Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH KEWARGANEGARAAN

FILSAFAT PANCASILA

DISUSUN OLEH

1. ADITYA NUGROHO
2. YUSUF EFENDI

POLITEKNIK NEGERI CILACAP

JURUSAN KOMPUTER DAN BISNIS

PROGRAM STUDI TEKNIK INFORMATIKA

2024/2025
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sebagai dasar dan pandangan hidup bangsa Indonesia. Pancasila Kembali diuji
ketahanannya dalam era reformasi sekarang. Sebagai filsafat negara, tentu Pancasila
ada yang merumuskannya. Pancasila memang merupakan pedoman bagi segenap
bangsa Indonesia di masa-masa selanjutnya, baik sebagai pedoman dalam
memperjuangkan kemerdekaan, juga sebagai alat pemersatu dalam hidup kerukunan
berbangsa, serta sebagai pandangan hidup untuk kehidupan manusia Indonesia sehari-
hari, serta menjadi dasar sekaligus filsafat negara Republik Indonesia.

Pancasila telah ada dalam segala bentuk kehidupan rakyat Indonesia. Pancasila lahir 1
Juni 1945, ditetapkan pada 18 Agustus 1945 bersama-sama dengan UUD 1945. Bunyi
dan ucapan Pancasila yang benar berdasarkan Inpres Nomor 12 tahun 1968 adalah
satu, Ketuhanan Yang Maha Esa. Dua, Kemanusiaan yang adil dan beradab. Tiga,
Persatuan Indonesia. Empat, Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan
dalam permusyawarakatan dan perwakilan. Lima, Keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia.

B. Rumusan Masalah
Dengan memperhatikan ulasan singkat latar belakang di atas, maka dapat disusunlah
rumusan masalah sebagai berikut:
1. Apakah sebenarnya filsafat Pancasila tersebut, dan bagaimana pancasila
tersebut muncul sebagai ideologi bangsa Indonesia?
2. Apakah fungsi dari filsafat Pancasila tersebut bagi bangsa dan Negara
Indonesia?
3. Apakah yang menjadi bukti bahwa ideologi Pancasila menjadi dasar dari
filsafat Negara Indonesia?

2
C. Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini antara lain, yaitu:
1. Sebagai bahan kajian bagi para mahasiswa mengenai peranan ideologi
Pancasila sebagai dasar filsafat bangsa dan Negara Indonesia.
2. Sebagai kajian untuk mengetahui fungsi dan peranan ideologi Pancasila
dalam kehidupan bangsa Indonesia.
3. Sebagai sarana untuk memahami ideologi pancasila sebagai ideologi
Negara Indonesia.

D. Manfaat
1. Menjelaskan kepada mahasiswa tentang arti Filsafat Pancasila.
2. Memberikan penjelasan kepada mahasiswa mengenai Pancasila dari sudut
pandang Filsafat.
3. Memberikan penjelasan tentang fungsi Pancasila sebagai Dasar Negara.
4. Menjelaskan bagaimana Konsep dan Urgensi Pancasila sebagai Sistem Filsafat.
5. Memberikan informasi Landasan Pancasila sebagai Sistem Filsafat.
6. Membantu berpikir lebih kritis tentang sistem filsafat Pancasila.
7. Meningkatkan berkomunikasi dalam bidang sistem filsafat
8. Meningkatkan Kemampuan Pemahaman yang lebih mendalam
9. Pemahaman yang lebih luas tentang budaya dan sejarah pancasila.
10. Memberikan kemampuan pemecahan masalah:

