BAB I
PENDAHULUAN
terakhir ini di seluruh dunia. Penyakit ini biasanya banyak terjadi pada negara berkembang
atau yang mempunyai tingkat sosial ekonomi menengah ke bawah. Tuberkulosis (TBC)
merupakan penyakit infeksi penyebab kematian dengan urutan atas atau angka kematian
(mortalitas) tinggi. Perkiraan angka kematian akibat TBC di negara industri yaitu berkisar 2
juta orang tiap tahunnya. Menurut WHO, saat ini sekitar sepertiga dari jumlah populasi dunia
telah menderita mycobacterium tuberculosa dan terus bertambah 8-10 juta kasus TB baru tiap
tahunnya.1,2,3
Di Indonesia TBC merupakan penyebab kematian utama dan angka kesakitan dengan
urutan teratas setelah ISPA. Indonesia menduduki urutan ketiga setelah India dan China
dalam jumlah penderita TBC di dunia. Bahkan setiap empat menit sekali satu orang
Tuberkulosis (TBC) adalah penyakit infeksi sistemik yang disebabkan oleh bakteri
Mycobacterium tuberculosis. TBC dapat mengenai semua organ terutama menyerang organ
pernapasan (TB paru) sebagai tempat infeksi primer dan organ luar paru (TB ekstra paru)
seperti kulit, kelenjar limfe, tulang, ginjal dan selaput. TBC menular melalui droplet infeksius
yang terinhalasi oleh orang sehat. Pada sedikit kasus, TBC juga ditularkan melalui susu. Pada
keadaan yang terakhir ini, bakteri yang berperan adalah Mycobacterium bovis. 2,3
negara-negara berkembang. Selain itu infeksi tuberkulosis saat ini mulai meningkat dengan
adanya infeksi HIV. Penampakan TB ekstra paru ini biasanya tidak khas, muncul perlahan
dan diagnosis terkadang tidak terpikirkan dan cenderung terlambat. Menurut Pedoman
organ urogenital lain. Sumber primernya (misalnya paru) mungkin memperlihatkan infeksi
aktif atau tidak memberikan keluhan maupun gejala termasuk kelainan radiologis. Hal ini
merupakan salah satu bentuk manifestasi klinis tuberkolosis desiminata, jarang dilaporkan
mungkin prevalensinya sedikit atau lolos dari pendekatan diagnosis. Pendekatan diagnosis
TB saluran kemih dan ginjal harus terarah karena tergantung dari gambaran klinis. Gambaran
klinis bervariasi : mungkin dengan keluhan ISK bawah (rekuren), hematuria tanpa sakit,
hipertensi resisten atau dengan sindrom gagal ginjal kronis (GGK). 1,5 .
Salah satu mekanisme timbulnya TB ekstra paru ini adalah reaktifasi fokus TB lama.
BAB II
DAFTAR PUSTAKA
II.1. Definisi
tuberkulosis yang bersifat sistemik, yang dapat bermanifestasi pada hampir semua organ
tubuh dengan lokasi terbanyak di paru yang biasanya merupakan lokasi infeksi primer.8
II.2. Lokasi
Organ yang biasa terkena TB ekstra paru secara sistematis adalah: 8,9
1. Tuberkulosis Meningitis
3. Tuberkulosis Mulut
7. Tuberkulosis Pleural
8. Tuberkulosis Miliar
II.3. Etiologi
memiliki famili lain yaitu M.bovis (tuberkulosis pada sapi, yang dapat ditularkan melalui
(terdapat pada kasus di daerah Afrika), M.microti (kemampuan lebih rendah dibandingkan
pewarnaan khusus. Perbedaan dengan bakteri lain adalah dinding sel yang memiliki
permeabilitas yang sangat rendah, sehingga tidak mudah di tembus oleh antibiotik. Selain itu
dinding sel mikrobakterium ini memiliki zat lipoarabinomannan yang merupakan protein
yang menyebabkan tidak efektifnya sistem pertahanan tubuh kita dalam menghancurkan
mikrobakterium ini. Kuman TB cepat mati dengan sinar matahari langsung, tetapi dapat
bertahan hidup beberapa jam ditempat yang gelap dan lembab. Dalam jaringan tubuh kuman
II.4. Patogenesis
TBC saluran kemih dapat mengenai satu atau lebih organ pada traktus urinarius dan
dengan TBC di organ lain. Organ yang dapat terkena antara lain ginjal dan ureter, buli-buli,
prostat dan vesikula seminalis, serta epididimis dan testis. Bakteri ini mencapai organ
Tempat infeksi primer kadang tidak jelas atau asimtomatik Ginjal dan prostat dapat
menjadi tempat infeksi TBC primer dan dapat terinfeksi dengan jalan asenden atau desenden.
