Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pancasila yang terdiri atas lima sila, pada hakekatnya merupakan sistem filsafat.
Yang dimaksud dengan sistem adalah suatu kesatuan bagian-bagian yang saling
berhubungan, saling bekerjasama untuk satu tujuan tertentu dan keseluruhan
merupakan suatu kesatuan yang utuh.
Pancasila sebagai sIstem filsafat adalah merupakan kenyataan pancasila sebagai
kenyataan yang obyektif, yaitu bahwa kenyataan itu ada pada pancasila sendiri
terlepas dari sesuatu yang lain atau terlepas dari pengetahuan orang. Kenyataan
obyekrif yang ada dan terletak pada pancasila, sehingga pancasila sebagai suatu
system filsafat bersifat khas dan berbeda dalam sIstem-sistem filsafat yang lain. Hal
ini secara ilmiah disebut sebagai filsafat secara obyektif. Dan untuk mendapatkan
makna yang lebih mendalam dan mendasar, kita perlu mengkaji nilai-nilai pancasila
dari kajian filsafat secara menyeluruh.

1.2 Rumusan Masalah


Dengan memperhatikan latar belakang tersebut, agar dalam penulisan ini penulis
memperoleh hasil yang diinginkan, maka penulis mengemukakan beberapa rumusan
masalah. Rumusan masalah itu adalah:
1. Apakah pengertian Filsafat dan Filsafat Pancasila?
2. Apa yang dimaksud Pancasila sebagai suatu sistem filsafat ?
3. Apakah hakikat Sila – sila Pancasila?

1.3 Tujuan
Tujuan dari penyusunan makalah ini antara lain:
1. Untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Pancasila.
2. Untuk menambah pengetahuan tentang Pancasila dari aspek filsafat.
3. Untuk mengetahui hakikat Sila – sila Pancasila.

1 | Pancasila Sebagai Sistem Filsafat


1.4 Manfaat
Manfaat yang didapat dari makalah ini adalah:
1. Mahasiswa dapat menambah pengetahuan tentang Pancasila dari aspek
filsafat.
2. Mahasiswa dapat mengetahui pengertian filsafat dan filsafat pancasila.
3. Mahasiswa dapat mengetahui hakikat Sila – sila Pancasila.

2 | Pancasila Sebagai Sistem Filsafat


BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Filsafat dan Filsafat Pancasila


A. Pengertian Filsafat
 Arti Filsafat Secara Etimologi
Kata falsafah/filsafat berasal dari bahasa Yunani, yaitu: philosophia,
philo/philos/philein yang artinya cinta /pencinta/mencintai dan Sophia, yang berarti
kebijakan/ wisdom /kearifan/ hikamah / hakikat kebenaran. Jadi filsafat artinya cinta
akan kebijaksanaan atau hakikat kebenaran. Beberapa istilah filsafat dalam berbagai
bahasa, misalnya “falsafah” dalam bahasa arab, “philosophie” bahasa belanda,
“philosophy” dalam bahasa inggris dan masih banyak lagi istilah dalam bahasa lain,
yang pada hakekatnya semua istilah itu mempunyai arti yang sama.

 Arti Filsafat Menurut Para Ahli


 Prof. Dr.Mumahamd Yamin
Filsafat ialah pemusatan pikiran, sehingga manusia menemui kepribadiannya
seraya didalam kepribadiannya itu dialaminya kesungguhan.
 Plato
Filsafat adalah pengetahuan yang berminat mencapai pengetahuan kebenaran
yang asli.
 Harold H. Titus
Filsafat adalah sekumpulan sikap dan kepecayaan terhadap kehidupan dan alam
yg biasanya diterima secara tidak kritis. Filsafat adalah suatu proses kritik atau
pemikiran terhadap kepercayaan dan sikap yg dijunjung tinggi
 Johann Gotlich Fickte
Filsafat sebagai Wissenschaftslehre (ilmu dari ilmu-ilmu , yakni ilmu umum, yg
jadi dasar segala ilmu. Ilmu membicarakan sesuatu bidang atau jenis kenyataan.
Filsafat memperkatakan seluruh bidang dan seluruh jenis ilmu mencari kebenaran
dari seluruh kenyataan.

