Anda di halaman 1dari 21

Perbandingan Ideologi Pancasila Dengan Ideologi Lain

Pengertian Ideologi

Berdasarkan etimologinya, ideologi berasal dari bahasa Yunani yang terdiri dari dua kata yaitu (idea)
berarti perawakan, gagasan, dan buah pikiran dan (logia) yang berarti ajaran. Dengan demikian
ideologi adalah ajaran atau ilmu tentang gagasan dan buah pikiran atau (science des ideas).

Pengertian ideologi secara umum adalah suatu kumpulan gagasan, ide, keyakinan serta kepercayaan
yang bersifat sistematis yang mengarahkan tingkah laku seseorang dalam berbagai bidang
kehidupan seperti:

1. Bidang politik, termasuk bidang hokum, pertahanan, dan keamanan.

2. Bidang sosial.

3. Bidang kebudayaan.

4. Bidang keagamaan.

Maka ideologi negara dalam arti cita-cita negara atau cita-cita yang menjadi basis bagi suatu teori
atau sistem kenegaraan untuk seluruh rakyat dan bangsa yang bersangkutan pada hakekatnya
merupakan asas kerohanian yang antara lain memiliki cirri-ciri sebagai berikut:

1. Mempunyai derajat yang tinggi sebagai nilai hidup kebangsaan dan kenegaraan.

2. Oleh karena itu, mewujudkan suatu asas kerohanian, pandangan hidup, pandangan dunia,
pegangan hidup yang dipelihara, dikembangkan, diamalkan, dilestarikan, kepada generasi
berikutnya, diperjuangkan dan dipertahankan dengan kesediaan berkorban.

Ideologi erat sekali hubungannya dengan filsafat. Karena filsafat merupakn dasar dari gagasan yang
berupa ideology. Filsafat memberikan dasar renungan atas ideologi itu sehingga dapat dijelmakan
menjadi suatu gagasan untuk pedoman bertindak. Dari sudut etimologinya, filsafat berasal dari
bahasa Yunani yang terdiri dari dua buah kata, yaitu (filos) berarti cinta dan (Sophia) berarti
kebenaran atau kebijaksanaan. Jadifilsafat berarti cinta akan kebenaran atau kebijaksanaan. Arti
kata inilah yang kemudian dirangkumkan menjadi suatu makna bahwa filsafat adalah suatu
renungan atau pemikiran yang sedalam-dalamnya untuk mencari kebenaran.
Karena filsafat itu tersusun dalam suatu keseluruhan, kebulatan, dan sistematis maka pemikiran
filsafat harus berdasarkan kejujuran dalam penemuan hakikat dari suatu obyek yang menjadi titik
sentral pemikiran.

Di sini jelas bahwa hubungan ideologi dan filsafat itu sukar dipisahkan. Ideologi berdiri berdasarkan
landasan tertentu yaitu filsafat. Dan masalah ideologi adalah masalah pilihan. Ketepatannya
tergantung kepada jiwa bangsa itu sendiri. Ideologi yang dianngapnya benar dan sesuai dengan jiwa
bangsa, apa lagi yang telah terbukti tetap dapat bertahan dari segala godaan dan cobaan ideologi
lain melalui gerakan-gerakan atau pemberontakan akan memperkuat keyakinan pentingnya
mempertahankan ideology.

Ideologi Pancasila

Pancasila berasal dari bahasa sansekerta, menurut Muhammad Yamin dalam dalam bahasa
sansekerta kata Pancasila memiliki dua macam arti secara leksikal, yaitu:

· Panca artinya lima

· Syila artinya batu sendi, alas, dasar

· Syiila artinya peraturan tingkah laku yang baik/senonoh

Secara etimologis kata Pancasila berasal dari istilah Pancasyila yang memiliki arti secara harfiah
harfiah yaitu dasar yang memiliki lima unsur.

Ideologi Pancasila mendasarkan pada hakikat sifat kodrat manusia sebagai makhluk individu dan
makhluk sosial. Oleh karena itu dalam ideologi Pancasila mengakui atas kebebasan hak-hak
masyarakat. Selain itu bahwa manusia menurut Pancasila memiliki kodrat sebagai makhluk pribadi
dan sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa. Sehingga nilai-nilai Ketuhanan senantiasa menjiwai
kehidupan manusia dalam hidup negara dan masyarakat. Kebebasan manusia dalam rangka
demokrasi tidak melampaui hakikat nilai-nilai Ketuhanan, bahkan nilai Ketuhanan terjelma dalam
bentuk moral dalam ekspresi kebebasan manusia.

Perbandingan Pancasila Dengan Ideologi Lain

Berikut beberapa perbandingan ideologi Pancasila dengan ideologi lain dalam beberapa aspek, yaitu:

Politik Hukum
Pancasila > Demokrasi Pancasila, Hukum untuk menjunjung tinggi keadilan dan keberadaan individu
dan masyarakat.

Sosialisme > Demokrasi untuk kolektivitas, Diutamakan kebersamaan, Masyarakat sama dengan
negara.

Komunisme > Demokrasi rakyat, Berkuasa mutlak satu parpol, Hukum untuk melanggengkan
komunis.

Liberalisme > Demokrasi liberal, Hukum untuk melindungi individu, Dalam politik mementingkan
individu.

Ekonomi

Pancasila > Peran negara ada untuk tidak terjadi monopoli dll yang merugikan rakyat.

Sosialisme > Peran negara kecil, Kapitalisme, Monopolisme.

Komunisme > Peran negara dominan, Demi kolektivitas berarti demi Negara, Monopoli Negara.

Liberalisme > Peran negara kecil, Swasta mendominasi, Kapitalisme, Monopolisme, Persaingan
bebas.

Agama

Pancasila > Bebas memilih agama, Agama harus menjiwai dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara.

Sosialisme > Agama harus mendorong berkembangnya kebersamaan, Diutamakan kebersamaan.

Komunisme > Agama harus dijauhkan dari masyarakat, Atheis.


Liberalisme > Agama urusan pribadi, Bebas beragama (memilih agama/atheis).

Pandangan Terhadap Individu Dan Masyarakat

Pancasila > Individu diakui keberadaannya, Hubungan individu dan masyarakat dilandasi 3S (selaras,
serasi, dan seimbang).

Sosialisme > Masyarakat lebih penting daripada individu.

Komunisme > Individu tidak penting – Masyrakat tidak penting, Kolektivitas yang dibentuk negara
lebih penting.

Liberalisme > Individu lebih penting daripada masyarakat, Masyarakat diabdikan bagi individu.

Ciri Khas

Pancasila > Demokrasi Pancasila, Bebas memilih agama.

Sosialisme > Kebersamaan, Akomodasi.

Komunisme > Atheisme, Dogmatis, Otoriter, Ingkar HAM.

Liberalisme > Penghargaan atas HAM, Demokrasi, Negara hokum, Menolak dogmatis.