Penyebaran infeksi tuberkulosis ke saluran kemih dan genitalia pria dengan cara hematogenik
pada organ ginjal, prostat dan epididimis. Sedangkan organ lainnya penyebaran melalui urin
atau perkontinuitatum dari organ yang disebutkan sebelumnya. Setiap organ akan
Tuberkulosis ginjal awalnya merupakan penyebaran milier kiri dan kanan di korteks.
Sarang milier ini berkembang menjadi radang granulasi yang mengalami nekrosis secara
perkejuan yang mungkin membenyuk kaverna atau sembuh lokal dengan fibrosis, pengerutan,
desendens.14
TB ekstra paru dapat menular, tapi penularannya tidak seperti TB paru yang melalui
kontak langsung lewat udara yang tercemar bakteri tuberkulosis. TB ekstra paru menular
melalui darah dan cairan tubuh yang terinfeksi bakteri tuberkulosis. Biasanya penularan
14
terjadi melalui transfusi darah.
M. Tuberkulosis merupakan saprofit bebas dan dapat ditemukan dalam air. TB
Saluran kemih dapat terjadi karena M. Tuberkulosis yang terdapat dalam air
15
mengkontaminasi urethra bagian distal dan genitalia eksterna.
Tuberkulosis saluran kemih dapat timbul pada segala usia dengan keadaan umum
kurang baik. Basil tuberkulosis mencapai ginjal atau epididimis secara hematogen.
Penyebaran tuberkulosis ke saluran kemih dapat terjadi puluhan tahun setelah kompleks
primer karena berada dalam bentuk tidak aktif (dormant) di dalam makrofag. Sekitar 80%
infeksi tuberkulosis terjadi akibat pengaktifan kembali bakteri dormant yang terjadi jika
sistem kekebalan penderita menurun (misalnya karena AIDS, pemakaian kortokosteroid atau
lanjut usia).1,15,17
TB saluran kemih lebih sering terjadi pada pria dengan rasio pria : wanita = 2 : 1
terutama pada usia 20 – 40 tahun. Tb saluran kemih jarang terjadi pada anak-anak karena
gejala TB saluran kemih baru timbul setelah 3 – 10 tahun bahkan lebih sejak infeksi
primer.1,11,15,17
Gejala Umum :
Batuk terus menerus dan berdahak selama 3 (tiga) minggu atau lebih.
Gejala Lain Yang Sering Dijumpai :
(malaise), berkeringat malam walaupun tanpa kegiatan, demam meriang > dari
sebulan.
Nyeri dada, ronkhi di puncak paru, wheezing lokal, lemah dan anoreksia.1,11,15,17
Gejala klinis yang mencurigakan ke arah TB Ekstra paru antara lain : 1,3,11,15,16,17
Nyeri pleura dengan sesak nafas
Infeksi saluran kemih berulang dan makin berat hingga dapat disertai kerusakan
Gambaran klinis yang dapat dicurigai adanya TB saluran kemih yaitu instabilitas buli-
buli. Disamping itu dapat pula memberikan beberapa gejala seperti hematuria mikroskopik
atau gross, sistitis kronis yang tidak segera sembuh walaupun telah diberi terapi yang adekuat,
ditemukannya pus (steril pyuria) tanpa atau disertai fistel, serta epididimitis kronik dimana
epididimis yang membesar tanpa rasa nyeri dengan vas deferens yang tebal atau kaku.
