Anda di halaman 1dari 2

Nama : Revalina Annisa Antoine

NIM : 8111422559

Pendidikan Pancasila

Pancasila Sebagai Sistem Filsafat

Pancasila yang terdiri dari lima sila pada hakikatnya merupakan sistem filsafat. Sistem kefilsafatan
berarti ajaran-ajaran tentang kenyataan yang saling berhubungan. Sehingga, sistem filsafat
merupakan kesatuan bersifat organis dan komprehensif yang dimaksudkan untuk mencapai tujuan
tertentu. Pada dasarnya, setiap sistem kefilsafatan mencerminkan pandangan suatu kelompok atau
suatu bangsa. Terbentuknya sistem kefilsafatan ini juga dipengaruhi oleh lingkungan fisik, sosial, dan
spiritual yang ada di tempat suatu kelompok atau suatu bangsa hidup. Pancasila sebagai Sistem
Filsafat Pancasila sebagai sistem filsafat dapat dimaknai sebagai hasil pemikiran manusia Indonesia
secara mendalam, sistematis, dan menyeluruh tentang kenyataan. Maka, sebagai sistem filsafat,
Pancasila berarti refleksi kritis dan rasional sebagai dasar negara dan kenyataan budaya bangsa
dengan tujuan mendapatkan pokok-pokok pengertiannya yang mendasar dan menyeluruh. Adapun
pembahasan mengenai Pancasila sebagai sistem filsafat ini dapat dilakukan dengan cara deduktif
dan induktif, sebagaimana dijelaskan oleh Dosen Unikom Sylvia Octa Putri dalam Pancasila sebagai
Sistem Filsafat (2017). Cara deduktif berarti dengan mencari hakikat Pancasila serta menganalisis
dan menyusunnya secara sistematis menjadi keutuhan pandangan yang komprehensif. Cara induktif
berarti dengan mengamati gejala-gejala sosial budaya masyarakat, merefleksikannya, dan menarik
arti serta makna yang hakiki dari gejala-gejala itu. Melalui cara-cara tersebut, filsafat Pancasila
sebagai hasil perenungan memberi pengetahuan dan pengertian ilmiah, yaitu tentang hakikat dari
Pancasila. Hal ini dijelaskan oleh Notonagoro dalam modul Pancasila sebagai Sistem Filsafat susunan
Rohdearny Tetty Yulietty Munthe. Dengan kata lain, Pancasila sebagai filsafat mengandung
pandangan, nilai, dan pemikiran yang dapat menjadi substansi dan isi pembentukan ideologi
Pancasila. Pada dasarnya, yang menjadi subjek atau pendukung dari isi sila-sila Pancasila adalah
manusia Indonesia sebagai manusia. Ali Mudhofir dalam jurnal berjudul Pancasila sebagai Sistem
Kefilsafatan (1996) menjelaskan bahwa manusia di sini merujuk pada manusia yang terdiri dari
sejumlah unsur mutlak. Yang mana, semua unsur tersebut menduduki dan menjalankan fungsinya
secara mutlak. Artinya, fungsinya tidak dapat digantikan oleh unsur yang lain. Inti isi masing-masing
sila Pancasila sendiri merupakan penjelmaan atau realisasi yang sesuai dengan unsur-unsur hakikat
manusia, sehingga setiap sila menempati kedudukan dan menjalankan fungsinya secara mutlak
dalam susunan kesatuan Pancasila. Lebih lanjut, filsafat Pancasila sebagai hasil pemikiran juga dapat
dimaknai sebagai pedoman hidup sehari-hari (way of life atau weltanschauung). Pancasila
merupakan pencerminan pandangan bangsa Indonesia dalam menghadapi realitas. Melalui kelima
silanya, yaitu:

1) Ketuhanan yang Maha Esa;

2) Kemanusiaan yang adil dan beradab;


3) Persatuan Indonesia;

4) Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, dan;

5) Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia

Pancasila sebagai sistem filsafat mencerminkan pandangan bangsa, dengan inti ajaran pada masing-
masing sila sebagai berikut: Tuhan, yaitu sebagai kausa prima Manusia, yaitu makhluk individu dan
makhluk sosial Satu, yaitu kesatuan yang memiliki kepribadian sendiri Rakyat, yaitu unsur mutlak
negara yang menjunjung nilai kerja sama dan gotong royong Adil, yaitu memberi keadilan kepada
diri sendiri dan orang lain sesuai haknya Berdasarkan hal tersebut, ajaran dalam Pancasila mencakup
wawasan filsafat yang meliputi bidang atau aspek ontologi (keberadaan), epistemologi
(pengetahuan), dan aksiologi (nilai-nilai).

Contoh Pancasila sebagai sistem filsafat:

1. Pasal 3 ayat (a) berbunyi, ”Mewujudkan dan memelihara tatanan kehidupan masyarakat yang
beretika, berkepribadian luhur, menjunjung tinggi nilai-nilai Ketuhanan Yang Maha Esa, serta
menghormati harkat dan martabat kemanusiaan”. Undang-undang tersebut memuat sila pertama
dan sila kedua yang mendasari semangat pelaksanaan untuk menolak segala bentuk pornografi yang
tidak sesuai dengan nlai-nilai agama dan martabat kemanusiaan.

2. Mengimani/meyakini keberadaan Tuhan Yang Maha Esa serta menjalankan perintah dan menjauhi
segala larangan-Nya.

3. Menjaga kerukunan antar umat beragama.

4. Menaati peraturan yang berlaku.

Pancasila sebagai sistem filsafat dimaknai sebagai hasil pemikiran manusia Indonesia secara
mendalam, sistematis, menyeluruh tentang kenyataan.

Sumber :

https://tirto.id/pengertian-pancasila-sebagai-sistem-filsafat-makna-penjelasannya-grQe

https://sipejar.um.ac.id/mod/forum/discuss.php?d=227535#:~:text=Jawab%3A%20Pancasila
%20dikatakan%20sebagai%20sistem,bangsa%20dalam%20berbangsa%20dan%20bernegara

Anda mungkin juga menyukai