Berdasarkan sifatnya ideologi Pancasila bersifat terbuka yang berarti senantiasa mengantisipasi
perkembangan aspirasi rakyat sebagai pendukung ideologi serta menyesuaikan dengan
perkembangan jaman. Ideologi Pancasila senantiasa merupakan wahana bagi tercapainya tujuan
bangsa.

Kedudukan dan fungsi pancasila harus dipahami sesuai dengan konteksnya, misalnya Pancasila
sebagai pandangan hidup bangsa Indonesia, sebagai dasar filsafat negara Republik Indonesia,
sebagai ideologi bangsa dan negara Indonesia. Seluruh kedudukandan fungsi Pancasila itu bukanlah
berdiri secara sendiri-sendiri namun bilamana dikelompokkan maka akan kembali pada dua
kedudukan dan fungsi Pancasila yaitu sebagai dasar filsafat Negara dan pandangan hidup bangsa
Indonesia.

Pancasila pada hakikatnya adalah sistem nilai (value system) yang merupakan kristalisasi nilai-nilai
luhur kebudayaan bangsa Indonesia sepanjang sejarah, yang berakar dari unsur-unsur
kebudayaanluar yang sesuai sehingga secara keseluruhannya terpadu menjadi kebudayaan bangsa
Indonesia. Hal itu bias dilihat dari proses terjadinya Pancasila yaitu melalui suatu proses yang disebut
kausa materialisme karena nilai-nilai dalam Pancasila sudah ada dan hidup sejak jaman dulu yang
tercermin dalam kehidupan sehari-hari. Pandangan yang diyakini kebenarannya itu menimbulkan
tekad bagi bangsa Indonesia untuk mewujudkan dalam sikap dan tingkah laku serta perbuatannya.
Di sisi lain, pandangan itu menjadi motor penggerak bagi tindakan dan perbuatan dalam mencapai
tujuannya. Dari pandangan inilah maka dapat diketahui cita-cita yang ingin dicapai bangsa, gagasan
kejiwaan apa saja yang akan coba diwujudkan dalam kehidupan bemasyarakat, berbangsa, dan
bernegara.

Satu pertanyaan yang sangat fundamental disadari sepenuhnya oleh para pendiri negara Republik
Indonesia adalah “ atas dasar apakah negara Indonesia didirikan?” ketika mereka bersidang untuk
pertama kali di lembaga BPUPKI. Mereka menyadari bahwa makna hidup bagi bangsa Indonesia
harus ditemukan dalam budaya dan peradaban bangsa Indonesia sendiri yang merupakan
perwujudan dari nilai-nilai yang dimiliki, diyakini, dan dihayati kebenarannya oleh masyarakat
sepanjang masa dalam sejarah perkembangan dan pertumbuhan bangsa sejak lahirnya.

Nilai-nilai itu adalah buah hasil pikiran-pikiran dan gagasan-gagasan dasar bangsa Indonesia tentang
kehidupan yang dianggap baik. Merela menciptakn tata nilai yang mendukung tata kehidupan
kerohanian bangsa yang memberi corak, watak, dan cirri masyarakat dan bangsa Indonesia yang
membedakannya dengan masyarakat dan bangsa lainnya. Kenyataan yang demikian itu merupakan
suatu kenyatan objektif yang merupakan jatidiri bangsa Indonesia.

BAB II

PEMBAHASAN

Menurut AL Marsudi ideologi berasal dari kata Yunani yaitu idein yang berarti melihat,
atau idea yang berarti raut muka, perawakan, gagasan, buah pikiran, dan katalogia yang berarti
ajaran. Dengan demikian ideologi adalah ajaran atau ilmu tentang gagasan dan buah pikiran
atau science des ideas.

Menurut Marxisme ideologi diartikan sebagai pandangan hidup yang dikembangkan


berdasarkan kepentingan golongan atau kelas sosial tertentu dalam bidang poltik atau sosial.
Puspowardoyo (1992) menyebutkan bahwa ideologi dapat dirumuskan sebagai komplek
pengetahuan dan nilai yang secara keseluruhan menjadi landasan bagi seseorang atau masyarakat
untuk memahami jagad raya dan bumi seisinya serta menentukan sikap dasar untuk mengolahnya.

Jadi ideologi dapat kita artikan sebagai suatu gagasan dan buah pikiran yang dikembangkan
secara keseluruhan yang tersusun sistematis untuk mewujudkan tujuan dan cita- cita suatu Negara.

A. Ideologi Pancasila

Sebagaimana yang dikemukakan oleh Alfian (BP7 Pusat,1991 : 192), Pancasila telah
memenuhi syarat sebagai ideologi terbuka khususnya di Negara Republik Indonesia. Sebagai ideologi
terbuka Pancasila memberikan orientasi ke depan, mengharuskan bangsanya untuk selalu
menyadari situasi kehidupan yang sedang dan akan dihadapinya, terutama menghadapi globalisasi
dan era keterbukaan dunia dalam segala bidang. Pancasila sebagai ideologi terbuka memiliki
dimensi – dimensi idealitas, normatif, dan realitas.

B. Liberalisme

Jika dibandingkan dengan ideologi Pancasila yang secara khusus norma-normanya terdapat di dalam
Undang-Undang Dasar 1945, maka dapat dikatakan bahwa hal-hal yang terdapat di dalam
Liberalisme terdapat di dalam pasal-pasal UUD 1945, tetapi Pancasila menolak Liberalisme sebagai
ideologi yang bersifat absolutisasi dan determinisme.

Liberalisme merupakan paham yang memberikan penekanan kebebasan individu ssehingga


kesejahteraan bukan menjadi tanggung jawab negara.

C. Komunisme

Komunisme sebagai anti Kapitalisme menggunakan sistem Sosialisme sebagai alat kekuasaan sebagai
prinsip semua adalah milik rakyat dan dikuasai oleh negara untuk kemakmuran rakyat secara
merata. Komunisme sangat membatasi demokrasi pada rakyatnya sehingga Komunisme juga disebut
anti Liberalisme.

Dalam Komunisme perubahan sosial harus dimulai dari peran Partai Komunis. Jadi perubahan sosial
dimulai dari buruh, namun pengorganisasian buruh hanya dapat berhasil jika bernaung di bawah
dominasi partai.

D. Sosialisme
Sosialisme merupakan ideologi yang lebih mengedepankan persamaan / pemerataan derajat antar
masyarakatnya. Ideologi Sosialisme berpandangan bahwa manusia tidak dapat hidup sendiri –
sendiri. Kerja sama atau gotong royong akan membuat kehidupan dalam bermasyarakat menjadi
lebih baik.

Sosialisme mencita-citakan sebuah masyarakat yang didalamnya semua orang hidup dan dapat
bekerja sama dalam kebebasan dan solidaritas dengan hak-hak, yang sama. Tujuannya ialah
mengorganisir buruh dan menjamin pembagian merata hasil-hasil yang dicapai, memberikan
ketenteraman dan kesempatan bagi semua orang.