3 | Pancasila Sebagai Sistem Filsafat


 Filsafat dalam arti umum

Dalam arti ini, filsafat digunakan untuk menyebut berbagai petanyaan


yang muncul dalam pikiran manusia tentang bebagai kesulitan yang dihadapinya,
serta berusaha untuk menemukan solusi yang tepat.

B. Pengertian Pancasila
Pancasila merupakan salah satu filsafat yang merupakan hasil
dari pencerminan nilai nilai luhur dan budaya bangsa Indonesia yang terkandung 5 isi
di dalamnya yaitu Ketuhanan Yang Maha Ea, Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab,
Persatuan Indonesia, Kerakyatan Yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan Dalam
Permusyawaratan Perwakilan dan Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia.

C. Pengertian Filsafat Pancasila Menurut Para Ahli


 Soekarno
Soekarno manyatakan bahwa pancasila merupakan filsafat asli
Indonesia yang diambil dari budaya dan tradisi Indonesia dan akulturasi
budaya india ( hindu-budha ), Barat ( Kristen ) dan Arab ( Islam ). Beliau
berpendapat bahwa ( ketuhanan ) ialah asli berasal dari Indonesia
( keadilan sosial ) terinpirasi dari konsep ratu adil, Soekarno tidak pernah
menyinggung atau memprogandakan ( persatuan ).
 Soeharto
Sedangkan oleh Presiden ke Bapak Soeharto filsafat pancasila mengalami
perubahan, melalui filsuf-filsuf yang disponsori Depdikbud semua elemen
Barat disingkirkan dan diganti interpretasinya dalam budaya Indonesia
sehingga menghasilkan ( pancasila truly Indonesia ). Semua sila dalam
pancasila ialah asli Indonesia dan pancasila dijabarkan menjadi lebih rinci
yakni dalam butir-butir pancasila.
 Ruslan Abdulgani

4 | Pancasila Sebagai Sistem Filsafat


Ruslan Abdulgani berpendapat bahwa Pancasila adalah filsafat negara
yang lahir sebagai ideologi kolektif (cita-cita bersama) seluruh bangsa
Indonesia.

2.2 Pancasila Sebagai Suatu Sistem Filsafat


Sila-sila Pancasila yang merupakan sistem filsafat pada hakikatnya merupakan
suatu kesatuan organik. Sila-sila dalam pancasila saling berkaitan, saling berhubungan
bahkan saling mengkualifikasi. Sila yang satu senantiasa dikualifikasikan oleh sila-sila
lainnya. Dengan demikian, Pancasila pada hakikatnya merupakan suatu sistem, dalam
pengertian bahwa bagian-bagian (sila-silanya) saling berhubungan secara erat sehingga
membentuk suatu struktur yang menyeluruh. Pancasila sebagai suatu sistem juga dapat
dipahami dari pemikiran dasar yang terkandung dalam Pancasila, yaitu pemikiran tentang
manusia dalam hubungannya dengan Tuhan Yang Maha Esa, dengan dirinya sendiri,
dengan sesama manusia, dengan masyarakat bangsa dan negara.
Kenyataan Pancasila yang demikian ini disebut kenyataan yang obyektif, yaitu
bahwa kenyataan itu ada pada Pancasila sendiri terlepas dari sesuatu yang lain atau
terlepas dari pengetahuan orang. Sehingga Pancasila sebagai suatu sistem filsafat bersifat
khas dan berbeda dengan sistem-sistem filsafat yang lain misalnya: liberalisme,
materialisme, komunisme, dan aliran filsafat yang lain.
Kesatuan sila-sila Pancasila pada hakekatnya bukanlah hanya merupakan
kesatuan yang bersifat formal logis saja, namun juga meliputi kesatuan dasar ontologis,
dasar epistimologis, serta dasar aksiologis dari sila Pancasila.
1) Dasar Ontologis
Dasar Ontologis Pancasila pada hakekatnya adalah manusia yang memiliki
hakekat mutlak. Subyek pendukung pokok-pokok Pancasila adalah manusia, hal ini
dijelaskan sebagai berikut : “Bahwa yang berke-Tuhanan Yang Maha Esa, yang
berkemanusiaan yang adil dan beradab, yang berpersatuan, yang berkerakyatan
yang dipimpin oleh hikmah permusyawaratan/perwakilan, serta yang berkeadilan
social adamah manusia (Notonegoro, 1975:23). Demikian juga jika kita pahami dari
segi filsafat Negara, adapun pendukung pokok Negara adalah rakyat, dan unsure
rakyat adalah manusia itu sendiri, sehingga tepatlah jikalau dalam filsafat Pancasila

