Anda di halaman 1dari 23

SISTEM RUJUKAN KESEHATAN

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Komunitas

Pada Program Studi S1 Terapan Keperawatan Semarang

Oleh:

1. Fattah Dwi Arif 10. Jay Ninda Listiandari


2. Fauzan Vega 11. Khayun Wismantara
3. Febrina Pitasari 12. Lizzatul Munajah Aminudin
4. Fitriana Khoirunnisa 13. Maulidia Sri Megawati
5. Hana Aji Safitri 14. Mei Puji Utami
6. Hartawan Wahyu Utomo 15. Nauval Fahlan Alin
7. Herni Purbasari 16. Novian Dwi Prayogi
8. Ihsan Nur Huda 17. Novikaningrum Wijayanti
9. Irma Istiqomah Wardani

PROGRAM STUDI S1 TERAPAN KEPERAWATAN SEMARANG

JURUSAN KEPERAWATAN POLITEKNIK

KESEHATAN KEMENKES SEMARANG

2017

KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, Puji syukur kelompok panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang
senantiasa melimpahkan rahmat, taufik, serta hidayah-Nya sehingga kelompok dapat
menyelesaikan makalah mata kuliah Menejemen Keperawatan dengan judul “SISTEM
RUJUKAN KESEHATAN”.

Kelompok menyadari bahwa kegiatan penulisan ini dapat diselesaikan berkat adanya
dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini kelompok menyampaikan
rasa hormat dan terima kasih kepada:
1. Warijan, SPd, AKep, MKes Direktur Politeknik Kesehatan Kemenkes Semarang.
2. Putrono, S.Kep., Ners., M.Kes Ketua Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan Kemenkes
Semarang.
3. Rodhi Hartono, SKp Ns. MBiomed Ketua Program Studi S1 Terapan Keperawatan
Semarang.
4. Arwani, SKM, MN selaku Dosen Pembimbing Akademik.
5. Teman-teman satu kelompok yang telah bekerja sama dalam pembuatan makalah.
Dengan ini, kelompok berharap semoga hasil penulisan ini dapat memberikan manfaat
khususnya untuk pemahaman tentang system rujukan keperawatan. Kelompok menyadari dalam
penyusunan makalah ini jauh dari kesempurnaan. Untuk itu, dengan segala kerendahan hati
kelompok mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi perbaikan dalam
pembuatan makalah ini. kelompok juga mengharapkan semoga makalah ini dapat bermanfaat
bagi kelompok dan pembaca semuanya.

Semarang, 10 Desember 2017

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i

KATA PENGANTAR .................................................................................... ii

DAFTAR ISI................................................................................................... iii


BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ..................................................................................... 1


B. Rumusan Masalah ................................................................................ 2
C. Tujuan Penulisan .................................................................................. 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi dari Sistem Rujukan ............................................................... 3


B. Jenis dari Sistem Rujukan .................................................................... 3
C. Jenjang dalam Sistem Rujukan ............................................................ 5
D. Keuntungan Sistem Rujukan................................................................ 6
E. Tata Cara dari Rujukan ........................................................................ 7

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan .......................................................................................... 9
B. Saran ..................................................................................................... 9