Dikatakan bahwa 30-50% penderita TBC saluran kemih akan menderita hematuria. Gejala
infeksi saluran kemih yang tidak bisa hilang dengan pengobatan biasa, klasifikasi parenkim
ginjal, dan adanya fokus infeksi tuberkulosis di tempat lain tetapi dapat juga tidak
menimbulkan keluhan sama sekali. Gangguan yang dapat ditimbulkan berupa infeksi saluran
kemih akibat adanya infeksi bakteri lain, kerusakan, penyempitan dari saluran kemih,
sehingga terjadi gangguan pengeluaran air seni baik dari ginjal maupun dari kandung kemih.
Apabila mengenai indung telur, rahim pada wanita atau saluran sperma pada pria dapat
menimbulkan kemandulan.1,10,15,16,17
Tabel II.7.2. Gejala atau komplikasi bagian lain yang terinfeksi M. Tuberkulosis
Otak - Demam
- Sakit kepala
- Mual
- Penurunan kesadaran
- Kerusakan otak yang menyebabkan
terjadinya koma
Pericardium - Demam
- Pelebaran vena leher
- Sesak nafas
II.8. Diagnosis
Penegakan diagnosis tuberkulosis saluran kemih cukup sulit karena gejalanya tidak
spesifik. Langkah yang penting untuk mendiagnosis infeksi ini adalah riwayat perkembangan
penyakit.16
Anamnesis
Riwayat gangguan miksi dan urgency yang kronik yang tidak respon terhadap
Perlu diperhatikan pasien dengan memiliki rasa lemas disertai keluhan gangguan
Gejala yang dapat terjadi, nyeri pada punggung, pinggang dan suprapubik, hematuria,
frequency dan nokturia. Gejala tambahan lain demam, penurunan berat badan dan
keringat malam. 16
Pemeriksaan fisik
16
infeksi tuberkulosis di luar traktus urogenital (paru, tulang, limpa, tonsil dan usus).
Pemeriksaan urologis :
Pemeriksaan penunjang
benjolan akibat TB dengan cara biopsi terbuka, atau biopsi jarum. Pemeriksaan dengan
kontras dapat menunjukkan adanya gangguan dari saluran kemih. 10 Petunjuk awal
tuberkulosis adalah foto Rontgen dada. TB akan terlihat sebagai daerah putih yang berbentuk
tidak teratur dengan latar belakang hitam. Rontgen juga bisa menunjukkan Efusi Pleura atau
Dilakukan penyuntikan protein tuberkulin dari bakteri tuberkulosis secara intra dermal
reaksi inflamasi (pembengkakan dan kemerahan) pada lokasi penyuntikan akan mencapai
ukuran maksimalnya setelah 48 – 72 jam setelah penyuntikan. Respon tubuh dapat berkurang
menandakan bahwa orang tersebut telah terinfeksi TB, tetapi hasil negatif tidak berarti
Namun reaksi tersebut dapat menurun pada penderita keganasan, kurang gizi,
penggunaan kortikosteroid dan dalam terapi radiasi, pasien dengan AIDS atau kanker.1,15,16
Gambar 8. Tes Tuberkulin hasil positif undurasi atau penebalan positif, > 15 mm
(sudah BCG), > 10 mm (belum BCG)
Pemeriksaan urin ini ditujukan untuk memeriksa eritrosit, leukosit dan pH dalam urin.
Urin juga dikultur untuk memeriksa adanya E.coli karena infeksi sekunder dapat terjadi pada
20% kasus. Namun ciri khas TB yaitu terdapat “Sterille Pyuria” pada pemeriksaan urin.
Sekitar 50% pasien juga mengalami mikrohematuria. Namun kultur urin ini memerlukan
waktu 6 – 8 minggu.17
Penegakkan diagnosis berdasarkan hasil kultur dengan media yang khusus (media
Lowenstein Jensen dan media telur pyruvic). Pengambilan urin dilakukan pada pagi hari
Pemeriksaan PCR (Polymerase Chain Reaction) pada urin memiliki sensitifitas dan
Pemeriksaan ini dilakukan untuk menunjukkan adanya kalsifikasi ginjal dan ureter,
Kalsifikasi ureter akibat TB jarang terjadi kecuali jika terdapat kalsifikasi pada ginjal.