3
BAB 1

PEMBAHASAN

A. Pengertian Pancasila sebagai Sistem Filsafat


Pengertian Pancasila sebagai system filsafat adalah suatu dasar negara serta
falsafah bangsa dan negara Republik Indonesia yang terdiri atas lima sila yaitu
Ketuhanan yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan beradab, Persatuan Indonesia,
Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawarakatan dan
perwakilan, Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Secara etimologis istilah
”filsafat“ atau dalam bahasa Inggrisnya “philosophi” adalah berasal dari bahsa Yunani
“philosophia” yang secara lazim diterjemahkan sebagai “cinta kearifan” kata
philosophia tersebut berasal dari kata “philos” (pilia, cinta) dan “sophia” (kearifan).
Filsafat mempunyai sistematik yang meliputi tiga hal utama, yaitu ontologi,
epistemologi, dan axiologi.
A. Bidang ontologi adalah bidang filsafat yang menyelidiki hakikat dari realita yang
ada, seperti idealisme, spiritualisme, mateialisme, pluralisme merupakan ansumsi-
ansumsi dasar ontologi yang akan menentukan apa hakikat kebenaran atau
kenyataan sebagaimana dicapai melalui pengetahuan.
B. Bidang epistemologi adalah suatu bidang filsafat yang membahas sumber, batas,
proses, hakikat, dan validasi pengetahuan.
C. Bidang aksiologi adalah bidang filsafat yang menyelidiki nilai, terutama meliputi
nilai-nilai normatif.
Kegunaan filsafat Pancasila dengan mempelajari filsafat orang menjadi
menambah pengetahuannya. Dengan mempelajari filsafat lebih mampu
mempelajari segala sesuatu dengan cara yang baik, mendalam, dan lebih luas.
Juga dengan mempelajari filsafat lebih mudah menjawab apa saja yang ditanyakan
pada pihak lain. Bagi warga negara Indonesia filsafat Pancasila sangat berguna
sebagai bahan ajar disekolah karena filsafat Pancasila adalah landasan dasarnya,
juga landasan berpikir segenap bangsa dan negara Indonesia dalam membela
kebenaran dan kepentingan demokrasi bagi kehidupan bersama yang dilandasi
oleh nilai persatuan dan kesatuan negara Republik Indonesia.

4
Pancasila dapat dimasukan dalam macam falsafah dalam arti produk sebagai
pandangan hidup dan falsafah dalam arti praktis. Filsafat Pancasila mempunyai
fungsi dan pegangan dalam hal sikap, tingkah laku, dan perbuatan dalam dalam
kehidupan sehari-hari, dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Pada saat Pancasila sebelum menjadi dasar falsafah hidup bangsa, yaitu sebelum
tanggal 18 Agustus 1945. Pancasila menjadi nilai luhur budaya Indonesia yang
kita kenal sebagai sifat-sifat teposliro, teputulodo, suka bekerja keras, tolong
menolong, gotong royong, peduli kasih dan sebagainya. Sesudah tanggal 18
Agustus 1945 Pancasila telah sah menjadi landasan dan dasar negara Republik
Indonesia, sah secara yuridis konstitusional. Disinilah Pancasila menjadi suatu
staat fundamental norm atau grund norm, yang setiap orang dan manusia, baik
sebagai pribadi maupun sebagai warga negara memiliki nilai pribadi yang
dilandasi oleh norma/hukum tertulis dan yang tidak tertulis. Misalnya manusia
dapat bebas memilih kesenangannya dalam hal berpakaian, berpegian kemana saja
asal memenuhi ketentuan yang ada, bebas jalan-jalan, rekreasi, berbelanja ke
pertokoan/mall, membeli rumah atau mobil. Pancasila sebagai filsafat hidup
bangsa tumbuh dan berkembang bersamaan dengan tumbuh dan berkembangnya
bangsa Indonesia.
Pancasila merupakan filsafat hidup bangsa Indonesia yang mengandung nilai-
nilai dasar yang dijunjung tinggi oleh bangsa Indonesia. Nilai dasar yang
dimaksud adalah nilai Ketuhanan, nilai Kemanusiaan, nilai Persatuan, nilai
Kerakyatan, dan nilai Keadilan sosial yang tata urutannya termuat dalam alinea IV
Pembukaan UUD 1945 (sesudah tanggal 18 Aguatus 1945). Nilai adalah sesuatu
yang diinginkan (positif) atau sesuatu yang tidak diinginkan (negatif). Menilai
mengandung arti menimbang, yaitu kegiatan manusia menghubungkan sesuatu
dengan sesuatu yang lain dan mengambil keputusan atau menilai, berarti
menimbang atau memperbandingkan dengan sesuatu yang lain untuk kemudian
mengambil suatu keputusan. Filsafat Pancasila dapat diartikan sebagai
kemampuan rohani bangsa Indonesia melakukan pemikiran yang sedalam
dalamnya tentang kebenaran Pancasila sebagai landasan dasar falsafah kehidupan
bangsa Indonesia sehingga hasilnya adalah memperoleh sesuatu kebenaran yang
sesunggunya dan hakiki dari arti nilai sila-sila Pancasila. Moral dan etika juga
sagat berkaitan dengan nilai tatanan ataupun nilai norma yang berlaku dalam
kehidupan masyarakat, yang menjadi ukuran menilai manusia untuk berbuat dan
bertingkah laku.
5
Sebagai suatu sistem. Pancasila merupakan kesatuan dari bagian-bagian.
Dalam hal in, tiap-tiap sila dari Pancasila antara satu dengan lainnya berkaitan,
berhubungan, dan saling melengkapi. Pancasila, pada hakikatnya merupakan suatu
kesatuan yang bulat dan utuh serta tidak terpisahkan diantara sila-silanya. Namun
sila pertama, Ketuhanan yang Maha Esa memiliki kedudukan yang tinggi dan luas
dibandingkan dengan keempat sila yang lain. Secara berurutan Pancasila berada
dalam bentuk pyramid dengan tatanan yang hierachis. Dalam susunan hierachis
dan pyramid itu. Ketuhanan yang Maha Esa menjadi basis dari kemanusiaan,
persatuan Indonesia, kerakyatan, dan keadilan sosial.