Perbandingan ideologi Pancasila dengan ideologi Liberalisme, Komunisme, Sosialisme.

IDEOLOGI

LIBERALISME KOMUNISME SOSIALISME PANCASILA

ASPEK

POLITIK - Demokrasi - Demokrasi - Demokrasi - Demokrasi


HUKUM liberal rakyat untuk Pancasila
kolektivitas
- Hukum - Berkuasa - Hukum
untuk mutlak satu - Diutamakanuntuk
melindungi parpol kebersamaan menjunjung
individu tinggi keadilan
- Hukum - Masyarakat dan
- Dalam untuk sama dengan keberadaban
politik melanggengkan negara individu dan
mementingkan komunis masyarakat
individu

EKONOMI
- Peran negara - Peran negara
- Peran negara ada untuk ada untuk
- Peran dominan pemerataan tidak terjadi
negara kecil monopoli,
- Demi - Keadilan yang dirugikan
- Swasta kolektivitas distributif yang rakyat
mendominasi berarti demi diutamakan
negara
- Kapitalisme
- Monopoli
-
negara
Monopolisme
- Agama men
- Bebas
AGAMA - Persaingan dorong memilih salah
bebas perkembangan- satu agama
- Agama
nya
candu kebersama-an - Agama harus
masyarakat menjiwai
- Agama dalam
urusan pribadi - Agama harus kehidupan
dijauhkan dari bermasyarakat
- Bebas masyarakat
beragama berbangsa dan
bernegara
· Bebas
memilih agama

· Bebas tidak
- Masyarakat -Individu diakui
beragama
lebih penting keberadaanya
PANDANG- dari individu
AN - Masyarakat
TERHADAP diakui
- Individu
INDIVIDU keberadaannya
- Individu tidak penting
DAN lebih penting
MASYARA-AT dari pada - Masyarakat
masyarakat tidak penting

- Masyarakat - Kolektivitas
yang dibentuk
diabdikan bagi
individu negara lebih
penting
CIRI KHAS - - Individu akan
Kebersamaan punya arti
- Atheisme apabila hidup
- Akomodasi
- Penghargaan di tengah
atas HAM - Dogmatis - Jalan tengah masyarakat

- Demokrasi - Otoriter

- Negara - Ingkar HAM - Keselarasan


hokum keseimbangan,
- Reaksi
dan keserasian
terhadap
- Reaksi dalam setiap
terhadap liberalesme
aspek
apsolutisme dan kapitalisme
kehidupan
Sumber : Setiadi, Elly M. 2003.Pendidikan Pancasila. Jakarta : Gramedia

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari pembahasan tersebut dapat disimpulkan bahwa Pancasila adalah bagian dari Ideologi bangsa
yang diangkat dari nilai – nilai adat istiadat kebudayaan serta nilai religius yang terdapat dalam
pandangan hidup masyarakat Indonesia. Ideologi dapat diartikan sebagai suatu gagasan dan buah
pikiran yang dikembangkan secara keseluruhan yang tersusun secara sistematis untuk mewujudkan
tujuan dan cita- cita suatu Negara. Pancasila sebagai Ideologi bangsa menunjukkan adanya
keseimbangan ide dan gagasan serta tidak bersifat absolute dalam memandang manusia dan
kehidupan bernegara, sedangkan Liberalisme, Komunisme lebih bersifat mutlak atau totaliter.
Keduanya juga cenderung menutup mata akan adanya dampak individualisme dan persaingan.
Selain itu, jika dibandingkan dengan Pancasila, Sosialisme sering dikatakan sebagai antitesa
Kapitalisme, yang tingkah laku ekonomi dikuasai oleh kepentingan untuk memperoleh keuntungan
maksimal lewat persaingan bebas, sistem pasar, dan harga.

B. Saran

Pancasila sebagaimana kita yakini merupakan jiwa, kepribadian dan pandangan hidup bangsa
Indonesia. Kerena Pancasila merupakan ideologi dari negeri kita. Dengan adanya persatuan dan
kesatuan tersebut jelas mendorong usaha dalam menegakkan dan memperjuangkan kemerdekaan.
Ini membuktikan dan meyakinkan tentang Pancasila sebagai suatu yang harus kita yakini karena
cocok bagi bangsa Indonesia.
Jadi, Indonesia saat ini sangat membutuhkan sebuah idiologi dalam menjalankan pemerintahan ini
ke depan. Tidak lain ideologi itu adalah Pancasila. Sebelumnya melangkah lebih jauh, sangat perlu
kita memahami apa arti dari ideologi dan apa itu Pancasila sebenarnya.

PENGERTIAN ETIKA

Secara etimologi “etika” berasal dari bahasa Yunani yaitu “ethos” yang berarti watak, adat ataupun
kesusilaan. Jadi etika pada dasarnya dapat diartikan sebagai suatu kesediaan jiwa seseorang untuk
senantiasa patuh kepada seperangkat aturan-aturan kesusilaan (Kencana Syafiie, 1993). Dalam
konteks filsafat, etika membahas tentang tingkah laku manusia dipandang dari segi baik dan buruk.
Etika lebih banyak bersangkut dengan prinsip-prinsip dasar pembenaran dalam hubungan dengan
tingkah laku manusia (Kattsoff, 1986).

Etika adalah ilmu yang membahas tentang bagaimana dan mengapa kita mengikuti suatu ajaran
tertentu atau bagaimana kita bersikap dan bertanggung jawab dengan berbagai ajaran moral. Kedua
kelompok etika itu adalah sebagai berikut :

Etika Umum, mempertanyakan prinsip-prinsip yang berlaku bagi setiap tindakan

manusia.

Etika Khusus, membahas prinsip-prinsip tersebut di atas dalam hubungannya dengan berbagai aspek
kehidupan manusia, baik sebagai individu (etika individual)

maupun mahluk sosial (etika sosial).

PENGERTIAN POLITIK

Pengertian “politik” berasal dari kosa kata “politics” yang memiliki makna bermacam-macam
kegiatan dalam suatu sistem politik atau negara yang menyangkut proses penentuan tujuan-tujuan
dari sistem itu dan diikuti dengan pelaksanaan tujuan-tujuan itu. Berdasarkan pengertian-pengertian
pokok tentang politik maka secara operasional bidang politik menyangkut konsep-konsep pokok
yang berkaitan dengan negara (state), kekuasaan (power), pengambilan keputusan (decision
making), kebijakan (policy), pembagian (distribution), serta alokasi (allocation) (Budiardjo, 1981:
8,9).