Kalsifikasi tersebut terjadi intraluminal dan tampak dinding ureter menjadi tebal bukan
dilatasi.3
Gambar 10. Nodul Tuberkulosis pada dinding Ureter, dengan Hidronefrosis dini
kemih. Namun saat ini telah banyak digantikan dengan Computed Tomography (CT). IVU
dapat memberikan informasi yang berkaitan dengan peristaltik ureter, fibrosis yang mungkin
Manifestasi lain TB saluran kemih yang dapat dilihat dengan IVU adalah distorsi
deformitas kaliks multipel dan destruksi atau kerusakan parenkim kaliks. Dapat dilihat juga
dilatasi ureter di atas striktur ureterovesikal junction. Fase cystographic pada IVU dapat
memberikan informasi keadaan kandung kemih yang kemungkinan kecil berkontraksi atau
iregular. 1,19
Film ini diambil kira-kira 10 menit setelah pemberian suntikan kontras Iodin. Ginjal
mengekresi kontras melalui kaliks yang tidak dilatasi (tanda panah), pelvis ginjal (P),
Gambar 13. Tuberculosis Pada Urogenital. Terdapat kelainan pada kontur buli-buli
(tanda panah) serta terdapat distorsi & iregularitas pada calix renal (tanda panah)
CT telah menjadi pilihan lebih baik menggantikan IVU dalam menegakkan diagnosa
dan evaluasi TB genital dan saluran kemih. CT terbaru memberikan gambaran 3 dimensi. Alat
hidroureter, autonerektomi, kalsifikasi traktus urinarius dan kavitas parenkim ginjal. 1,19
Gambar 14. Unilateral Tuberkulosis ginjal dengan penurunan fungsi ginjal & dilatasi
Gambar 15. Tampak Massa kistik yang besar dan tebal di retroperitoneum dekat
Ultrasonography memberi penilaian terbatas. Alat ini dapat digunakan untuk melihat
ukuran lesi ginjal sebelum kemoterapi atau memonitor volume kontraksi kandung kemih
sebelum pengobatan. Hal ini diperlukan untuk menentukan intervensi atau langkah
selanjutnya. 1,19
selalu digunakan pada pasien yang telah dianestesi umum dengan muscle relaxant untuk
Biopsi biasanya hanya diperlukan untuk menentukan suatu keganasan dan tidak
disarankan sebelum pemberian terapi obat-obatan. Biopsi buli dikontraindikasi bila terdapat
tuberkulosis sistitis akut berupa gejala seperti sistitis akut dan pada sistoskopi didapatkan
Saat ini jarang digunakan, tetapi ada 2 indikasi penggunaan alat ini. Pertama, pada
kasus striktur ureter, untuk menilai panjang dan menghitung banyaknya sumbatan dan dilatasi
Gambar 18. Retrograde pyelography was performed since no contrast medium was
ginjal yang tidak berfungsi atau untuk memeriksa keadaan ginjal yang tidak dapat diperiksa
(MRI)
Alat ini jarang digunakan karena tidak memberikan informasi tambahan mengenai
II.9. Penatalaksanaan
paru. Namun pada beberapa keadaan perlu modifikasi, yaitu apabila TB menginfeksi organ
vital seperti pada efusi pleura, perkardial, TB spinal, TB genito urinaria, dan Meningitis
tuberkulosis. Selain itu, pengobatan pada TB ekstra paru biasanya lebih lama dibandingkan
dengan TB pada paru biasa. Sebagian besar sekitar 9 hingga 12 bulan. 1,11,12,15,16,17
for Drug-Sensitive TB
bakterisidal pada dosis tinggi. INH menghambat sintesis asam mikolat pada M. Tuberkulosis
dengan mempengaruhi enzim Mycolase synthetase. INH mempunyai efek toksik terhadap
II.9.1.b. Rifampisin
Rifampisin larut dalam lemak, memasuki makrofag, dan diekskresi lewat urin. 1,16
berinteraksi dengan beberapa obat termasuk Kontrasepsi oral, Kortikosteroid, dan beberapa
II.9.1..c. Streptomisin
ototoksik, tetapi sifatnya reversibel jika penggunaan obat dihentikan setelah gejala muncul.