B. Pancasila Dari Sudut Pandang Filsafat


Meskipun Pancasila terdiri dari lima sila, tetapi kelimanya merupakan satu
kesatuan yang bulat dan utuh. Masing-masing sila tidak dapat berdiri sendiri, jika sila
satu terlepas dari sila yang lain maka suatu negara tidak akan berdiri. Sila-sila
Pancasila mempunyai hubungan yang era antara satu dengan lainnya. Kelima sila itu
bersama-sama menyusun pengertian yang satu bulat utuh. Jika diperhatikan lainnya
perumusan Pancasila pada tanggal 18 Agustus 1945 dalam pertemuan khusus
mendahului rapat pleno Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia antara KI Bagus
Hadikusumo dan Mr. T. Mohammad Hassan yang dihadiri juga oleh Drs. Mohammad
Hatta sebagai ganti rumusan yang tercantum dalam piagam Jakarta 22 Juni 1945,
maka penunjukan rumusan sila Ketuhanan yang Maha Esa kepada arti tauhid dapat
dipahami.
Pandangan tersebut akhirnya di yakini loeh bangsa Indonesia dalam melaksanakan
kehidupan berbangsa dan bernegara. Dan dari gagasan itulah dapat diketahui akan
cita- cita yang ingin di capai oleh bangsa dan Negara Indonesia. Nilai filsafat
Pancasila berkembang dalam kebudayaan dan peradaban bangsa Indonesia terutama
sebagai jiwa dan sumber dalam hal kerohanian bangsa dalam perjuangan melawan
imperialisme dan kolonialisme. Nilai Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa
sekaligus sebagai jiwa bangsa memberikan identitas serta martabat bangsa dalam
budaya dan peradaban modern, sekaligus sebagai sumber motivasi dan semangat
perjuangan bangsa Indonesia. Nilai filsafat pancasila secara filosofis- ideologis
berkembang dalam sisterm kenegaraan Indonesia yang dinamakan UUD 1945. Jadi,
tegaknya bangsa dan dan NKRI sebagai bangsa yang merdeka bersatu berdaulat adil
dan makmur, sangat diterntukan oleh tegaknya intergritas sistem kenegaraan pancasila
dan UUD 1945.
6
C. Fungsi Pancasila sebagai Dasar Negara
Konsep Pancasila sebagai dasar negara diajukan oleh Ir. Soekarno dalam pidatonya
pada hari terakhir sidang pertama BPUPKI tanggal 1 Juni 1945, yang isinya untuk
menjadikan. Pancasila sebagai dasar falsafah negara atau filosophische grondslag bagi
negara Indonesia merdeka. Usulan tersebut ternyata dapat diterima oleh seluruh
anggota sidang. Hasil-hasil sidang selanjutnya dibahas oleh Panitia Kecil atau Panitia
9 dan menghasilkan rumusan “Rancangan Muakdimah Hukum Dasar” pada tanggal
22 Juni 1945, yang selanjutnya oleh Mohammad Yamin disarankan diberi nama
Jakarta Charter, atau Piagam Jakarta, yang didalamnya terdapat Pancasila pada alinea
IV, Piagam Jakarta, selanjutnya disahkan oleh Panitia Persiapan Kemerdekaan
Indonesia menjadi Pembukaan UUD, dengan mengalami beberapa perubahan yang
bersamaan dengan Pancasila disahkan menjadi dasar negara. Berikut fungsi Pancasila
sebagai Dasar Negara:
1. Sebagai ideologi negara
Fungsi Pancasila yang pertama adalah sebagai ideologi negara yang
diimplementasikan dalam pembangunan nasional yakni mewujudkan masyarakat
yang adil dan makmur, baik secara material maupun spiritual.
2. Sebagai dasar negara
Pancasila berfungsi sebagai dasar negara yang berarti bahwa Pancasila sebagai
dasar yang mengatur penyelenggaraan pemerintahan.
3. Sebagai jiwa bangsa Indonesia
Pancasila sebagai jiwa bangsa lahir bersamaan dengan bangsa Indonesia yakni
pada jaman Sriwijaya dan Majapahit.
4. Sebagai kepribadian bangsa Indonesia
Pancasila juga berfungsi sebagai kepribadian bangsa Indonesia yang diwujudkan
dalam sikap mental, tingkah laku, serta perbuatan.
5. Sebagai pandangan hidup bangsa
Fungsi Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa karena Pancasila merupakan
kristalisasi dari nilai-nilai tersebut antara lain ketuhanan, keagamaan,
kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, dan keadilan sosial.
Itulah fungsi Pancasila sebagai dasar negara Indonesia.