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Menurut Depkes (2015) Indonesia merupakan salah satu di antara sejumlah daftar
Negara-negara berkembang di dunia. Hal yang paling mendasar yang umum dijumpai
dalam suatu Negara berkembang adalah jumlah penduduk yang sangat besar. Indonesia
merupakan slah satu Negara dengan jumlah penduduk yang terbanyak. Hal ini dapat
dilihat dari hasil sensus penduduk yang semakin tahun semakin meningkat. Hasil estimasi
jumlah penduduk pada tahun 2015 sebesar 255.461.686 jiwa, yang terdiri atas
128.366.718 jiwa penduduk laki-laki dan 127.094.968 jiwa penduduk perempuan. Angka
tersebut merupakan hasil perhitungan yang dilakukan oleh Pusat Data dan Informasi
Kementerian Kesehatan dengan bimbingan dari Badan Pusat Statistik dengan
menggunakan metode geometric. Tingginya jumlah penduduk yang juga diiringi dengan
tingginya jumlah kematian di Indonesia. Salah satu estimasi tingginya kematian di
Indonesia adalah pada Angka Kematian Ibu (AKI).
Menurut Sumarni (2014) bahwa Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan salah
satu indikator derajat kesehatan perempuan. Berdasarkan survei yang dilakukan
menunjukkan AKI mengalami penurunan dari waktu ke waktu, namun demikian upaya
untuk mewujudkan target tujuan pembangunan masih membutuhkan komitmen dan usaha
keras yang terus menerus. Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) terakhir tahun
2007 menunjukkan AKI Indonesia sebesar 228 per 100.000 Kelahiran Hidup, sedangkan
berdasarkan Millenium Development Goals/MDGs 2000 pada tahun 2015, menargetkan
Angka Kematian Ibu menjadi 102/100.000 KH, Angka Kematian Bayi dari 68 menjadi
23/1.000 KH, dan Angka Kematian Balita 97 menjadi 32/1.000 KH pada tahun 2015.
Faktor penyebab yang dapat berpengaruh langsung terhadap kematian ibu adalah
pendarahan yang menempati persentase tertinggi penyebab kematian ibu (28%), eklamsia
(24%), infeksi (11%). Berdasarkan WHO (2016) penyebab kematian ibu terdapat empat
penyebab komplikasi langsung kematian ibu tertinggi yaitu perdarahan, hipertensi,
infeksi dan komplikasi lain selama kehamilan dan persalinan.
Menurut Unicef (2016) semua hal yang menyebabkan kematian ibu dapat diegah
apabila ditangani dan diberikan pertolongan segera oleh petugas kesehatan dengan alat
dan penunjang yang mendukung. Menurut Kemenkes (2013) idealnya pertolongan ibu di
lakukan di unit layanan kesehatan yang memiliki fasilitas yang memadai. Keterlambatan
rujukan merupakan penyebab lain dari timbulnya Angka Kematian Ibu (AKI).
Pemerintah telah mengatur sistem rujukan dan telah banyak dilakukan edukasi pada
seluruh elemen masyarakat. Namun banyak masyarakat yang belum paham terkait
rujukan yang ada di Indonesia. Ketimpangan yang sering terjadi di masyarakat awam
adalah pemahaman masyarakat tentang alur ini sangat rendah sehingga sebagian mereka
tidak mendapatkan pelayanan yang sebagaimana mestinya. Masyarakat kebanyakan
cenderung mengakses pelayanan kesehatan terdekat atau mungkin paling murah tanpa
memperdulikan kompetensi institusi ataupun operator yang memberikan pelayanan. Ini
merupakan salah satu akibat tidak berjalannya sistem rujukan kesehatan di Indonesia.
Pelaksanaan sistem rujukan di indonesia telah diatur dengan bentuk bertingkat
atau berjenjang, yaitu pelayanan kesehatan tingkat pertama, kedua dan ketiga, dimana
dalam pelaksanaannya tidak berdiri sendiri-sendiri namun berada di suatu sistem dan
saling berhubungan. Apabila pelayanan kesehatan primer tidak dapat melakukan tindakan
medis tingkat primer maka ia menyerahkan tanggung jawab tersebut ke tingkat pelayanan
di atasnya, demikian seterusnya. Apabila seluruh faktor pendukung (pemerintah,
teknologi, transportasi) terpenuhi maka proses ini akan berjalan dengan baik dan
masyarakat awam akan segera tertangani dengan tepat. Sebuah penelitian yang meneliti
tentang sistem rujukan menyatakan bahwa beberapa hal yang dapat menyebabkan
kegagalan proses rujukan yaitu tidak ada keterlibatan pihak tertentu yang seharusnya
terkait, keterbatasan sarana, tidak ada dukungan peraturan. Hingga saat ini, pelaksanaan
sistem rujukan di Indonesia masih terus disempurnakan hingga nantinya dapat mengakses
segala kekurangannya dan merubah kekurangan itu menjadi sebuah kelebihan agar sistem
yang telah direncanakan dapat dilaksanakan. Dari pemaparan di atas tersusunlah makalah
dengan judul “Sistem Rujukan Kesehatan”.

B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari sistem rujukan?
2. Apa saja jenis dari sistem rujukan yang ada?
3. Bagaimanakah jenjang dalam sistem rujukan?
4. Apa keuntungan, kerugian dan hambatan dari adanya sistem rujukan?
5. Bagaimanakah tata cara dari rujukan?
6. Bagaimana perbandingan sistem rujukan kesehatan yang ada di Indonesia dan di
Negara maju?
C. Tujuan
1. Menjelaskan definisi dari sistem rujukan.
2. Menjelaskan jenis sistem rujukan
3. Menjelaskan jenjang dalam sistem rujukan
4. Menjelaskan keuntungan, kerugian dan hambatan adanya sistem rujukan.
5. Menjelaskan tata cara dari rujukan
6. Menjelaskan perbandingan sistem rujukan kesehatan yang ada di Indonesia dan di
Negara maju
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi dari Sistem Rujukan.