1,16
II.9.1.d. Pyrazinamide
menghambat sintesis asam lemak I pada M. Tuberkulosis. Obat ini dapat bersifat
hepatotoksik pada pemberian dosis tinggi. Nausea dan vomitus juga sering ditemukan pada
II.9.1.e. Ethambutol
Obat ini aktif terhadap M. Tuberkulosis yang resisten INH dan obat-obatan
Tuberkulostatik lain. Ethambutol diabsorpsi baik melalui pemberian per oral. Sekitar 80%
diekskresi lewat urin dalam bentuk inaktif, dosis harus disesuaikan pada keadaan gagal ginjal.
Tahap Intensif
2 bulan 1 1 3 3 60
(dosis harian)
Tahap
lanjutan
4 bulan 2 1 --- --- 54
(dosis 3 x
seminggu)
Pada kasus multi drug resistence diberikan terapi yang terdiri dari 4 jenis obat yang
II.9.2. Pembedahan
gagal, seperti penyaliran atau pengeluaran sarang atau sisa sarang tuberkulosis, organ rusak
yang mengganggu, dan untuk memperbaiki perubahan atau penyulit sekunder seperti Stenosis
Saluran Kemih atau kerusakan / pengecilan kandung kemih atau leher kandung kemih.
Tindakan pembedahan pada penderita yang pernah mengidap Tuberkulosis harus dilakukan
Nefrektomi
Nefrektomi dilakukan apabila ginjal sudah tidak berfungsi baik dengan atau
tanpa kalsifikasi, kedua ginjal telah rusak ditambah dengan hipertensi dan obstruksi
Parsial Nefrektomi
memberikan respon lebih efektif dan cepat. Parsial nefrektomi dilakukan hanya jika
luka atau daerah yang mengalami kalsifikasi gagal merespon kemoterapi setelah 6
minggu dan apabila daerah mengalami kalsifikasi membesar dan mengancam kedua
ginjal.1,16
saluran kemih karena dengan teknik radiografik modern abses dapat diaspirasikan
hanya dengan invasif minimal. Metode ini sangat memuaskan dan memberikan hasil
yang baik.1,16
Epididimektomi
Epididimektomi dilakukan pada kasus abses yang tidak respon terhadap terapi
atau pembengkakan yang tidak berkurang atau bertambah besar pada saat terapi
antituberkulosis. Indikasi lain yaitu jika terdapat luka yang tidak sembuh atau bahkan
Striktur Urethra
Junction ( UVJ ), juga bisa mengenai Uretero Pelvic Junction ( UPJ ), dan kadang-
kadang pada 1/3 distal ureter. Penyakit ini juga melibatkan seluruh bagian ureter dan
dapat bermanfaat untuk pengaliran yang lebih adekuat dari ginjal. 1,16
Striktur pada distal ureter dapat terjadi pada sekitar 9% pasien. Jumlah ini
didapat dari adanya edema dan respon terhadap kemoterapi. Setelah pemberian
striktur dan derajat stenosis. Endoscopic dilatation dan endopielotomi misalnya, telah
digunakan pada beberapa kasus. Metode-metode ini cukup invasif tetapi hanya
digunakan pada kasus striktur pendek dan mempunyai tingkat keberhasilan yang
dipotong dan striktur yang sehat diimplantasikan kembali pada kandung kemih.1,16
komplikasi, oleh karena itu semua pasien perlu dipantau secara rutin.1,16
Augmentation Cystoplasty
frekuensi berkemih, baik siang maupun malam, bersamaan dengan adanya disuri,
kencing yang tidak tertahan, dan hematuria. Dengan penyakit berat lain kandung
kemih akan kehilangan elastisitasnya, dengan kapasitas kurang dari 100 ml. Tujuan
kontraindikasi pembedahan.1,16