PENGERTIAN ETIKA POLITIK

Setelah penjelasan kedua poin di atas, maka tibalah pada intisari penting, yaitu etika politik. Secara
substantif pengertian etika politik tidak dapat dipisahkan dengan subjek sebagai pelaku etika, yakni
manusia. Oleh karena itu etika politik berkaitan erat dengan bidang pembahasan moral. Hal ini
berdasarkan kenyataan bahwa pengertian “moral” senantiasa menunjuk kepada manusia sebagai
subjek etika. Dapat disimpulkan bahwa dalam hubungannya dengan masyarakat bangsa maupun
negara, etika politik tetap meletakkan dasar fundamental manusia sebagai manusia. Dasar ini lebih
meneguhkan akar etika politik bahwa kebaikan senantiasa didasarkan kepada hakikat manusia
sebagai makhluk beradab dan berbudaya.
Berdasarkan suatu kenyataan bahwa masyarakat, bangsa, maupun negara bisa berkembang ke arah
keadaan yang tidak baik dalam arti moral. Misalnya suatu negara yang dikuasai oleh penguasa atau
rezim yang otoriter. Dalam suatu masyarakat negara yang demikian ini maka seseorang yang baik
secara moral kemanusiaan akan dipandang tidak baik menurut negara serta masyarakat negara.
Oleh karena itu aktualisasi etika politik harus senantiasa mendasarkan kepada ukuran harkat dan
martabat manusia sebagai manusia (Suseno, 1987: 15).

PENERAPAN ETIKA POLITIK DI INDONESIA

Manusia dalam hidupnya tidak lepas dari manusia lain. Untuk itu, manusia perlu hidup berkelompok
(zoon politicon) yang menampilkan insan berfikir sekaligus sebagai insan usaha (homo economicus).
Hal itu dilakukan selain sebagai kodratnya, dimaksudkan untuk mencapai kesejahteraan bersama.
Bangsa Indonesia memilih bentuk (organisasi) negara yang dinamakan Republik yang merupakan
suatu pola yang mengutamakan pencapaian kepentingan umum (respublica) dan bukan kepentingan
perseorangan atau kepentingan golongan. Pada umumnya, kegiatan kenegaraan kaitannya dengan
hasil perjanjian bermasyarakat, orang beranggapan bahwa kegiatan kenegaraan meliputi:

Membentuk hukum atau kewenangan legislatif.

Menerapkan hukum atau kewenangan eksekutif.

Menegakkan hukum atau kewenangan yudikatif.

Oleh karena itu, analisis kenegaraan tidak dapat dipisahkan dari analisis tata hukum. Konstitusi
adalah suatu pola hidup berkelompok dalam organisasi negara, yang seringkali diperluas dalam
organisasi apapun. Sebagai pola hidup berkelompok dalam organisasi negara maka konstitusi pada
umumnya memuat:

Hal-hal yang dianggap fundamental dalam berorganisasi.

Hal-hal yang dianggap penting dalam hidup berkelompok oleh suatu bangsa,

sekalipun oleh bangsa lain tidak dianggap demikian.

Hal-hal yang dicita-citakan, sekalipun hal itu seolah-olah sulit untuk dicapai

karena idealistik.

Sekarang ini keadaan politik di Indonesia tidak seperti apa yang diharapkan oleh bangsa Indonesia
sendiri. Banyak rakyat Indonesia yang beranggapan bahwa politik di Indonesia adalah sesuatu hal
yang mereka lakukan untuk mendapatkan kedudukan dan kekuasaan dan mereka para pelaku politik
rela untuk melakukan apa saja demi mendapatkan apa yang mereka inginkan dengan menghalalkan
segala cara. Pemerintah Indonesia pun tidak mampu menjalankan fungsinya sebagai wakil rakyat.
Hal ini ditunjukkan oleh sebagian rakyat yang mengeluh, karena hidup mereka belum dapat
disejahterakan oleh negara. Rakyat sendiri masih belum merasakan bantuan yang mereka dapatkan
dari para pemerintah Indonesia karena kesejahteraan dari para rakyat masih jauh dari kata
terpenuhi. Pandangan masyarakat terhadap politik itu sendiri menjadi buruk, dikarenakan
pemerintah Indonesia yang tidak pernah menjalankan kewajibannya sebagai wakil rakyat dengan
baik, karena bagi mereka politik hanyalah sesuatu yang buruk dalam mencapai kekuasaan dan
sesuatu yang buruk untuk mendapatkan sesuatu. Contohnya adalah masalah gaji DPR yang sangat
besar yang mereka peroleh untuk setiap bulannya, tetapi gaji yang diperoleh tidak sesuai dengan
program kerja yang dilakukan oleh para wakil rakyat, malah menambah kemiskinan bagi rakyat
karena semakin banyak wakil rakyat yang melakukan korupsi pada saat itu. Kebijakan itu jelas
mencederai rasa keadilan publik karena disaat yang sama kemiskinan masih mengharu biru
Indonesia.

ANALISA KEBIJAKAN KENAIKAN BBM DI INDONESIA (SISI PRO)

Berita tentang naiknya harga BBM di Indonesia bukanlah hal baru lagi bagi rakyat di
Indonesia. Kenaikan harga BBM ini terjadi diakibatkan karena harga BBM di Indonesia merupakan
harga BBM termurah di kawasan ASEAN, untuk harga Rp 4.500 per liter terlalu murah dibandingkan
dengan harga BBM Industri, yaitu Rp 9.300 per liter, harga untuk BBM di Indonesia memang
merupakan harga yang tergolong terlalu jauh. Maka dari itu pemerintah memilih untuk menaikkan
harga BBM guna untuk mencegah terjadinya atau merangsangnya penyelundupan yang terjadi
karena murahnya harga BBM telah merangsang penyelundupan, baik kepada sektor industri atau
pertambangan, maupun penyelundupan ke luar negeri, seperti contoh penyeludupan bahan bakar
yang sering terjadi. Hal ini dapat menimbulkan kerugian bagi negara, karena dengan harga yang
murah BBM di Indonesia, menyebabkan oknum-oknum luar menjual harga BBM tersebut lebih tinggi
sehingga bisa menambah keuntungan bagi perseorangan, bukan keuntungan bagi negara. Karena
secara tidak langsung yang menjual secara eceran itu mengambil apa yang harusnya milik negara.
Padahal untuk harga satu liter hanya merogoh gocek Rp 4.500 per liter apabila orang luar menjual
bisa sekitar Rp 6.000 sampai Rp 8.000, hal ini yang menyebabkan kerugian bagi negara, BBM yang
habis tetapi jadi dijual kembali oleh para penyelundup. Maka dari itu, saya pribadi setuju untuk
menaikkan harga BBM di Indonesia untuk mengurangi penyelundupan penjualan BBM di Indonesia,
walaupun dapat menyebabkan harga-harga yang lain seperti harga bahan-bahan pokok harus naik,
mau tidak mau kita sebagai rakyat harus menaati dan menuruti kebijakan pemerintah untuk
menaikkan harga BBM, mungkin akan berdampak buruk bagi rakyat yang kurang mampu karena
kenaikan harga BBM membuat mereka semakin berat untuk berbelanja karena naiknya harga bahan-
bahan pokok.

