Anda di halaman 1dari 14

TUGAS KELOMPOK MAKALAH

MATA KULIAH PANCASILA

Tentang :

Pancasila Sebagai Sistem Filsafat

Dosen Pengampu :

Tunjung Bayu Sinta, S.Pd, M.Pd

Di susun oleh :

1. Ainayah Rohma Nur Baiti (21.0.A.1543)


2. Bagous Vedi Eriyan (21.0.A.1551)
3. Ghea Ayu Putri Revita (21.0.A.1562)
4. Masfufah Nur Roosyidah (21.0.A.1573)
5. Umi Nurherawati (21.0.A.1597)
6. Liona Firda Anestya (21.0.A.1605)

STIKES MITRA HUSADA KARANGANYAR

PRODI D3 RMIK KELAS 1A

TAHUN AKADEMIK 2020/2021


BAB I

PENDAHULUAN

Pancasila merupakan pedoman dalam memperjuangkan kemerdekaan,


sebagai alat pemersatu dalam kehidupan berbangsa, serta sebagai pandangan
hidup untuk kehidupan manusia Indonesia sehari-hari.

Pancasila lahir 1 Juni 1945, ditetapkan pada 18 Agustus 1945 bersama-sama


dengan UUD 1945. Bunyi dan ucapan Pancasila yang benar berdasarkan Inpres
Nomor 12 tahun 1968 :

1. Ketuhanan Yang Maha Esa.


2. Kemanusiaan yang adil dan beradab.
3. Persatuan Indonesia.
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan.
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Sejarah Indonesia telah mencatat bahwa di antara tokoh perumus Pancasila itu
ialah, Mr. Mohammad Yamin, Prof. Mr. Soepomo, dan Ir. Soekarno.

Pancasila sebagai dasar falsafah negara Indonesia yang harus diketahui oleh
seluruh warga negara Indonesia agar menghormati, menghargai, menjaga dan
menjalankan apa-apa yang telah dilakukan oleh para pahlawan khususnya
pahlawan proklamasi yang telah berjuang untuk kemerdekaan negara Indonesia ini.
Sehingga baik golongan muda maupun tua tetap meyakini Pancasila sebagai dasar
negara Indonesia tanpa adanya keraguan guna memperkuat persatuan dan
kesatuan bangsa dan negara Indonesia.

A. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan filsafat Pancasila?
2. Apa yang dimaksud dengan Pancasila sebagai sistem filsafat?
3. Apa saja ciri-ciri sistem filsafat Pancasila?
4. Apa yang dimaksud Landasan Ontologis, Epistemologis, dan Aksiologis
Pancasila?
5. Bagaimana dinamika dan tantangan pancasila sebagai sistem filsafat?
6. Bagaimana hakikat dan urgensi Pancasila sebagai ideologi sistem filsafat?

B. TUJUAN MENGANALISIS MASALAH


1. Dapat mengetahui pengertian filsafat Pancasila.
2. Dapat mengetahui yang dimaksud dengan Pancasila sebagai sistem
filsafat.
3. Dapat mengetahui ciri-ciri filsafat Pancasila.
4. Dapat mengetahui yang dimaksud dengan Landasan Ontologis,
Epistemologis, dan Aksiologis Pancasila.
5. Dapat mengetahui dinamika dan tantangan pancasila sebagai sistem
filsafat.
6. Dapat mengetahui hakikat dan urgensi Pancasila sebagai ideologi sistem
filsafat.
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN FILSAFAT
1. Pengertian Menurut Arti Katanya
Kata filsafat dalam Bahasa Indonesia berasal dari bahasa Yunani
“Philosophia” terdiri dari kata Phile artinya Cinta dan Sophia artinya
Kebijaksanaan. Filsafat berarti Cinta Kebijaksanaan, cinta artinya hasrat
yang besar atau yang berkobar-kobar atau yang sungguh-sungguh.
Kebijaksanaan artinya Kebenaran sejati atau kebenaran yang
sesungguhnya. Filsafat berarti hasrat atau keinginan yang sungguh-
sungguh akan kebenaran sejati.