Infeksi saluran kemih bawah dapat merupakan komplikasi post operasi diversi
urinarius atau bladder augmentation. Ini sering tanpa gejala dan sulit untuk dideteksi,
sehingga pemberian antibiotik dosis rendah secara kontinu selama 6 bulan atau lebih
perlu dipertimbangkan.1,16
Riwayat gangguan kejiwaan atau tingkat intelegensi subnormal, (2) Enuresis yang
tidak berhubungan dengan kapasitas kandung kemih yang kecil, (3) Intoleransi gejala
diurnal dengan inkontinensia yang tidak memberikan respon terhadap kemoterapi atau
Orthotopic Neobladder
rekonstruksi urinarius setelah cystectomy pada penyakit keganasaan, juga pada pasien
TB.1
II.10. Pencegahan
II.10.1. Vaksin
Badan penelitian luar negeri telah mengembangkan vaksin TB terbaru yang aman dan
Guerin ( BCG ) masih digunakan di negara-negara berkembang. Telah diketahui cara kerja
BCG yaitu dengan membatasi multiplikasi dan penyebaran M. Tuberculosis, bukan mencegah
Intravesikal BCG pertama kali diperkenalkan (1976) untuk terapi kanker kandung
kemih superfisial. Pencegahan cara ini memberikan toleransi baik dan hasil memuaskan untuk
jangka waktu panjang, hal ini pula yang menyebabkan intravesikal jenis ini paling banyak
digunakan.1
pemberian BCG harus ditunggu 1 sampai 3 minggu setelah reseksi transurethral. Sama halnya
pada pasien dengan daya tahan tubuh menurun, kateterisasi traumatik, atau hematuria tidak
diberikan BCG.1
Reaksi utama BCG termasuk infeksi sistemik dan bahkan sepsis. Infeksi ini memang
jarang ditemukan, tetapi perlu mendapat perhatian serius dan penanganan yang baik. BCG
sepsis merupakan komplikasi paling serius terapi intravesikal, dan meskipun jarang, ini dapat
berakibat fatal. Gejala seperti demam tinggi, rigor, dan hipotensi. Penangannya dengan
kemoterapi antituberkulosis.1,18
BAB III
KESIMPULAN
Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit infeksi penyebab kematian dengan urutan atas
atau angka kematian (mortalitas) tinggi. TB merupakan penyakit sistemik yang dapat
mengenai seluruh organ tubuh, hingga penegakkan diagnosa dan terapi TB harus ditujukan
Penyakit TB dapat dibagi menjadi dua bagian besar. Pertama yaitu TB paru dimana
penyakit TB ini yang menyerang jaringan paru, tidak termasuk pleura (selaput paru). Kedua
yaitu TB ekstra paru dimana TB ini adalah TB yang menyerang organ tubuh selain jaringan
paru, misalnya pleura (selaput paru), selaput otak, selaput jantung, kelenjar limfe, tulang,
persendian, kulit, usus, ginjal, saluran kencing, alat kelamin dan lain-lain.
Salah satu mekanisme timbulnya TB ekstra paru ini adalah reaktifasi fokus TB lama.
Reaktifasi ini meningkat sejalan peningkatan kasus, seperti manula (usia lanjut), pemakaian
obat imunosupresif atau steroid, malnutrisi, prevelensi AIDS dan adanya penyakit penyerta
seperti liver dan ginjal. Lokasi lesi TB paru dan ekstra paru pada saat
infeksi primer dipengaruhi oleh derasnya aliran darah dan tingginya tekanan oksigen seperti
di apeks paru, korteks ginjal dan daerah pertumbuhan pada tulang panjang.