Pancasila Sebagai Paradigma Pembangunan| Pengertian Pancasila Sebagai Paradigma Pembangunan


adalah sistem nilai acuan, kerangka-acuan berpikir, pola-acuan berpikir atau jelasnya sebagai sistem
nilai yang dijadikan sebagai kerangka landasan, kerangka cara, dan sekaligus sebagai kerangka dalam
menentukan arah/tujan bagi yang menyandangnya. Istilah Paradigma awalnya dipakai dalam filsafat
Ilmu Pengetahuan. Menurut Thomas Kuhn, sebagai orang yang pertama kali mengemukakan istilah
tersebut yang menyatakan bahwa ilmu di waktu tertentu didominasi oleh suatu paradigma.

Paradigma adalah pandangan mendasar dari para ilmuwan atas pokok persoalan suatu cabang ilmu
pengetahuan. Tidak hanya dalam bidang ilmu pengetahuan, Paradigma berkembang dan sering
digunakan dalam bidang politik, hukum, sosial, dan ekonomi. Lalu paradigma berkembang dengan
pengertian sebagai kerangka pikir, kerangka bertindak, acuan, orientasi, sumber, tolok ukur,
parameter, arah dan tujuan. Hal dijadikan paradigma berarti sesuatu itu dijadikan sebagai kerangka
acuan, tolok ukur, parameter, arah, dan tujuan dari sebuah kegiatan.

Dapat dikatakan bahwa paradigma berada pada posisi tinggi dan melaksanakan segala hal dalam
kehidupan manusia. Pancasila sebagai paradigma, artinya nilai-nilai dasar pancasila secara normatif
menjadi dasar, kerangka acuan, dan tolok ukur sebagai segenap aspek pembangunan nasional yang
dijalankan di Indonesia. Hal ini merupakan konsekuensi atas pengakuan dan penerimaan bangsa
Indonesia atas Pancasila sebagai dasar negara dan ideologi nasional.

Hal tersebut sesuai dengan kenyataan objektif mengenai Pancasila merupakan dasar negara
Indonesia, Sementara negara merupakan organisasi atau persekutuan hidup manusia, dengan
demikian pancasila sebagai landasan dan tolak ukur dari penyelenggaraan bernegara termasuk
dalam melaksanakan pembangunan.

Nilai-nilai dasar Pancasila dikembangkan dari hakikat manusia yang menurut Pancasila adalah
makhluk monopluralis. Ciri-ciri kodrat manusia sebagai makhluk monopluralis adalah sebagai
berikut..
a. Susunan kodrat manusia terdiri dari jiwa dan raga
b. Sifat kodrat manusia sebagai individu sekaligus sosial
c. Kedudukan kodrat manusia sebagai makhluk pribadi dan makhluk tuhan

Jadi, pembangunan nasional merupakan upaya meningkatkan harkat dan martabat manusia terdiri
dari aspek jiaw, raga, pribadi, sosial dan aspek ketuhanan. Secara singkat, pembangunan nasional
merupakan upaya dalam peningkatan manusia secara totalitas.

Pembangunan sosial wajib mengembangkan harkat dan martabat manusia secara keseluruhan.
Sehingga pembangunan dilaksanakan dari berbagai bidang mencakup seluruh aspek kehidupan
manusia yaitu sebagai berikut...

Bidang Politik

Bidang Ekonomi

Bidang Sosial Budaya

Bidang Pertahanan Keamanan

Dari berbagai bidang/aspek diatas merupakan kajian dalam Pancasila menjadi paradigma dalam
pembangunan yang penjelasannya dibawah ini...

1. Pancasila Sebagai Paradigma Pembangunan Politik

Warga Indonesia ditempatkan sebagai pelaku atau subjek politik bukan objek politik. Pancasila
dalam pembangunan politik harus dapat meningkatkan harkat dan martabat manusia dengan
menempatkan kekuasaan tertinggi adalah dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat dimana sistem
politik indonesia yang sesuai dengan pancasila sebagai paradigma adalah sistem politik demokrasi.

Sehingga, perlu dikembangkan berdasarkan asar kerakyatan dalam sila IV Pancasila, kemudian pada
asas-asas moral dari pada sila-sila Pancasila. Maka, secara berturut-turut, sistem politik Indonesia
dikembangkan atas moral ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan dan keadilan. Moral
tersebut menjadi landasan warga dan penyelenggara negara guna perilaku politik santun dan
bermoral.

Sedangkan Pancasila sebagai paradigma pengembangan sosial diartikan bahwa pancasila bersifat
sosial-politik bangsa dalam cita-cita bersama yang ingin diwujudkan dengan menggunakan nilai-nilai
dalam Pancasila. Pemahaman untuk implementasinya dilihat secara berurutan terbalik:

Penerapan dan pelaksanaan keadilan sosial mencakup keadilan politik, budaya, agama, dan ekonomi
dalam kehidupan sehari-hari.

Mementingkan kepentingan rakyat (demokrasi) dalam pengambilan keputusan.

Melaksanakan keadilan sosial dan penentuan prioritas kerakyatan berdasarkan konsep


mempertahankan persatuan.

Dalam pencapaiannya tujuan keadilan menggunakan pendekatan kemanusiaan yang adil dan
beradab.

Nilai-nilai keadilan sosial, demokrasi, persatuan, dan kemanusiaan (keadilan keberadaban) tersebut
bersumber pada nilai ketuhanan Yang Maha Esa (YME).

Di era globalisasi informasi dari implementasi perlu direkonstruksi kedalam perwujudan masyarakat
warga (civil society) yang mencakup masyarakat tradisional (berbagai asal etnik, agama dan
golongan), masyarakat industrial, dan masyarakat purna industrial. Sehingga nilai-nilai sosial
politik yang dijadikan moral baru masyarakat informasi adalah sebagai berikut...

Nilai toleransi

Nilai transparansi hukum dan kelembagaan

Nilai kejujuran dan komitmen (tindakan sesuai dengan kata)

Bermoral berdasarkan konsensus (fukuyama dalam Astrid: 2003:3)

2. Pancasila Sebagai Paradigma Pembangunan Ekonomi

Pancasila sebagai paradigma pembangunan ekonomi dengan sistem ekonomi pada nilai moral
daripada Pancasila. Secara khusus, sistem ekonomi harus didasrkan pada dasar moralitas ketuhanan
pada Sila I Pancasila dan kemanusiaan pada Sila II Pancasila yang menghasilkan sistem ekonom
berperikemanusiaan. Sistem ekonomi yang menghargai hakikat manusia, baik dari segi selaku
makhluk individu, sosial, makhluk pribadi maupun makhluk tuhan.

Sistem ekonomi berdasar Pancasila berbeda dengan sistem ekonomi liberal yang hanya
menguntungkan individu-individu tanpa perhatian pada manusia lain. Sistem ekonomi ini berbeda
dengan sistem ekonomi dalam sistem sosialis yang tidak mengakui kepemilikan individu.

