Anda di halaman 1dari 25

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan sebuah negara yang
menggunakan pancasila sebagai dasar negara. Maka dari itu sudah sepatutnya
pancasila dan nilai-nilai yang terkandung didalamnya harus diketahui, dipahami,
dihayati, dan diimplementasikan oleh seluruh rakyat Indonesia. Oleh karena itu
filsafat pancasila juga penting dipelajari sesuai dengan pembahasan pancasila.
Walaupun demikian, masih banyak masyarakat yang belem memahami dan
melaksanakan nilai-nilai yang terkandung di dalam pancasila secara menyeluruh.
Sebagai Mahasiswa, tentunya menjadi sebuah kewajiban untuk memberikan
pelayanankepada masyarakat. Pelayanan itu bisa berupa ilmu maupun pengetahuan
yang berguna. Oleh karena itu, diperlukan pemahan filsafat pancasila dikalangan
mahasiswa.

B. Rumusan Masalah

Adapun permasalahan yang akan dibahas dalam proses penyusunan makalah


ini adalah “Filsafat Pancasila”.

Untuk memberikan kejelasan makna serta menghindari meluasnya


pembahasan, maka dalam makalah ini masalahnya dibatasi pada:

1. Apa yang dimaksud konsepsi dan filsafat Pancasila?


2. Apa maksud dari Pancasila sebagai sistem filsafat?
3. Apa maksud dari Pancasila sebagai ideologi bangsa dan negara?
4. Apa maksud dari Pancasila sebagai dasar negara republik indonesia?
5. Apa maksud dari Pancasila sebagai sendi keserasian hukum dan sebagai sumber dari
segala sumber hukum?

1
C. Tujuan
1. Mengetahui konsepsi dan filsafat pancasila.
2. Mengetahui pancasila sebagai sistem filsafat.
3. Mengetahui pancasila sebagai ideologi bangsa dan negara.
4. Mengetahui pancasila sebagai dasar negara republik indonesia.
5. Mengetahui pancasila sebagai sendi keserasian hukum dan sebagai sumber dari segala
sumber hukum.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsepsi dan Filsafat Pancasila

Pandangan hidup bagi bangsa Indonesia adalah Pancasila yang merupakan


jiwa bangsa Indonesia yang kemudian diwujudkan dalam bentuk tingkah laku dan
amal perbuatan menjadi kepribadian bangsa.

2
Pancasila sebagai filsafat hidup, harus dikembangkan sesuai dengan kodrat
manusia. Pengembangan Pancasila sebagai filsafat hidup atau disebut juga dengan
pengembangan filsafat Pancasila, pada dasarnya untuk mengimbangi filsafat
komunis maupun liberalis yang keduanya merupakan suatu sistem kemasyarakatan
yang berbeda sama sekali. Pancasila dikembangkan secara kefilsafatan dengan
maksud untuk menunjukkan jalan tengah antara keduanya, dalam arti bukan komunis
dan bukan liberalis, yang didukung oleh penalaran kefilsafatan.

1. Pengertian Filsafat Pancasila


Secara etimologis, iatilah filsafat berasal dari kataYunani “philosophia” (dari :
philein = mencintai, philia = cinta, dan Sophia = kebijaksanaan)1. Jadi filsafat adalah
mencintai perbuatan yang baik berdasarkan putusan akal yang sesui dengan rasa
kemanusiaan. Istilah “Pancasila” berasal daroi bahasa Sanskerta “Pancasila” (panca
= lima, syila = dasar atau azas) yang diartikan “lima dasar”. selanjutnya, makna dari
filsafat Pancasila adalah cintak bijaksanaan dengan berpedoman pada lima prinsip.
Pancasila dengan dasar sebagai pandangan hidup bangsa dan dasar filsafat
Negara, maka tujuan filsafat Pancasila secara umum adalah untuk menandingi
filsafat komunis dan filsafat liberalis, tujuan ini berhasil atau tidaknya tergantung
dari ketangguhan Pancasila yang didukung oleh penalaran kefilsafatan. Tujuan
khususnya adalah untuk memahami dan menjelaskan lima prinsip kehidupan
manusia dalam bermasyarakat dan bernegara, mengajukan kritik dan menilai prinsip
tersebut, menemukan hakikatnya secara manusiawi serta mengatur semuanya itu
dalam bentuk yang sistematik sebagai pandangan hidup.
2. Pancasila Dasar Filsafat Negara
Pancasila sebagai dasar filsafat Negara materinya sudah ada sejak bangsa
Indonesia ada, hanya rumusannya yang baru kemudian sekitar proklamasi
kemerdekaan Indonesia, sehingga dapat dinyatakan Pancasila lahir sejak adanya
bangsa Indonesia, bukan hal baru. Jika ada yang menyatakan hari lahirnya Pancasila
adalah tanggal 1 Juni 1945 itu hanya sekedar pemberian nama saja bukan materi
Pancasila2.
Materinya sudah ada sebagai obyek material dan baru dirumuskan kemudian
sebagai obyek formal, tidak hanya Pancasila saja, hukum-hukum alam pun
rumusannya baru kemudian dibandingkan keadaan yang sebenarnya setelah
direnungkan oleh manusia. Pancasila adalah hasil perenungan yang mendalam oleh

1 Noor Ms Bakry, Pendidikan kewarganegaraan,(Yogyakarta,pustaka pelajar,2009),hlm 24


2 Noor Ms Bakry, Pendidikan kewarganegaraan,(Yogyakarta,pustaka pelajar,2009),hlm 26

3
tokoh-tokoh kenegaraan Indonesia sehingga tepat jika ditanyakan dasar Filsafat
Pancasila. Pancasila sebagai filsafat hidup bangsa ini kemudian dijabarkan juga
sebagai jiwa bangsa, sebagai keprinbadian bangsa, sebagai pandangan hidup bangsa,
yang kemudian berfungsi sebagai pedoman hidup bangsa Indonesia dalam
bermasyarakat dan bernegara.

Pancasila sebagai dasar Negara Indonesia berfungsi sebagai pemersatu


bangsa Indonesia, sebagai alat persatuan dan kesatuan, yang didalamnya terumuskan
lansung cita-cita bangsa Indonesia dalam bernegar, yaitu untuk mewujudkan keadilan
sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

B. Pancasila Sebagai Sistem Filsafat

Pancasila sebagai sistem filsafat, yang secara khusus sebagai filsafat hidup
bangsa, adalah berlandaskan pada hakikat kodraty manusia, walaupun semula tidak
terpikirkan oleh tokoh-tokoh kenegaraan Indonesia, namun karena betul-betul
perenungannya yang mendalam untuk hidup bersama yang manusiawi dan dijiwai
oleh semangat kekeluargaan cerminan kodrat manusia dan keduanya itu diwujudkan
dalam ajaran pancasila.
Pancasila sebagai sistem filsafat merupakan kumpulan dari ajara-ajaran yang
terkoordinasikan, sebagaimana yang diuraikan Ali Mudhofir dalam makalah yang
berjudul Pancasila Sebagai Sistem Kefilsafatan (disampaikan 15 Agustus 1996 dalam
sarasehan para desen Filsafat Pancasila dan Pendidikan Pancasila di BP7 DIY).dan
dinyatakan oleh Ali Mudhofir hal-hal yang bersangkutan dengan sistem adalah
sebagai berikut :
a. Dalam suatu sistem termuat adanya sejumlah unsur atau bagian.
b. Unsur-unsur yang termuat dalam sistem saling berhubungan sehinga
merupakan kesatuan yang menyewluruh.
c. Hubungan diantara unsure-unsur tersebut bersifat tetap, dan tidak
mengandung kontradiksi.
d. Dalam suatu sistem termuat adanya maksud atau tujuan yang ingin dicapai.
Sebagai filsafat hidup bangsa, Pancasila berlandaskan pada hakikat kodrat
manusia monoplurasi.