TB ekstra paru dapat menular, tapi penularannya tidak seperti TB paru yang melalui
kontak langsung lewat udara yang tercemar bakteri tuberkulosis. TB ekstra paru menular
melalui darah dan cairan tubuh yang terinfeksi bakteri tuberkulosis. Biasanya penularan
Penampakan TB ekstra paru ini biasanya tidak khas, muncul perlahan dan diagnosis
terkadang tidak terpikirkan dan cenderung terlambat. Ini suatu fenomena yang penting,
karena akibat lambatnya diagnosis akan berakibat lambatnya pengobatan sehingga terjadi
Tuberculosis). Patogenesis TB saluran kemih tidak diketahui hingga pada tahun 1926, Medlar
melakukan penelitian terhadap pasiennya yang meninggal akibat TB paru dan tidak memiliki
paru juga ditemukan TB saluran kemih sehingga dikatakan TB saluran kemih merupakan
metastase TB paru. TB saluran kemih dapat timbul pada segala usia dari usia muda sampai
dan terjadinya resisten ganda terhadap O.A.T (Obat Anti Tuberkulosis). Keadaan seperti ini
Berdasarkan pedoman W.H.O dan Depkes telah diajukan kategori pemakaian O.A.T
dalam upaya masa kini untuk memberantas penyakit Tuberkulosis. Mengingat TB dapat
mengenai multiorgan yang menyangkut berbagai disiplin ilmu Kedokteran, diperlukan usaha
gigih dan kerjasama yang baik dari berbagai disiplin ilmu Kedokteran dalam upaya
yang diawali dengan ditemukannya Streptomisin (1944), Isoniazid (1952) dan Rifampisin
(1966).
Tindakan pembedahan pada penderita yang pernah mengidap Tuberkulosis harus dilakukan
Tuberkulosis.
DAFTAR PUSTAKA
1. McAleer SJ, Johnson WD, Johnson CW. Tuberculosis and Parasitic and Fungal
2. NN. Tuberkulosis paru. Accessed on : April, 09t h 2011. Last update : March, 16t h
2009. Available at : http://rajawana.com/artikel/kesehatan/264-tuberculosis-paru-tb-
paru.html
uk/wp-content/uploads/2009/12/TB-Patient.jpg&imgrefurl=http://tb.med.cam.ac.uk/
tuberculosis/&usg=__fZ_4yZfBiRtgyNiNZ9BMPyWTkd0=&h=175&w=165&sz=13
&hl=en&start=33&zoom=1&itbs=1&tbnid=ETMv5I-fvFsMEM:&tbnh=100&tbnw=
94&prev=/images%3Fq%3Dtuberkulosis%2Bginjal%26start%3D20%26hl%3Den%2
6sa%3DN%26gbv%3D2%26ndsp%3D20%26biw%3D1003%26bih%3D432%26tbm
%3Disch&ei=mhyoTcXNKY6KvgOy0sSACQ
4. NN. Liarnya tuberkulosis di luar paru-paru. Accessed on : April, 09t h 2011. Last
03/24/174504/1324661/763/liarnya-tbc-di- luar-paru-paru
5. NN. Infeksi Bakteri dan TBC. Accessed on : April, 09t h 2011. Last update : March,
th
19 2011. Available at : http://ersty.blogspot.com/2011/03/infeksi-bakteri-dan-
tbc.html
6. NN. Anatomi dan Fisiologi Sistem Perkemihan. Accessed on : April, 10t h 2011. Last
/01/28/anatomi-dan- fisiologi-sistem-perkemihan/
?imgurl=http://arispurnomo.com/wp-content/uploads/2010/10/urinary-copy.jpg&imgr
efurl=http://arispurnomo.com/anatomi-fisiologi-kandung-kemih-sistem-perkemihan&
usg=__uYb_U5nSCNVRYPg5PgJBFqZhUko=&h=252&w=300&sz=18&hl=en&star
t=18&zoom=1&itbs=1&tbnid=x9TiNY3zcSrYOM:&tbnh=97&tbnw=116&prev=/im
ages%3Fq%3Dfisiologi%2Bsaluran%2Bkemih%26hl%3Den%26biw%3D1024%26bi
h%3D420%26gbv%3D2%26tbm%3Disch&ei=V2CpTbTuMZDMuAPyiOGFCQ
http://adulgopar.files.wordpress.com/2009/12/tuberkulosis.pdf
9. Tampubolon G,dkk. . Evaluasi Pemeriksaan Batang Tahan Asam Urin pada penderita
Gross Hematuri. Accessed on : April, 09th 2011. Last update : 2002. Available at :