D. Konsep dan Urgensi Pancasila sebagai Sistem Filsafat.


Masyarakat Indonesia tentu telah mengenal Pancasila dengan begitu lekat. Sejak
Pendidikan sekolah dasar, hingga sekolah menengah, sampai perguruan tinggi,
Pancasila selalu menjadi konsep yang terus di bahas di lingkungan setempat. Memang
wajib mempelajari Pancasila apalagi sebagai warga negara Indonesia. Sudah
selayaknya Pancasila dipahami secara mendalam. Namun sayangnya konsep urgensi
Pancasila sering banyak tidak dipahami. Ini akan menjadi hal yang rumit dengan
sistem filsafat sendiri. Pada dasarnya, ilmu filsafat adalah ilmu kritis yang
mempelajari metode pengkajian ilmu tertentu. Filsafat mempunyai dua hal dalam
kehidupan manusia
1. Membangun teori tentang manusia dan alam semesta dengan menyajikan bagi
landasan keyakinan dan tindakan.
2. Untuk memeriksa berbagai hal yang bisa disajikan sebagai landasan keyakinan
dan tindakan secara kritis.

Kita bisa menyebut bahwa Pancasila adalah suatu sistem filsafat. Filsafat
merupakan sekumpulan pronlematik yang secara langsung memperoleh perhatian
manusia dan dicarikan jawabannya oleh ahli-ahli filsafat. Filsafat adalah suatu konsep
yang bersifat teoritis dan abstrak. Filsafat memuat cara pandang dan persepsi terhadap
realita secara mendalam, dengan tujuan untuk mendapat kebenaran. Sebab, pada
dasarnya manusia membutuhkan filsafat dalam kehidupannya agar supaya
kehidupannya lebih berarti dan bermakna di mata masyarakat. Dengan filsafat
manusia akan mampu menemukan berbagai kemungkinan terhadap pemecahan
masalah dalam kehidupan manusia.

Ide ide filsafat inilah yang akan membangun jiwa-jiwa manusia dan sekaligus
membangun pengalaman-pengalaman manusia agar kedepannya menjadi lebih baik,
lebih kritis, dan lebih jadi pandai. Filsafat Pancasila berarti suatu refleksi filosofis
mengenai Pancasila sebagai dasarkehidupan Masyarakat dan bernegara. Nilai nilai
Pancasila dapat dijabarkan sebagai landasan operasional dalam berbagai bidang
terkait kehidupan bernegara.

Nilai nilai Pancasila juga dapat menghadirkan dialog dalam perspektif baru pada
kehidupan berbangsa dan bernegara. Pengkajian Pancasila dengan analisis filsafat
merupakan hal yang menarik, ini lantaran dalam nilai Pancasila sendiri telah
terkandung filsafat ilmu secara genuine.

