vital : segala sesuatu yang berguna bagi manusia untuk mengadakan
suatu aktivitas atau kegiatan.
3. Nilai Kerohanian : segala sesuatu yang berguna bagi rohani manusia yang
dapat dibedakan atas empat tingkatan sebagai berikut:

Nilai kebenaran : nilai yang bersumber pada akal, rasio, budi atau cipta
manusia.
Nilai keindahan/estetis : nilai yang bersumber pada perasaan manusia.
Nilai kebaikan/moral : nilai yang bersumber pada unsur kehendak (will, wollen,
karsa) manusia.
Nilai religius : nilai kerohanian tertinggi dan bersifat mutlak yang
berhubungan dengan kepercayaan dan keyakinan manusia serta bersumber
pada wahyu Tuhan Yang Maha Esa.

Sedangkan jika dibandingkan dengan filsafat-filsafat lainya yaitu :

1. Materialisme

Materialisme adalah paham dalam filsafat yang menyatakan bahwa hal yang dapat
dikatakan benar-benar ada adalah materi. Dengan kata lain Materialisme merupakan
paham atau aliran yang menganggap bahwa dunia ini tidak ada selain materi atau
nature (alam) dan dunia fisik adalah satu.

2. Liberalisme

Liberalisme atau Liberal adalah sebuah ideologi, pandangan filsafat, dan tradisi
politik yang didasarkan pada pemahaman bahwa kebebasan dan persamaan hak
adalah nilai politik yang utama.

Secara umum, liberalisme mencita-citakan suatu masyarakat yang bebas, dicirikan


oleh kebebasan berpikir bagi para individu. Paham liberalisme menolak adanya
pembatasan, khususnya dari pemerintah dan agama.
3. Pragmatisme

Pragmatisme adalah aliran filsafat yang mengajarkan bahwa yang benar adalah
segala sesuatu yang membuktikan dirinya sebagai benar dengan melihat kepada
akibat-akibat atau hasilnya yang bermanfaat secara praktis. Dengan demikian,
bukan kebenaran objektif dari pengetahuan yang penting melainkan bagaimana
kegunaan praktis dari pengetahuan kepada individu-individu.

4. Komunisme

Komunisme merupakan sebuah ideologi. Berikut ini pembahasan mengenai


komunisme.

1. Paham yang menganut ajaran Karl Marx yang bercita-cita menghapus hak
milik perseorangan dan mengganti hak milik secara bersama (dikontrol
pemerintah).
2. Religiusisme mempunyai pengertian sebagai paham atau keyakinan akan
adanya kekuatan gaib yang suci, menentukan jalan hidup dan mempengaruhi
kehidupan manusia yang dihadapi secara hati-hati dan diikuti jalan dan aturan
serta norma-normanya dengan ketat agar tidak sampai menyimpang atau lepas
dari kehendak jalan yang telah ditetapkan oleh kekuatan gaib suci tersebut.
3. Utilitarianisme berasal dari kata Latin, utilis yang berarti bermanfaat.
Menurut teori ini suatu perbuatan adalah baik jika membawa manfaat, tapi
manfaat tersebut harus menyangkut bukan saja satu dua orang melainkan
masyarakat sebagai keseluruhan.
4. Sosialisme adalah paham yang bertujuan membentuk negara kemakmuran
dengan usaha kolektif yang produktif dan membatasi milik perseorangan.
5. Kata kapitalisme berasal dari capital yang berarti modal, dengan yang
dimaksud modal adalah alat produksiseperti misal tanah, dan uang. Dan kata
isme berarti suatu paham atau ajaran. Jadi arti kapitalisme itu sendiri adalah
suatu ajaran atau paham tentang modal atau segala sesuatu dihargai dan
diukur dengan uang.
6. Idealisme

Idealisme adalah suatu ajaran/faham atau aliran yang menganggap bahwa realitas
ini terdiri atas roh-roh (sukma) atau jiwa.

1. Adanya suatu teori bahwa alam semesta beserta isinya adalah suatu
penjelmaan pikiran.
2. Untuk menyatakan eksistensi realitas, tergantung pada suatu pikiran dan
aktivitas-aktivitas pikiran.
3. Realitas dijelaskan berkenaan dengan gejala-gejala pisikis seperti pikiran-
pikiran, diri, roh, ide-ide, pikiran mutlak, dan lain sebagainya dan bukan
berkenaan dengan materi.
4. Seluruh realitas sangat bersifat mental (spiritual, psikis). Materi dalam
bentuk fisik tidak ada.
5. Hanya ada aktivitas berjenis pikiran dan isi pikiran yang ada. dunia eksternal
tidak bersifat fisik.

D. Pancasila Sebagai Sisten dan Unsur Sistem

Pancasila sebagai suatu sistem memiliki unsur-unsur yang berbeda, hal ini dapat
dilihat dari sila yang memiliki ragam makna yang berbeda, namun sistem juga
memiliki kesatuan yang utuh dan bulat. Sila sila dalam pancasila saling berhubungan
satu sama lain untuk mencapai tujuan tertentu. Diantaranya pancasila sebagai dasar
negara yang mempunyai fungsi sebagai pedoman didalam berbangsa dan bernegara
juga sebagai moral bangsa Indonesia dalam membentuk suatu Negara .

Unsur unsur pancasila sebagai dasar negara Indonesia yang digali dari bangsa
Indonesia itu sendiri. Berikut ini merupakan pemaparan contoh unsur unsur
pancasila digali dari bangsa Indonesia.

1. Ketuhanan Yang Maha Esa adalah prisnsip yang berisi tuntutan untuk
bersesuai dengan hakekat Tuhan, yang dibuktikan dengan adanya
kepercayaan dan agama yang ada di Indonesia sepanjang sejarah dalam
kehidupan masyarakat Indonesia.
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab yaitu prisnsip yang berisi tuntutan untuk
bersesuai dengan hakekat Manusia, yang sudah terdapat dalam diri bangsa
Indonesia sejak dahulu yang dapat ditinjau dari unsur kemanusiaan yang adil
dan beradab dari satu generasi kegenerasi lain yang tidak terputus-putus.
3. Persatuan Indonesia adalam prisnsip yang berisi tuntutan untuk bersesuai
dengan hakekat Satu, yang mengandung makna bahwa persatuan tetap hidup
dalam berbagai bentuk, baik bersifat lokal maupun bersifat nasional.
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh rakyat kebijaksanaan dalam permusyawaratan
perwakilan yaitu prisnsip yang berisi tuntutan untuk bersesuai dengan
hakekat Rakyat, yang mengandung makna bahwa marsyarakat Indonesia
terkenal dengan kehidupan yang rukundan saling menolong.
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia adalah prisnsip yang berisi
tuntutan untuk bersesuai dengan hakekat Adil, yang mengandung maksa
bahwa unsur sosial lebih menonjol dari unsur individu.