2. Pengertian Filsafat Menurut Tokoh-Tokoh Filsafat


a. Socrates (469-399 s.M.)
Filsafat adalah suatu bentuk peninjauan diri yang bersifat reflektif atau
berupa perenungan terhadap azas-azas dari kehidupan yang adil dan
bahagia.
b. Plato (472-347 s. M.)
Dalam karya tulisnya “Republik” Plato menegaskan bahwa para filsuf
adalah pencinta pandangan tentang kebenaran (vision of truth).

B. PENGERTIAN FILSAFAT PANCASILA


Filsafat Pancasila dapat didefinisikan secara ringkas sebagai refleksi
kritis dan rasional tentang Pancasila sebagai dasar negara dan kenyataan
budaya bangsa, dengan tujuan untuk mendapatkan pokok-pokok
pengertiannya yang mendasar dan menyeluruh.
Pancasila dikatakan sebagai filsafat, karena Pancasila merupakan
hasil permenungan jiwa yang mendalam yang dilakukan oleh the faounding
father kita, yang dituangkan dalam suatu sistem (Ruslan Abdul Gani).
Filsafat Pancasila memberi pengetahuan dan pengertian ilmiah yaitu tentang
hakikat dari Pancasila (Notonagoro).
C. PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT
Pancasila sebagai Sistem Filsafat adalah kesatuan dari berbagai unsur
yang memiliki fungsi tersendiri, tujuan yang sama, saling keterikatan dan
ketergantungan.
Pancasila dalam filsafat digunakan sebagai objek dan subjek. Objek
untuk dicari landasan filosofi nya dan subjek untuk mengkritisi aliran filsafat
yang berkembang. Maka dari itu Pancasila harus menjadi orientasi
pelaksanaan sistem politik dan pembangunan nasional.
Kita sebagai warga negara Indonesia seharusnya mempelajari betul
apa makna landasan filosofi Pancasila dan juga mengkritisi prinsip-prinsip
kehidupan kita dengan melihat Pancasila, bukan ketika ada prinsip hidup kita
yang berlawanan dengan Pancasila kita malah ingin mengganti ideologi
Pancasila tersebut.
Berikut merupakan Pancasila sebagai sistem filsafat.
1. Pancasila merupakan kesatuan bagian-bagian (yaitu sila-sila pancasila),
2. Tiap sila pancasila mempunyai fungsi sendiri-sendiri,
3. Tiap sila pancasila tidak dapat berdiri sendiri dan tidak saling
bertentangan,
4. Keseluruhan sila pancasila merupakan suatu kesatuan yang sistematis
(majemuk tunggal).

D. CIRI SISTEM FILSAFAT PANCASILA


1. Sila-sila Pancasila merupakan satu-kesatuan sistem yang bulat dan utuh.
Dengan kata lain, apabila tidak bulat dan utuh atau satu sila dengan sila
lainnya terpisahpisah maka itu bukan Pancasila.
2. Susunan Pancasila dengan suatu sistem yang bulat dan utuh itu dapat
digambarkan sebagai berikut:
a. Sila 1, meliputi, mendasari dan menjiwai sila 2,3,4 dan 5
b. Sila 2, diliputi, didasari, dijiwai sila 1, dan mendasari dan menjiwai
sila 3, 4 dan 5
c. Sila 3, diliputi, didasari, dijiwai sila 1, 2, dan mendasari dan
menjiwai sila 4,5
d. Sila 4, diliputi, didasari, dijiwai sila 1,2,3, dan mendasari dan
menjiwai sila 5
e. Sila 5, diliputi, didasari, dijiwai sila 1,2,3,4.

E. LANDASAN ONTOLOGIS PANCASILA


Landasan Ontologis Pancasila adalah pemikiran filosofis atas sila-sila
Pancasila sebagai dasar filosofis negara Indonesia. Menurut Sephen W.
Littlejohn dan Karen A. Foss, ontology bergadapan dengan sifat makhluk
hidup, dimana ada 3 mainstream utama yaitu determinisme, pragmatism, dan
kompromisme.
Pancasila sebagai dasar filosofis negara Indonesia sebagai Ontologis,
pada sila ke:
1. Hal kebebasan beragama dan menghormati satu sama lain.
2. Setiap orang memiliki martabat, HAM, keadilan yang sama.
3. Ada perbedaan tapi tetap satu (rasa kebangsaan Indonesia)
4. Sistem demokrasi melalui musyawarah demi tercapainya mufakat untuk
menghindari dikotomi mayoritas dan minoritas.
5. Seharusnya, tidak ada kemiskinan dalam negara merdeka (adil secara
social)