5 | Pancasila Sebagai Sistem Filsafat


bahwa hakekat dasar ontopologis sila-sila pancasila adalah manusia. Manusia
sebagai pendukung pokok sila-sila pancasila secara ontologism memiliki hal-hal
yang mutlak, yaitu terdiri atas susunan kodrat, raga dan jiwa, jasmani dan rohani,
sifat kodrat manusia adalah sebagai makhluk individu dan makhluk social, serta
kedudukan kodrat manusia sebagai pribadi berdiri sendiri dan sebagai makhluk
Tuhan Yang Maha Esa. Oleh karena itu kedudukan kodrat manusia sebagai
makhluk pribadi berdiri sendiri dan sebagai makhluk Tuhan inilah maka secara
hirarkis sila pertama Ketuhanan Yang Maha Esa mendasari dan menjiwai keempat
sila-sila pancasila lainnya (notonegoro, 1975-53).

2) Dasar Epistemologis
Dasar epistimologis Pancasila sebagai suatu system filsafat pada hakekatnya
juga merupakan suatu system pengetahuan. Dalam kehidupan sehari-hari pancasila
merupakan pedoman atau dasar bagi bangsa Indonesia dalam memandang realitas
alam semesta, manusia, masyarakat, bangsa dan Negara tentang makna hidup serta
sebagai dasar bagi manusia dalam menyelesaikan masalah yang terjadi dalam hidup
dan kehidupan. Pancasila dalam pengertian yang demikian ini telah menjadi suatu
system cita-cita atau keyakinan-keyakinan yang telah menyengkut praksis, karena
dijadikan landasan bagi cara hidup manusia atau suatu kelompok masyarakat dalam
berbagai bidang kehidupan masyarakat. Hal ini berarti filsafat telah menjelma
menjadi ideology (Abdul Gani, 1998). Sebagai suatu ideology maka panasila
memiliki 3 unsur pokok agar dapat menarik loyalitas dari para pendukungnya
yaitu :
1. Logos, yaitu rasionalitas atau penalarannya
2. Pathos, yaitu penghayatannya
3. Ethos, yaitu kesusilaannya (Wibisono, 1996:3)
Sebagai suatu system filsafat atau ideology maka pancasila harus memiliki unsur
rasional terutama dalam kedudukannya sebagai suatu system pengetahuan.