DAFTAR PUSTAKA

Prof.Drs.H. Tama Sembiring, S.H,M.M. Maniur Pasaribu, S.H. Drs.H.Chairul Arifin,


M.M. 2012. Filsafat Dan Pendidikan Pancasila. Jakarta-Indonesia.

Dr. H . Syahrial Syarbaini, M.A. 2011. Pendidikan Pancasila.

2. Unsur-unsur Pancasila Sebagai Sistem


Filsafat & PERBANDINGAN SISTEM FILSAFAT
LAIN DI DUNIA

1. Unsur Ketuhanan

Secara ontologik ada manusia sebagai yang diciptakan menunjukkan adanya pencipta

yaitu Tuhan. Manusia adalah makhluk Tuhan yang paling sempurna, mempunyai sifat sebagai

individu sebagai makhluk sosial. Karena Tuhan adalah sempurna maka manusia tidak

sempurna. Namun diantara makhluk, manusia adalah yang paling sempurna.

pengalaman sejarah sebelum datangnya agama Hindu, Budha, Islam dan Kristen. Bangsa

Indonesia telah mempunyai kepercayaan. Karena keadaan alam sedemikian rupa maka bangsa

Indonesia berusaha mempertahankan dan mengembangkan hidupnya untuk bisa mengatasi

tantangan alam tersebut. Salah satu jawaban yang diberikan berupa pandangan hidup atau

kepercayaan bahwa alam ini ada yang menciptakan. Karena pengalaman hidup mereka sehari-

hari dan karena kemampuan yang mereka miliki, maka bentuk kepercayaan yang menguasai

alam, adanya kekuatan gaib yang terdapat pada alam ini dan lain sebagainya. Kenyataan ini
menunjukkan bahwa bangsa Indonesia pada waktu itupun sudah percaya kepada Tuhan Yang

Maha Esa. Setelah agama Hindu dan Budha datang di Indonesia, bangsa Indonesia banyak

memeluk agama-agama tersebut. Demikian pula agama islam yang telah dipeluk oleh

sebagian besar bangsa Indonesia dengan penuh keyakinan. Pada masa itu pengaruh agama

dalam kehidupan sehari-hari terbukti adanya pengaruh agama dalam kehidupan sehari-hari

terbukti adanya peninggalan, tulisan dan adat istiadat.

2. Unsur Kemanusiaan

Sebagai bangsa yang ber-Ketuhanan Yang Maha Esa dengan sendirinya bangsa kita

mempunyai rasa kemanusiaan yang luhur. Pada hakekatnya kemanusiaan adalah bawaan

kodrat manusia. Perikemanusiaan adalah nilai khusus yang bersumber pada nilai

kemanusiaan. Perikemanusiaan adalah yang bersumber pada kemanusiaan, jiwa yang

membedakan manusia dengan makhluk lain. Berdasarkan pengertian tersebut sebenarnya

semua bangsa mesti mempunyai kemanusiaan, begitu pula bangsa Indonesia bahkan

kemanusiaannya adalah adil dan beradab. Adil berarti memberikan kepada orang lain apa

yang menjadi haknya dan tahu apa haknya sendiri. Beradab artinya mempunyai adab,

mempunyai sopan santun, mempunyai susila, artinya ada kesediaan menghormati bangsa lain,

menghormati pandangan pendirian dan sikap Bangsa lain. Sejak dahulu bangsa Indonesia

selalu menerima bangsa lain dengan ramah tamah, karena suatu bangsa tidak akan hidup

sendirian terlepas dari bangsa lain.

3. Unsur Persatuan

Bangsa Indonesia dengan ciri-cirinya rukun, bersatu dan kekeluargaan, bertindak bukan

semata-mata atas perhitungan untung rugi dan pamrih serta kepentingan pribadi. Oleh

karena itu unsur persatuan sudah terdapat didalam kehidupan masyarakat Indonesia

bahkan sudah dilaksanakan oleh mereka.


4. Unsur Kerakyatan

Istilah kerakyatan berarti bahwa yang berdaulat atau yang berkuasa adalah rakyat.

Dalam bahasa lain Kerakyatan disebut Demokrasi berasal dari kata Yunani Demos yang

berarti Rakyat Kratos yang berarti Berdaulat. Demokrasi bukan hal yang baru bagi bangsa

Indonesia. Meskipun sebelum tanggal 17 Agustus 1945 di Indonesia belum pernah ada

pemerintahan yang bersifat Demokratik seperti sekarang ini namun sebenarnya unsur-

unsurnya sudah ada, yang selama itu tidak pernah dimanfaatkan secara Nasional formal.

5. Unsur Keadilan

Istilah adil yaitu menunjukkan bahwa orang harus memberi kepada orang lain apa yang

menjadi haknya dan tahu mana haknya sendiri serta tahu apa kewajibannya kepada orang

lain dan dirinya. Sosial berarti tidak mementingkan diri sendiri saja, tetapi mengutamakan

kepentingan umum, tidak individualistik dan egoistik, tetapi berbuat untuk kepentingan

bersama. Sebenarnya istilah gotong royong yang berarti bekerja sama dan membagi hasil

karya bersama tepat sekali untuk menerangkan apa arti Keadilan Sosial.

Istilah sistem sering digunakan dalam menyebutkan sesuatu, misalnya sistem pemerintahan

, sistem pendidikan dan lain sebagainya. Namun dalam hal ini pengertian system dikaitkan

dengan sistem pancasila.Sebelum membahas pancasila sebagai suatu system ada baiknya

kita pahami pengertian sistem terlebih dahulu. Sistem adalah bekerjanya masing-masing

unsure atau elemen yang berbeda dalam suatu kelompok dimana yang satu dan yang lainya

saling terkait dan saling bergantungan untuk mencapai tujuan tertentu demi mencapai

kesuksesan bersama. Misal sepeda merupakan sebuah sistem yang didalamnya terdapat

nsure-unsur yang satu dan yang lain saling terkait, Unsur tersebut velg. Ban luar, ban dalam,

pentil, rantai, stang dan bagian yang lainya. Masing masing unsure tersebut saling terkait

sehingga sepeda tersebut dapat digunakan sebagai alat transportasi untuk mengantarkan

manusia dari suatu tempat ketempat yang lain. Jika salh satu nsure tidak ada, misalnya
pentil yang berpungsi sebagai utuk menahan udara yang berda di dalam ban maka banya

akan kempes, sistem sepeda tadi bisa berjalan akan tetapi perjalananya tidak normal

seperti biasanya. Nah dari situ terlihat betapa pentingnya setiap nsure yang memiliki pungsi

dan tugas masing-masing.