Pancasila bertolak dari manusia sebagai totalitas dan manusia sebagai subjek. Maka dari itu, sistem
ekonomi harus dengan sistem dan pembangunan ekonomi dengan tujuan pada kesejahteraan
rakyat secara keseluruhan berasaskan kekeluargaan dengan nilai-nilai kemanusiaan.

Pembangunan ekonomi harus menghindarkan diri dari bentuk persaingan bebas, monopoli yang
akan menimbulkan penindasan, ketidakadilan, penderitaan, dan kesengsaraan warga negara.

Pancasila sebagai paradigma pengembangan ekonomi mengacu Sila IV Pancasila, sedangkan


pengembangan ekonomi pada sistem ekonomi Indonesia yaitu Pembangunan Ekonomi Kerakyatan
atau Pembangunan Demokrasi Ekonomi atau Sistem Ekonomi Pancasila yang mana ekonomi untuk
sebesarbesar kemakmuran rakyat yang berkeadilan bagi warga Indonesia dimana politik ekonomi
kerakyatan memberikan kesempatan, dukungan, dan pengembangan ekonomi rakyat mencakup
koperasi, usaha kecil, dan usaha menengah sebagai pilar utama pembangunan ekonomi nasional.

Oleh sebab itu, perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar asas kekeluargaan yang
mampu mengembangkan program-program kongkrit pemerintah daerah di era otonomi daerah
yang lebih mandiri dan lebih mampu mewujudkan keadilan dan pemerataan pembangunan daerah.

Dengan demikian, Ekonomi kerakyatan akan mampu memberdayakan daerah/rakyat dalam


berekonomi, sehingga lebih adil, demokratis, transaran, dan partisipatif. Dalam ekonomi kerakyatan,
Negara berperan melindungi warga negara dengan mengingkatkan kepastian hukum.

3. Pancasila Sebagai Paradigma Pembangunan Sosial Budaya

Pancasila bersifat humanistik karena memang Pancasila bertolak dari hakikat dan kedudukan kodrat
manusia sendiri. Hal tersebut tertuang dalam sila Kemanusiaan Manusia harus dapat
mengembangkan dirinya dari tingkat homo menjadi human. Berdasar sila persatuan Indonesia,
pembangunan sosial budaya dikembangkan atas dasar penghargaan terhadap nilai sosial dan
budaya-budaya yang beragam di seluruh wilayah Nusantara menuju pada tercapainya rasa
persatuan sebagai bangsa.

Perlu ada pengakuan dan penghargaan terhadap budaya dan kehidupan sosial berbagai kelompok
bangsa Indonesia sehingga mereka merasa dihargai dan diterima sebagai warga negara. Dengan
demikian, pembangunan sosial budaya tidak menciptakan kesenjangan, kecemburuan, diskriminasi,
dan ketidakadilan sosial. Paradigma baru dalam pembangunan nasional berupa paradigma
pembangunan berkelanjutan, yang dalam perencanaan dan pelaksanaannya perlu diselenggarakan
dengan menghormati hak budaya komuniti-komuniti terlibat di samping hak negara untuk mengatur
kehidupan berbangsa dan hak asasi individu pembangunan berkelanjutan, yang dalam perencaan
dan pelaksanaannya perlu diselenggarakan dengan menghormati hak budaya komuniti-komuniti
yang terlibat, disamping hak negara untuk mengatur kehidupan berbangsa dan hak asasi individu
secara berimbang (sila kedua).

Hak budaya komuniti dapat sebagai perantara/penghubung/penengah antara hak negara dan hak
asasi individu. Paradigma tersebut dapat mengatasi sistem perencanaan yang sentralistik dan yang
mengabaikan kemajemukan masyarakat dan keanekaragaman kebudayaan Indonesia. Dengan
demikian, era otonomi daerah tidak akan mengarah pada otonomi suku bangsa tetapi justru akan
memadukan pembangunan lokal/daerah dengan pembangunan regional dan pembangunan nasional
(Sila Keempat), sehingga ia akan menjamin keseimbangan dan kemerataan (Sila Kelima) dalam
rangka memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa yang akan sanggup menegakan kedaulatan dan
keutuhan wilayah NKRI (Sila Ketiga).

Sebenarnya nila-nilai Pancasila memenuhi kriteria sebagai puncak-puncak kebudayaan, sebagai


kerangka acuan-acuan bersama, bagi kebudayan-kebudayaan di daerah:

4. Pancasila Sebagai Paradigma Pembangunan Hukum

Salah satu tujuan negara Indonesia adalah melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh
tumpah darah Indonesia. Hal tersebut bermakna bahwa negara bertugas dan bertanggung jawab
atas seluruh rakyat Indonesia sehingga perlu memperkuat pertahanan dan keamanan dengan
membangun pertahanan dan keamanan Indonesia yang kini dikenal dengan sishankamrata (sistem
pertahanan dan keamanan rakyat semesta).

Sistem pertahanan yang sifatnya semesta dengan melibatkan seluruh warga negara, wilayah, dan
sumber daya nasional lainnya serta dengan mempersiapkan secara dini oleh pemerintah dan
diselenggarakan secara total terpadu, terarah, dan berlanjut untuk menegakkan kedaulatan negara,
keutuhan wilayah, dan keselamatan segenap bangsa dari segala ancaman. Penyelenggaraan sistem
pertahanan semesta didasarkan pada kesadaran atas hak dan kewajiban warga negara, serta
keyakinan pada kekuatan sendiri.

Sistem tersebut pada dasarnya sesuai dengan nilai-nila Pancasila dimana rakyat memiliki hak dan
kewajiban yang sama dalam masalah pertahanan negara dan bela negara. Pancasila sebagai
paradigma pembangunan pertahanan keamanan tertuang dalam UU No. 3 Tahun 2002 tentang
pertahanan negara.

Setelah ditetapkannya UUD 1945, NKRI telah memiliki sebuah konstitusi yang dalamnya terdapat
pengaturan tiga kelompok materi muatan konstitusi yaitu sebagai berikut...
1. Adanya perlindungan terhadap HAM
2. Adanya susunan ketatanegaraan negara yang mendasar,
3. Adanya pembagian dan pembatasan tugas-tugas ketatanegaraan yang mendasar.

Sesuai dengan UUD 1945, yang terdapat rumusan Pancasila, Pembukaan UUD 1945 sebagai bagian
dari UUD 1945 atau bagian dari hukum positif yang mana kedudukan Pancasila mengandung segi
positif dan negatif. Segi positif kedudukan Pancasila adalah dapat dipaksakan berlakunya oleh
negara, sedangkan dalam segi negatif adalah pembukaan dapat diubah oleh MPR sesuai dengan
ketentuan Pasal 37 UUD 1945.

Hukum tertulis, contohnya UUD termasuk pada perubahannya, UU dan peraturan perundang-
undangan mengacu pada dasar negara (sila-sila Pancasila dasar negara).