Berdasarkan Permenkes RI Nomor 71 tahun 2014 tentang Pelayanan Kesehatan
pada Jaminan Kesehatan Nasional Sistem Rujukan adalah penyelenggaraan pelayanan
kesehatan yang mengatur pelimpahan tugas dan tanggung jawab pelayanan kesehatan
secara timbal balik baik vertikal maupun horizontal (Pasal 1 ayat 13)
Menurut Fleegler (2016) rujukan merupakan pemindahan tanggung jawab
penanganan/perawatan pasien dari pemberi rujukan/provider ke penerima
rujukan/provider yang berada diatasnya, yang mana biasanya pasien membutuhkan
pelayanan yang lebih kompleks untuk penyakit yang dideritanya.

Dalam SK Menteri Kesehatan Nomor 23 tahun 1972 yang dimaksud dengan


sistem rujukan adalah suatu system penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang
melaksanakan pelimpahan tanggungjawab timbal balik terhadap suatu kasus
penyakit atau masalah kesehatan secara vertical dalam arti dari unit yang
berkemampuan kurang kepada unit yang lebih mampu atau secara horizontal
dalam ari antar unit-unit yang setingkat kemampuannya.
Menurut Pohan, Imbalo S, ( 2007) sistem rujukan adalah suatu sistem
penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang melaksanakan pelimpahan wewenang dan
tanggungjawab atas kasus penyakit atau masalah kesehatan yang diselenggarakan secara
timbal balik, baik vertical dalam arti dari satu strata sarana pelayanan kesehatan ke strata
sarana pelayanan kesehatan lainnya, maupun horizontal dalam arti antara strata sarana
pelayanan kesehatan yang sama.

B. Jenis Sistem Rujukan


Menurut Pohan, Imbalo S, ( 2007) sesuai dengan jenis upaya kesehatan yang
diselenggarakan oleh puskesmas, ada dua macam rujukan yang dikenal yakni :
1. Rujukan upaya kesehatan perorangan
Cakupan rujukan pelayanan kesehatan perorangan adalah kasus
penyakit.Apabila suatu puskesmas tidak mampu menanggulangi satu kasus penyakit
tertentu, maka puskesmas tersebut wajib merujuknya ke sarana pelayanan kesehatan
yang lebih mampu (baik hotizontal maupun vertical). Sebaliknya pasien pasca rawat
inap yang hanya memerlukan rawat jalan sederhana, bias dirujuk kembali ke
puskesmas.
Menurut Trihono, (2002) rujukan upaya kesehatan perorangan dibedakan atas
tiga macam :
a. Rujukan kasus untuk keperluan diagnostik, pengobatan, tindakan medik (missal
operasi) dan lain lain.
b. Rujukan bahan pemeriksaan (spesimen) untuk pemeriksaan laboratorium yang
lebih lengkap.
c. Rujukan ilmu pengetahuan antara lain mendatangkan tenaga yang lebih
kompeten atau melakukan bimbingan tenaga puskesmas dan atau
menyelenggarakan pelayanan medik spesialis di puskesmas.
2. Rujukan upaya kesehatan masyarakat
Cakupan rujukan pelayanan kesehatan masyarakat adalah masalah kesehatan
masyarakat, misalnya kejadian luar biasa, pencemaran lingkungan danbencana.
Rujukan pelayanan kesehatan masyarakat juga dilakukan apabila satupuskesmas
tidak mampu menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat wajib dan
pengembangan, padahal upaya kesehatan masyarakat tersebut telah menjadi
kebutuhan masyarakat. Apabila suatu puskesmas tidak mampu menanggulangi
masalah kesehatan masyarakat dan atau tidak mampu menyelenggarakan upaya
kesehatan masyarakat, maka puskesmas wajib merujuknya ke dinas kesehatan
kabupaten atau kota.
Menurut Trihono, (2002) rujukan upaya kesehatan masyarakat dibedakan atas
tiga macam :
a. Rujukan sarana dan logistik, antara lain peminjaman peralatan fogging,
peminjaman alat laboratorium kesehatan, peminjaman alat audio visual, bantuan
obat, vaksin, dan bahan bahan habis pakai dan bahan makanan.
b. Rujukan tenaga, antara lain dukungan tenanga ahli untuk penyidikan kejadian
luar biasa, bantuan penyelesaian masalah hokum kesehatan, penanggulangan
gangguan kesehatan karena bencana alam.
c. Rujukan operasional, yakni menyerahkan sepenuhnya kewenangan dan
tanggungjawab penyelesaian masalah kesehatan masyarakat (antara lain usaha
kesehatan sekolah, usaha kesehatan kerja, usaha kesehatan jiwa, pemeriksaan
contoh air bersih) kepada dinas kesehatan kabupaten / kota. Rujukan operasional
diselenggarakan apabila puskesmas tidak mampu.