1. Perenungan Kefilsafatan Pancasila

Perenungan kefilsafatan Pancasila juga merupakan bagian dari perenungan


pada umumnya, yaitu hanya khusus mengenai kehidupan manusia bermasyarakat

4
berbangsa dan bernegara yang berlandaskan hakikat kodrat manusia monoplurasi yang
sifatnya juga metafisik, bukan dari pengamatan, hanya merupakan praanggapan yang
kemudian dibuktikan kebenarannya dengan kehidupan sehari-hari bangsa dan rakyat
Indonesia. Selanjutnya, perenungan kefilsafatan Pancasila dapat dirumuskan :
pemikiran secara rasional untuk menyusun sistem pengetahuan tentang kehidupan
manusia dalam kemasyarakatan dan bernegara atas dasar lima prinsipyang
berlandaskan hakikat kodrat manusia.

2. Ciri-Ciri Filsafat Pancasila

Sistem filsafat Pancasila harus memiliki cirri-ciri bersdifat koheren, bersifat


menyeluruh, bersifat mendasar, dan bersifat spekulatif. Sistem filsafat harus bersifat
koheren, yakni berhubungan satu dengan yang lainnya secara runtut tidak
mengandung pernyataan-pernyataan dan hal-hal yang salingh bertentangan. Pancasila
sebagai sistem filsafat bagian-bagiannya tidak saling bertentangan meskipun berbeda
saling melengkapi dan tiap bagian mempunyai fungsi dan kedudukan tersendiri.

Sistem filsafat harus bersifat menyeluruh, yakni memadai semua hal dan gejala
yang tercakup dalam permasalahannya sehingga tidak ada sesuatu yang diluar
jangkauaannya. Pancasila sebagai filsafat hidup bangsa dudalamnya telah tersusun
suatu pola yang dapat memadai sermua permasalahan kehidupan serta menampung
dinamika masyarakat.

Sistem filsafat harus bersifat mendasar, yakni mendalam sampai ke inti-mutlak


dari permasalahannya sehingga merupakan hal yang sangat fundamental. Pancasila
sebagai sistem filsafat dirumuskan atas dasar inti-mutlak tata kehidupan manusia
menghadapi diri sendiri, sesame manusia, dan menghadapi Tuhan, dalam
bermasyarakat dan berneghara, yang mewujudkan berketuhanan berpersatuan
berkerakyatan dan berkeadilan.
Sistem filsafat harus bersifat spekulatif, yakni buah piker hasil perenungan
sebagai praanggapan yang menjadi titik awal serta pangkal tolak pemikiran sesuatu
hal.
Dengan dasar uraian diatas maka jelaslah bahwa Pancasila sebagai sistem
filsafat. Bersifat koheren dalam hubungan antar bagian-bagian atau antar sila-sila dan
tidak ada pernyataan-prtnyataan yang saling bertentangan. Bersifat menyeluruh
dalam hal meliputi semua tata kehidupan manusia bermasyarakat dan bernegara.
Bersifat mendasar dalam hal sampai ke inti-mutlak tata kehidupan dan hubungan

5
antar manusia. Bersifat spekulatif yang merupakan praanggapan sebagai hasil
perenungan pada awal permulaan. Manusia merupakan mahluk yang selalu bertanya
la menanyakan segalasesuatu yang dijumpainya, yang belum dimengerti. Jawaban
atas pertanyaan tersebut dapat diperoleh dengan berfikir sendiri (refleks) atau
ditanyakan kepada orang lain. Pertanyaan kefilsafatan bertalian dengan pertanyaan
yang mendalam yang mengacu pada hakikat sesuatu yang dipertanyakan baik tentang
Tuhan, alam manpun din manusia sendin. Jawaban atas pertanyaan kefilsafatan
menghasilkan suatu sistem pemikiran kefilsafatan. Pemikiran kefllsafatan kemudian
diterjemahmakan menjadi pandangan kefilsafatan. Dengan demikian pandangan
kefilsafatan seseorang, berarti juga merupakan pandangan seseorang terhadap Tuhan,
alam dan manusia. Dari pandangan kefilsafatan seseorang dapat diketahui bagaimana
ia berfikir, bersikap dan berbuat. Sejarah pemikiran ummat manusia mencatat
berbagai aliran tilsafat yang beberapa di antaranya sudah merupakan sistem filsafat.
Setiap aliran Filsafat memiliki pandangan yang berbeda dalam memberikan
penafsiran terhadap kenyataan yang melingkupinya. Perbedaan penafsiran terhadap
realitas ini disebabkan karena perbedaan sudut pandang atau objek formal. atau
perbedaan dalam·penekanan pada objek material. Masalah potok yang akan dijawab
adalah apakah Pancasila sudah memenuhi sarat Untuk dapat disebut sebagai sistem
kefilsafatan? Dalam uraian terdahulu dikatakan. bahwa sistem kefilsafatan adalah
kumpulan dari ajaran-ajaran tentang kenyataan yang saling berhubungan. sehingga
merupakan kesatuan, komprehensi yang kesemuanya itu dimaksudkan untult
mencapai tujuan tertentu. Dimensi subjektif dibentuknya sistem filsafat adalah
kesadaran dari pelakuatau pembentuk.sistem tersebut untuk menerapkan sistem itu
bagi. tujuan tertentu atau ideal yang diharapkan. Pancasila terdiri dari lima sila, yang
masing-masing sila merupakan ajaran yaitu: Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemausiaan
Yang Adil dan Beradab, Persatuan Indonesia, Kerakyatan Yang Dipimpin oleh
Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan Perwakilan, dan Keadilan Sosial
bagi Seluruh Rakyat Indonesia. Setiap sila dari Pancasila tidak dapat dipisahkan dari
kesatuan keseluruhannya. Pada dasarnya yang menjadi" subjek atau pendukung dari
ini isi sila-sila Pancasila adalah manusia Indonesia sebagai manusia. Manusia yang
terdiri dari sejumnlah unsur mutlak yang semua unsur tersebut menduduki dan
menjalankan fungsinya secara mutlak, artinya tidak dapat digantikan fungsinya oleh
unsur yang lain. Adapun inti isi masing-masing sila Pancasila adalah penjelmaan atau
realisasi yang sesuai dengan unsur-unsur hakikat manusia sehingga setiap sila harus

6
menempati kedudukan dan menjalankan fungsinya secara mutlak dalam susunan
kesatuan Pancasila.

C. Pancasila Sebagai Ideologi Bangsa dan Negara Indonesia

Istilah ideologi berasal dari kata idea yang berarti gagasan, konsep,
pengertian dasar, cita-cita dan logos yang berarti ilmu. kata idea berasal dari Bahasa
yunani eiios yang artinya bentuk. Disamping itu ada kata idein yang artinya melihat.
maka secara harfiah ideologi berarti ilmu tentang pengrtian dasar. dalam pengertian
sehari-hari idea disamakan artinya dengan cita-cita. Cita-cita yang dimaksud adalah
cita-cita yang besifat tetap, sehingga cita-cita tersebut merupakan dasar, pandangan,
dan faham. Memang pada hakikatnya antara dasar dan cita-cita sebenarnya
merupakan satu kesatuan. Dasar ditetapkan atas suatu landasan, asas atau dasar yang
telah ditetapkan ideologi mencakup pengertian tentang idea, pengertian dasar,
gagasan dan cita-cita. 3

Sebagai suatu ideologi bangsa dan negara Indonesia maka Pancasila pada
hakikatnya bukan hanya merupakan suatu hasil perenungan atau pemikiran seseorang
atau kelompok sebagaimana ideologi lain, namun Pancasila diangkat dari nilai-nilai
kebudayaan serta nilai religious yang terdapat dalam pandangan hidup masyarakat
Indonesia sebelum membentuk negara. Dengan kata lain perkataan unsur yang
merupakan materi Pancasila tidak lain diangkat dari pandangan hidup masyarakat
Indonesia sendiri, sehingga bangsa ini merupakan kuasa materialis (asal bahan)
Pancasila.

Unsur Pancasila tersebut kemudian diangkat dan dirumuskan oleh para


pendiri bangsa, sehingga Pancasila berkedudukan sebagai dasar serta ideologi bangsa
dan negara Indonesia. Pancasila sebagai ideologi bangsa dan negara Indonesia
berakar pada pandangan hidup, budaya dan bangsa, bukannya mengangkat atau
mengambil ideologi bangsa lain. Pancasila juga bukan hanya merupakan ide atau
perenungan dari seseorang, melainkan Pancasila pada hakikatnya untuk seluruh
lapisan bangsa secara komprehensif karena ciri khas Pancasila itu memiliki
kesesuaian dengan bangsa Indonesia. Definisi Idiologi menurut beberapa ahli adalah
sebagai berikut

3 Ani Sri R,Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2013), hlm. 31

7
a. Sastrapratedja : ”Ideologi adalah seperangkat gagasan/pemikiran yang berorientasi
pada tindakan dan diorganisir menjadi suatu sistem yang teratur”.

b. Soerjanto : “Ideologi adalah hasil refleksi manusia berkat kemampuannya menjaga


jarak dengan dunia kehidupannya”.

c. Mubyarto : ”Ideologi adalah sejumlah doktrin, kepercayaan, dan simbol-simbol


sekelompok masyarakat atau suatu bangsa yang menjadi pegangan dan pedoman kerja
(atau perjuangan) untuk mencapai tujuan masyarakat atau bangsa itu”.

Menurut teori yang dikemukakan oleh Martin Seliger Ideologi adalah sekumpulan
kepercayaan dan penolakan yang diungkapkan dalam bentuk pernyataan yang bernilai
yang dirancang untuk melayani dasar dasar permanen yang bersifat relatif bagi
sekelompok orang. Ideologi dipergunakan untuk membenarkan kepercayaan yang
didasarkan atas norma-norma moral dan sejumlah kecil pembuktian faktual dan
koherensi legitimasi yang rasional dari penerapan preskripsi teknik. Untuk lebih
memperdalam pemahaman, berikut ini beberapa corak ideologi.

a. Seperangkat prinsip dasar sosial politik yang menjadi pegangan kehidupan sosial
politik yang diinkorporasikan dalam dokumen resmi negara.

b. Suatu pandangan hidup yang merupakan cara menafsirkan realitas serta


mengutamakan nilai tertentu yang memengaruhi kehidupan sosial, politik, budaya.

c. Suatu model atau paradigma tentang perubahan sosial yang tidak dinyatakan
sebagai ideologi, tetapi berfungsi sebagai ideologi

d. Berbagai aliran pemikiran yang menonjolkan nilai tertentu yang menjadi pedoman
gerakan suatu kelompok.

Adapun fungsi ideologi adalah sebagi berikut:

a. Sebagai Struktur kognitif. Artinya Ideologi merupakan keseluruhan pengetahuan


yang dapat menjadi landasan untuk memahami dan menafsirkan dunia serta kejadian
di lingkungan sekitarnya.

b. Orientasi dasar dengan membuka wawasan yang memberikan makna serta


menunjukkan tujuan dalam kehidupan manusia.

8
c. Norma-norma yang menjadi pedoman dan pegangan dasar bagi seseorang untuk
melangkah dan bertindak.

d. Bekal dan jalan bagi seseorang untuk menemukan identitas dirinya

e. Kekuatan yang mampu menyemangati dan mendorong seseorang untuk


menjalankan kegiatan dan mencapai tujuan.

f. Pendidikan bagi seseorang atau masyarakat untuk memahami, menghayati serta


memolakan tingkah lakunya sesuai dengan orientasi dan norma-norma yang
terkandung di dalamnya.

Penyelenggara Negara Memahami dan Melaksanakan Pancasila sebagai Ideologi


Negara Perlu diketahui bahwa selain warga negara, penyelenggara negara merupakan
kunci penting bagi sistem pemerintahan yang bersih dan berwibawa sehingga aparatur
negara juga harus memahami dan melaksanakan Pancasila sebagai ideologi negara
secara konsisten. Pelaksanakan ideologi Pancasila bagi penyelenggara negara
merupakan suatu orientasi kehidupan konstitusional. Artinya Semua sistem
perundang-undangan yang berlaku di Indonesia adalah penjabaran dari nilai-nilai
lurhur Pancasila.

Ada beberapa unsur penting dalam kedudukan Pancasila sebagai orientasi


kehidupan konstitusional:

a. Kesediaan untuk saling menghargai dalam kekhasan masing-masing. Artinya adanya


kesepakatan untuk bersama-sama membangun negara Indonesia, tanpa diskriminasi
sehingga ideologi Pancasila menutup pintu untuk semua ideologi eksklusif yang mau
menyeragamkan masyarakat menurut gagasannya sendiri. Oleh karena itu, pluralisme
adalah nilai dasar Pancasila untuk mewujudkan Bhinneka Tunggal Ika. Hal ini berarti
bahwa Pancasila harus diletakkan sebagai ideologi yang terbuka.

b. Aktualisasi lima sila Pancasila yang dapat dilaksanakan dalam kehidupan berbangsa
dan bernegara adalah sebagai berikut:

(1) Sila Ketuhanan Yang Maha Esa dirumuskan untuk menjamin tidak adanya
diskriminasi atas dasar agama sehingga terciptalah kehidupan beragama yang kondusif

9
(2) Sila Kemanusiaan yang Adil dan Beradab menjadi operasional dalam jaminan
pelaksanaan hak-hak asasi manusia karena hal tersebut merupakan tolak ukur
keberadaban serta solidaritas suatu bangsa terhadap setiap warga negara.

(3) Sila Persatuan Indonesia menegaskan bahwa rasa cinta pada bangsa Indonesia
tidak dilakukan dengan menutup diri dan menolak mereka yang di luar Indonesia,
tetapi dengan membangun hubungan timbal balik atas dasar kesamaan kedudukan dan
tekad untuk menjalin kerjasama yang menjamin kesejahteraan dan martabat bangsa
Indonesia.

(4) Sila Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam


Permusyawaratan Perwakilan berarti komitmen terhadap demokrasi yang wajib
disukseskan.

(5) Sila Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia berarti pengentasan
kemiskinan dan diskriminasi terhadap minoritas dan kelompok-kelompok lemah
sehingga terciptalah kehidupan yang adil dan sejahtera bagi setiap warga negara.

1. Historis Pancasila sebagai Ideologi Negara

Sumber historis Pancasila sebagai Ideologi Negara dapat ditelusuri dalam


kedudukan Pancasila sebagai ideologi oleh para penyelenggara negara yang berkuasa
sepanjang sejarah negara Indonesia.

a). Masa pemerintahan Presiden Soekarno.

Pada masa pemerintahan Presiden Soekarno, Pancasila ditegaskan sebagai


pemersatu bangsa. Hal tersebut selalu dikumandangkan oleh Soekarno dalam berbagai
pidato politiknya dalam kurun waktu 1945-1960. Namun seiring dengan perjalanan
waktu, pada kurun waktu 1960-1965, Soekarno lebih mementingkan konsep Nasakom
(Nasionalisme, Agama, dan Komunisme) sebagai landasan politik bagi bangsa
Indonesia.

b). Masa pemerintahan Presiden Soeharto.

10
pada masa pemerintahan Presiden Soeharto, Pancasila dijadikan sebagai asas
tunggal bagi Organisasi Politik dan Organisasi Kemasyarakatan. Periode ini diawali
dengan keluarnya TAP MPR No. II/1978 tentang pemasyarakatan nilai Pancasila yang
mendasari bagi pelasksanaan penataran P-4 bagi semua lapisan masyarakat. Akibat
dari cara-cara rezim dalam memasyarakatkan Pancasila memberi kesan bahwa tafsir
ideologi Pancasila adalah produk rezim Orde Baru yang berkuasa pada waktu itu.

c). Masa pemerintahan Presiden Habibie.

Setelah lengsernya pemerintahan rezim soeharto, Atas desakan berbagai pihak


Habibie menghapus penataran P-4. Pada masa sekarang ini, Pancasila kurang bergema
karena pemerintahan Habibie lebih disibukkan masalah politis baik dalam negeri
maupun luar negeri. Di samping tersebut, lembaga yang bertanggungjawab terhadap
sosialisasi nilai-nilai Pancasila dibubarkan berdasarkan Keppres No. 27 tahun 1999
tentang pencabutan Keppres No. 10 tahun 1979 tentang Badan Pembinaan Pendidikan
Pelaksanaan Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (BP-7). Sebenarnya,
dalam Kepres tersebut diwacanakan akan dibentuk lembaga serupa, tetapi nyatanya
lembaga khusus yang mengkaji, mengembangkan, dan mengawal Pancasila hingga
saat ini belum ada.

d). Masa pemerintahan Presiden Abdurrahman Wahid.

Pada masa pemerintahan Presiden Abdurrahman Wahid muncul wacana


tentang penghapusan TAP NO.XXV/MPRS/1966 tentang pelarangan PKI dan
penyebarluasan ajaran komunisme. Pada masa kepemimpinan Presiden Abdurrahman
Wahid kebebasan berpendapat sangat Doninan dalam sistem kepemerintahan sehingga
perhatian terhadap ideologi Pancasila pada massaitu cenderung melemah.

e). Masa pemerintahan Presiden Megawati

Pada masa kepemimpinan Presiden megawati Pancasila sebagai ideologi


semakin kehilangan formalitasnya dengan disahkannya Undang-Undang SISDIKNAS
No. 20 tahun 2003 yang tidak mencantumkan pendidikan Pancasila sebagai mata
pelajaran wajib dari tingkat Sekolah Dasar sampai perguruan tinggi.

f). Masa pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY)

Pemerintahan SBY yang berlangsung dalam dua periode, Dalam masa


kepemimpinannya dapat dikatakan juga tidak terlalu memperhatikan pentingnya
11
Pancasila sebagai ideologi negara. Hal tersebut dapat dilihat dari belum adanya upaya
dibentunya suatu lembaga yang berwenang untuk menjaga dan mengawal Pancasila
sebagai dasar negara dan ideologi negara. sebagaimana diamanatkan oleh Keppres No.
27 tahun 1999. Suasana politik lebih banyak ditandai dengan pertarungan politik untuk
memperebutkan kekuasaan atau meraih suara sebanyak-banyaknya dalam pemilu.
Mendekati akhir masa jabatannya, Presiden SBY menandatangani Undang-Undang RI
No. 12 tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi yang mencantumkan mata kuliah
Pancasila sebagai mata kuliah wajib pada pasal 35 ayat (3).

Habibie dalam pidato 1 Juni 2011, mengemukakan bahwa salah satu faktor
penyebab dilupakannya Pancasila di era reforsebagai akibat dari traumatisnya
masyarakat terhadap penyalahgunaan kekuasaan di masa lalu yang mengatasnamakan
Pancasila. Hal ini mendorong generasi reformasi untuk menanggalkan segala hal yang
dipahaminya sebagai bagian darimasa lalu dan menggantinya dengan sesuatu yang
baru. berimplikasi pada munculnya ‘amnesia nasional'

2. Sumber Sosiologis Pancasila sebagai Ideologi Negara

Pada bagian ini, akan dilihat Pancasila sebagai ideologi negara berakar dalam
kehidupan masyarakat. Unsur-unsur sosiologis yang membentuk Pancasila
Pengamalan nilai-nilai luhur Pancasila sebagai ideologi negara meliputi hal-hal
sebagai berikut:

a. Sila Ketuhanan Yang Maha Esa dapat ditemukan dalam kehidupan beragama
masyarakat Indonesia dalam berbagai bentuk kepercayaan dan keyakinan terhadap
adanya kekuatan yang tidak dapat di jelaskan mengunakan akal logika manusia .

b. Sila Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab dapat ditemukan dalam hal saling
menghargai dan menghormati hak-hak orang lain, tidak bersikap sewenang-wenang.

12
c. Sila Persatuan Indonesia dapat ditemukan dalam bentuk solidaritas, rasa
setia kawan, rasa cinta tanah air sehingga mewujudkan rasa cinta pada produk dalam
negeri.

d. Sila Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam


Permusyawaratan/Perwakilan dapat ditemukan dalam bentuk menghargai pendapat
orang lain dan menjunjung tinggi semangat musyawarah dalam mengambil keputusan.

e. Sila Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia tercermin dalam sikap
suka menolong, tidak menggolon-golongkan manusia berdasar ras ataupun golongan,
cara berpakain yang tidak mencolok.

3. Sumber Politis Pancasila sebagai Ideologi Negara

Unsur-unsur politis yang membentuk Pancasila sebagai ideologi negara


meliputi hal-hal sebagai berikut:

a. Sila Ketuhanan Yang Maha Esa diwujudkan dalam bentuk semangat


toleransi antarumat beragama.

b. Sila Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab diwujudkan penghargaan terhadap


pelaksanaan Hak Asasi Manusia (HAM) di Indonesia.

c. Sila Persatuan Indonesia diwujudkan dalam mendahulukan kepentingan


bangsa dan negara daripada kepentingan kelompok atau golongan,termasuk partai.

d. Sila Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam


Permusyawaratan/Perwakilan diwujudkan dalam mendahulukan pengambilan
keputusan berdasarkan musyawarah daripada voting.

e. Sila Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia diwujudkan dalam


bentuk tidak menyalahgunakan kekuasaan (abuse of power) untuk memperkaya diri
atau kelompok karena penyalahgunaan kekuasaan itulah yang menjadi faktor pemicu
terjadinya korupsi.

4. Membangun Argumen tentang Dinamika dan Tantangan Pancasila sebagai


Ideologi Negara

Dinamika Pancasila sebagai ideologi negara dalam sejarah bangsa Indonesia


memperlihatkan adanya pasang surut dalam pelaksanaan nilai-nilai Pancasila.

13
Pancasila sebagai ideologi negara pada masa pemerintahan Presiden Soekarno,
Presiden Soekarno memahami kedudukan Pancasila sebagai ideologi negara. Namun
dalam menjalankan masa pemerintahannya, ideologi Pancasila mengalami pasang
surut karena dicampur dengan ideologi komunisme dalam konsep Nasakom
(Nasionalisme, Agama, Komunisme). Pancasila sebagai ideologi dalam masa
pemerintahan Presiden Soeharto diletakkan pada kedudukan yang sangat kuat melalui
TAP MPR No. II/1978 tentang pemasayarakatan P-4. Pada masa ini ideologi Pancasila
menjadi asas tunggal bagi semua organisasi politik (Orpol) dan organisasi masyarakat
(Ormas). Pada masa era reformasi, Pancasila sebagai ideologi negara mengalami
pasang surut dengan ditandai beberapa hal seperti seperti hilangnya Pancasila pada
kurikulum nasional, meskipun pada akhirnya timbul kesadaran penyelenggara negara
tentang pentingnya pendidikan Pancasila di perguruan tinggi. Seluruh masyarakat
tentunya harus menyadari bahwa peranan Pancasila sebagai ideologi negara bukan
hanya terletak pada aspek legal formal, melainkan juga harus hadir dalam kehidupan
konkret masyarakat itu sendiri. Beberapa peran konkret Pancasila sebagai ideologi
meliputi hal-hal sebagai berikut:

a). Ideologi negara sebagai penuntun warga negara artinya setiap perilaku
warga negara harus didasarkan pada preskripsi moral. Contohnya, kasus narkoba yang
merebak di kalangan generasi muda menunjukkan bahwa preskripsi moral ideologis
belum disadari kehadirannya. Oleh karena itu,diperlukan norma-norma penuntun yang
lebih jelas, baik dalam bentuk persuasif, imbauan maupun penjabaran nilai-nilai
Pancasila ke dalam produk hukum yang memberikan rambu yang jelas dan hukuman
yang setimpal bagi pelanggarnya.

b). Ideologi negara sebagai penolakan terhadap nilai-nilai yang tidak sesuai
dengan sila-sila Pancasila. Dalam hal ini nilai nilai yang tidak sesuai dengan nilai-nilai
yang terkandung dalam pancsila harus di tolak karena tidak sesuai dengan prinsip dan
idiologibangsa Indonesia seperti contohnya: kasus terorisme yang terjadi dalam bentuk
pemaksaan kehendak melalui kekerasan. Hal ini bertentangan nilai toleransi
berkeyakinan, hak-hak asasi manusia, dan semangat persatuan.

D. Pancasila Sebagai Dasar Negara Republik Indonesia

Pancasila sebagai dasar negara sudah ditetapkan sejak sidang BPUPKI dan
secara sadar ingin dijadaikan sebagai philosofiche grondslag. Sehingga setiap aspek

14
penyelengaraan negara harus sesuai dengan nilai-nilai yang terkandung dalam
Pancasila4.

Dalam pembukaan UUD 1945 alenia ke empat disebutkan bahwa Pancasila


secara yuridistis konstitusional menjadi dasar negara. Hal tersebut menjadikan Pancasila
sebagai sumber dari segala hokum yang berlaku di Indonesia dan segala peraturan yang
berlaku di Indonesia tidak boleh bertentangan dengan prinsip-prinsip yang terkandung
dalam Pancasila.

Kedudukan Pancasila sebagai dasar negara memiliki sifat imperatif yang


artinya Pancasila bersifat memaksa bagi semua warganegara Indonesia tanpa
memandang ras, golongan, ataupun jabatan. sehingga mewajibkan seluruh warganegara
untuk tunduk dan patuh terhadap Pancasila sehingga dapat merealisasikan kehidupan
yang menghargai martabat dan hak asasi semua warga negara

Filsafat Pancasila sebagai dasar Negara Republik Indonesia memiliki


konsekuensi bahwa segala peraturan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia
merupakan penjabaran dari nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila. Indonesia
sebagai negara yang menganut sistem demokrasi yang didasarkan pada Rule of law
menjadikan Pelaksanaan Demokrasi baik secara normatif maupun secara praktis harus
didasarkan pada Filsafat Pancasila. Filsafat Pancasila didasari bahwa manusia adalah
makhluk individu dan makhluk sosial dan manusia juga sebagai makhluk Tuhan Yang
Maha Esa. oleh karena itu pelaksanaan demokrasi di Indonesia harus bersifat
individualistik dan tidak bertentangan dengan agama dan kepercayaan karena demokrasi
di Indonesia harus berketuhan yang maha esa. Pancasila secara filosofis menjunjung
tinggi harkat dan martabat manusia yang beradab.

Pancasila merupakan dasar dan basis geopolitik dan geostrategi nasional


Indonesia. Geopolitik dapat diartikan sebagai politik kebijaksanaan dan strategi nasional
Indonesia, yang didorong oleh asapirasi nasional geografik atau kepentingan yang titik
beratnya terletak pada pertimbangan geografik wilayah atau teritorial negara yang
apabila dilaksanakan akan berdampak langsung atau tidak langsung kepada sistem
politik negara khususnya . Sebaliknya politik negara itu dapat secara langsung akan
berdampak kepada geografi negara yang bersangkutan. Wawasan nusantara merupakan
geopolitik Indonesia, namun menyangkut. Wawasan nusantara dilandasi olehkebangsaan

4Hariyono, Sosiologi Pancasila, (Intrans Publising, Malang, 2014),hlm 154

15
Indonesia dan hal itu dilambangkansecara literal pada lima sila garuda Pancasila, serta
selogan Bhineka Tunggal Ika.

Sebagai konsekuensidari konsep geopolitik Indonesia, maka Pancasila


merupakan dasar filosofi geostrategi Indonesia. Berdasarkan analisis sitematis bahwa
Pancasila merupakan core philosophy dari pembukaan UUD 1945. Yang menurut hokum
berkedudukan sebagai norma yang merupakan dasar bagi pembentukan konstitusi atau
Undang-Undang Dasar dari suatu negara. Geostrategi diartikan sebagi metode untuk
mewujudkan cita-cita proklamasi sebagaimana yang tercantum dalam pembukaan UUD
1945 melalui proses pembangunan nasionaldengan memanfaatkan geopolitik Indonesia.
Dengan Pancasila sebagi dasarnya sehingga pembangunan di Indonesia akan memiliki
visi yang jelas dan terarah5. Pelaksanaan dari nilai-nilai dasar Pancasila haruslah
dilaksanakan oleh seluruh rakyat Indonesia. Maka dari itu, sudah menjadi kewajiban
bagi penyelenggara kedaulatan rakyat Indonesia, yaitu pemerintah Negara Indonesia
guna menjamin bahwa pengamalan Pancasila dapat dilakukan dengan sebaik-baiknya
dan semurni-murninya oleh seluruh masyarakat Indonesia. Sehingga akan
meminimalisasi bahkan menghilangkan kemungkinan Pancasila hanya sebagai wacana.
Di samping itu, dengan penerapan yang baik dan benar dari Pancasila dapat
menimbulkan kehidupan berbangsa dan bernegara yang baik. Sejatinya usaha
pengamalan nilai-nilai Pancasila sudah dilakukan sejak pertama kalinya Pancasila
diresmikan sebagai lima dasar pedoman bagi masyarakat Indonesia. Namun sayangnya
dalam pelaksanaannya masih banyak sekali terjadi penyimpangan persepsi yang
membuat pengaplikasiannya dalam kehidupan sehari-hari kurang benar. Hal ini dapat
dilihat terutama pada masa demokrasi parlementer dan demokrasi terpimpin.

Sistem parlementer adalah sebuah sistem pemerintahan dimana parlemen


memiliki peranan penting dalam pemerintahan. Parlemen memiliki wewenang dalam
mengangkat perdana menteri dan parlemen pun dapat menjatuhkan pemerintah, yaitu
dengan cara mengeluarkan semacam mosi tidak percaya. Sistem parlemen dapat
memiliki seorang presiden dan seorang perdana menteri yang berwenang terhadap
jalannya pemerintahan. Sehingga dalam sistem parlementer, presiden negara hanya
menjadi simbol kepala negara saja. Berikut adalah penyimpangan-penyimpangan yang
terjadi pada demokrasi Parlementer antara lain :

5 Prof. Hariyono, Wahyudi, Membangun Negara Hukum Yang Bermatabat, (Setara Press, Malang 2013),
hlm 171

16
1. Kehidupan politik dan pemerintahan tidak stabil, sehingga program
pembangunan dari suatu pemerintahan tidak dapat dilaksanakan dengan baik dan
berkeseimbangan.

2. Seing bergantinya pemerintahan yang bertugas sebgaia pelaksana pemerintahan.

3. Program pembangunan dan pemerintahan tidak dapat dilaksanakan dengan baik


atau berkesinambungan.

4. Kedudukan negara berada di bawah DPR dan keberadaanya dangat bergantung


dengan dukungan DPR.

5. Terjadinya gerakan-gerakan separatis di berbagai region di Indonesia, misalnya


DI/TII Kartosoewiryo, pemberontakan Andi Aziz, pemberontakan Kahar
Muzzakar, dll.

6. Pemerintahan parlementer tidak bisa stabil sebab senantiasa dicoba untuk


dijatuhkan oleh DPR dan akhirnya bubar, oleh sebab itulah banyak Kabinet yang
terbentuk hanya memiliki masa pemerintahan yang relative singkat.

Dengan meihat dari beberapa segi seperti segi keamanan, perekonomian dan
segi politik akhirnya presiden menggantikan demokrasi parlementer dengan demokrasi
terpimpin. Demokrasi terpimpin adalah istilah untuk sebuah pemerintahan dengan
sistem demokrasi dimana seluruh keputusan serta pemikiran berpusat pada pemimpin
negara. Demokrasi Terpimpin ini pertama kali diumumkan oleh Presiden Ir. Soekarno
dalam pembukaan siding konstituante pada tanggal 10 November 1956. Berikut adalah
penyimpangan-penyimpangan yang terjadi pada pemerintahan demokrasi terpimpin :

1. Pada tahun 1960 Presiden membubarkan DPR hasil pemilu pertama karena
menolak untuk menyetujui RAPBN yang diajukan Presiden.

2. Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara (MPRS) dan Ketua Dewan


Perwakilan Rakyat Gotong Royong diangkat sebagai menteri.

17
3. Membuat Poros Jakarta Peking Pyong Yang.

Itulah penjelasan singkat tentang penyimpangan-penyimpangan pada demokrasi


parlementer dan demokrasi terpimpin yang berhubungan dengan pengamalan Pancasila
yang kurang dipahami. Namun pada Orde Baru pemerintah berupaya untuk
memurnikan kembali tatanan pemerintahan sesuai dengan nilai-nilai Pancasila.

Pada masa Orde Baru tersebut, untuk memurnikan kembali pengamalan Pancasila,
dilakukan upaya berupa program agar masyarakat Indonesia menyadari petingnya
Pancasila dan mengamalkannya dengan baik dan benar dalam menjalankan kehidupan
berbangsa dan bernegara. Program tersebut biasa dikenal sebagai program P4 yang
kepanjangannya adalah Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila.

Kelahiran dan tumbuh kembang P4 didorong situasi kehidupan negara yang terjadi pada
pertengahan tahun 1965. Orde baru menilai bahwa terjadinya tragedy nasional, G-30-
S/PKI pada tahun 1965 adalah karena Bangsa Indonesia tidak melaksanakan Pancasila
dan Undang-Undang 1945 secara murni dan konsekuen. Setelah Bangasa Indonesia
mampu mengatasi akibat gejolak yang ditimbulkan G-30-S/PKI, serta telah mampu
untuk menetapkan program pembangunnya, dirasa perlu untuk membenahi karakter
bangsa dengan mengembangkan sikap dan perilaku warga negara sesuai dengan amanat
yang tertuang dalam Undang-Undang Dasarnya. Maka Majelis Permusyawaratan
Rakyat, dalam siding umumnya pada tanggal 22 Maret 1978 menetapkan Pedoman
Penghayatan dan Pengamalan Pancasila. Dengan demikian pelaksanaan P4 merupakan
kehendak rakyat yang ditetapkan oleh MPR-RI sebagai penjelmaan rakyat yang wajib
dipatuhi.

Selama era reformasi diterbitkan berbagai Ketetapan MPR-RI. Sekurang-kurangnya


terdapat lima Ketetapan MPR-RI semasa era reformasi yang berisi ketentuan mengenai
implementasi Pancasila. Dari Ketetapan MPR-RI tersebut dapat ditarik kesimpulan
bahwa:

1. Hak asasi manusia yang diterapkan di Indonesia tidak dibenarkan bertentangan


dengan Pancasila.

18
2. Pandangan dan sikap bangsa Indonesia mengenai hak asasi manusia berdasar
pada Pancasila.

3. Pancasila harus dilaksanakan secara konsisten dalam kehidupan bernegara.

4. Tujuan nasional dalam pembangunan mengutamakan persatuan dan kesatuan


bangsa berdasarkan Pancasila.

5. GBHN disusun atas dasar landasan idiil Pancasila.

6. Salah satu misi bangsa Indonesia dalam menghadapi masa depannya adalah:
Pengamalan Pancasila secara konsisten dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara.

7. Pancasila sebagai landasan untuk mempersatukan bangsa.

8. Menjadikan Pancasila sebagai ideologi terbuka.

9. Pancasila sebagai acuan dasar untuk berfikir, bersikap dan bertingkah laku
dalam kehidupan berbangsa.

E. Pancasila Sebagai Sendi Keserasian Hukum dan Sebagai Sumber Dari Segala
Sumber Hukum

Pancasila telah ditetapkan secara konstitusional pada 18 Agustus 1945


sebagai dasar negara, maka dari itu pancasila memiliki kedudukan penting dalam
tatanan kehidupan bangsa Indonesia seperti yang telah tertera dalam ketetapan
MPRS Nomor XX/MPRS/1966 dijelaskan bahwa sumber tertib hukum Republik
Indonesia adalah pandangan hidup, kesadaran dan cita-cita hukum serta cita-cita
moral hukum yang meliputi suasana kejiwaan serta watak dari bangsa Indonesia,
yang sekarang menjadi dasar negara Indonesia yakni Pancasila. Bahwa cita-cita
tersebut meliputi cita-cita mengenai kemerdekaan individu, kemerdekaan bangsa,
perikemanusiaan, keadilan social, perdamaian nasional dan mondial6.

6 Prof. Drs. H.A.W. Widjaja, Pedoman Pelaksanaan Pendidikan Pancasila, (Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 2002)

19
Kemudian mengenai Pancasila sebagai sumber dari segala sumber hukum ini
dijelaskan kembali dalam ketetapan MPR No.III/MPR/2000 tentang sumber hukum
dan tata urutan peraturan perundang-undangan pada pasal 1 ayat (3) yang
menyatakan bahwa “Sumber hukum dasar nasional adalah Pancasila. Dengan
terbentuknya UU No. 10 tahun 2004 tentang pembentukan peraturan perundang-
undangan, sebagaimana yang termuat dalam pasal 2 UU No. 10 tahun 2004 yang
menyatakan bahwa ”Pancasila merupakan sumber dari segala sumber hukum sebagai
Aberikut: “Penempatan Pancasila sebagai sumber dari segala sumber hukum negara
sesuai dengan Pembukaan UUD 1945 yang menempatkan Pancasila sebagai dasar
ideologi negara sekaligus dasar filosofis bangsa dan negara, sehingga setiap materi
muatan peraturan perundang-undangan tidak boleh bertentangan dengan nilai-nilai
yang terkandung dalam Pancasila”. Jelaslah bahwa Pancasila merupakan sumber dari
segala peraturan perundangan yang ada maupun yang akan dikeluarkan didalam
negara Indonesia.

Konsekuensi dari kedudukan Pancasila sebagai dasar negara bersifat


imperative atau memaksa bagi semua warga Indonesia. Setiap warga negara, baik
pejabat maupun rakyat biasa wajib tunduk pada Pancasila. Kondisi tersebut untuk
merealisasikan suatu kehidupan yang menghargai martabat dan hak asasi warga
negara.

Pancasila sebagai pemersatu bangsa Indonesia, bentuk susunanya adalah


bertingkat dan seperti piramid, disebut hierarkis piramidal. Dan kesatuan sila-sila
Pancasila saling menyifati atau saling mengualifikasi sehingga kelima sila tesebut
selalu berkaitan.

Disamping Pancasila merupakan satu kesatuan, Pancasila juga mengandung


sifat-sifat keserasian atau keseimbangan.

a. keseimbangan pertama, mempertemukan antara ide golongan islam disatu pihak dan
ide golongan nasionalis dilain pihak untuk menegakkan negara pancasila.
b. Keseimbangan kedua, menyeimbangkan sifat individu dan sifat sosial dalam
kehidupan bermasyarakat sehingga Pancasila merupakan titik perimbangan yang
mengatasi kepentingan individu dan kepentingan golongan untuk menegakkan
negara monodualis.

20
c. Keseimbangan ketiga adalah merupakan sintesis antara dasar-dasar kenegaraan
modern tentang sistem demokrasi dengan tradisi lama kehidupan bangsa Indonesia
yaitu sistem musyawrah mufakat untuk menegakkan negara modern.
Tergerusnya Pancasila sebagai sumber segala sumber hukum mengakibatkan
Pancasila tidak lagi memiliki daya mengikat dalam sistem hukum nasional. Realitas
berhukum yang jauh dari koridor norma dasar negara ini menyebabkan materi
muatan hukum dan pelaksanaan hukum di Indonesia tidak menemukan suatu bentuk
yang jelas. Apalagi dengan adanya sikap-sikap resistensi terhadap Orba dan
menguatnya pluralisme hukum menambah tidak beridentitasnya sistem hukum
nasional. Meskipun Pancasila sebagai sumber segala sumber hukum memiliki rumah
hukum baik melalui TAP MPR maupun UU No. 10 Tahun 2004 yang kemudian
diganti dengan UU No. 12 Tahun 2011 tetap saja tidak menjamin kedudukan
Pancasila dalam sistem hukum nasional Indonesia. Oleh karena itu, diperlukan
beberapa upaya agar Pancasila sebagai sumber segala sumber hukum tidak hanya
sebatas memiliki rumah hukum tetapi dapat diterapkan dalam sistem hukum.
Terdapat dua upaya untuk itu, yaitu: menjadikan Pancasila sebagai suatu aliran
hukum positif dan mendudukan Pancasila sebagai puncak peraturan
perundangundangan.
Menjadikan Pancasila sebagai suatu aliran hukum Jika dicermati dalam
literasi-literasi hukum yang membahas tentang aliran hukum, maka dapat ditemukan
suatu pola dinamis terkait terbentuk dan eksisnya suatu aliran hukum. Terbentuknya
suatu aliran hukum berawal dari adanya suatu pemikiran tentang hukum ideal yang
dikemukakan oleh seseorang ataupun beberapa orang ahli hukum berdasarkan
realitas dan kebutuhan sosial masyarakat dalam suatu waktu dan wilayah tertentu.
Misalnya, pemikiran tentang kepastian hukum atau positivisme hukum berawal dari
John, seorang ahli hukum Inggris. Menurut Austin, hukum terlepas dari soal keadilan
dan dari soal baik dan buruk. Karena itu, ilmu hukum tugasnya hanyalah
menganalisis unsur-unsur yang secara nyata ada dalam sistem hukum modern. Ilmu
hukum hanya berurusan dengan hukum positif yaitu hukum yang diterima tanpa
memperhatikan kebaikan dan keburukannya. Hukum adalah perintah dari kekuasaan
politik yang berdaualat dalam suatu negara. Pemikiran yang melegitimasi kekuasaan
absolut penguasa tersebut kemudian disempurnakan menurut kebutuhan dan
perkembangan masyarakat dan zaman. Pemikiran kepastian Austin yang meletakan
kepastian hukum pada perintah penguasa tersebut disempurnakan (dikembangkan)

21
oleh Hans Kelsen menjadi kepastian hukum terdapat pada segala peraturan tertulis
atau legisme. Meskipun telah disempurnakan, harus diingat bahwa keberadaan suatu
aliran hukum senantiasa ditentukan oleh relevansinya. Artinya, suatu aliran hukum
akan tetap benar apabila sesuai dengan ruang dan waktu tertentu. Contohnya, aliran
positivisme hukum akan tetap dianggap benar dan ideal untuk diterapkan di
Indonesia asalkan masih relevan dengan kebutuhan dan perkembangan masyarakat
Indonesia. Pancasila sebagai suatu aliran hukum tentu kelak menghilangkan
pluralisme sistem hukum dalam berhukum karena semakin plural atau beragamnya
hukum yang diterapkan maka semakin banyak pula kontradiksikontradiksi yang
terjadi antarsistem hukum tersebut. Hukum Islam tidak mungkin pararel dengan
common law begitu pula hukum adat tidak mungkin pararel dengan civil law.
Keberagaman sistem hukum seperti inilah yang membuat hukum menjadi tidak
produktif dan berakibat semakin sulitnya menggapai cita hukum Indonesia seperti
kepastian, keadilan dan kemanfaatan juga kemakmuran dan kesejahteraan. Untuk itu,
Pancasila harus hadir sebagai suatu aliran hukum guna mendamaikan
disharmoniasasi hukum yang disebabkan oleh keberagaman hukum. Terutama pula,
agar dapat mencapai cita hukum nasional Indonesia.
Pancasila sebagai sumber segala sumber hukum memang telah memiliki rumah
hukum atau legitimasi yuridis, akan tetapi belum memiliki kedudukan dalam hirarki
peraturan perundang-undangan. Terkait Pancasila dalam sistem hirarki perundang-
undangan, selama ini kerap terpelihara suatu pandangan yang tidak produktif bahwa
Pancasila tidak etis dimasukan dalam hirarki peraturan perundang-undangan karena
Pancasila merupakan dasar negara sudah menjadi sumber tertib hukum. Akan tetapi,
apabila merujuk pada stufenbautheory Kelsen dan Nawiasky yang mengharuskan
puncak hirarkis norma adalah norma dasar atau Grundnorm/Staatfundamentalnorm
maka Pancasila sebagai norma dasar seharusnya berada dalam puncak tata urutan
norma tersebut. Dengan demikian, tata urutan peraturan perundang-undangan dari
atas ke bawah menjadi sebagai berikut: a) Pancasila, b) Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945, c) Ketetapan Majelis Permusyawaratan
Rakyat Republik Indonesia, d) Undang-Undang/Peraturan Pemerintah Pengganti
Undang-Undang e) Peraturan Pemerintah, f) Peraturan Presiden, g) Peraturan Daerah
Provinsi; dan h) Peraturan Daerah Kabupaten/Kota. Kedudukan Pancasila sebagai
puncak hirarki peraturan perundangundangan bukan bermaksud mengurangi
keberadaan Pancasila sebagai pandangan hidup dan dasar negara melainkan sebagai

22
upaya untuk menghindari penyimpangan-penyimpangan peraturan perundang-
undangan. Pancasila sebagai sumber tertib hukum atau sumber segala sumber hukum
dalam tatanan hukum Indonesia telah menjadi sesuatu yang bermakna formalitas
belaka. Fakta telah membuktikan, begitu banyaknya peraturan perundangan-
undangan yang telah menyimpang dari Pancasila. Pembatalan terhadap 139 perda
oleh Mendagri merupakan bukti adanya penyimpangan terhadap Pancasila dalam
peraturan perundang-undangan. Penyimpangan-penyimpangan tersebut tentu saja
akan tetap berpotensi terulang kembali jika Pancasila tidak termasuk dalam hirarki
peraturan perundang-undangan. Dengan demikian, Pancasila sebagai norma dasar
harus dimasukkan dalam hirarki peraturan perundang-undangan agar memiliki daya
mengikat bagi segala peraturan perundang-undangan. Selain mengikuti ajaran hirarki
norma Kelsen diatas, apabila ditinjau secara sistem perundang-undangan, segala
peraturan perundang-undangan senantiasa diikat oleh asas lex superiori derogat legi
inferiori yaitu suatu aturan hukum yang kedudukannya lebih rendah tidak boleh
bertentangan dengan yang lebih tinggi. Maka dari itu, peraturan perundang-undangan
yang lebih rendah kedudukannya tidak boleh bertentangan dengan yang lebih tinggi.
Ini artinya, peraturan perundang-undangan yang kedudukannya lebih rendah
sebenarnya merupakan konkretisasi dari yang lebih tinggi misalnya undangundang
merupakan konkretisasi dari UUD 1945. Walaupun menurut asas dalam sistem
perundang-undangan demikian, akan tetapi masih terdapatnya disharmonisasi dalam
pelaksanaannya. Pembatalan undang-undang No. 7 tahun 2004 tentang Sumber Daya
Air karena bertentangan dengan UUD 1945 oleh MK adalah salah satu bukti
disharmonisasi dalam peraturan perundangundangan.

23
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Filsafat Pancasila adalah cintak bijaksanaan dengan berpedoman pada
lima prinsip. Pancasila sebagai sistem filsafat dirumuskan atas dasar inti-
mutlak tata kehidupan manusia menghadapi diri sendiri, sesame manusia,
dan menghadapi Tuhan, dalam bermasyarakat dan berneghara, yang
mewujudkan berketuhanan berpersatuan berkerakyatan dan berkeadilan.
Sebagai suatu ideologi bangsa dan negara Indonesia Pancasila diangkat
dari nilai-nilai kebudayaan serta nilai religious yang terdapat dalam
pandangan hidup masyarakat Indonesia sebelum membentuk negara.
Filsafat Pancasila sebagai dasar Negara Republik Indonesia memiliki
konsekuensi bahwa segala peraturan perundang-undangan yang berlaku di
Indonesia merupakan penjabaran dari nilai-nilai yang terkandung dalam
Pancasila. Pancasila merupakan sumber dari segala peraturan perundangan
yang ada maupun yang akan dikeluarkan didalam negara Indonesia.
B. Saran

Pada saat pembuaan makalah Penuis menyadari bahwa banyak sekali


kesalahan dan jauh dari kesempurnaan. Dengan sebuah pedoman yang bias
dipertanggungjawabkan dari banyaknya sumber penulis akan memperbaiki
makalah tersebut. Oleh sebab itu penulis mengharapkan kritik serta saran
mengenai pembahasan diatas

DAFTAR PUSTAKA

Hariyono.2014.Ideologi Pancasila, Roh Progresif Nasional Indonesia.Malang:Intans


Publising.

24
Nugroho,Iwan, dkk.2013.Membangun Negara Hukum Yang
Bermartabat.Malang:Setara Press.

Ms Bakry,Nur.2009.Pendidikan Kewarganegaraan.Yogyakarta:Pustaka Pelajar.

Wijaya.2002.Pedoman Pelaksanaan Pendidikan Pancasila Pada Perguruan


Tinggi.Jakarta:PT Raja Grafindo Persada.

Rahayu,Ani Sri.2013.Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan.Jakarta:PT Bumi


Aksara

Bo’a, fais yonas.2018. Pancasila sebagai Sumber Hukum dalam Sistem Hukum
Nasional. Yogyakarta: Badan Penerbit Program Pascasarjana Universitas Atma Jaya
Yogyakarta.

Ahmad, Intan.2016. Buku Ajar Mata Kuliah Wajib Umum Pancasila. Jakarta:
Direktorat dan Kemahasiswaan Kementrian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi

25

Anda mungkin juga menyukai