http://www.urologi.or.id/pdf/Nas%20Dr.%20Gideon%20Tampubolon%20(Jkt.pdf
th
10. Dinkes Pemerintah Kota Tasikmalaya. Tuberkulosis. Accessed on : April, 09 2011.
Available at : http://dinkes.tasikmalayakota.go.id/index. php/informasi-
penyakit/203
-tuberkulosis.html
11. RS Penyakit Infeksi Prof DR Sulianti Saroso. Perhimpunan Dokter Paru Indonesia.
Tuberkulosis. Accessed on : April, 09th 2011. Last update : Febuary, 3rd 2007.
Available at : http://www.infeksi.com/articles.php?lng=in&pg=57
12. Tanagho E, Kane C. Spesific Infections of the Genitourinary Tract. In : Smith General
13. Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. Tuberkulosis. Accessed on : April, 09t h 2011.
klikpdpi.com/konsensus/tb/tb.pdf
14. NN. Diseases of the Ureter. Accessed on : April, 09t h 2011. Available at :
http://www.google.co.id/imgres?imgurl=http://chestofbooks.com/health/disease/Patho
logy/images/Tuberculous-Nodule-in-the-Wall-of-the-Ureter-with-Beginning.jpg&
imgrefurl=http://chestofbooks.com/health/disease/Pathology/Diseases-Of-The-Ureter
.html&usg=__Jzn3GYoX17J61gCJnBC4qPxgdNo=&h=441&w=436&sz=15&hl=en
&start=38&zoom=1&itbs=1&tbnid=NU5nX7NtC5rr5M:&tbnh=127&tbnw=126&pre
v=/images%3Fq%3Dtuberkulosis%2Bginjal%26start%3D20%26hl%3Den%26sa%3
DN%26gbv%3D2%26ndsp%3D20%26biw%3D1003%26bih%3D432%26tbm%3Dis
ch&ei=mhyoTcXNKY6KvgOy0sSACQ
15. Eastwood JB, Corbishley CM, Grange JM. Tuberculosis and the kidney. In : Ritz
2001 : 1307-1314. . Accessed on : April, 15t h 2011. Last update : 2001. Available at :
http://jasn.asnjournals.org/content/12/6/1307.full
http://www.google.co.id/imgres?imgurl=http://wwwispub.com/ispub/ijs/volume_23_
number_1/management-of-genito-urinary-tuberculosis/genito-tbl3.jpg&imgrefurl=
http://www.ispub.com/journal/the_internet_journal_of_surgery/volume_23_number_
1/article/management-of-genito-urinary-tuberculosis.html&usg=__bhxJt1Oxp5Ybj_j
8dWeoL8Kz2zA=&h=303&w=908&sz=63&hl=en&start=15&zoom=1&itbs=1&tbni
d=eTVrMhYZ97LyrM:&tbnh=49&tbnw=147&prev=/images%3Fq%3Dpercutaneous
%2Bantegrade%2Bpyelography%2Bon%2Btuberculosis%26hl%3Den%26biw%3D1
020%26bih%3D432%26gbv%3D2%26tbm%3Disch&ei=Gy6oTeTVI4WevQOLhbH
3CA
17. Jong WD, Sjamsuhidayat R. 2003. Tuberkulosis Saluran Kemih. Dalam : Jong WD,
Sjamsuhidayat R. Saluran Kemih dan Alat kelamin lelaki, Buku Ajar Ilmu Bedah.
Tubekulosis. 2002.
19. Cek M, Lenk S, Naber KG, Bishop MC, Johansen TEB, Botto H, et al. EAU
Guidelines for the Management of Genitourinary Tuberculosis. Eur Urol 2005, 48;
253-62.