C. Jenjang Dalam Sistem Rujukan


Menurut Trihono, (2002) berdasarkan tingkat pelayanan kesehatan maka jenjang
pelayanan kesehatan dibedakan atas lima, yakni:
Table C.1. Jenjang pelayanan kesehatan di Indonesia
1 Tingkat rumah Pelayanan kesehatan oleh individu atau oleh
tangga keluarga sendiri.
2 Tingkat masyarakat Kegiatan swadaya masyarakat dalam menolong
mereka sendiri, misalnya: posyandu, polindes,
POD, saka bakti husada, dan lain-lain
3 Fasilitas pelayanan Upaya kesehatan tingkat pertama yang dilakukan
tingkat pertama puskesmas dan unit fungsional dibawahnya,
praktek dokter swasta, bidan swasta, dokter
keluarga dan lain-lain.
4 Fasilitas pelayanan Upaya kesehatan tingkat kedua (rujukan spesial)
tingkat kedua oleh balai: balai pengobatan penyakit paru (BP4),
balai kesehatan mata masyarakat (BKMM),
balaikesehatan kerja masyarakat (BKKM), balai
kesehatan olah raga masyarakat (BKOM), sentra
pengembangan dan penerapan pengobatan
tradisional (SP3T), rumah sakit kabupaten atau
kota, rumah sakit swasta, klinik swasta, dinas
kesehatan kabupaten atau kota, dan lain-lain.
5 Fasilitas pelayanan Upaya kesehatan tingkat ketiga (rujukan spesialis
tingkat ketiga lanjutan atau konsultan) oleh rumah sakit provinsi
atau pusat atau pendidikan, dinas kesehatan
provinsi dan departemen kesehatan.
Gambar 1.Sistem rujukan dalam jenjang pelayanan kesehatan

D. Keuntungan, Kerugian Dan Hambatan Adanya Sistem Rujukan.


Menurut Pohan, Imbalo S, ( 2007) keuntungan sistem rujukan adalah :
1. Pelayanan yang diberikan sedekat mungkin ke tempat pasien, berarti bahwa
pertolongan dapat diberikan lebih cepat, murah dan secara psikologis memberi rasa
aman pada pasien dan keluarga.
2. Penataran yang teratur diharapkan pengetahuan dan keterampilan petugas daerah
makin meningkat sehingga makin banyak kasus yang dapat dikelola di daerahnya
masing – masing.
3. Memudahkan masyarakat di daerah terpencil atau desa dapat memperoleh dan
menikmati tenaga ahli dan fasilitas kesehatan dari jenjang yang lebih tinggi.
Menurut Zulhadi (2013) Tantangan dalam sistem rujukan di Indonesia dalam
melaksanakan sistem rujukan di Indonesia banyak mengalami kendala antara lain :
1. Banyaknya masyarakat yang belum memahami mengenai sistem rujukan
Dalam hal ini, pengetahuan masyrakat mengenai alur rujukan masih sangat
kurang. Masyarakat kebanyakan cenderung mengakses pelayanan kesehatan terdekat
atau mungkin paling murah tanpa memperdulikan kompetensi institusi ataupun
operator yang memberikan pelayanan. Padahal sitem rujukan di Indonesia telah
diatur dengan bentuk bertingkat atau berjenjang, yaitu pelayanan kesehatan tingkat
pertama, kedua dan ketiga, dimana dalam pelaksanaannya tidak berdiri sendiri-
sendiri namun berada di suatu sistem dan saling berhubungan. Apabila pelayanan
kesehatan primer tidak dapat melakukan tindakan medis tingkat primer maka ia
menyerahkan tanggung jawab tersebut ke tingkat pelayanan di atasnya, demikian
seterusnya.
2. Kendala jarak
Faktor yang mempengaruhi akses masyarakat ke rumah sakit adalah faktor
geografis. Dalam arti fisik, kendala geografis di darat berhubungan erat dengan kondisi
jalan, ketersediaan transportasi dan pengaruh musim atau cuaca. Semakin jauh jarak
secara geografis, maka pengorbanan biaya dan waktu menjadi semakin besar.
3. Kuantitas dan kualitas tenaga pelaksana belum merata, masih ada puskesmas yang tidak
mempunyai tenaga dokter. Bahkan masih ada suatu daerah yang tidak memiliki dokter, baik
dokter umum maupun dokter spesialis
4. Belum meratanya tenaga kesehatan yang ada, jumlah tenaga kesehatan yang ada tidak sebanding
dengan jumlah masyrakat yang berobat
5. Kesiapan tenaga kesehatan yang masih kurang. Pelayanan berlebihan (overuse), kurang pas
(underuse), dan kurang tepat (mis- use) dalam memberikan layanan medik masih menjadi
masalah. Hal itu terjadi dalam diagnosis, peresepan obat, tes laboratorium, atau prosedur layanan
lain.
6. Belum jelasnya mengenai standar pelayanan, standar tarif, dan standar biaya dalam sitem
rujukan