Pancasila sebagai suatu sistem memiliki unsur-unsur yang berbeda, hal ini dapat kita

lihat dalam sila-sila pancasila yang memiliki ragam makna yang berbeda, namun system

dalam pancasila mempunyai suatu kesatuan yang utuh dan bulat. Sila-sila dalam pancasila

saling berhubungan satu dengan yang lain untuk mencapai tujuan tertentu. Diantaranya

pancasila sebagai dasar Negara mempunyai fungsi sepagai pedoman di dalam berbangsa dan

bernegara juga sebagai moral bangsa Indonesia dalam membentuk suatu Negara.

Berkaitan dengan hal tersebut di atas pancasila sebagai suatu sistem yang dimana sila-

silanya mencakup seluruh aspek kehidupan berbangsa dan bernegara. Pancasila sudah diatur

sedemikian rupa sehingga membentuk suatu susunan yang teratur dan tidak bisa dibolak

balik. Dalam sila pancasila memiliki suatu makna yang beruntun. Artinya, sila pertama lebih

luas makanya sehinga menjiwai sila-sila dibawahnya. Itulah makna pancasila sebagai suatu

system.

PERBANDINGAN SISTEM FILSAFAT LAIN DI DUNIA

Sistem adalah suatu kesatuan prosedur atau komponen yang saling berkaitan satu

dengan yang lainnya, bekerja sama sesuai dengan aturan yang diterapkan, sehingga

membentuk suatu tujuan yang sama.Filsafat adalah pandangan hidup seseorang atau

sekelompok orang yang merupakan konsep dasar mengenai kehidupan yang dicita-citakan.
Sistem Filsafat adalah kumpulan atau kesatuan pemikiran/ajaran yang saling

berhubungan dan mampu menjangkau seluruh realitas yang ada, mencakup pemikiran teoritis

tentang realitas adanya tuhan, alam, dan manusia, untuk mencapai tujuan tertentu.

- Perbandingan Filsafat Pancasila Dengan Sistem Filsafat Lainnya Di Dunia Secara

filosofis, Pancasila sebagai suatu kesatuan sistem filsafat memiliki dasar ontologis, dasar

epistemologis dan dasar aksiologis sendiri yang berbeda dengan sistem filsafat yang lainnya

misalnya materialisme, liberalisme, pragmatisme, komunisme, idealisme dan lain-lain paham

filsafat di dunia.

1. Dasar Antologis Sila-sila Pancasila

Dasar ontologis Pancasila pada hakikatnya adalah manusia yang memiliki hakikat mutlak,

oleh karena itu hakikat dasar ini juga disebut sebagai dasar antropologis. Subjek pokok

pendukung sila-sila Pancasila adalah manusia.

2. Dasar Epistemologis Sila-sila Pancasila

Pancasila pada hakikatnya juga merupakan suatu sistem pengetahuan. Kalau manusia

merupakan basis ontologi Pancasila maka dengan demikian mempunyai implikasi terhadap

bangunan epistemologis dari Pancasila. Terdapat tiga persoalan yang mendasar dalam

epistemologis, yaitu : pertama tentang sumber pengetahuan manusia, kedua tentang teori

kebenaran pengetahuan manusia, ketiga tentang watak pengetahuan manusia.

Pancasila mendasarkan pada pandangannya bahwa ilmu pengetahuan pada hakikatnya tidak

bebas nilai karena harus diletakkan pada kerangka moralitas kodrat manusia serta

moralitas religius dalam upaya untuk mendapatkan suatu tingkatan pengetahuan yang mutlak

dalam hidup manusia.

3. Dasar Aksiologis Sila-sila Pancasila


Pada hakikatnya segala sesuatu itu bernilai, hanya nilai macam apa saja yang ada serta

bagaimana hubungan nilai tersebut dengan manusia. Menurut Notonegoro, nilai-nilai

tersebut dibedakan menjadi tiga macam, yaitu :

a. Nilai Material : segala sesuatu yang berguna bagi jasmani manusia.

b. Nilai Vital : segala sesuatu yang berguna bagi manusia untuk mengadakan suatu aktivitas

atau kegiatan.

c. Nilai Kerohanian : segala sesuatu yang berguna bagi rohani manusia yang dapat dibedakan

atas empat tingkatan sebagai berikut :

Nilai kebenaran : nilai yang bersumber pada akal, rasio, budi atau cipta manusia.

Nilai keindahan/estetis : nilai yang bersumber pada perasaan manusia.

Nilai kebaikan/moral : nilai yang bersumber pada unsur kehendak (will, wollen, karsa)

manusia

Nilai religius : nilai kerohanian tertinggi dan bersifat mutlak yang berhubungan dengan

kepercayaan dan keyakinan manusia serta bersumber pada wahyu Tuhan Yang Maha Esa.

Pengetahuan Sistem Filsafat Perbandingan dengan Sistem Filsafat lainnya

Secara ilmiah harus disadari bahwa suatu masyarakat suatu bangsa, senantiasa memeliki

suatu pandangan hidup atau filsaat hidup masing-masing, yang berbeda dengan bangsa lain

didunia. Inilah yang disebut sebagai local genius (kecerdasan / kreatifitas local ) dan

sekaligus sebagai local wisdom (kearifan local) bangsa. Dengan demikian, bangsa Indonesia

tidak mungkin memiliki kesamaan pandangan hidup dan filsafat hidup dengan bangsa lain.

Ketika para pendiri Negara Indonesia menyiapkan berdirinya Negara Indonesi merdeka,

mereka sadar sepenuhnya untuk menjawab suatu pertanyaan yang fundamental di atas
dasar apakah Negara Indonesia merdeka ini didirikan? jawaban atas pertanyaan mendasar

ini akan selalu menjadi dasar dan tolak ukur utama bangsa ini meng-Indonesia. Dengan kata

lain, jati diri bangsa selalu bertolak ukur pada nilai-nilai pancasila sebagai filsafat bangsa.

Pancasila yang terdiri atas lima sila pada hakekatnya merupakan system filsafat.

1. Filsafat: Secara etimologis cinta akan kebijaksanaan, tapi dapat pula diartikan sebagai

keinginan yang sungguh-sungguh untuk mencari kebenaran yang sejati.

2. Filsafat Pancasila: Kebenaran dari sila-sila Pancasila sebagai dasar negara atau dapat pula

diartikan bahwa Pancasila merupakan satu kesatuan sistem yang utuh dan logis.

Menurut Ruslan Abdul Gani, bahwa pancasila merupakan filsafat Negara yang

lahir collective ideologie (cita-cita bersama). Dari seluruh bangsa Indonesia. Dikatakan

sebagai filsafat, karena pancasila merupakan hasil perenungan jiwa yang mendalam yang

dilakukan olehthe founding father bangsa Indonesia, kemudian dituangkan dalam suatu

system yang tepat. Adapun menurut Notonagoro, filsafat pancasila memberi pengetahuan

dan pengertian ilmiah, yaitu tentang hakikat pancasila.