3) Dasar Aksiologis

6 | Pancasila Sebagai Sistem Filsafat


Sila-sila pancasila sebagai suatu system filsafat juga memiliki satu kesatuan
dasar aksiologisnya, sehingga nilai-nilai yang terkandung dalam pancasila pada
hakekatnya juga merupakan satu kesatuan. Pada hakekatnya segala sesuatu itu
bernilai, hanya nilai macam apa saja yang ada serta bagaimana hubungan nilai
tersebut dengan manusia. Nilai-nilai pancasila termasuk nilai kerohanian, tetapi
nilai-nilai kerohanian yang mengakui nilai material dan vital. Dengan demikian
nilai-nilai pancasila tergolong nilai kerohanian, yang juga mengandung nilai-nilai
lain secara lengkap dan harmonis, yaitu nilai material, nilai vital, nilai kebenaran,
nilai keindahan, atau estetis, nilai kebaikan atau nilai moral ataupun nilai kesucian
yang secara keseluruhan bersifat sistematik hierarkhis, dimana sila pertama sebagai
basisnya sampai sila kelima sebagai tujuannya (Darmo diharjo).
Pancasila sebagai sistem filsafat yaitu suatu konsep tentang dasar negara yang
terdiri dari lima sila sebagai unsur yang mempunyai fungsi masing-masing dan satu
tujuan yang sama untuk mengatur dan menyelenggarakan kehidupan bernegara di
Indonesia. Filsafat negara kita ialah Pancasila, yang diakui dan diterima oleh
bangsa Indonesia sebagai pandangan hidup. Dengan demikian, Pancasila harus
dijadikan pedoman dalam kelakuan dan pergaulan sehari-hari.
Sebagaimana telah dirumuskan oleh Presiden Soekarno, Pancasila pada
hakikatnya telah hidup sejak dahulu dalam moral, adat istiadat, dan kebiasaan
masyarakat Indonesia. “Dengan adanya kemerdekaan Indonesia, Pancasila
bukanlah lahir, atau baru dijelmakan, tetapi sebenarnya Pancasila itu bangkit
kembali”.
Sebagaimana pandangan hidup bangsa, maka sewajarnyalah asas-asas
pancasila disampaikan kepada generasi baru melalui pengajaran dan pendidikan.
Pansila menunjukkan terjadinya proses ilmu pengetahuan, validitas dan hakikat
ilmu pengetahuan (teori ilmu pengetahuan).
Pancasila menjadi daya dinamis yang meresapi seluruh tindakan kita, dan kita
harus merenungkan dan mencerna arti tiap-tiap sila dengan berpedoman pada
uraian tokoh nasional, agar kita tidak memiliki tafsiran yang bertentangan. Dengan
pancasila sebagai filsafat negara dan bangsa Indonesia, kita dapat mencapai tujuan
bangsa dan negara kita.

7 | Pancasila Sebagai Sistem Filsafat


Pancasila sebagai sistem filsafat memberi arah agar kesejahteraan dan
kemakmuran bertolak dari keyakinan manusia yang percaya kepada kebesaran
Tuhan, kesejahteraan yang berlandaskan paham kemanusiaan, kesejahteraan yang
memihak pada kesatuan dan persatuan serta kebersamaan sebagai suatu kesatuan
bangsa yang utuh dan bulat.

Intisari Pancasila Sebagai Sistem Filsafat :


Makna dasar Pancasila Sebagai Sistem Filsafat adalah dasar mutlak dalam berpikir
dan berkarya sesuai dengan pedoman diatas, tentunya dengan saling mengaitkan
antara sila yang satu dengan lainnya. Misal : Ketika kita mengkaji sila kelima yang
intinya tentang kedilan. Maka harus dikaitkan dengan nilai sila-sila yang lain
artinya:
 Keadilan yang Berketuhanan (sila 1)
 Keadilan yang Berperikemanusian (sila 2)
 Keadilan yang BerKesatuan/Nasionalisme,Kekeluargaan (sila 3)
 Keadilan yang Demokratis

Dan kesemua sila-sila tersebut saling mencakup,bukan hanya di nilai satu persatu.

2.3 Hakikat Sila – Sila Pancasila


a. Pengertian Hakikat
Secara etimologis berarti terang, yakin, dan sebenarnya. Dalam filsafat,
hakikat diartikan inti dari sesuatu, yang meskipun sifat-sifat yang melekat
padanya dapat berubah-ubah, namun inti tersebut tetap lestari.

b. Hakikat Sila-sila dalam Pancasila


1. Sila Pancasila: Ke-Tuhanan yang Maha Esa.
Ketuhanan berasal dari kata Tuhan, ialah Allah, pencipta segala
yang ada dan semua mahluk. Yang Maha Esa berarti yang Maha tunggal,
tiada sekutu, Esa dalam zatNya, Esa dalam sifat-Nya, Esa dalam
Perbuatan-Nya, artinya bahwa zat Tuhan tidak terdiri dari zat-zat yang