Dari kendala diatas maka tantangan dalam menjalankan sitem rujukan sendri antara lain :
1. Kesiapan pemerintah, baik pemerintah pusat dan pemrintah daerah dalam meningkatkan
pengetahuan masyrakat mengenai sitem rujukan sendiri
2. Kesiapan pemerintah dalam memperbaiki akses rujukan, perbaikan transportasi dan
perbaikan infrastruktur
3. Dukungan profesi untuk secara konsisten menerapkan pelayanan yang efisien, efektif dan
berkualitas melalui penerapan clinical pathways dan kaidah-kaidah evidence based
4. Partisipasi aktif profesi dalam menyusun standarisasi pelayanan
5. Kesediaan untuk meningkatkan kompetensi bagi tenaga kesehatan
6. Kesiapan untuk mengisi kebutuhan Profesi diseluruh wilayah guna pemerataan tenaga
kesehatan
7. Institusi pendidikan membantu Pemerintah dalam penyediaan tenaga kesehatan yang
kompeten dan profesional

Kendala yang mungkin terjadi dalam pemberlakuan sistem rujukan hingga kini masih
sering terjadi. Meskipun Depkes telah memberikan acuan langkah yang tepat dalam pelaksanaan
sistem rujukan diserta dengan upaya pemerintah seperti yang dilakukan oleh Gubernur Jawa
Barat yang juga mengeluarkan instruksi tentang pembebasan penderita dengan resiko tinggi juga
masih belum dapat berjalan. Berikut adalah beberapa hambatan dan tantangan dalam
pemberlakuan sistem rujukan :
a. Kendala jarak, dalam hal ini masyarakat merasa kesulitan untuk menjangkau fasilitas
kesehatan dan rujukan. Terutama masyarakat yang tinggal dipedesaan yang kemudian sulit
untuk mendapatkan transportasi untuk mencapai sarana kesehatan
b. Sosio-ekonomi masyarakat yang masih kurang
c. Sosial budaya masyarakat yang dapat mempengaruhi sistem rujukan yakni sifat masyarakat
yang masih takut untuk dirujuk sehingga memperlambat proses rujukan. Contohnya adalah
proses persalinan, dimana masyarakat lebih mempercayai untuk melahirkan didukun
ketimbang dengan tenaga kesehatan
d. Tenaga yang masih kurang
e. Pengetahuan dan keterampilan yang masih kurang
f. Prosedur yang berbelit-belit, belum efektif dan efisien.
g. Sikap dan perilaku petugas yang kurang mendukung
h. Dukungan dari pemerintah daerah yang optimal