Filsafat Pancasila merupakan refleksi kritis dan rasional tentang Pancasila sebagai dasar

negara dan kenyataan bahwa budaya bangsa dengan tujuan untuk mendapatkan pokok-pokok

pengertian secara mandasar dan menyeluruh. Adapun perbandingan Filsafat Pancasila

dengan Filsafat lainnya yaitu sebagai berikut:

1. Filsafat Komunisme

Filsafat ini tidak mementingkan adanya hal-hal ketuhanan. Semua hal diatur oeh satu

kelompok yang paling berkuasa. Dalam filsafat ini, semua kebebasan dihapuskan. Semua hal

diatur oleh penguasa tunggal sehingga sumber dari segala sumber hukum yang berlaku tidak

berasal dari suara rakyat, namun dari penguasa tunggal yang ada dimana filsafat komunis

itu berada.

2. Filsafat Liberalisme
Dalam hal ini, semua hal tidak memiliki batasan, sehingga memungkinkan adanya benturan-

benturan dalam masyarakat. Tidak ada yang mengatur tentang penanggulangan benturan-

benturan tersebut,. masyarakat hanya akan menegur bila merasa teranggu oleh orang lain,

namun apabila tidak merasa terganggumaka mereka cenderung untuk bersikap masa bodoh.

3. Filsafat Individualisme

Filsafat ini lebih cenderung lebih kekehidupan masing-masing orang dimana antara orang

yang saru dengan orang yang lain tidak mempunya ikatan sosial atau dengan kata lain,

mereka berdiri masing-masing. Tidak terdapat kebersamaan, persatuan atau tujuan

bersama.

3. KESATUAN SILA-SILA PANCASILA


SEBAGAI SUATU SISTEM FILSAFAT

Oleh: Tusiyati PDSD UPY A4*

PENTINGNYA SILA-SILA PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSFAT

Perkembangan masyarakat semakin cepat baik secara langsung maupun tidak

langsung. Hal tersebut bisa mengakibatkan perubahan besar terhadap bangsa di dunia.

Melalui globalisasi kekuatan internasional telah mengancam bahkan menguasai eksistensi

negara-negara kebangsaan termasuk bangsa indonesia. Permasalahan kebangsaan dan


kenegaraan di indonesia semakin kompleks dan rumit di satu sisi terdapat ancaman

internasional dan di sisi lain muncul masalah internal, yaitu maraknya tuntutan rakyat yang

secara objektif kehidupan sekarang masih kurangnya kesejahteraan dan keadilan sosial.

Konflik internal tersebut dapat mengancam jati diri bangsa dan banyaknya nilai-nilai baru

yang masuk serta terjadinya pergeseran nilai yang terjadi di masyarakat yang pada

akhirnya mengancam pinsip-prinsip hidup berbangsa.

Prinsip-prinsip dasat yang telah ditemukan ileh prletak dasar (the founding fathers)

negara Indonesia yang kemudian diabstaksikan menjadi suatu prinsip dasar filsafat

bernegara yang disebut Pancasila. Pancasila sebagai filsafat bangsa Indonesia telah

mengalami ancaman dari munculnya nilai-nilai daru dari luar dan pergeseran nilai yang

terjadi. Secara ilmiah masyarakat atau bangsa senantiasa memiliki pandangan hidup atau

filsafat hidup yang berbeda dengan bangsa lain hal ini disebut sebagai local genius

(kecerdasan/kreativitas lokal) dan sebagai local window (kearifan lokal) bangsa. Bangsa

ndonesia tidak mungkin memiliki kesamaan pandangan hiduo dan filsafah hidup dengan

bangsa lain.

Jati diri bangsa akan selalu bertilak ukur kepada nilai-nilai Pancasila sebagai

filsafat negara. Kesatuan sila-sila Pancasila pada hakikatnya bukan hanya merupakan

kesatuan yang bersifat formal logis tetapi menyangkut aspek ontologis, aspek

epistemologis, dan aspek aksiologis dari sila-sila Pancasila.

HAKIKAT FILSAFAT PANCASILA

Filsfat berasal dari bahsa yunani yaitu philein, yang berarti cinta dan sophia, yang

berarti kebijaksanaan. Filsafat menurut asal katanya berarti cinta akan kebijakan atau

mencintai kebenar/pengetahuan. Cinta mempunyai arti seluas-luasnya, yang dapat


dikemukakan sebagai keinginan yang menggebu dan sungguh-sungguh terhadap sesuatu,

sedangkan kebijaksanaan diartikan sebagai kebenaran yang sejati.

Filsafat merupakan ilmu induk pengetahuan. Timbulnya ilmu pengetahuan tersebut

dapat dilihat dari sejarah, yang sebelumnya dibawah filsafat. Manusia dalam kehidupan

pasti memiliki pandangan hidup yang dianggap paling benar, baik dan membawa

kesejahteraan dalam kehidupannya dan pilihan itulah yang disebut filsafat. Seiring dengan

perkembangan ilmu pengetahuan muncul dan berkembanglah ilmu filsafat yang berkaitan

dengan bidang-bidang ilmu tertentu misalnya filsafat politk, filsafat bahasa, filsafat ilmu

pengetahuan, filsafat lingkungan dan filsafat yang berkaitan dengan bidang ilmu yang lain

(Kaelan, 2007).

2. Filsafat Pancasila

Menurut Ruslan Abdulgani, pancasila merupakan filsafat negara yang lahir sebagai

colective ideology (cita-cita bersama) seluruh bangsa indonesia. Pancasila dikatakan sebagai

filsafat karena hasil perenungan jiwa yang mendalan dan dilakukan oleh the faunding

father, kemudian dituangkan dalam suatu sistem yang tepat. Menurut Notonegoro, filsafat

memberikan pengetahuan dan pengertian ilmiah, yaitu tentang hakikat pancasila.

KARAKTERISTIK SISTEM FILSAFAT PANCASILA

Pancasila memiliki karakteristik sistem filsafat tersendiri yang berbeda dengan

filsafat yang lain yaitu:

1. Sila-sila pancasila merupakan satu kesatuan sistem yang bulat dan utuh (sebagai suatu

totalitas). Apabila tidak bulat dan utuh atau sila yang satu dengan sila lainnya terpisah-

pisah itu bukan pancasila.

2. Susunan pancasila dengan suatu sistem yang bulat dan utuh dapat digambarkan sebagai

berikut:
a. Sila 1 meliputi, mendasari dan menjiwai sila 2, 3, 4, 5.

b. Sila 2 diliputi, didasari, dijiwai sila 1, dan mendasari serta menjiwai sila 3, 4, 5.

c. Sila 3 diliputi, didasari, dijiwai sila 1, 2 dan mendasari serta menjiwai sila 4, 5.

d. Sila 4 diliputi, didasari, dijiwai sila 1, 2, 3 dan mendasari serta menjiwai sila 5.

e. Sila 5 diliputi, didasari, dijiwai sila 1, 2, 3, 4.

3. Pancasila sebagai suatu substansi, artinya unsur asli/permanen/primer Pancasila sebagai

suatu yang mandiri, yang unsur-unsurnya berasal dari diri sendiri.

4. Pancasila sebagai suatu realita, artinya ada dalam diri manusia Indonesia dan masyarakat

sebagai suatu kenyataan hidup bangsa, yang tumbuh, hidup, dan berkembang dalam

kehidupan sehari-hari (Heri Herdiawanto, 2010).

PRINSIP-PRINSIP FILSAFAT PANCASILA

Ditinjau dari Aristoteles, Pancasila dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Kausa Materialis yaitu sebab yang berhubungan dengan materi/bahan. Dalam hal ini

pancasila digali dari nilai-nilai sosial budaya yang ada dalam bangsa Indonesia sendiri.

2. Kausa Formalis yaitu sebab yang berhubungan dengan bentuknya. Pancasila yang ada dalam

pembukaan UUD 45 memenuhi syarat formal (kebenaran formal).

3. Kausa Efisiensi yaitukegiatan BPUPKI dan PPKI dalam menyusun dan merumuskan pancasila

menjadi dasar negara merdeka.

4. Kausa Finalis yaitu berhubungan dengan tujuannya, yaitu tujuan diusulkannya Pancasila

sebagai dasar negara merdeka.


LANDASAN ONTOLOGIS PANCASILA

Kajian Pancasila sebagai filsafat dimaksud sebagai upaya untukmengetahui hakikat

dasar sila-sila Pancasila. Menurut Notonagoro, hakikat dasar ontologis Pancasila adalah

manusia, karna Pancasila merupakan subyek hukum pokok sila-sila Pancasila. Dijelaskan

bahwa berketuhanan Yang Maha Esa, berkemanusiaan yang adil dan beradab, berkesatuan

Indonesia, berkerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam

permusyawaratan/perwakilan, berkeadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia pada

hakikatnya adalah manusia (Kaelan, 2005).

Hakikat dasar keberadaan sila-sila pancasila adalah manusia. Notonegoro

mengungkapkan bahwa manusia sebagai pendukung pokok sila-sila Pancasila secara ontologis

memiliki hal-hal yang mutlak, yaitu terdiri dari susunan kodrat, raga dan jiwa, jasmani dan

rohani, sebagai makhluk individu dan sosial serta kedudukan kodrat manusia sebagai

makhluk pribadi dan makhluk Tuhan Yang Maha Esa. Menurut Kaelan, secara hierarkis sila

pertama yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa, mendasari dan menjiwai keempat sila-sila

Pancasila lainnya.

Pancasila sebagai dasar filsafat negara Republik Indonesia memiliki susunan lima sila

yang merupakan suatu persatuan dan kesatuan serta mempunyai sifat dasar kesatuan yang

mutlak, yaitu bersifat kodrat monodualis, sebagai makhluk individu dan sekaligus sebagai

makhluk sosial dan kedudukannya sebagai makhluk pribadi yang berdiri sendiri, juga

sekaligus sebagai makhluk Tuhan. Konsekuensinya adalah segala aspek dalam

penyelenggaraan negara diliputi oleh nilai-nilai Pancasila yang merupakan suatu kesatuan

yang utuh yang memiliki sifat dasar yang mutlak berupa sifat kodrat manusia yang

monodualis tersebut.

Seluruh nilai Pancasila tersebut menjadi dasar rangka dan jiwa bagi bangsa

Indonesia. Hal ini berarti bahwa setiap aspek penyelenggaraan negara harus dijabarkan

dan bersumber pada nilai-nilai Pancasila, seperti bentuk negara, sifat negara, tujuan
negara, tugas negara, kewajiban negara dan warga negara, sistem hukum negara, moral

negara, dan segala aspek penyelenggaraan negara lainnya.

LANDASAN EPISTEMOLOGIS PANCASILA

Kajian epistemologi filsafat Pancasila dimaksudkan sebagai upaya untuk mencari

hakikat Pancasila sebagai suatu sistem pengetahuan. Epistemologis merupakan bidang

filsafat yang membahas hakikat ilmu pengetahuan (ilmu tentang ilmu). Kajian epistemologi

Pancasila tidak dapat dipisahkan dengan dasar ontologinya. Maka dasar epistemologis

Pancasila sangat berkaitan erat dengan konsep dasarnya yaitu tentang hakikat manusia.

Menurut Titus (1984: 20), terdapat tiga persoalan yang mendasar dalam

epistemologis, yaitu tentang: sumber pengetahuan manusia, teori kebenaran pengetahuan

manusia, dan watak pengetahuan manusia. Epistemologis Pancasila sebagai suatu objek

kejian pengetahuan pada hakikatnya meliputi masalah sumber pengetahuan pancasila dan

susunan pengetahuan pancasila. Sumber pengetahuan pancasila yaitu nilai-nila yang ada pada

bangsa Indonesia itu sendiri. Kembali pada pemikiran filsafat Aristoteles, nilai-nilai

tersebut merupakan kausa materialis pancasila.

Mengenai susunan Pancasila sebagai suatu sistem pengetahuan, Pancasila memiliki

susunan yang bersifat formal logis, baik dalam arti susunan sila-sila Pancasila maupun isi

arti sila-sila Pancasila itu. Susunan sila-sila pancasila bersifat hierarkis dan berbentuk

piramidal, yang memiliki arti sebagai berikut.

1. Sila pertama Pancasila mendasari dan menjiwai keempat sila lainnya.

2. Sila kedua didasari sila pertama serta mendasari dan menjiwai sila ketiga, keempat, dan

kelima.

3. Sila ketiga didasari dan dijiwai sila pertama, kedua serta mendasari dan menjiwai sila

keempat dan kelima.


4. Sila keempat didasari dan dijiwai sila pertama, kedua dan ketiga serta mendasari dan

menjiwai sila kelima.

5. Sila kelima didasari dan dijiwai sila pertama, kedua, ketiga dan keempat (Heri

Herdiawanto, 2010).

Susunan pancasila memiliki sistem logis, baik secara kualitas maupun kuantitasnya.

Dasar-dasar rasional logis Pancasila juga menyangkut kualitas dan kuantitasnya serta

menyangkut isi arti sila-sila Pancasila tersebut. Sila Ketuhanan Yang Maha Esa memberikan

landasan kebenaran pengetahuan manusia yang bersumber pada intuisi. Sesuai dengan sila

pertama Pancasila, epistemologis Pancasila mengakui kebenaran wahyu yang bersifat mutlak,

hal ini sebagai tingkat kebenaran yang tertinggi.

Kebenaran dan pengetahuan manusia merupakan suatu sintesis yang harmonis antara

potensi-potensi kejiwaan manusia, yaitu akal, rasa dan kehendak manusia untuk

mendapatkan kebenaran yang tertinggi. Selain itu, dalam sila ketigga, keempat dan kelima,

epistemologi Pancasila mengakui kebenaran konsensus terutama berkaitan dengan sifat

kodrat manusia sebagai makhluk individu dan makhluk sosial. Sebagai suatu paham

epistemologis, Pancasila mendasarkan pandangannya bahwa ilmu pengetahuan pada

hakikatnya tidak bebas nilai karena harus diletakkan pada kerangka moralitas kodrat

manusia serta moralitas religius dalam upaya untuk mendapatkan suatu tingkatan

pengetahuan dalam hidup manusia. Itulah sebab pancasila serta epistemologis harus

menjadi dasar moralitas bangsa dalam membangun perkembangan sains dan teknologi

sekarang (Heri Herdiawanto, 2010).

LANDASAN AKSIOLOGIS PANCASILA

Kajian aksiologi filsafat Pancasila membahas tentang nilai praksisi atau manfaat

suatu pengetahuan tentang Pancasila. Sila-sila Pancasila sebagai sistem filsafat memiliki
satu kesatuan dasar aksiologis, nilai-nila yang terkandung dalam Pancasila juga merupakan

suatu kesatuan. Aksiologis Pancasila membahas tentang filsafat nilai Pancasila. Nilai dalam

kajian filsafat dipakai untuk merujuk pada ungkapan abstrak yang diartikan sebagai

keberhargaan (worth) atau kebaikan (goodnes), dan kata kerja yaitu suatu tindakan

kejiwaan tertentu dalam menila atau melakukan penilian.

Di dalam Dictionary of Sociology and Related Sciences dikemukakan nilai adalah

suatu kemampuan yang dicapai dan ada pada suatu benda untuk memuaskan manusia. Sifat

tersebut menarik minat seseorang atau kelompok. Nilai pada hakikatnya yaitu sifat atau

kualitas yang melekat pada suatu objek. Misalnya bunga itu indah diartikan perbuatan itu

baik, indah dan baik merupakan sifat atau kualitas yang melekat pada bunga dan perbuatan.

Nilai merupakan suatu kenyataan yang tersembunyi dibalik kenyataan-kenyataan lainnya.

Terdapat berbagai macam teori tentang nilai tergantung pada tolak dan sudut

pandangnya masing-masing dalam menentukan pengertian niali. Kalangan materialis

memandang bahwa hakikat niali yang tertinggi adalah nilai material, sementara kalangan

hedonis memandang nilai tertinggi adalah nilai kenikmatan. Dari berbagai macam pandangan

tentang nilai, dapat dikelompokkan pada dua macam sudut pandang, yaitu pertama, sesuatu

yang bernilai berkaitan dengan subjek pemberi nilai yakni manusia dan bersifat subjektif.

Sudut pandang yang kedua, yaitu pandangan yang menyatakan pada hakikatnya sesuatu yang

melekat pada dirinya sendiri memang bernilai dan bersifat objektivisme.

Notonagoro merinci tentang adanya nilai yang bersifat material dan nonmaterial.

Manusia memiliki orientasi nilai yang berbeda, tergantung pada pandangan hidup dan

filsafat masing-masing. Ada yang berorientasi pada nilai material dan ada yang berorientasi

pada nilai nonmaterial. Nilai material rellatif lebih mudah diukur menggunakan pancaindra

ataupun alat pengukur. Nilai yang bersifat rohaniah lebih sulit untuk diukur, namun dapat

dilakukan dengan hati nurani manusia sebagai alat ukur yang dibantu oleh cipta, rasa, dan

karsa serta keyakinan manusia (Kaelan, 2005).


Menurut notonagoro, nilai-nilai pancasila itu termasuk nilai kerohanian, tetapi nilai-

nilai kerohanian yang mengakui nilai material dan vital. Nilai-nilai Pancasila yang tergolong

nilai kerohanian juga mengandung nilai-nilai lain secara lengkap dan harmonis seperti nilai

material, vital, kebenaran, keindahan atau estetis, kebaikan atau moral, ataupun kesucian

yang secara keseluruhan bersifat sistematis-hierarkis dimana sila pertama, yaitu

Ketuhanan Yang Maha Esa menjadi basis semua sila Pancasila (Darmodihardjo, 1978).

Secara aksiologis bangsa Indonesia merupakan pendukung nilai-nilai pancasila

(subscriber of falues Pancasila). Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang berketuhanan,

berkemanusiaan, berkesatuan, berkerakyatan dan berkeadilan sosial. Sebagai pandukung

nilai bangsa Indonesia yang telah menghargai, mengakui, menerima Pancasila sebagai

sesuatu yang bernilai. Pengakuan, penghargaan dan penerimaan Pancasila sebagai suatu yang

bernilai akan tampak menggejala dalam sikap, tingkah laku, dan perbuatan manusia dan

bangsa Indonesia yang merupakan pengembannya dalam sikap, tingkah laku, dan perbuatan

manusia (Heri Herdiawanto, 2010).

WACANA AKHIR

Secara filosofis Pancasila sebagai suatu kesatuan sistem filsafat memiliki dasar

ontologis, dasar epistemologis, dan dasar aksiologis yang membedakan pancasila dengan

sistem filsafat lainnya. Dasar ontologis disebut juga sebagai dasar antropologis yaitu

bidang filsafat yang membahas tentang halikat keberadaan sesuatu dan mencari hakikat

mengapa sesuatu itu ada.

Dasar epistimologis dalam arti pancasila sebagai suatu ideologi bersumber pada nilai-

nilai dasarnya yaitu filsafat pancasila. Epitemologis yaitu bidang filsafat yang membahas

tentang hakikat ilmu pengetahuan atau ilmu tentang ilmu.


Dasar aksiologis merupakan pandangan tentang nilai dan pandangan pancasila secara

hierarki yang merupakan suatu kesatuan. Aksiologis merupakan bidang filsafat yang

membahas tentang hakikat nilai atau filsafat yang membahas tentang nilai praksis sesuatu.

DAFTAR PUSTAKA

Darmodiharjo, Darji. 1996. Pokok-Pokok Filsafat Hukum. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Herdiawanto heri dan Jumata Hamdayama. 2010. Cerdas, Kritis dan Aktif Berwarganegara.

Jakarta: Erlangga.

Kaelan. 2005. Filsafat Pancasila Sebagai Filsafat Bangsa Negara Indonesia. Makalah disajikan Pada

Kursus Calon Dosen Pendidikan Kewarganegaraan, Jakarta.


Notonagoro. 1971. Pengertian Dasar Bagi Implementasi Pancasila Untuk ABRI. Jakarta:

Departemen Pertahanan dan Keamanan.

Rukiyati, M. Hum., dkk. 2008. Pendidikan Pancasila. Yogyakarta: UNY Press.

Titus Harild, dan Marilyn S., dkk. 1984. Living Issues Philosophy. Terjemahan oleh Rasyidi.

Jakarta: Penerbit Bulan Bintang.

Zubaidi Achmad, dan Kaelan. 2007. Pendidikan Kewarganegaraan. Yogyakarta: Paradigma.

4. INTI SILA PERTAMA SAMPAI INTI SILA KELIMA


October 28, 2014

REPALDI ABDUL AGI (36412140)

3ID04

PEMBAHASAN

INTI ISI SILA PERTAMA DAN INTI ISI SILA KELIMA

1.1 Arti Penting Keberadaan Pancasila


Pancasila sebagai dasar negara adalah sebuah harga mati Yang tidak
boleh di tawar lagi. Bukan tidak mungkin, apabila ada oknum yang ingin mengganti
ideoloagi pancasila dengan yang lainnnya maka akan timbul permasalahan atau
kesalahan yang memecah-belah eksistensi negara kesatuan. Akhirnya Indonesia
akan tercecer menjadi negara-negara kecil yang berbasis agama dan suku. Untuk
menghindari masalah tersebut maka penerapan hukum-hukum agama dalam sistem
hukum negara menjadi urgen untuk diterapkan. Indonesia awalnya merupakan
kumpulan Kerajaan yang berbasis agama dan suku . Pancasila yang diperjuangkan
untuk mengikat agama-agama dan suku-suku itu harus tetap mengakui jati diri dan
ciri khas yang dimiliki setiap agama dan suku.

1.2 Bentuk Dan Susunan Pancasila

Pancasila sebagai suatu dasar negara adalah terdiri dari lima sila-sila, tetapi sila-
sila tersebut saling ada hubungannya satu dengan lainnya secara keseluruhan, tidak
ada satupun sila yang terpisah satu dengan yang lainnya. Oleh karena itu dapat
diistilahkan Eka Pancasila, lima sila dalam satu kesatuan yang utuh, dalam proses
pembentukan pancasila banyak yang berpendapat bahwa pancasila dalam
pembentukanya terdapat bentuk pancasila dan susunan pancasila. Berikut ciri-ciri
bentuk pancasila dan susunan pancasila.

1. Bentuk Pancasila

Bentuk pancasila di dalam pengertian ini di artikan sebagai rumusan pancasila


sebagaimana tercantum dalam alinea IV pembukaan UUD 1945. Pancasila sebagai
suatu sistem ini mempunyai bentuk yang mempunyai ciri-ciri sebagi berikut:

1. Merupakan kesatuan yang utuh

Semua unsur dalam pancasila menyusun suatu keberadaan yang utuh. Masing-masing
sila membentuk pengertian yang baru. Kelima sila tidak dapat dilepas satu dengan
lainnya. Walaupun masing-masing sila berdiri sendiri tetapi hubungan antar sila
merupakan hubungan yang organis.

1. Setiap unsur pembentuk Pancasila

Pembentukan pancasila merupakan unsur mutlak yang membentuk kesatuan, bukan


unsur yang komplementer. Artinya, salah satu unsur sila kedudukannya tidak lebih
rendah dari yang lain. Walaupun sila Ketuhanan merupakan sila yang berkaitan
dengan Tuhan sebagai causa prima, tetapi tidak berarti sila lainnya hanya sebagai
pelengkap.

1. Sebagai satu kesatuan yang mutlak

Kesatuan yang mutlak tidak dapat ditambah atau dikurangi. Oleh karena itu
Pancasila tidak dapat diperas, menjadi trisila yang meliputi sosio-nasionalisme,
sosiodemokrasi, ketuhanan, atau eka sila yaitu gotong royong sebagaimana
dikemukakan oleh Ir. Soekarno.

2. Susunan Pancasila

Pancasila sebagai suatu sistem nilai disusun berdasarkan urutan yang logis
keberdaan unsur-unsur yang terkandung dalam pancasila terdiri dari limm dasar
yang mencakup segala aspek dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara. Berikut dibawah ini inti dari sila pertama sampai sila kelima.

Sila Pertama Yaitu Ketuhanan YME

Sila ini ditempatkan paling pertama karena bangsa indonesia meyakini segala
sesuatu asalnya dari Tuhan dan akan kembali kepada Tuhan. Tuhan nama lain dalam
filsafat disebut dengan causa prima artinya sebab yang disebabkan oleh segala
sesuatu.

Sila Kedua Yaitu Kemanusiaan Yang Adil Dan beradab

Sila ini ditempatkan kedua setelah sila pertama karena yang akan mencapai tujuan
dan nilai-nilai yang didambakan oleh negara adalah manusianya. Apabila manusianya
hidup rukun, kreatif dan bertanggung jawab maka negara Indonesia akan mencapai
tujuan dan keinginan yang didambakan. Manusia yang bersifat monodualis yaitu
memiliki susunan kodrat yang terdiri atas jasmani dan rohani.

Ciri-ciri mahluk jasmani dan mahluk rohani.

Mahluk jasmani yaitu benda mati, tumbuhan, dan hewan.


Mahluk rohani yaitu akal, rasa, karsa, dan sifat.

Sifat kodrat manusia yaitu sebagai mahluk individu, dan mahluk Tuhan. Setelah
prinsip kemanusiaan dijadikan landasan maka untuk mencapai tujuan yang dicita-
citakan manusia- manusia perlu untuk bersatu antar masyarkat, tetapi tidak
mebedakan suku, ras, dan bahasa.
Sila Ketiga Yaitu Persatuan Indonesia

Sila ketiga ini kaitanya eratnya dengan nasionalisme. Rumusan sila ketiga tidak
mempergunakan awalan (ke) dan akhiran (an), tetapi awalan (per) dan akhiran (an),
dimaksudkan ada dimensi yang bersifat dinamik dari sila ini. Persatuan atau
nasionalisme Indonesia terbentuk bukan atas dasar persamaan suku bangsa, agama,
bahasa, tetapi dilator belakangi oleh sejarah (historis) dan etika (etis). Sejarah
(historis) artinya karena senasib sepenanggungan akibat penjajahan. Etis, artinya
berdasarkan kehendak luhur untuk mencapai cita-cita moral sebagai bangsa yang
merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur. Oleh karena itu persatuan
Indonesia, bukan sesuatu yang terbentuk sekali dan berlaku untuk selama-lamanya.
Persatuan Indonesia merupakan sesuatu yang selalu harus diwujudkan,
diperjuangkan, dipertahankan, dan diupayakan secara terus-menerus. Semangat
persatuan atau nasionalisme Indonesia harus selalu dipompa, sehingga semakin hari
semakin kuat.

Sila Keempat Yaitu Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanan Dalam
Permusyawaratan Atau Perwakilan.

Sila Keempat merupakan cara-cara yang harus ditempuh oleh rakyat indonesia dalam
membebaskan dari penjajahan dan memerdekakan agar diakui suatu negara yang
berdaulat dan memiliki undang-undang. Dalam sila keempat ini dijelaskan juga bahwa
bangsa indonesia sejak jaman penjajahan selalu melakukan permusyawaratan bila
akan melawan atau mempertahankan daerah bangsa indoensia dari para penjajah dan
dari dulu segala sesuatu peraturan yang menyangkut soal rakyat indonesia pasti di
tangani oleh pemerintah.