8 | Pancasila Sebagai Sistem Filsafat


banyak lalu menjadi satu, bahwa sifat Tuhan adalah sempurna, bahwa
perbuatan Tuhan tidak dapat disamai oleh siapapun. Jadi ke-Tuhanan yang
maha Esa, mengandung pengertian dan keyakinan adanya Tuhan Yang
Maha Esa, pencipta alam semesta, beserta isinya. Keyakinan adanya
Tuhan yang maha Esa itu bukanlah suatu dogma atau kepercayaan yang
tidak dapat dibuktikan kebenarannya melalui akal pikiran, melainkan
suatu kepercayaan yang berakar pada pengetahuan yang benar yang dapat
diuji atau dibuktikan melalui kaidah-kaidah logika. Jadi, dalam Negara
Indonesia tidak ada dan tidak boleh ada yang meniadakan Tuhan Yang
Maha Esa (ethisme).
Ketuhanan yang Maha Esa adalah meliputi dan menjiwai sila-sila
kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia, kerakyatan yang
dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan
serta keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

2. Sila kedua: Kemanusiaan yang Adil dan Beradab


Kemanusiaan berasal dari kata manusia, yaitu mahluk berbudi
yang mempunyai potensi piker, rasa, karsa, dan cipta karena potensi inilah
manusia menduduki martabat yang tinggi dengan akal budinya manusia
menjadi berkebudayaan, dengan budi nuraninya manusia meyadari nilai-
nilai dan norma-norma. Adil mengandung arti bahwa suatu keputusan dan
tindakan didasarkan atas norma-norma yang obyektif tidak subyektif
apalagi sewenang-wenang. Beradab berasal dari kata adab, yang berarti
budaya. Mengandung arti bahwa sikap hidup, keputusan dan tindakan
selalu berdasarkan nilai budaya, terutama norma sosial dan kesusilaan.
Adab mengandung pengertian tata kesopanan kesusilaan atau moral. Jadi,
kemanusiaan yang adil dan beradab adalah kesadaran sikap dan perbuatan
manusia yang didasarkan kepada potensi budi nurani manusia dalam
hubungan dengan norma-norma dan kebudayaan umumnya baik terhadap
diri pribadi, sesama manusia maupun terhadap alam dan hewan.

9 | Pancasila Sebagai Sistem Filsafat


Kemanusiaan yang adil dan beradab adalah diliputi dan dijiwai
oleh sila Ketuhanan yang Maha Esa, meliputi dan menjiwai sila persatuan
Indonesia, kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan serta keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia.

3. Sila ketiga : Persatuan Indonesia


Persatuan berasal dari kata satu yang berarti utuh tidak terpecah
belah persatuan bermacam corak yang beraneka ragam menjadi satu
kebulatan. Indonesia mengandung dua makna yaitu makna geograpis dan
makna bangsa dalam arti politis. Jadi persatuan Indonesia adalah persatuan
bangsa yang mendiami wilayah Indonesia. Bangsa yang mendiami
wilayah Indonesia bersatu karena didorong untuk mencapai kehidupan
yang bebas dalam wadah Negara yang merdeka dan berdaulat, persatuan
Indonesia merupakan faktor yang dinamis dalam kehidupan bangsa
Indonesia bertujuan memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan
kehidupan bangsa serta mewujudkan perdamaian dunia yang abadi.
Persatuan Indonesia adalah diliputi dan dijiwai sila Ketuhanan
yang Maha Esa, kemanusiaan yang adil dan beradab, meliputi dan
menjiwai sila kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan serta keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia.

4. Sila Keempat : Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan


dalam Permusyawaratan Perwakilan
Kerakyatan berasal dari kata rakyat, yang berarti sekelompok
manusia dalam suatu wilayah tertentu kerakyatan dalam hubungan dengan
sila IV bahwa “kekuasaan yang tertinggi berada ditangan rakyat. Hikmat

10 | Pancasila Sebagai Sistem Filsafat


kebijaksanaan berarti penggunaan pikiran atau rasio yang sehat dengan
selalu mempertimbangkan persatuan dan kesatuan bangsa kepentingan
rakyat dan dilaksanakan dengan sadar, jujur dan bertanggung jawab.
Permusyawaratan adalah suatu tata cara khas kepribadian Indonesia untuk
merumuskan dan memutuskan sesuatu hal berdasarkan kehendak rakyat
hingga mencapai keputusan yang berdasarkan kebulatan pendapat atau
mupakat. Perwakilan adalah suatu sistem dalam arti tata cara (prosedura)
mengusahakan turut sertanya rakyat mengambil bagian dalam kehidupan
bernegara melalui badan-badan perwakilan. Jadi, rakyat dalam
menjalankan kekuasaannya melalui sistem perwakilan dan keputusan-
keputusannya diambil dengan jalan musyawarah yang dipimpin oleh
pikiran yang sehat serta penuh tanggung jawab.
Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan adalah diliputi dan dijiwai sila Ketuhanan
yang Maha Esa, kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia,
serta meliputi dan menjiwai sila keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia.

5. Sila Kelima : Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia


Sila ke V berarti bahwa setiap orang Indonesia mendapat
perlakuan yang adil dalam bidang hukum, politik, social, ekonomi dan
kebudayaan. Jadi, setiap warga Indonesia mendapat perlakuan yang adil
dalam bidang hukum, politik, sosial, ekonomi dan kebudayaan sesuai
dengan UUD 1945 makna keadilan sosial mencakup pula pengertian adil
dan makmur. Sila Keadilan sosial adalah tujuan dari empat sila yang
mendahuluinya, merupakan tujuan bangsa Indonesia dalam bernegara,
yang perwujudannya ialah tata masyarakat sdil-makmur berdasarkan
Pancasila.
Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia adalah diliputi dan
dijiwai sila Ketuhanan yang Maha Esa, kemanusiaan yang adil dan
beradab, persatuan Indonesia, kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat

11 | Pancasila Sebagai Sistem Filsafat


kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan serta sila keadilan
sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Pancasila adalah dasar filsafat dan pandangan hidup negara Republik
Indonesia yang secara resmi disahkan oleh PPKI pada tanggal 18 Agustus 1945
dan tercantum dalam Pembukaan UUD 1945. Sila-sila Pancasila pada hakikatnya
merupakan suatu kesatuan.
Pancasila memiliki kedudukan yang sangat penting bagi bangsa Indonesia dalam
menata, mengatur, serta menyelesaikan masalah-masalah sosial, kebangsaan dan
kenegaraan termasuk juga masalah hukum. Sebagai dasar filsafat, maka Pancasila
merupakan sebagai pemersatu bangsa dan negara Indonesia.
Dengan kata lain, seluruh tatanan kehidupan masyarakat, bangsa dan negara
Indoneia menggunakan Pancasila sebagai dasar moral atau norma dan tolak ukur
tentang baik buruk dan benar salahnya sikap, perbuatan dan tingkah laku bangsa
Indonesia.

3.2 Saran
1. Pancasila sebagai dasar filsafat negara dan pandangan hidup bangsa, bukanlah
hanya merupakan rangkaian kata-kata yang indah namun harus diwujudkan dan
diaktualisasikan dalam berbagai bidang dalam kehidupan bangsa.

12 | Pancasila Sebagai Sistem Filsafat


2. Nilai-nilai yang terkandung dalam sila-sila Pancasila hendaknya harus mewarnai
setiap prosedur dalam penyelesaian konflik yang ada didalam masyarakat.
3. Hendaknya masyarakat bangsa Indonesia harus mengamalkan sila-sila Pancasila
dalam kehidupan sehari-hari.
4. Seharusnya masyarakat bangsa Indonesia harus mewujudkan kesatuan sila-sila
Pancasila guna memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia.

DAFTAR PUSTAKA

http://how-bee.blogspot.co.id/2015/10/makalah-tentang-pancasila-sebagai.html

http://www.academia.edu/26435249/pancasila_sebagai_sistem_filsafat

13 | Pancasila Sebagai Sistem Filsafat


http://astiariani14.blogspot.co.id/2015/05/makalah-hakikat-sila-sila-pancasila.html

http://sucirahmawati13.blogspot.co.id/2014/09/makalah-sila-sila-pancasila.html

14 | Pancasila Sebagai Sistem Filsafat

Anda mungkin juga menyukai