Kendala pendanaan juga dapat menjadi hambatan dalam proses rujukan. Berikut adalah
hal-hal yang terdapat didalamnya :
a. Adanya persepsi yang salah mengenai rumah sakit swadana
b. Dana yang turun terkotak-kotak (fragmented)
c. Belum ada dana khusus untuk menanggulangi pembebasan biaya penyakit
d. Laporan jumlah dan jenis kasus pembebasan atau pengurangan biaya rumah sakit yang belum
tercantum dalam RL. Kemampuan Rumah Sakit sebagai pembina puskesmas juga tidak luput
dari perhatian dalam pengembangan sistem rujukan ke arah yang lebih baik. Kendala yang
mungkin terjadi khususnya dalam bidang rekam medik yang antara lain dapat disebabkan oleh
: Tenaga profesional rekam medik masih kurang
e. Kualitas tenaga yang ada belum seperti yang diharapkan yakni terkait pengetahuan dan
keterampilan yang kurang
f. Metode kerja belum efektif dan efisien
g. Belum semua status terisi dengan lengkap dan benar
h. Pengertian suatu Rumah Sakit sebagai sebuah sistem yang belum dihayati oleh semua
petugas.
i. Sikap dan perilaku petugas

Koordinasi dengan Dinas Kesehatan yang masih kurang meskipun berbagai upaya yang
telah dilakukan baik di tingkat Provinsi antara lain diadakannya temu kerja dengan harapan akan
menghasilkan upaya-upaya untuk mengendalikan kendala dan peningkatan mutu sistem
pelayanan kesehatan.

E. Tata Cara dari Rujukan


MenurutPohan, Imbalo S, ( 2007) Sistem rujukan pelayanan kesehatan
dilaksanakan secara berjenjang sesuai kebutuhan medis, yaitu:
a. Dimulai dari pelayanan kesehatan tingkat pertama oleh fasilitas kesehatan tingkat
pertama
b. Jika diperlukan pelayanan lanjutan oleh spesialis, maka pasien dapat dirujuk ke
fasilitas kesehatan tingkat kedua
c. Pelayanan kesehatan tingkat kedua di faskes sekunder hanya dapat diberikan atas
rujukan dari faskes primer.
d. Pelayanan kesehatan tingkat ketiga di faskes tersier hanya dapat diberikan atas
rujukan dari faskes sekunder dan faskes primer.
1. Pelayanan kesehatan di faskes primer yang dapat dirujuk langsung ke faskes tersier
hanya untuk kasus yang sudah ditegakkan diagnosis dan rencana terapinya,
merupakan pelayanan berulang dan hanya tersedia di faskes tersier.
2. Ketentuan pelayanan rujukan berjenjang dapat dikecualikan dalam kondisi:
a. Terjadi keadaan gawat darurat;
kondisi kegawatdaruratan mengikuti ketentuan yang berlaku
b. Bencana;
Kriteria bencana ditetapkan oleh Pemerintah Pusat dan atau Pemerintah Daerah
c. Kekhususan permasalahan kesehatan pasien;
Kasus yang sudah ditegakkan rencana terapinya dan terapi tersebut hanya dapat
dilakukan di fasilitas kesehatan lanjutan
d. Pertimbangan geografis
e. Pertimbangan ketersediaan fasilitas
3. Pelayanan oleh bidan dan perawat
a. Dalam keadaan tertentu, bidan atau perawat dapat memberikan pelayanan
kesehatan tingkat pertama sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
b. Bidan dan perawat hanya dapat melakukan rujukan ke dokter dan/atau dokter gigi
pemberi pelayanan kesehatan tingkat pertama kecuali dalam kondisi gawat darurat
dan kekhususan permasalahan kesehatan pasien, yaitu kondisi di luar kompetensi
dokter dan/atau dokter gigi pemberi pelayanan kesehatan tingkat pertama
4. Rujukan Parsial
a. Rujukan parsial adalah pengiriman pasien atau spesimen ke pemberi pelayanan
kesehatan lain dalam rangka menegakkan diagnosis atau pemberian terapi, yang
merupakan satu rangkaian perawatan pasien di Faskes tersebut.
b. Rujukan parsial dapat berupa:
1) pengiriman pasien untuk dilakukan pemeriksaan penunjang atau tindakan
2) pengiriman spesimen untuk pemeriksaan penunjang
c. Apabila pasien tersebut adalah pasien rujukan parsial, maka penjaminan pasien
dilakukan oleh fasilitas kesehatan perujuk.