E. Landasan Pancasila sebagai Sistem Filsafat.


Sebagai sistem filsafat, Pancasila memuat berbagai landasan penting. Pada
dasarnya, tiap-tiap filsuf memiliki dasarnya sendiri sebagai tempat berpijak ketika
mereka merekontruksi ide ide mereka yang ada didalam realitas Pancasila. Dalam
mengkaji landasan Pancasila sebagai sistem filsafat, kita bisa melihat pada
keberadaan Pancasila itu sendiri. Landasan tersebut, bisa diuraikan dalam:
1. Filsafat Pancasila sebagai genetivus objektivus yang berarti ada objek atas
Pancasila. Konsep ini berarti nilai nilai Pancasila dijadikan sebagai objek yang
dicari landasan filosofinya, dengan berdasarkan pada sistem sistem dan cabang
cabang filsafat yang berkembang.
2. Landasan dan keberadaan Pancasila sebagai genetivus subjektivus. Konsep ini
berarti ada subjek atas Pancasila. Pancasila dalam hal ini menjadi ada, karena
keberadaannya di dalam manusia, yang menempatkannya sebagai landasan
kehidupan, serta sebagai usaha menemukan jawaban atas permasalahan
fundamental terkait hakikat ada itu sendiri.
3. Pancasila yang ada dengan ini menandakan bahwa keberadaan Pancasila itu ada di
dalam diri Pancasila itu sendiri. Konsep ini menunjukan bahwa ada kesatuan
rumus yang termuat pada kelima sila, pada dasarnya berlandaskan pada sila itu
sendiri.

Kelima sila Pancasila saling terkait dalam kebersamaan, sehingga satu dengan
lainnya menempati hirarki teratur yang saling berhubungan, khusunya kepada Tuhan.
Hal ini seperti yang ditegaskan oleh Bakker bahwa manusia beserta substansi
infrahuman lain beserta otonominya ditandai oleh adanya ketergantungan terhadap
Tuhan sang pencipta. Berbagai jenis dan taraf masih memiliki dasar yang serupa.
Pemikiran Pancasila ini berangkat dari rincian pemikiran awal yang dituangkan
dalam pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945,
sebagai jalan lahir Pancasila. Merujuk pada pemikiran kaum determinisme, bahwa
terdapat banyak sebab kondisi yang mempengaruhi perilaku manusia sehingga
bersifat reaktif dan pasif. Pancasila sebagai sistem filsafat, lahir sebagai reaksi dari
perbuatan yang dianggap melanggar Hak Asasi Manusia, sebagaimana amanat dalam
alinea I Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945,
”Bahwa sesungguhnya kemerdekaan tu ialah hak segala bangsa dan oleh sebab itu,
maka

penjajahan di atas dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan peri
kemanusiaan dan peri-keadilan”.

Adapun komprosisme berpendapat bahwa manusia hanya mampu menentukan


pilihan sebelas jangkauan tertentu, sehingga perilaku yang ditentukan pun juga
terbatas. Di sisi lain, perilaku lainnya manusia masih dilakukan secara bebas. Adanya
ketergantungan ini bisa dilihat dari alinea III Pembukaan Undang Undang Dasar
Negara Republik Indonesia 1945. Prinsip inilah yang secara actual melandasi
sekaligus membatasi perilaku manusia. Berikut ini beberapa prinsip antara lain:

1. Prinsip Ketuhanan yang Maha Esa adalah wujud pengakuan atas kebebasan
beragama, saling menghormati, saling toleransi. Ini juga langkah untuk
menciptakan kondisi yang lebih baik dan sentosa.
2. Prinsip Kemanusiaan yang Adil dan Beradab adalah bentuk pengakuan maka
setiap orang sama martabatnya. Oleh karena itu, harus ada perlakuan adil untuk
setiap orang
3. Prinsip Persatuan Indonesia merupakan wujud dari dari konsep nasionalisme
politik yang yang di dalamnya menjelaskan perbedaan budaya, ras, etnis, dan
agama bukanlah hal yang mampu menjadi hambatan bagi terwujudnya partisipasi
warga negara dalam perilaku kebangsaan.
4. Prinsip Kerakyatan yang Di pimpin oleh Kebijaksanaan dalam
Permusyawarakatan Perwakilan merupakan wujud pemaknaan dari sistem
demokrasi yang diwujudkan dalam proses musyawarah untuk mufakat demi
menjauhkan diei dari dikotomi mayoritas dan minoritas.
5. Prinsip Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia adalah prinsip yang
mendasari keinginan untuk terbebas dari kemiskinan dalam Negara Republik
Indonesia Merdeka, sehingga seluruh rakyat bisa menikmati hidup dalam
kesejahteraan tanpa terkecuali.
Pancasila mempunyai nilai bangsa Indonesia, berupa nilai spiritualitas,
kemanuisaan, solidaritas, musyawarah, dan keadilan. Ini menjadi alasan mengapa
pemahaman atas hakikat sila-sila Pancasila sebagai sangat dibutuhkan sebagai
bentuk pengakuan terhadap modus eksitensi bangsa Indonesia. Oleh karena itu
landasan Pancasila bisa dilihat dari nilai nilai kualitas yang ada di dalam sila-
silanya.
10
BAB 2
PENDIDIKAN PANCASILA

