PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan sebuah negara yang
menggunakan pancasila sebagai dasar negara. Maka dari itu sudah sepatutnya
pancasila dan nilai-nilai yang terkandung didalamnya harus diketahui, dipahami,
dihayati, dan diimplementasikan oleh seluruh rakyat Indonesia. Oleh karena itu
filsafat pancasila juga penting dipelajari sesuai dengan pembahasan pancasila.
Walaupun demikian, masih banyak masyarakat yang belem memahami dan
melaksanakan nilai-nilai yang terkandung di dalam pancasila secara menyeluruh.
Sebagai Mahasiswa, tentunya menjadi sebuah kewajiban untuk memberikan
pelayanankepada masyarakat. Pelayanan itu bisa berupa ilmu maupun pengetahuan
yang berguna. Oleh karena itu, diperlukan pemahan filsafat pancasila dikalangan
mahasiswa.
B. Rumusan Masalah
1
C. Tujuan
1. Mengetahui konsepsi dan filsafat pancasila.
2. Mengetahui pancasila sebagai sistem filsafat.
3. Mengetahui pancasila sebagai ideologi bangsa dan negara.
4. Mengetahui pancasila sebagai dasar negara republik indonesia.
5. Mengetahui pancasila sebagai sendi keserasian hukum dan sebagai sumber dari segala
sumber hukum.
BAB II
PEMBAHASAN
2
Pancasila sebagai filsafat hidup, harus dikembangkan sesuai dengan kodrat
manusia. Pengembangan Pancasila sebagai filsafat hidup atau disebut juga dengan
pengembangan filsafat Pancasila, pada dasarnya untuk mengimbangi filsafat
komunis maupun liberalis yang keduanya merupakan suatu sistem kemasyarakatan
yang berbeda sama sekali. Pancasila dikembangkan secara kefilsafatan dengan
maksud untuk menunjukkan jalan tengah antara keduanya, dalam arti bukan komunis
dan bukan liberalis, yang didukung oleh penalaran kefilsafatan.
3
tokoh-tokoh kenegaraan Indonesia sehingga tepat jika ditanyakan dasar Filsafat
Pancasila. Pancasila sebagai filsafat hidup bangsa ini kemudian dijabarkan juga
sebagai jiwa bangsa, sebagai keprinbadian bangsa, sebagai pandangan hidup bangsa,
yang kemudian berfungsi sebagai pedoman hidup bangsa Indonesia dalam
bermasyarakat dan bernegara.
Pancasila sebagai sistem filsafat, yang secara khusus sebagai filsafat hidup
bangsa, adalah berlandaskan pada hakikat kodraty manusia, walaupun semula tidak
terpikirkan oleh tokoh-tokoh kenegaraan Indonesia, namun karena betul-betul
perenungannya yang mendalam untuk hidup bersama yang manusiawi dan dijiwai
oleh semangat kekeluargaan cerminan kodrat manusia dan keduanya itu diwujudkan
dalam ajaran pancasila.
Pancasila sebagai sistem filsafat merupakan kumpulan dari ajara-ajaran yang
terkoordinasikan, sebagaimana yang diuraikan Ali Mudhofir dalam makalah yang
berjudul Pancasila Sebagai Sistem Kefilsafatan (disampaikan 15 Agustus 1996 dalam
sarasehan para desen Filsafat Pancasila dan Pendidikan Pancasila di BP7 DIY).dan
dinyatakan oleh Ali Mudhofir hal-hal yang bersangkutan dengan sistem adalah
sebagai berikut :
a. Dalam suatu sistem termuat adanya sejumlah unsur atau bagian.
b. Unsur-unsur yang termuat dalam sistem saling berhubungan sehinga
merupakan kesatuan yang menyewluruh.
c. Hubungan diantara unsure-unsur tersebut bersifat tetap, dan tidak
mengandung kontradiksi.
d. Dalam suatu sistem termuat adanya maksud atau tujuan yang ingin dicapai.
Sebagai filsafat hidup bangsa, Pancasila berlandaskan pada hakikat kodrat
manusia monoplurasi.
4
berbangsa dan bernegara yang berlandaskan hakikat kodrat manusia monoplurasi yang
sifatnya juga metafisik, bukan dari pengamatan, hanya merupakan praanggapan yang
kemudian dibuktikan kebenarannya dengan kehidupan sehari-hari bangsa dan rakyat
Indonesia. Selanjutnya, perenungan kefilsafatan Pancasila dapat dirumuskan :
pemikiran secara rasional untuk menyusun sistem pengetahuan tentang kehidupan
manusia dalam kemasyarakatan dan bernegara atas dasar lima prinsipyang
berlandaskan hakikat kodrat manusia.
Sistem filsafat harus bersifat menyeluruh, yakni memadai semua hal dan gejala
yang tercakup dalam permasalahannya sehingga tidak ada sesuatu yang diluar
jangkauaannya. Pancasila sebagai filsafat hidup bangsa dudalamnya telah tersusun
suatu pola yang dapat memadai sermua permasalahan kehidupan serta menampung
dinamika masyarakat.
5
antar manusia. Bersifat spekulatif yang merupakan praanggapan sebagai hasil
perenungan pada awal permulaan. Manusia merupakan mahluk yang selalu bertanya
la menanyakan segalasesuatu yang dijumpainya, yang belum dimengerti. Jawaban
atas pertanyaan tersebut dapat diperoleh dengan berfikir sendiri (refleks) atau
ditanyakan kepada orang lain. Pertanyaan kefilsafatan bertalian dengan pertanyaan
yang mendalam yang mengacu pada hakikat sesuatu yang dipertanyakan baik tentang
Tuhan, alam manpun din manusia sendin. Jawaban atas pertanyaan kefilsafatan
menghasilkan suatu sistem pemikiran kefilsafatan. Pemikiran kefllsafatan kemudian
diterjemahmakan menjadi pandangan kefilsafatan. Dengan demikian pandangan
kefilsafatan seseorang, berarti juga merupakan pandangan seseorang terhadap Tuhan,
alam dan manusia. Dari pandangan kefilsafatan seseorang dapat diketahui bagaimana
ia berfikir, bersikap dan berbuat. Sejarah pemikiran ummat manusia mencatat
berbagai aliran tilsafat yang beberapa di antaranya sudah merupakan sistem filsafat.
Setiap aliran Filsafat memiliki pandangan yang berbeda dalam memberikan
penafsiran terhadap kenyataan yang melingkupinya. Perbedaan penafsiran terhadap
realitas ini disebabkan karena perbedaan sudut pandang atau objek formal. atau
perbedaan dalam·penekanan pada objek material. Masalah potok yang akan dijawab
adalah apakah Pancasila sudah memenuhi sarat Untuk dapat disebut sebagai sistem
kefilsafatan? Dalam uraian terdahulu dikatakan. bahwa sistem kefilsafatan adalah
kumpulan dari ajaran-ajaran tentang kenyataan yang saling berhubungan. sehingga
merupakan kesatuan, komprehensi yang kesemuanya itu dimaksudkan untult
mencapai tujuan tertentu. Dimensi subjektif dibentuknya sistem filsafat adalah
kesadaran dari pelakuatau pembentuk.sistem tersebut untuk menerapkan sistem itu
bagi. tujuan tertentu atau ideal yang diharapkan. Pancasila terdiri dari lima sila, yang
masing-masing sila merupakan ajaran yaitu: Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemausiaan
Yang Adil dan Beradab, Persatuan Indonesia, Kerakyatan Yang Dipimpin oleh
Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan Perwakilan, dan Keadilan Sosial
bagi Seluruh Rakyat Indonesia. Setiap sila dari Pancasila tidak dapat dipisahkan dari
kesatuan keseluruhannya. Pada dasarnya yang menjadi" subjek atau pendukung dari
ini isi sila-sila Pancasila adalah manusia Indonesia sebagai manusia. Manusia yang
terdiri dari sejumnlah unsur mutlak yang semua unsur tersebut menduduki dan
menjalankan fungsinya secara mutlak, artinya tidak dapat digantikan fungsinya oleh
unsur yang lain. Adapun inti isi masing-masing sila Pancasila adalah penjelmaan atau
realisasi yang sesuai dengan unsur-unsur hakikat manusia sehingga setiap sila harus
6
menempati kedudukan dan menjalankan fungsinya secara mutlak dalam susunan
kesatuan Pancasila.
Istilah ideologi berasal dari kata idea yang berarti gagasan, konsep,
pengertian dasar, cita-cita dan logos yang berarti ilmu. kata idea berasal dari Bahasa
yunani eiios yang artinya bentuk. Disamping itu ada kata idein yang artinya melihat.
maka secara harfiah ideologi berarti ilmu tentang pengrtian dasar. dalam pengertian
sehari-hari idea disamakan artinya dengan cita-cita. Cita-cita yang dimaksud adalah
cita-cita yang besifat tetap, sehingga cita-cita tersebut merupakan dasar, pandangan,
dan faham. Memang pada hakikatnya antara dasar dan cita-cita sebenarnya
merupakan satu kesatuan. Dasar ditetapkan atas suatu landasan, asas atau dasar yang
telah ditetapkan ideologi mencakup pengertian tentang idea, pengertian dasar,
gagasan dan cita-cita. 3
Sebagai suatu ideologi bangsa dan negara Indonesia maka Pancasila pada
hakikatnya bukan hanya merupakan suatu hasil perenungan atau pemikiran seseorang
atau kelompok sebagaimana ideologi lain, namun Pancasila diangkat dari nilai-nilai
kebudayaan serta nilai religious yang terdapat dalam pandangan hidup masyarakat
Indonesia sebelum membentuk negara. Dengan kata lain perkataan unsur yang
merupakan materi Pancasila tidak lain diangkat dari pandangan hidup masyarakat
Indonesia sendiri, sehingga bangsa ini merupakan kuasa materialis (asal bahan)
Pancasila.
3 Ani Sri R,Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2013), hlm. 31
7
a. Sastrapratedja : ”Ideologi adalah seperangkat gagasan/pemikiran yang berorientasi
pada tindakan dan diorganisir menjadi suatu sistem yang teratur”.
Menurut teori yang dikemukakan oleh Martin Seliger Ideologi adalah sekumpulan
kepercayaan dan penolakan yang diungkapkan dalam bentuk pernyataan yang bernilai
yang dirancang untuk melayani dasar dasar permanen yang bersifat relatif bagi
sekelompok orang. Ideologi dipergunakan untuk membenarkan kepercayaan yang
didasarkan atas norma-norma moral dan sejumlah kecil pembuktian faktual dan
koherensi legitimasi yang rasional dari penerapan preskripsi teknik. Untuk lebih
memperdalam pemahaman, berikut ini beberapa corak ideologi.
a. Seperangkat prinsip dasar sosial politik yang menjadi pegangan kehidupan sosial
politik yang diinkorporasikan dalam dokumen resmi negara.
c. Suatu model atau paradigma tentang perubahan sosial yang tidak dinyatakan
sebagai ideologi, tetapi berfungsi sebagai ideologi
d. Berbagai aliran pemikiran yang menonjolkan nilai tertentu yang menjadi pedoman
gerakan suatu kelompok.
8
c. Norma-norma yang menjadi pedoman dan pegangan dasar bagi seseorang untuk
melangkah dan bertindak.
b. Aktualisasi lima sila Pancasila yang dapat dilaksanakan dalam kehidupan berbangsa
dan bernegara adalah sebagai berikut:
(1) Sila Ketuhanan Yang Maha Esa dirumuskan untuk menjamin tidak adanya
diskriminasi atas dasar agama sehingga terciptalah kehidupan beragama yang kondusif
9
(2) Sila Kemanusiaan yang Adil dan Beradab menjadi operasional dalam jaminan
pelaksanaan hak-hak asasi manusia karena hal tersebut merupakan tolak ukur
keberadaban serta solidaritas suatu bangsa terhadap setiap warga negara.
(3) Sila Persatuan Indonesia menegaskan bahwa rasa cinta pada bangsa Indonesia
tidak dilakukan dengan menutup diri dan menolak mereka yang di luar Indonesia,
tetapi dengan membangun hubungan timbal balik atas dasar kesamaan kedudukan dan
tekad untuk menjalin kerjasama yang menjamin kesejahteraan dan martabat bangsa
Indonesia.
(5) Sila Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia berarti pengentasan
kemiskinan dan diskriminasi terhadap minoritas dan kelompok-kelompok lemah
sehingga terciptalah kehidupan yang adil dan sejahtera bagi setiap warga negara.
10
pada masa pemerintahan Presiden Soeharto, Pancasila dijadikan sebagai asas
tunggal bagi Organisasi Politik dan Organisasi Kemasyarakatan. Periode ini diawali
dengan keluarnya TAP MPR No. II/1978 tentang pemasyarakatan nilai Pancasila yang
mendasari bagi pelasksanaan penataran P-4 bagi semua lapisan masyarakat. Akibat
dari cara-cara rezim dalam memasyarakatkan Pancasila memberi kesan bahwa tafsir
ideologi Pancasila adalah produk rezim Orde Baru yang berkuasa pada waktu itu.
Habibie dalam pidato 1 Juni 2011, mengemukakan bahwa salah satu faktor
penyebab dilupakannya Pancasila di era reforsebagai akibat dari traumatisnya
masyarakat terhadap penyalahgunaan kekuasaan di masa lalu yang mengatasnamakan
Pancasila. Hal ini mendorong generasi reformasi untuk menanggalkan segala hal yang
dipahaminya sebagai bagian darimasa lalu dan menggantinya dengan sesuatu yang
baru. berimplikasi pada munculnya ‘amnesia nasional'
Pada bagian ini, akan dilihat Pancasila sebagai ideologi negara berakar dalam
kehidupan masyarakat. Unsur-unsur sosiologis yang membentuk Pancasila
Pengamalan nilai-nilai luhur Pancasila sebagai ideologi negara meliputi hal-hal
sebagai berikut:
a. Sila Ketuhanan Yang Maha Esa dapat ditemukan dalam kehidupan beragama
masyarakat Indonesia dalam berbagai bentuk kepercayaan dan keyakinan terhadap
adanya kekuatan yang tidak dapat di jelaskan mengunakan akal logika manusia .
b. Sila Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab dapat ditemukan dalam hal saling
menghargai dan menghormati hak-hak orang lain, tidak bersikap sewenang-wenang.
12
c. Sila Persatuan Indonesia dapat ditemukan dalam bentuk solidaritas, rasa
setia kawan, rasa cinta tanah air sehingga mewujudkan rasa cinta pada produk dalam
negeri.
e. Sila Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia tercermin dalam sikap
suka menolong, tidak menggolon-golongkan manusia berdasar ras ataupun golongan,
cara berpakain yang tidak mencolok.
13
Pancasila sebagai ideologi negara pada masa pemerintahan Presiden Soekarno,
Presiden Soekarno memahami kedudukan Pancasila sebagai ideologi negara. Namun
dalam menjalankan masa pemerintahannya, ideologi Pancasila mengalami pasang
surut karena dicampur dengan ideologi komunisme dalam konsep Nasakom
(Nasionalisme, Agama, Komunisme). Pancasila sebagai ideologi dalam masa
pemerintahan Presiden Soeharto diletakkan pada kedudukan yang sangat kuat melalui
TAP MPR No. II/1978 tentang pemasayarakatan P-4. Pada masa ini ideologi Pancasila
menjadi asas tunggal bagi semua organisasi politik (Orpol) dan organisasi masyarakat
(Ormas). Pada masa era reformasi, Pancasila sebagai ideologi negara mengalami
pasang surut dengan ditandai beberapa hal seperti seperti hilangnya Pancasila pada
kurikulum nasional, meskipun pada akhirnya timbul kesadaran penyelenggara negara
tentang pentingnya pendidikan Pancasila di perguruan tinggi. Seluruh masyarakat
tentunya harus menyadari bahwa peranan Pancasila sebagai ideologi negara bukan
hanya terletak pada aspek legal formal, melainkan juga harus hadir dalam kehidupan
konkret masyarakat itu sendiri. Beberapa peran konkret Pancasila sebagai ideologi
meliputi hal-hal sebagai berikut:
a). Ideologi negara sebagai penuntun warga negara artinya setiap perilaku
warga negara harus didasarkan pada preskripsi moral. Contohnya, kasus narkoba yang
merebak di kalangan generasi muda menunjukkan bahwa preskripsi moral ideologis
belum disadari kehadirannya. Oleh karena itu,diperlukan norma-norma penuntun yang
lebih jelas, baik dalam bentuk persuasif, imbauan maupun penjabaran nilai-nilai
Pancasila ke dalam produk hukum yang memberikan rambu yang jelas dan hukuman
yang setimpal bagi pelanggarnya.
b). Ideologi negara sebagai penolakan terhadap nilai-nilai yang tidak sesuai
dengan sila-sila Pancasila. Dalam hal ini nilai nilai yang tidak sesuai dengan nilai-nilai
yang terkandung dalam pancsila harus di tolak karena tidak sesuai dengan prinsip dan
idiologibangsa Indonesia seperti contohnya: kasus terorisme yang terjadi dalam bentuk
pemaksaan kehendak melalui kekerasan. Hal ini bertentangan nilai toleransi
berkeyakinan, hak-hak asasi manusia, dan semangat persatuan.
Pancasila sebagai dasar negara sudah ditetapkan sejak sidang BPUPKI dan
secara sadar ingin dijadaikan sebagai philosofiche grondslag. Sehingga setiap aspek
14
penyelengaraan negara harus sesuai dengan nilai-nilai yang terkandung dalam
Pancasila4.
15
Indonesia dan hal itu dilambangkansecara literal pada lima sila garuda Pancasila, serta
selogan Bhineka Tunggal Ika.
5 Prof. Hariyono, Wahyudi, Membangun Negara Hukum Yang Bermatabat, (Setara Press, Malang 2013),
hlm 171
16
1. Kehidupan politik dan pemerintahan tidak stabil, sehingga program
pembangunan dari suatu pemerintahan tidak dapat dilaksanakan dengan baik dan
berkeseimbangan.
Dengan meihat dari beberapa segi seperti segi keamanan, perekonomian dan
segi politik akhirnya presiden menggantikan demokrasi parlementer dengan demokrasi
terpimpin. Demokrasi terpimpin adalah istilah untuk sebuah pemerintahan dengan
sistem demokrasi dimana seluruh keputusan serta pemikiran berpusat pada pemimpin
negara. Demokrasi Terpimpin ini pertama kali diumumkan oleh Presiden Ir. Soekarno
dalam pembukaan siding konstituante pada tanggal 10 November 1956. Berikut adalah
penyimpangan-penyimpangan yang terjadi pada pemerintahan demokrasi terpimpin :
1. Pada tahun 1960 Presiden membubarkan DPR hasil pemilu pertama karena
menolak untuk menyetujui RAPBN yang diajukan Presiden.
17
3. Membuat Poros Jakarta Peking Pyong Yang.
Pada masa Orde Baru tersebut, untuk memurnikan kembali pengamalan Pancasila,
dilakukan upaya berupa program agar masyarakat Indonesia menyadari petingnya
Pancasila dan mengamalkannya dengan baik dan benar dalam menjalankan kehidupan
berbangsa dan bernegara. Program tersebut biasa dikenal sebagai program P4 yang
kepanjangannya adalah Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila.
Kelahiran dan tumbuh kembang P4 didorong situasi kehidupan negara yang terjadi pada
pertengahan tahun 1965. Orde baru menilai bahwa terjadinya tragedy nasional, G-30-
S/PKI pada tahun 1965 adalah karena Bangsa Indonesia tidak melaksanakan Pancasila
dan Undang-Undang 1945 secara murni dan konsekuen. Setelah Bangasa Indonesia
mampu mengatasi akibat gejolak yang ditimbulkan G-30-S/PKI, serta telah mampu
untuk menetapkan program pembangunnya, dirasa perlu untuk membenahi karakter
bangsa dengan mengembangkan sikap dan perilaku warga negara sesuai dengan amanat
yang tertuang dalam Undang-Undang Dasarnya. Maka Majelis Permusyawaratan
Rakyat, dalam siding umumnya pada tanggal 22 Maret 1978 menetapkan Pedoman
Penghayatan dan Pengamalan Pancasila. Dengan demikian pelaksanaan P4 merupakan
kehendak rakyat yang ditetapkan oleh MPR-RI sebagai penjelmaan rakyat yang wajib
dipatuhi.
18
2. Pandangan dan sikap bangsa Indonesia mengenai hak asasi manusia berdasar
pada Pancasila.
6. Salah satu misi bangsa Indonesia dalam menghadapi masa depannya adalah:
Pengamalan Pancasila secara konsisten dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara.
9. Pancasila sebagai acuan dasar untuk berfikir, bersikap dan bertingkah laku
dalam kehidupan berbangsa.
E. Pancasila Sebagai Sendi Keserasian Hukum dan Sebagai Sumber Dari Segala
Sumber Hukum
6 Prof. Drs. H.A.W. Widjaja, Pedoman Pelaksanaan Pendidikan Pancasila, (Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 2002)
19
Kemudian mengenai Pancasila sebagai sumber dari segala sumber hukum ini
dijelaskan kembali dalam ketetapan MPR No.III/MPR/2000 tentang sumber hukum
dan tata urutan peraturan perundang-undangan pada pasal 1 ayat (3) yang
menyatakan bahwa “Sumber hukum dasar nasional adalah Pancasila. Dengan
terbentuknya UU No. 10 tahun 2004 tentang pembentukan peraturan perundang-
undangan, sebagaimana yang termuat dalam pasal 2 UU No. 10 tahun 2004 yang
menyatakan bahwa ”Pancasila merupakan sumber dari segala sumber hukum sebagai
Aberikut: “Penempatan Pancasila sebagai sumber dari segala sumber hukum negara
sesuai dengan Pembukaan UUD 1945 yang menempatkan Pancasila sebagai dasar
ideologi negara sekaligus dasar filosofis bangsa dan negara, sehingga setiap materi
muatan peraturan perundang-undangan tidak boleh bertentangan dengan nilai-nilai
yang terkandung dalam Pancasila”. Jelaslah bahwa Pancasila merupakan sumber dari
segala peraturan perundangan yang ada maupun yang akan dikeluarkan didalam
negara Indonesia.
a. keseimbangan pertama, mempertemukan antara ide golongan islam disatu pihak dan
ide golongan nasionalis dilain pihak untuk menegakkan negara pancasila.
b. Keseimbangan kedua, menyeimbangkan sifat individu dan sifat sosial dalam
kehidupan bermasyarakat sehingga Pancasila merupakan titik perimbangan yang
mengatasi kepentingan individu dan kepentingan golongan untuk menegakkan
negara monodualis.
20
c. Keseimbangan ketiga adalah merupakan sintesis antara dasar-dasar kenegaraan
modern tentang sistem demokrasi dengan tradisi lama kehidupan bangsa Indonesia
yaitu sistem musyawrah mufakat untuk menegakkan negara modern.
Tergerusnya Pancasila sebagai sumber segala sumber hukum mengakibatkan
Pancasila tidak lagi memiliki daya mengikat dalam sistem hukum nasional. Realitas
berhukum yang jauh dari koridor norma dasar negara ini menyebabkan materi
muatan hukum dan pelaksanaan hukum di Indonesia tidak menemukan suatu bentuk
yang jelas. Apalagi dengan adanya sikap-sikap resistensi terhadap Orba dan
menguatnya pluralisme hukum menambah tidak beridentitasnya sistem hukum
nasional. Meskipun Pancasila sebagai sumber segala sumber hukum memiliki rumah
hukum baik melalui TAP MPR maupun UU No. 10 Tahun 2004 yang kemudian
diganti dengan UU No. 12 Tahun 2011 tetap saja tidak menjamin kedudukan
Pancasila dalam sistem hukum nasional Indonesia. Oleh karena itu, diperlukan
beberapa upaya agar Pancasila sebagai sumber segala sumber hukum tidak hanya
sebatas memiliki rumah hukum tetapi dapat diterapkan dalam sistem hukum.
Terdapat dua upaya untuk itu, yaitu: menjadikan Pancasila sebagai suatu aliran
hukum positif dan mendudukan Pancasila sebagai puncak peraturan
perundangundangan.
Menjadikan Pancasila sebagai suatu aliran hukum Jika dicermati dalam
literasi-literasi hukum yang membahas tentang aliran hukum, maka dapat ditemukan
suatu pola dinamis terkait terbentuk dan eksisnya suatu aliran hukum. Terbentuknya
suatu aliran hukum berawal dari adanya suatu pemikiran tentang hukum ideal yang
dikemukakan oleh seseorang ataupun beberapa orang ahli hukum berdasarkan
realitas dan kebutuhan sosial masyarakat dalam suatu waktu dan wilayah tertentu.
Misalnya, pemikiran tentang kepastian hukum atau positivisme hukum berawal dari
John, seorang ahli hukum Inggris. Menurut Austin, hukum terlepas dari soal keadilan
dan dari soal baik dan buruk. Karena itu, ilmu hukum tugasnya hanyalah
menganalisis unsur-unsur yang secara nyata ada dalam sistem hukum modern. Ilmu
hukum hanya berurusan dengan hukum positif yaitu hukum yang diterima tanpa
memperhatikan kebaikan dan keburukannya. Hukum adalah perintah dari kekuasaan
politik yang berdaualat dalam suatu negara. Pemikiran yang melegitimasi kekuasaan
absolut penguasa tersebut kemudian disempurnakan menurut kebutuhan dan
perkembangan masyarakat dan zaman. Pemikiran kepastian Austin yang meletakan
kepastian hukum pada perintah penguasa tersebut disempurnakan (dikembangkan)
21
oleh Hans Kelsen menjadi kepastian hukum terdapat pada segala peraturan tertulis
atau legisme. Meskipun telah disempurnakan, harus diingat bahwa keberadaan suatu
aliran hukum senantiasa ditentukan oleh relevansinya. Artinya, suatu aliran hukum
akan tetap benar apabila sesuai dengan ruang dan waktu tertentu. Contohnya, aliran
positivisme hukum akan tetap dianggap benar dan ideal untuk diterapkan di
Indonesia asalkan masih relevan dengan kebutuhan dan perkembangan masyarakat
Indonesia. Pancasila sebagai suatu aliran hukum tentu kelak menghilangkan
pluralisme sistem hukum dalam berhukum karena semakin plural atau beragamnya
hukum yang diterapkan maka semakin banyak pula kontradiksikontradiksi yang
terjadi antarsistem hukum tersebut. Hukum Islam tidak mungkin pararel dengan
common law begitu pula hukum adat tidak mungkin pararel dengan civil law.
Keberagaman sistem hukum seperti inilah yang membuat hukum menjadi tidak
produktif dan berakibat semakin sulitnya menggapai cita hukum Indonesia seperti
kepastian, keadilan dan kemanfaatan juga kemakmuran dan kesejahteraan. Untuk itu,
Pancasila harus hadir sebagai suatu aliran hukum guna mendamaikan
disharmoniasasi hukum yang disebabkan oleh keberagaman hukum. Terutama pula,
agar dapat mencapai cita hukum nasional Indonesia.
Pancasila sebagai sumber segala sumber hukum memang telah memiliki rumah
hukum atau legitimasi yuridis, akan tetapi belum memiliki kedudukan dalam hirarki
peraturan perundang-undangan. Terkait Pancasila dalam sistem hirarki perundang-
undangan, selama ini kerap terpelihara suatu pandangan yang tidak produktif bahwa
Pancasila tidak etis dimasukan dalam hirarki peraturan perundang-undangan karena
Pancasila merupakan dasar negara sudah menjadi sumber tertib hukum. Akan tetapi,
apabila merujuk pada stufenbautheory Kelsen dan Nawiasky yang mengharuskan
puncak hirarkis norma adalah norma dasar atau Grundnorm/Staatfundamentalnorm
maka Pancasila sebagai norma dasar seharusnya berada dalam puncak tata urutan
norma tersebut. Dengan demikian, tata urutan peraturan perundang-undangan dari
atas ke bawah menjadi sebagai berikut: a) Pancasila, b) Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945, c) Ketetapan Majelis Permusyawaratan
Rakyat Republik Indonesia, d) Undang-Undang/Peraturan Pemerintah Pengganti
Undang-Undang e) Peraturan Pemerintah, f) Peraturan Presiden, g) Peraturan Daerah
Provinsi; dan h) Peraturan Daerah Kabupaten/Kota. Kedudukan Pancasila sebagai
puncak hirarki peraturan perundangundangan bukan bermaksud mengurangi
keberadaan Pancasila sebagai pandangan hidup dan dasar negara melainkan sebagai
22
upaya untuk menghindari penyimpangan-penyimpangan peraturan perundang-
undangan. Pancasila sebagai sumber tertib hukum atau sumber segala sumber hukum
dalam tatanan hukum Indonesia telah menjadi sesuatu yang bermakna formalitas
belaka. Fakta telah membuktikan, begitu banyaknya peraturan perundangan-
undangan yang telah menyimpang dari Pancasila. Pembatalan terhadap 139 perda
oleh Mendagri merupakan bukti adanya penyimpangan terhadap Pancasila dalam
peraturan perundang-undangan. Penyimpangan-penyimpangan tersebut tentu saja
akan tetap berpotensi terulang kembali jika Pancasila tidak termasuk dalam hirarki
peraturan perundang-undangan. Dengan demikian, Pancasila sebagai norma dasar
harus dimasukkan dalam hirarki peraturan perundang-undangan agar memiliki daya
mengikat bagi segala peraturan perundang-undangan. Selain mengikuti ajaran hirarki
norma Kelsen diatas, apabila ditinjau secara sistem perundang-undangan, segala
peraturan perundang-undangan senantiasa diikat oleh asas lex superiori derogat legi
inferiori yaitu suatu aturan hukum yang kedudukannya lebih rendah tidak boleh
bertentangan dengan yang lebih tinggi. Maka dari itu, peraturan perundang-undangan
yang lebih rendah kedudukannya tidak boleh bertentangan dengan yang lebih tinggi.
Ini artinya, peraturan perundang-undangan yang kedudukannya lebih rendah
sebenarnya merupakan konkretisasi dari yang lebih tinggi misalnya undangundang
merupakan konkretisasi dari UUD 1945. Walaupun menurut asas dalam sistem
perundang-undangan demikian, akan tetapi masih terdapatnya disharmonisasi dalam
pelaksanaannya. Pembatalan undang-undang No. 7 tahun 2004 tentang Sumber Daya
Air karena bertentangan dengan UUD 1945 oleh MK adalah salah satu bukti
disharmonisasi dalam peraturan perundangundangan.
23
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Filsafat Pancasila adalah cintak bijaksanaan dengan berpedoman pada
lima prinsip. Pancasila sebagai sistem filsafat dirumuskan atas dasar inti-
mutlak tata kehidupan manusia menghadapi diri sendiri, sesame manusia,
dan menghadapi Tuhan, dalam bermasyarakat dan berneghara, yang
mewujudkan berketuhanan berpersatuan berkerakyatan dan berkeadilan.
Sebagai suatu ideologi bangsa dan negara Indonesia Pancasila diangkat
dari nilai-nilai kebudayaan serta nilai religious yang terdapat dalam
pandangan hidup masyarakat Indonesia sebelum membentuk negara.
Filsafat Pancasila sebagai dasar Negara Republik Indonesia memiliki
konsekuensi bahwa segala peraturan perundang-undangan yang berlaku di
Indonesia merupakan penjabaran dari nilai-nilai yang terkandung dalam
Pancasila. Pancasila merupakan sumber dari segala peraturan perundangan
yang ada maupun yang akan dikeluarkan didalam negara Indonesia.
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
24
Nugroho,Iwan, dkk.2013.Membangun Negara Hukum Yang
Bermartabat.Malang:Setara Press.
Bo’a, fais yonas.2018. Pancasila sebagai Sumber Hukum dalam Sistem Hukum
Nasional. Yogyakarta: Badan Penerbit Program Pascasarjana Universitas Atma Jaya
Yogyakarta.
Ahmad, Intan.2016. Buku Ajar Mata Kuliah Wajib Umum Pancasila. Jakarta:
Direktorat dan Kemahasiswaan Kementrian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi
25