F. Tata Cara dari Rujukan berdasarkan Jaminan Sosial di Indonesia


Untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian di Indonesia dalam mencapai
tujuan SDG’s pemerintah mencanangkan beberapa program serta mengembangkan sistem
jaminan social yang dapat memfasilitasi masyarakat untuk mendapatkan pelayan
kesehatan yang memadai sesuai dengan yang tertuang dalam Undang- Undang Dasar
1945 pasal 34 ayat 2 dan perubahannya “Negara mengembangkan sistem jaminan Sosial
bagi seluruh rakyat dan memberdayakan masyarakat yang lemah dan tidak mampu
dengan mertabat kemanusiaan.selain dalam program social menurut Wahyudi (2014)
dalam mencapai target SDG’s perlu dilakukan upaya terobosan yang efisisen yaitu
melalui program Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Komprehensif (PONEK) di
Rumah Sakit untuk menurunkan kematian ibu.
Kemudian program jaminan social tersebut tertuang dalam Permenkes No. 71
tahun 2013 dalam pasal 1 ayat 1 jaminan social adalah jaminan berupa perlindungan
kesehatan agar peserta memperoleh manfaat pemeliharaan kesehatan dan perlindungan
dalam memenuhi kebutuhan dasar kesehatan yang diberikan kepada setiap orang yang
telah membayar iuran atau iurannya dibayar oleh pemerintah. Kemudian alur rujukan
pada jaminan social atau JKn diatur dalam pasal 13 “Pelayanan kesehatan bagi Peserta
yang dijamin oleh BPJS Kesehatan terdiri atas:”
a. Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama;
b. Pelayanan Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjutan, yang terdiri atas:
1. pelayanan kesehatan tingkat kedua (spesialistik); dan
2. pelayanan kesehatan tingkat ketiga (subspesialistik);
c. pelayanan kesehatan lain yang ditetapkan oleh Menteri.

G. Perbandingan Sistem Rujukan Kesehatan Yang Ada Di Indonesia Dan Di Negara


Maju
Menurut Fleegler (2016) Suksesnya proses rujukan pasien sangat ditentukan oleh
proses komunikasi antara provider yang terlibat, yang mana proses ini seringkali
diabaikan yang berimbas pada mutu rujukan.
Untuk mengatasi masalah komunikasi ini, di negara-negara maju sudah
dikembangkan rujukan berbasis electronik salah satunya adalah helpsteps access.
Gambar G.1 contoh aplikasi layanan kesehatan social
Dalam jurnal Amerika tentang Referral System Collaboration Between Public
Health and Medical Systems: A Population Health Case Report pada daerah Boston
Amerika Serikat bernisiatif mengambil langkah berani untuk menyediakan akses
HelpSteps ke seluruh database asli dan bermitra dengan Rumah Sakit Anak Boston untuk
mengembangkan situs pusat akses rujukan kesehatan keluarga yang memberikan arahan
keluarga ke layanan kesehatan dan sosial berbasis teknologi yang semakin besar pada
daerah Boston. The Mayor’s Health Line (MHL) merupakan dinas kesehatan kota
Boston, membantu keluarga dalam mengembangkan database rujukan komprehensif
layanan kesehatan di seluruh Boston.
Sistem ini menggunakan kuesioner mendalam untuk mengevaluasi kebutuhan
kesehatan dan sosial keluarga, menyarankan layanan yang dapat membantu mereka,
memungkinkan pengguna membaca deskripsi rinci tentang layanan yang berada di dekat
tempat tinggal mereka atau lokasi lain yang diinginkan, dan membantu pengguna pilih
referral yang memenuhi kebutuhan mereka. Pengguna bisa langsung pilih rujukan yang
diinginkan. Setelah dipilih, HelpSteps mencetak keluar lembar referensi bahwa pengguna
dapat menyimpan untuk bisa mengirim kuncinya informasi via email dan teks SMS juga.
Helpstep tersedia lembar rujukan, informasi kontak, daftar semua layanan yang
diberikan, kelayakan, biaya (jika ada), bahasa yang dilayani, dan pilihan transportasi
umum.
Di indonesia sendiri, pelayanan rujukan berbasis online belum terlaksana, karena
terbatasnya akses internet yang terhubung oelh tempat pelayanan kesehatan. Sistem
rujukan di Indonesia, masyarakat mengakses rujukan dengan pergi ke tempat pelayanan
kesehatan, dan apabila masyarakat yang tinggal di pedesaan jauh dengan pelayanan
kesehatan harus menempuh perjalanan yang jauh.
Perbandingan Pola JKn degan jaminan kesehatan di Amerika Serikat menurut
Kemenkes (2016) :
Indikator Amerika Serikat Jkn Indonesia
Manajemen Pengolahan Dana dikumpulkan di Dikelola langsung oleh
Pusat, dikelola tidak pusat BPJS kesehatan
langsung oleh pusat
abursa asuransi
Paket Manfaat Felksibel namun dapat 10 Paket manfaat sesuai
paket manfaat utama yang dengan yang diatur oleh
wajib dipenuhi UU
Cakupan PBI Mengacu garis kemiskinan Mengacu pada PBI
federal, namun Nasional
memperhitungkan
karakteristik daerah,
jumlahnya dapat melebihi
standar nasional
tergantung pada kondisi
dan kebutuhan masing-
masing.
Tabel. G.1 tabel perbandingan sistem jaminan kesehatan sosial di Indonesia dan Amerika
BAB III
PENUTUP
A. SIMPULAN
Sistem rujukan adalah suatu sistem penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang
melaksanakan pelimpahan wewenang dan tanggungjawab atas kasus penyakit atau
masalah kesehatan yang diselenggarakan secara timbal balik, baik vertical dalam arti
dari satu strata sarana pelayanan kesehatan ke strata sarana pelayanan kesehatan
lainnya, maupun horizontal dalam arti antara strata sarana pelayanan kesehatan yang
sama. Macam-macam rujukan ada 3 yaitu rujukan upaya kesehatan perorangan,
rujukan upaya kesehatan masyarakat, rujukan operasional. Keutungan dari sistem
rujukan yaitu pelayanan yang diberikan sedekat mungkin ke tempat pasien, berarti
bahwa pertolongan dapat diberikan lebih cepat, murah dan secara psikologis memberi
rasa aman pada pasien dan keluarga, serta pengetahuan petugas pelayanan meningkat.