Dalam kaitannya dengan Pancasila sebagai paradigma pengembangan hukum baik hukum
tertulis maupun hukum tidak tertulis tidak boleh bertentangan dengan sila-sila pada Pancasila yaitu:
1. Ketuhanan Yang Maha Esa
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab
3. Persatuan Indonesia
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia

Dengan demikian substansi hukum yang dikembangkan merupakan perwujudan atau penjabaran
sila-sila yang terkandung dalam Pancasila. Artinya substansi produk hukum merupakan karakter
produk hukum responsif (untuk kepentingan rakyat dan merupakan perwujuan aspirasi rakyat).

5. Pancasila Sebagai Paradigma Pembangunan Kehidupan Umat Beragama

Pancasila Sebagai Paradigma Pembangunan Kehidupan Umat Beragama Bangsa Indonesia sudah
dikenal dari dulu sebagai bangsa ramah dan santun yang dikenal dimata dunia Internasional.
Indonesia dengan kemajemukan, binneka dan plural. Indonesia juga terdiri dari suku, etnis, bahasa
dan agama namun terjalin kerja sama untuk meraih dan mengisi kemerdekaan Republik Indonesia
kita.

Namun, keramahan Indonesia kini mulai banyak dipertanyakan karena banyak kasus kekerasan yang
bernuansa Agama. Paradigma toleransi antar umat beragama untuk menciptakan kerukunan dalam
beragama perspektif Piagam Madina yang intinya adalah sebagai berikut..

1. Semua umat Islam, meskipun dari banyak suku merupakan satu komunitas (ummatan wahidah).
2. Hubungan antara sesama anggota komunitas Islam dan antara komunitas Islam dan komunitas
lain didasarkan dari prinsip-prinsip yaitu:

Bertetangga dengan rukun

Saling membantu dalam menghadapi musuh bersama

Membela yang teraniaya

Saling menasehati

dan menghormati mengenai kebebasan beragama

Berdasarkan lima prinsip yang mengisyaratkan bahwa:


1. Adanya persamaan hak dan kewajiban antara sesama warga negara tanpa dengan membedakan
atas dasar suku dan agama
2. Adanya semangat persahabatan dan saling berkonsultasi dalam menyelesaikan masalah bersama
serta saling membantu menghadapi musuh bersama.

Hal yang mendasar dalam memperkokoh kerukunan hidup antara umat beragama adalah dengan
membangun dialog horizontal dan vertikal. Dialog horizontal adalah interaksi antara manusia yang
berdasar dialog untuk mencapai saling pengertian, pengakuan akan eksistensi manusia, dan
pengakuan akan sifat dasar manusia yang indeterminis dan interdependen.
Identitas indeterminis adalah sikap dasar manusia yang menyebutkan bahwa posisi manusia berada
pada kemanusiaannya. Artinya, posisi manusia bukan sebagai benda mekanik, melainkan sebagai
manusia yang memiliki akal budi kreatif dan berbudaya.

Artikel Terkait:

Pancasila Sebagai Pandangan Hidup Bangsa Indonesia


Arti Pentingnya Ideologi bagi Suatu Negara
Pengertian Dasar Negara dan Fungsi Dasar Negara
Pancasila: Pengertian Ideologi Pancasila
Pengertian Pancasila Sebagai Dasar Negara Indonesia
Pengertian Pancasila dan Pancasila Menurut Para Ahli

Baca Juga:

Pengertian Ilmu Politik Menurut Para Ahli Politik


Pengertian Masyarakat Madani, Ciri, Syarat, Unsur, & Definisi Para Ahli
Pengertian Demokrasi, Macam-Macam, Ciri-Ciri, Definisi Para Ahli, Prinsip, & Nilai
Pengertian Demokrasi Pancasila, Ciri, Prinsip, Fungsi, & Definisi Para Ahli

Demikianlah informasi mengenai Pancasila Sebagai Paradigma Pembangunan. Semoga teman-teman


dapat menerima dan bermanfaat bagi kita semua baik itu, pengertian pancasila sebagai paradigma
pembangunan, pancasila sebagai paradigma pembangunan dalam berbagai bidang seperti politik,
ekonomi, sosial budaya, dan pertahanan dan keamanan. Sekian dan terima kasih.Salam Berbagi
Teman-Teman.

Referensi: Pancasila Sebagai Paradigma Pembangunan

Gaffar, Affan. 2004. Politik Indonesia: Transisi Menuju Demokrasi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Kaelan. 2010. Pendidikan Pancasila Paradigma. Yogyakarta: Paradigma

Hakikat Pembukaan UUD 1945

a. Pembukaan UUD 1945 Sebagai Tertib Hukum Tertinggi


Kedudukan UUD 1945, dalam kaitannya dengan tertib hukum Indonesia, memiliki dua aspek
yang sangat fundamental, yaitu memberikan faktor-faktor mutlak bagi terwujudnya tertib
hukum Indonesia dan termasuk dalam tertib hukum Indonesia sebagai tertib hukum tertinggi.
Sementara kedudukan Pancasila, sebagaimana tercantum dalam pembukaan UUD 1945,
adalah sebagai sumber dari segala sumber hukum Indonesia.
Berdasarkan penjelasan tentang isinya Pembukaan UUD 1945 yang termuat dalam Berita RI
tahun II No. 7, Pembukaan UUD 1945 mengandung pokok-pokok pikiran yang meliputi
suasana kebatinan Negara Indonesia serta yang mewujudkan suatu cita-cita hukum dengan
menguasai dasar tertulis (UUD) maupun tidak tertulis. Adapun pokok-pokok pikiran tersebut
diwujudkan dalam pasal-pasal UUD 1945 sebagai sumber hukum positif Indonesia.
Sebagaiman isi yang terkandung dalam penjelasan resmi pembukaan UUD 1945, nilai-nilai
yang terkandung dalam Pembukaan UUD 1945 selanjutnya diwujudkan ke dalam pasal-pasal
UUD 1945 dan kemudian dijabarkan dalam peraturan-peraturan hukum positif dibawahnya
seperti Ketetapan MPR, UU, Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang,PP dan
peraturan-peraturan lainnya.
Maka seluruh peraturan perundang-undangan di Indonesia harus bersumber pada Pembukaan
UUD 1945 yang mengandung asas kerohanian negara atau dasar filsafat negara RI.
b. Pembukaan UUD 1945
Pada Alinea keempat Pembukaan UUD 1945 memuat unsur-unsur yang memuat ilmu hukum
disyaratkan bagi adanya suatu tertib hukum di Indonesia (rechts orde), atau legal order, yaitu
suatu keseluruhan peraturan-peraturan hukum.
Syarat-syarat tertib hukum yang dimaksud meliputi empat hal, yaitu :
a. Adanya Kesatuan subjek, yaitu penguasa yang mengadakan peraturan hukum.
b. Adanya kesatuan asas kerohanian, yang merupakan dasar dari keseluruhan peraturan-
peraturan hukum dan sumber dari segala sumber hukum.
c. Adanya kesatuan daerah di mana peraturan-peraturan hukum itu berlaku.
d. Adanya kesatuan waktu, di mana sumber dari segala sumber hukum berlaku

Kedudukan Pembukaan UUD 1945 dalam tertib hukum Indonesia adalah sebagai berikut :
Pertama : Menjadi dasar tertib hukum, karena Pembukaan UUD 1945 memberikan empat
syarat adanya tertib hukum Indonesia.
Kedua : Menjadi ketentuan hukum tertinggi, sesuai dengan kedudukannya sebagai asas
hukum dasar tertulis (UUD) maupun hukum dasar tidak tertulis (Konvensi) serta peraturan-
peraturan hukum lainnya yang lebih rendah (Notonagoro, 1974: 45)

c. Pembukaan UUD 1945 sebagai Pokok Kaidah Negara Yang Fundamental


Pembukaan UUD 1945 merupakan pokok kaidah negara yang fundamental
(Staaatsfundamentalnorm) yang menurut ilmu hukum tata negara memiliki beberapa unsur
mutlak antara lain :
a. Dari segi isinya, Pembukaan UUD 1945 memuat dasar-dasar pokok negara sebagai berikut
:
- Dasar tujuan negara (baik tujuan umum maupun tujuan khusus).
- Ketentuan diadakannya UUD Negara.
- Bentuk negara.
- Dasar filsafat negara (asas kerohanian negara)
b. Dalam hubungannya dengan pasal-pasal (batang tubuh) UUD 1945, Pembukaan UUD
1945 mempunyai hakikat dan kedudukan sebagai berikut :
- Dalam hubungannya dengan tertib hukum Indonesia, Pembukaan UUD 1945 mempunyai
hakikat kedudukan yang terpisah dari batang tubuh UUD 1945.
- Pembukaan UUD 1945 merupakan tertib hukum tertinggi dan pada hakikatnya mempunyai
kedudukan lebih tinggi dari pada batang tubuh UUD 1945.
- Pembukaan UUD 1945 merupakan pokok kaidah negara yang fundamental yang
menentukan adanya UUD 1945 yang menguasai hukum dasar negara baik yang tertulis
maupun tidak tertulis, jadi merupakan sumber hukum dasar negara.
- Pembukaan UUD 1945 sebagai pokok kaidah negara yang fundamental mengandung
pokok-pokok pikiran yang harus dijabarkan dalam pasal-pasal UUD 1945.
Para ahli hukum memang berbeda pendapat mengenai hakikat dan kedudukan Pembukaan
UUD 1945 dalam hubungannya dengan pasal-pasal UUD 1945, walaupun pada akhirnya
mereka tiba pada suatu kesimpulan yang sejalan. Di satu pihak ada pendapat yang
mengatakan bahwa Pembukaan UUD 1945 dan pasal-pasalnya merupakan satu kesatuan,
sedangkan di pihak lain ada yang menyatakan bahwa keduanya terpisah. Namun karena
hakikat kedudukan Pembukaan UUD 1945 tersebut memiliki kedudukan fundamental bagi
kelangsungan hidup negara, kedua pendapat tersebut akhirnya tiba pada kesimpulan sebagai
berikut :
1. Sebagai pokok kaidah negara yang mempunyai kedudukan yang tetap dan tidak berubah
serta melekat pada kelangsungan hidup negara yang telah dibentuk.
2. Dalam jenjang hierarki tertib hukum, Pembukaan UUD 1945 sebagai pokok kaidah negara
yang fundamental memiliki kedudukan tertinggi, lebih tinggi daripada pasal-pasal UUD
1945, sehingga secara hukum dapat dikatakan terpisah dari pasal-pasal UUD 1945.
Pengertian terpisah sebenarnya bukan berarti tidak memiliki hubungan sama sekali tetapi
antara Pembukaan UUD 1945 dan batang tubuh UUD 1945 terdapat hubungan kausal
organis, di mana UUD harus menciptakan pokok-pokok pikiran yang terkandung dalam
Pembukaan UUD 1945. Dengan demikian, pengertian terpisah di sini adalah keduanya
mempunyai hakikat dan kedudukan sendiri-sendiri, di mana Pembukaan UUD 1945 memiliki
kedudukan lebih tinggi daripada pasal-pasal UUD 1945, bahkan yang tertinggi dalam tertib
hukum Indonesia.

b.
d. Pembukaan UUD 1945 Tetap pada Kelangsungan Hidup Negara RI
Pembukaan UUD 1945 memiliki kedudukan hukum yang kuat bahkan secara yuridis tidak
dapat diubah serta melekat pada kelangsungan hidup negara, hal ini berdasarkan alsan-alasan
sebagai berikut :
1. Menurut tata hukum, suatu peraturan hukum hanya dapat diubah atau dihapuskan oleh
penguasa atau peraturan hukum yang lebih tinggi tingkatannya daripada penguasa yang
menetapkannya.
2. Pembukaan UUD 1945 pada hakikatnya merupakan suatu tertib hukum yang tertinggi di
negara RI. Selain itu, Pembukaan UUD 1945 mengandung faktor-faktor mutlak bagi adanya
suatu tertib hukum di Indonesia.
3. Selain dari segi yuridis formal juga secara material, yaitu hakikat isi, Pembukaan UUD
1945 tidak dapat diubah dan senantiasa melekat pada kelangsungan hidup negara RI.
2. Kedudukan Pembukaan dalam UUD 1945
Pembukaan Konstitusi, baik yang secara resmi disebut dengan nama Pembukaan
maupun tidak, memuat norma-norma dasar kehidupan bernegara (kaidah fundamental hidup
bernegara). Isi pembukaan konstitusi bukan rumusan pasal-pasal hukum tata negara. Namun
demikian, karena berupa norma-norma dasar, isi pembukaan itu mempertinggi kekuatan
mengikat pasal-pasal dalam Konstitusi. Demikian juga yang terjadi dengan UUD 1945.
Pembukaan UUD 1945 mengandung pokok-pokok pikiran yang merupakan cita-cita hukum
yang melandasi lahirnya hukum negara, baik hukum tertulis maupun tidak tertulis di
Indonesia. Dengan demikian, Pembukaan UUD 1945 merupakan sumber tertib hukum
Indonesia. Di dalam Pembukaan UUD 1945 terkandung pokok-pokok kaidah negara yang
fundamental. Secara konkret pokok-pokok kaidah negara yang fundamental itu adalah dasar
negara Pancasila. Kedudukan Pembukaan UUD 1945 lebih tinggi dari Batang Tubuh UUD
1945.

Read more at: http://jenemeks.blogspot.com/2012/04/kedudukan-pembukaan-uud-1945-


negara.html
Copyright http://www.kewarganegaraan-rosi.blogspot.com/ Under Common Share Alike
Atribution

Anda mungkin juga menyukai