A. Pentingnya Pendidikan.
Pembelajaran amat berarti sebab mempunyai akibat yang amat besar pada
kemajuan orang serta warga dengan cara totalitas. Selanjutnya merupakan
sebagian alibi kenapa pembelajaran amat berarti ialah tingkatkan keahlian.
Pembelajaran membagikan keahlian serta wawasan yang dibutuhkan buat
menggapai tujuan serta menanggulangi tantangan dalam kehidupan (Afidah, et al.,
2022).
Tingkatkan Kesempatan untuk pembelajaran membagikan kesempatan yang
lebih besar dalam mencari profesi yang lebih bagus, menciptakan pemasukan
yang lebih besar, serta membenarkan mutu hidup dengan cara totalitas. Kurangi
Kekurangan dengan pembelajaran merupakan kunci buat kurangi kekurangan
serta kesenjangan sosialsebab membolehkan orang buat mengakses profesi yang lebih
bagus serta tingkatkan keahlian mereka (Pratama, 2023).
Meningkatkan Daya cipta dengan pembelajaran membagikan area yang
membolehkan orang buat meningkatkan daya cipta serta kemampuan mereka dalam
bermacam aspek. Tingkatkan Pemahaman dengan pembelajaran membolehkan orang buat
mendapatkan wawasan serta uraian mengenai permasalahan sosial serta area yang lebih
besar (Watini, et al., 2023).
Tingkatkan Kesehatan ialah pembelajaran bisa menolong orang menguasai
berartinya kesehatan serta style hidup yang segar, dan mengiklankan sikap yang lebih
segar. Dengan begitu, pembelajaran mempunyai akibat positif yang amat besar untuk
kemajuan orang serta warga, serta amat berarti buat diserahkan peluang yang serupa
untuk seluruh orang buat mendapatkan pembelajaran yang bermutu (Syahramanda, et al.,
2023).

B. Keimanan sebagai Negarawan.


Berlaku seperti seorang negarawan, memiliki keimanan yang kuat dapat
membantu seseorang dalam mengetuai dan mengambil ketetapan yang baik untuk
keinginan rakyatnya. Keimanan yang kuat dapat memberikan dasar adab yang
kokoh buat seorang negarawan untuk mempertimbangkan ketergantungan durasi
jauh dari kebijaksanaan dan kelakuan yang diambilnya (Abdurrahman, 2023).
Dalam banyak kasus, angka agama pula dapat berfungsi berlaku seperti dasar
buat hukum dan ketentuan mengurus negara. Berlaku seperti coretan, banyak
negara di alam yang melandaskan sistem hukum mereka pada prinsip agama
spesial (Cahyo, 2022). Namun, seorang negarawan pula harus memahami jika
keimanan pribadinya tidak dapat dipaksakan pada rakyatnya, sangat penting
dalam negara yang menganut prinsip bebas dalam beriktikad. Oleh karena itu,
seorang negarawan yang baik harus dapat melainkan antara keimanan pribadinya
dan kebijaksanaan yang dia ambil untuk mengetuai negaranya (Rahman &
Wahyuningtyas, 2023).
Dengan metode keseluruhan, keimanan selaku aset yang berarti buat seorang
negarawan, tetapi harus dijajari dengan penjelasan yang baik hal peran dan
tanggung jawabnya berlaku seperti pimpinan dan deputi orang. Jadi masyarakat
negeri yang beragama berarti mempunyai agama yang kokoh kepada agama yang
dianut serta mempraktikkan nilai- nilai. agama dalam kehidupan tiap hari. Perihal
ini bisa pengaruhi sikap serta aksi seorang, tercantum dalam kaitannya dengan
tanggung jawab selaku masyarakat negeri (Maulana, et al., 2023).
Selaku masyarakat negeri yang beragama, seorang diharapkan bisa
menghormati perbandingan serta berperan cocok dengan prinsip- prinsip
kesamarataan, kesetaraan, serta keterbukaan. Masyarakat negeri yang beragama
pula bisa mengupayakan hak- hak serta keselamatan warga dengan cara seimbang
serta bersumber pada nilai- nilai agama yang diyakininya (Mustafa, 2023).
Tidak hanya itu, jadi masyarakat negeri yang beragama pula berarti
meluhurkan hukum serta peraturan yang legal di negeri itu, dan menjunjung besar
nilai- nilai sosial yang terdapat. Dalam kondisi ini, seorang yang beragama bisa
berkontribusi dalam membuat warga yang lebih bagus lewat aksi serta sikap yang
memantulkan nilai- nilai agama yang dianutnya (Bagea, 2023).
Tetapi, selaku masyarakat negeri yang beragama, seorang pula wajib
senantiasa menghormati independensi berkeyakinan serta keyakinan yang
berlainan dengan keyakinannya sendiri, dan tidak mendesakkan pemikiran
ataupun agama pribadinya pada orang lain. Dengan cara totalitas, jadi masyarakat
negeri yang beragama bisa membagikan akibat positif untuk diri sendiri, warga,
serta negeri dengan cara totalitas, paling utama bila diaplikasikan dengan
bijaksana serta balance (Rahman & Rahman, 2023).

C. Menjadi Negarawan yang Baik.


Jadi negarawan yang bagus menginginkan beberapa mutu serta keahlian
yang diperlukan buat mengetuai dengan efisien serta bertanggung jawab atas
kebutuhan warga serta negeri dengan cara totalitas. Selanjutnya ini merupakan
sebagian mutu yang wajib dipunyai oleh seseorang negarawan yang bagus ialah
Integritas (Karyono &, 2023). Seseorang negarawan wajib mempunyai integritas
yang besar serta lalu menembus mengaplikasikan nilai- nilai akhlak serta etika
dalam aksi serta ketetapan yang diambilnya. Visi serta tujuan yang nyata contoh
seseorang negarawan yang bagus wajib mempunyai visi serta tujuan yang nyata
mengenai tujuan yang mau digapai serta metode buat mencapainya (Wibowo &
Wibowo, 2023).
Kepemimpinan yang kokoh misalnya seseorang negarawan yang bagus
wajib sanggup mengetuai dengan bijak serta membuat ikatan yang bagus dengan
warga dan administratur penguasa yang lain. Keahlian berbicara ialah seseorang
negarawan yang bagus wajib mempunyai keahlian buat berbicara dengan bagus
serta efisien buat pengaruhi warga serta menjalakan kegiatan serupa dengan
administratur penguasa serta atasan yang lain (Masuroh, 2023).
Keahlian membongkar permasalahan contoh seseorang negarawan yang
bagus wajib sanggup mengenali permasalahan serta menciptakan pemecahan yang
inovatif serta efisien. Intelek penuh emosi contoh seseorang negarawan yang
bagus wajib mempunyai keahlian buat menguasai serta mengatur marah sendiri
serta orang lain dengan bijak serta penuh ketabahan (binti Aliyashak, et al., 2022).
Keahlian buat menyesuaikan diri contoh seseorang negarawan yang bagus
wajib sanggup menyesuaikan diri dengan pergantian serta tantangan yang terjalin
di area sekelilingnya serta menciptakan pemecahan yang pas. Dalam
melaksanakan tugasnya, seseorang negarawan yang bagus wajib mengutamakan
kebutuhan warga serta negeri, bukan kebutuhan pribadinya ataupun kelompoknya
(Yahya, 2022).[1]
DAFTAR ISI

[1] P. DASAR and P. KEGURUAN, Pendidikan pancasila dan kewarganegaraan, no.


August. 2002. [Online]. Available:
http://www.fkip.unsyiah.ac.id/wp-content/uploads/2015/06/Hasil-Tes-Online-2015.pdf

Anda mungkin juga menyukai