B. SARAN
Diharapkan tempat pelayanan kesehatan dapat melaksanakan sistem rujukan
dengan benar dan mengerti alur rujukan, untuk menangani masalah kesehatan pasien
dengan cepat dan aman, serta sesuai prosedur rujukan.
DAFTAR PUSTAKA

BPJS Kesehatan. (2014). Sistem Rujukan Berjenjang, (online), (https://bpjs-


kesehatan.go.id/bpjs/dmdocuments/7c6f09ad0f0c398a171ac4a6678a8f06.pdf
diakses tanggal 15 Desember 2017).

Depkes RI. 2015. Profil Kesehatan Indonesia.


http://www.depkes.go.id/publikasi/ProfilKesehatanIndonesia2015.pdf diakses 19
Desember 2017
Fleegler, E. W., C. J. Bottino, A. Pikcilingis, B. Baker, E. Kistler, and A. Hassan. 2016.
Referral system collaboration between public health and medical systems: A
population health case report. National Academy of Medicine, Washington, DC,
(online), (http://nam.edu/wpcontent/uploads/2016/05/Referral-System-
Collaboration-Between-Public-Health-andMedical-Systems-A-Population-Health-
Case-Report.pdf. diakses tanggal 19 Desember 2017).
Kemenkes. 2015. Perbandingan Sistem Kesehatan. Mediakom (online)
http://mediakom.sehatnegriku.com/perbandingan-sistem-kesehatan/ diakses 19
Desember 2017

Kemenkes. 2013. Riset Dasar Kesehatan. Diakses pada 24 Mei 2017

Permenkes No 71 tahun 2013 tentang Pelayanan Kesehatan Nasional

Pohan, Imbalo S. (2007). Jaminan Mutu Layanan Kesehatan: Dasar – Dasar,


Pengertian, dan Penerapan. Jakarta : EGC.

Sumarni. 2014. Faktor Yang Mempengaruhi Keterlambatan Rujukan pada Kasusu


Kematian Ibu di RS MargonoSoekardjo. Jurnal Kebidanan

Trihono. (2002). ARRIME Pedoman Manajemen Puskesmas. Jakarta : CV. Proyek


Kesehatan Keluarga dan Gizi Departemen Kesehatan.

Undang- Undang Dasar 1945

Wahyudi, Y. P., & Nurfaidah, S. (2014). Pengelolaan Rujukan Kedaruratan Maternal


di Rumah Sakit dengan Pelayanan PONEK. Jurnal Kedokteran
Brawijaya, 28(1), 84–88.
WHO. 2016. Maternal Mortality

Unicef. 2016. Maternal Mortality and Maternal Health


Zulhadi, Laksono T., Siti N Z. 2013. Problem dan Tantangan Puskesmas dan Rumah
Sakit Umum Daerah dalam Mendukung Sistem Rujukan Maternal di Kabupaten
Karimun Provinsi Kepri Tahun 2012 Volume 2. Jurnal Kebijakan Kesehatan
Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai