NAMA KELOMPOK :
1. ASTON DON IPI
2. ARYA YOHANES BATUKH
3. AWALUDIN
4. ALOSIUS QUINTAO
5. ALDION FRANKIE DJAHE
6. CEDRIK GOUW
7. DIANA BANUNAEK
8. DAVID AGUSTINUS DJAMI GA
9. DESTRI LINDA YULIANTI TAMONOB
Pancasila sebagai dasar negara memiliki kedudukan sebagai kaidah negara yang
fundamental. Hal ini menuntut Pancasila untuk bersifat tegas, kuat, dan tidak bisa diubah oleh
siapapun. Setiap sila Pancasila memiliki nilai yang harus dipegang teguh oleh seluruh
masyarakat Indonesia. Keberadaan fungsi dan tujuannya sangat berpengaruh terhadap setiap
elemen di dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Oleh karena itu, diperlukan pemahaman
terhadap masing-masing fungsi dan tujuan agar dapat dicerminkan pada kehidupan sehari-
hari.Keterkaitan antara Pancasila dengan berbagai elemen kehidupan telah membentuk sebuah
sistem yang menjalankan fungsinya untuk mencapai tujuan tertentu. Lahirnya nilai-nilai
filosofi dijadikan sebagai bahan perenungan oleh para pendiri negara untuk mencari identitas
bangsa Indonesia. Kadar kebenaran dari nilai-nilai yang ada digali hingga mencapai akar
hakikatnya. Hal ini memunculkan sifat spekulatif dalam membuktikan sistem filsafat dari
Pancasila. Selain itu, setiap bagian kebenaran dan pernyataannya yang berhubungan secara
menyeluruh dijadikan sebagai inti mutlak
tata kehidupan masyarakat Indonesia. Seiring dengan perkembangan yang terjadi di
masyarakat secara langsung maupun tidak langsung telah memunculkan masalah baru yang
lebih kompleks. Capaianruang lingkup yang dihadapi pun kian meluas dan perlu diadakan
pengkajian lebih lanjut. Dalam hal ini, berbagai macam bentuk prinsip, karakteristik, dan
objek pada sistem filsafat mulai dimunculkan. Tujuannya tidak lain untuk membuktikan
kebenaran dari nilai-nilai filosofi yang dikaitkan dengan perkembangan zaman yang ada.
Upaya pendekatan terhadap nilai-nilai tersebut bisa dijadikan sebagai pandangan awal untuk
memahami sistem filsafat yang terkandung di dalam Pancasila.
PEMBAHASAN
Pancasila berasal dari bahasa sansekerta, yaitu Panca yang artinya lima dan Sila yang
artinya asas atau dasar. Pancasila merupakan dasar negara Indonesia yang mempunyai lima
sila, ibarat suatu bangunan Negara Kesatuan Republik Indonesia didirikan diatas suatupondasi
atau dasar yang dinamakan Pancasila yang terdiri dari lima dasar atau lima asas. Adapun
pengertian Pancasila menurut para ahli, menurut Notonegoro Pancasila merupakan dasar
falsafah Negara Indonesia, dapat disimpulkan bahwa Pancasila merupakan dasar falsafah dan
ideologi negara yang diharapkan dapat menjadi pandangan hidup Bangsa Indonesia sebagai
dasar pemersatu, lambang persatuan dan kesatuan serta pertahanan Bangsa dan Negara
Indonesia. Selain menjadi dasar negara, sebagai etika, dan sebagai pandangan hidup,
Pancasila juga sebagai system filsafat. Sebelumnya, Filsafat berasal dari bahasa Yunani
“philein” yang berarti cinta dan “Sophia” yang berarti kebijaksanaan. Jadi, filsafat menurut
asal katanya berarti cinta akan kebijaksanaan, atau mencintai kebenaran / pengetahuan. Secara
sederhana, filsafat dapat diartikan sebagai keinginan yang sungguh-sungguh untuk mencari
kebenaran yang sejati. Terdapat beberapa pengertian filsafat berdasarkan watak dan fungsinya
sebagaimana yang dikemukakan Titus, Smith & Nolan sebagai berikut:
1) Filsafat adalah sekumpulan sikap dan kepercayaan terhadap kehidupan dan alam
yang biasanya diterima secara tidak kritis. (Arti informal)
2) Filsafat adalah suatu proses kritik atau pemikiran terhadap kepercayaan dan
sikap yang sangat dijunjung tinggi. (Arti formal)
3) Filsafat adalah usaha untuk mendapatkan gambaran keseluruhan. (Arti
komprehensif,
4) Filsafat adalah analisa logis dari bahasa serta penjelasan tentang arti kata dan
konsep. (Arti analisis linguistik).
5) Filsafat adalah sekumpulan problematik yang langsung mendapat perhatian
manusia dan dicarikan jawabannya oleh ahli-ahli filsafat. (Arti aktual- fundamental).
Jadi pancasila merupakan filsafat Negara yang lahir collective ideologie (cita-cita bersama)
dari seluruh bangsa Indonesia. Dikatakan sebagai filsafat, karena pancasila merupakan hasil
perenungan jiwa dengan mendalam yang dilakukan oleh parapendiri bangsa Indonesia, kemudian
dituangkan dalam suatu system yang tepat.
a. Sila-sila pancasila merupakan satu kesatuan yang bulat dan utuh. Dengan pengertian lain,
apabila tidak bulat dan utuh atau satu sila dengan sila lainnya terpisah-pisah, maka itu bukan
pancasila.
b. Setiap sila tidak dapat berdiri sendiri dan tidak bertentangan antara satu dengan
yang lain.
c. Susunan pancasila dengan suatu sistem yang bulat dan utuh dapat dapat
digambarkan sebagai berikut
● Sila 1, meliputi, mendasari, dan menjiwai: sila 2, 3, 4, dan 5.
● Sila 2, diliputi, didasari, dan dijiwai sila 1, serta mendasari dan menjiwai sila 3,4, dan 5,
● Sila 3, diliputi, didasari, dan dijiwai sila 1, 2, serta mendasari dan menjiwai; sila 4 dan 5.
● Sila 4, diliputi, didasari, dan dijiwai sila 1, 2, dan 3, serta mendasari dan menjiwai sila 5.
● Sila 5, diliputi, didasari, dan dijiwai sila 1, 2, 3, dan 4.
d. Pancasila sebagai suatu substansi, artinya unsur asli/permanen/primer.
e. Pancasila sebagai suatu yang ada mandiri, yang unsur-unsurnya berasal dari dirinya sendiri.
f. Pancasila sebagai suatu realitas, artinya ada dalam diri manusia Indonesia dan masyarakatnya.
2. Prinsip-prinsip
Pancasila ditinjau dari Kausalitas Aristoteles dapat dijelaskan sebagai berikut:
1) Kausa Materialis, maksudnya sebab yang berhubungan dengan materi/bahan,
dalam hal ini Pancasila digali dari nilai-nilai sosial budaya yang ada dalam bangsa
Indonesia sendiri.
2) Kausa Formalis, maksudnya sebab yang berhubungan dengan bentuknya,
Pancasila yang ada dalam pembukaan UUD '45 memenuhi syarat formal
(kebenaran formal);
3) Kausa Efisiensi, maksudnya kegiatan BPUPKI dan PPKI dalam menyusun dan
merumuskan Pancasila menjadi dasar negara Indonesia merdeka; serta
4) Kausa Finalis. maksudnya berhubungan dengan tujuannya, yaitu tujuan
diusulkannya Pancasila sebagai dasar negara Indonesia merdeka. Inti atau esensi
sila-sila Pancasila meliputi:
Tuhan, yaitu sebagai kausa prima.
Manusia, yaitu makhluk individu dan makhluk sosial;atu, yaitu kesatuan
memiliki kepribadian sendiri.
Rakyat, yaitu unsur mutlak negara, harus bekerja sama dan bergotong royong.
Adil, yaitu memberikan keadilan kepada diri sendiri dan orang lain yang
menjadi haknya.
3. Hakikat
Hakikat nilai-nilai pancasila dijadikan pangkal tolak permasalahannya yang berwujud konsep
pengalaman dengan bersifat objektif dan subjektif. Pengamalan secara Hakikat Hakikat nilai-
nilai pancasila dijadikan pangkal tolak permasalahannya yang berwujud konsep pengalaman
dengan bersifat objektif dan subjektif. Pengamalan secara objektif adalah pengamalan di bidang
kehidupan kenegaraan atau kemasyarakatan (berupa pasal-pasal UUD, ketetapan MPR, Undang-
Undang Organik, dan peraturan-peraturan pelaksanaan lainnya. Pengamalan secara subjektif
adalah pengamalan yang dilakukan oleh manusia individu, baik sebagai pribadi, warga
bermasyarakat, ataupun sebagai pemegang kekuasaan.Dengan uraian yang merupakan
penjabaran dari syarat-syarat filsafat yang ternyata cocok diterapkan kepada Pancasila, ini
menunjukkan dan mengukuhkan bahwa Pancasila benar-benar suatu sistem filsafat. Yaitu Sistem
Filsafat Bangsa Indonesia, nama Indonesia ini ditambahkan karena objek materialnya seperti
telah diutarakan di muka adalah dari bangsa Indonesia sendiri. Yaitu digali dari buminya
Indonesia, dari nenek moyang kita sejak lama, dari khasanah kehidupannya, dari kebiasaannya,
adat istiadatnya, kebudayaannya, serta kepercayaan dan agama-agamanya.
Pancasila dikatakan sebagai filsafat karena Pancasila merupakan hasil perenungan jiwa yang
mendalam yang dilakukan oleh the founding father kita, yang dituangkan dalam suatu sistem.
Filsafat Pancasila memberi pengetahuan dan pengertian ilmiah yaitu tentang hakikat dari
Pancasila. Pancasila sebagai sesuatu yang ada, maka dapat dikaji secara filsafat (ingat objek
material filsafat adalah segala yang ada), dan untuk mengetahui bahwa Pancasila sebagai sistem
filsafat, maka perlu dijabarkan tentang syarat-syarat filsafat terhadap Pancasila tersebut, jika
syarat-syarat sistem filsafat cocok pada Pancasila, maka Pancasila merupakan sistem filsafat,
tetapi jika tidak maka bukan sistem filsafat. Sebelum itu pengertian dari sistem itu sendiri adalah
suatu kumpulan atau himpunan dari suatu unsur, komponen, atau variabel yang terorganisasi,
saling berinteraksi, saling tergantung satu sama lain dan terpadu. Sistem mempunyai ciri ciri,
yaitu:
1. Suatu kesatuan bagian-bagian/unsur/elemen/komponen.
2. Bagian-bagian tersebut mempunyai fungsi sendiri-sendiri.
3. Saling berhubungan dan saling ketergantungan,
4. Keseluruhannya dimaksudkan untuk mencapai tujuan tertentu (tujuan sistem).
5. Terjadi dalam suatu lingkungan yang kompleks
Dari pengertian serta ciri ciri dari sistem itu sendiri, maka Pancasila sebagai
suatu sistem filsafat juga harus menerapkan hal tersebut sebagai syarat bahwa Pancasila
berperan sebagai suatu sistem filsafat, sehingga memiliki ciri ciri sebagai berikut, yaitu:
1) Sila-sila Pancasila merupakan satu-kesatuan sistem yang bulat dan utuh. Dengan
kata lain, apabila tidak bulat dan utuh atau satu sila dengan sila lainnya terpisah-
pisah maka itu bukan Pancasila.
2) Susunan Pancasila dengan suatu sistem yang bulat dan utuh itu dapat
digambarkan sebagai berikut:
a. Sila 1, meliputi, mendasari dan menjiwai sila 2,3,4 dan
b. Sila 2, diliputi, didasari, dijiwai sila 1, dan mendasari dan menjiwai sila 3, 4
dan 5;
c. Sila 3, diliputi, didasari, dijiwai sila 1, 2, dan mendasari dan menjiwai sila 4, 5;
d. Sila 4, diliputi, didasari, dijiwai sila 1,2,3, dan mendasari dan menjiwai sila 5;
e. Sila 5, diliputi, didasari, dijiwai sila 1,2,3,4.
Dari situlah Pancasila bisa dikatakan sebagai suatu sistem filsafat, dimana Pancasila menjadi
satu kesatuan bagian-bagian (yaitu sila-sila pancasila), tiap sila pancasila mempunyai fungsi
sendiri-sendiri, tiap sila pancasila tidak dapat berdiri sendiri dan tidak saling bertentangan, dan
keseluruhan sila pancasila merupakan suatu kesatuan yang sistematis (majemuk tunggal).
Membahas Pancasila sebagai filsafat berarti mengungkapkan konsep-konsep kebenaran
Pancasila yang bukan saja ditujukan pada bangsa Indonesia, melainkan juga bagi manusia pada
umumnya.
Epistemologi adalah cabang filsafat yang menyelidiki asal, syarat, susunan, metode, dan
validitas ilmu pengetahuan. Secara epistemologis kajian Pancasila sebagai filsafat dimaksudkan
sebagai upaya untuk mencari hakikat Pancasila sebagai suatu sistem pengetahuan. Pancasila
sebagai sistem filsafat pada hakikatnya juga merupakan sistem pengetahuan. Pancasila harus
memiliki unsur rasionalitas terutama dalam kedudukannya sebagai sistem pengetahuan. Dasar
epistemologis Pancasila pada hakikatnya tidak dapat dipisahkan dengan dasar ontologisnya,
sehingga dasar epistemologis Pancasila sangat berkaitan erat dengan konsep dasarnya tentang
hakikat manusia. Pancasila sebagai suatu objek pengetahuan pada hakikatnya meliputi masalah
sumber pengetahuan dan susunan pengetahuan Pancasila.
Aksiologi Pancasila mengandung arti bahwa kita membahas tentang filsafat nilai Pancasila.
Istilah aksiologi berasal dari kata Yunani axios yang artinya nilai, manfaat, dan logos yang
artinya pikiran, ilmu atau teori. Sila-sila Pancasila sebagai suatu sistem filsafat memiliki satu
kesatuan dasar aksiologis, yaitu nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila. Nilai (value dalam
Inggris) berasal dari kata Latin valere yang artinya kuat, dapat diartikan sebagai "keberhargaan"
(worth) atau "kebaikan" (goodness). Nila-nilai dalam Pancasila termasuk nilai etik atau nilai
moral merupakan nilai dasar yang mendasari nilai instrumental dan selanjutnya mendasari semua
-
aktivitas kehidupan masyarakat, berbangsa, dan bernegara.
Kesimpulan
Pancasila yang dihubungkan dengan filsafat muncul dari hasil perenungan para
pendiri negara yang kemudian dituangkan dalam suatu sistem yang menjalankan
kehidupan masyarakat luas. Terbangunnya sistem filsafat disini memiliki hakikat satu
kesatuan utuh dari beberapa elemen yang memiliki tujuan tertentu dengan menjalankan
fungsi yang saling ketergantungan. Keterkaitan antara objek, prinsip, dan karakteristik
Pancasila sebagai filsafat harus selaras dengan hakikatnya. Sila-sila di dalam Pancasila
dijadikan sebagai tolakan dalam mengamalkan nilai-nilainya dalam menjalankan
kehidupan berbangsa dan bernegara.
Perealisasian yang dilakukan harus diawali dengan pemahaman terlebih dahulu
pastinya. Tentang bagaimana karakteristik sistem filsafat yang dimaksud, objek yang
dituju, serta upaya pendekatan dasar yang dicerminkan sebagai bentuk pengokohan
bahwa Pancasila memang benar-benar suatu sistem filsafat. Maka dari itu, proses
berkelanjutan yang dijalankan bisa ditempuh melalui beberapa upaya pendekatan
terlebih dahulu. Upaya pendekatan ini harfiahnya harus sesuai dengan hakikat sila-sila
yang tercantum di dalam Pancasila.