Sila kelima Yaitu Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Bangsa Indonesia.

Sila Kelima merupakan sila terakhir karena sila ini merupakan untuk selalu
menggambarkan dalam bertindak supaya bersikap adil kepada setiap warga negara
indonesia, tanpa membedakan status sosial, suku, ras, dan bahasa sehingga tujuan
dari bangsa Indonesia akan tercapai dengan keikiutan serta semua rakya bangsa
indonesia dalam mewujudkan suatu negara yang adil dalam segi hal.

Oleh karena itu dari setiap masing-masing sila-sila mempunyai makna dan peran
sendiri-sendiri. Semua sila berada dalam keseimbangan dan berperan dengan bobot
yang sama. Akan tetapi karena masing-masing unsur mempunyai hubungan yang
organis, maka sila yang di atas menjiwai sila yang berada di bawahnya Misalnya, sila
Ketuhanan Yang Maha Esa menjiwai dan meliputi sila ke dua, ke tiga, ke empat, ke
lima. Sila ke dua dijiwai sila pertama, menjiwai sila ke tiga, ke empat, dan ke lima.
Demikian seterusnya untuk sila ke tiga, ke empat, dan ke lima. Susunan sila-sila
pancasila merupakan kesatuan yang organis, satu sama lain membentuk suatu sistem
yang disebut dengan istilah majemuk tunggal (Notonagoro).

Majemuk tunggal artinya Pancasila terdiri dari 5 sila tetapi merupakan satu
kesatuan yang berdiri sendiri secara utuh. Selanjutnya, Notonagoro berpendapat
bahwa bentuk dan susunan Pancasila seperti tersebut di atas adalah hierarkis-
piramidal. Hierarkhis berarti tingkat, sedangkan yramidal dipergunakan untuk
menggambar-kan hubungan bertingkat dari sila-sila Pancasila dalam urutan luas
cakupan dan juga isi pengertian. Hukum logika yang mendasari pemikiran ini adalah
bahwa antara luas cakupan pengertian (teba berlakunya pengertian) dan isi
pengertian berbanding terbalik. Hal ini berarti, bahwa jika isi pengertiannya sedikit,
maka teba berlakunya pengertian itu sangat luas. Misalnya, kata meja mempunyai isi
pengertian yang sedikit, sehingga teba berlakunya pengertian meja sangat luas,
yaitu meliputi berbagai macam meja, kualitas meja, bentuk meja, dll. Akan tetapi
jika kata meja ditambah dengan isi pengertian, yaitu dengan kata tamu, maka teba
berlakunya pengertian itu semakin sempit, karena di luar meja tamu tidak tercakup
dalam pengertian itu.

1.3 Nilai-Nilai Pancasila Dalam Kehidupan Sehari-Hari

Pancasila dalam kehidupan berbangsa dan bernegara adalah merupakan


pandangan hidup bangsa dan negara dalam mencapai tujuan. Mengamalkan pancasila
dalam kehidupan sehari-hari sebagai petujuk hidup sehari-hari agar dapat hidup
dengan mencapai kesejahteraan dan kebahagiaan lahir dan batin. Pengamalan
pancasila dalam kehidupan sehari-hari ini sangat penting keran dengan demikian
diharapkan adanya tata kehidupan yang serasi dalam kehidupan sehari-hari. Berikut
adalah bentuk-bentuk pengmalan dari setiap sila pancasila yang diwujudkan dalam
kehidupan sehari-hari.

1. Ketuhanan Yang Maha Esa

Percaya dan takwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa


Mengembangkan sikap hormat menghormati dan bekerjasama antara pemeluk agama
dengan penganut kepercayaan yang berbeda-beda terhadap Tuhan YME
Membina kerukunan hidup di antara sesama umat beragama dan kepercayaan
terhadapTuhan Yang Maha Esa.
Agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa adalah masalah yang
menyangkut hubungan pribadi manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa.
Mengembangkan sikap saling menghormati kebebasan menjalankan ibadahsesuai
dengan agama dan kepercayaannya masing-masing.
Tidak memaksakan suatu agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa
kepada orang lain.

2. Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab

Mengakui dan memperlakukan manusia sesuai dengan harkat dan martabatnya


sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa.
Mengakui persamaan derajat, persamaan hak dan kewajiban asasi setiap manusia,
tanpa membeda-bedakan suku, keturunan, agama, kepercayaan, jenis kelamin,
kedudukan sosial, warna kulit dan sebagainya.
Mengembangkan sikap saling mencintai sesama manusia.
Mengembangkan sikap saling tenggang rasa dan tepa selira.
Mengembangkan sikap tidak semena-mena terhadap orang lain.
Menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan.
Berani membela kebenaran dan keadilan.
Mengembangkan sikap hormat menghormati dan bekerjasama dengan bangsa lain.

3. Persatuan Indonesia

Sanggup dan rela berkorban untuk kepentingan negara dan bangsa apabila
diperlukan.
Mengembangkan rasa cinta kepada tanah air dan bangsa.
Mengembangkan rasa kebanggaan berkebangsaan dan bertanah air Indonesia.
Mengembangkan persatuan Indonesia atas dasar Bhinneka Tunggal Ika.
Memajukan pergaulan demi persatuan dan kesatuan bangsa.

4. Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan atau


Perwakilan

Tidak boleh memaksakan kehendak kepada orang lain.


Mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan untuk kepentingan
Musyawarah untuk mencapai mufakat diliputi oleh semangat kekeluargaan.
Menghormati dan menjunjung tinggi setiap keputusan yang dicapai sebagai hasil
Dengan itikad baik dan rasa tanggung jawab menerima dan melaksanakan hasil
keputusan musyawarah.
Di dalam musyawarah diutamakan kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi
dan golongan.
Keputusan yang diambil harus dapat dipertanggungjawabkan secara moral kepada
Tuhan Yang Maha Esa, menjunjung tinggi harkat dan martabatmanusia, nilai-nilai
kebenaran dan keadilan mengutamakan persatuan dan kesatuan demi kepentingan
bersama.

5. Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia

Mengembangkan perbuatan yang luhur, yang mencerminkan sikap dan suasana


kekeluargaan dan kegotongroyongan.
Mengembangkan sikap adil terhadap sesama.
Menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban.
Menghormati hak orang lain.
Suka memberi pertolongan kepada orang lain agar dapat berdiri sendiri.
Suka bekerja keras dan suka menghargai hasil karya orang lain yang bermanfaat
bagi kemajuan dan kesejahteraan bersama.

DAFTAR PUSTAKA

http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/PNCASILA%20OK.pdf
http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/buku%20ajar%20Konsep%20Dasar%20PK
n.pdf
http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/Pancasila%20dan%20UUD%201945.pdf

Anda mungkin juga menyukai