F. LANDASAN EPISTEMOLOGIS PANCASILA


Landasan Epistemologis Pancasila artinya nilai-nilai Pancasila digali
dari pengalaman bangsa Indonesia yang kemudian disintesiskan melalui
pandangan komprehensif kegidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara.
Pancasila sebagai sistem filsafat pada hakikatnya juga merupakan
sistem pengetahuan. Ini berarti Pancasila telah menjadi suatu belief system,
sistem cita-cita, menjadi suatu ideologi. Oleh karena itu Pancasila harus
memiliki unsur rasionalitas terutama dalam kedudukannya sebagai sistem
pengetahuan.
Menurut Littlejohn dan Foss, pengetahuan muncul melalui rasionalisme
dan atau empirisme, yang memiliki 2 tingkatan yaitu pengetahuan mutlak dan
pengetahuan relative.
Berdasarkan Epistemologi (pengetahuan), Filosofi Pancasila pada sila
ke:
1. Pengalaman kehidupan beragama bangsa Indonesia.
2. Pengalaman ditindas penjajah selama berabad-abad.
3. Pengalaman terpecahbelah nya bangsa atas adu domba Belanda melaluit
politik Devide et Impera.
4. Pengalaman budaya turun menurun bangsa Indonesia dalam
bermusyawarah mufakat.
5. Pengalaman budaya turun menurun bangsa Indonesia dalam bergotong
royong.

Dasar-dasar rasional logis Pancasila menyangkut kualitas maupun


kuantitasnya, juga menyangkut isi arti Pancasila tersebut. Sila Ketuhanan
Yang Maha Esa memberi landasan kebenaran pengetahuan manusia yang
bersumber pada intuisi. Manusia pada hakikat kedudukan dan kodratnya
adalah sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa, maka sesuai dengan sila
pertama Pancasila, epistemologi Pancasila juga mengakui kebenaran wahyu
yang bersifat mutlak. Hal ini sebagai tingkat kebenaran yang tinggi. Dengan
demikian kebenaran dan pengetahuan manusia merupakan suatu sintesa
yang harmonis antara potensi-potensi kejiwaan manusia yaitu akal, rasa dan
kehendak manusia untuk mendapatkan kebenaran yang tinggi.

Selanjutnya dalam sila ketiga, keempat, dan kelima, maka


epistemologi Pancasila mengakui kebenaran konsensus terutama dalam
kaitannya dengan hakikat sifat kodrat manusia sebagai makhluk individu dan
makhluk sosial. Sebagai suatu paham epistemologi, maka Pancasila
mendasarkan pada pandangannya bahwa ilmu pengetahuan pada hakikatnya
tidak bebas karena harus diletakkan pada kerangka moralitas kodrat manusia
serta moralitas religius dalam upaya untuk mendapatkan suatu tingkatan
pengetahuan yang mutlak dalam hidup manusia.

G. LANDASAN AKSIOLOGIS PANCASILA


Landasan Aksiologis Pancasila artinya nilai atau kualitas yang
terkandung dalam sila-sila Pancasila. Pancasila mengandung spiritualitas,
kemanusiaan, solidaritas, musyawarah, dan keadilan.
Pancasila merupakan sumber nilai untuk memahami hidup berbangsa
dan bernegara secara utuh. Nilai-nilai dari Pancasila berdasarkan filosofinya
yaitu sila ke:
1. Kualitas monoteis, spiritual, kekudusan, dan sakral.
2. Martabat, harga diri, kebebasan, dan tanggung jawab.
3. Solidaritas dan kesetiakawanan.
4. Demokrasi, musyawarah, mufakat, dan berjiwa besar.
5. Kepedulian dan gotong royong.

H. DINAMIKA DAN TANTANGAN PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT


Pancasila sebagai sistem filsafat mengalami dinamika sebagai berikut.
Pada era pemerintahan Soekarno, Pancasila sebagai sistem filsafat dikenal
dengan istilah “Philosofische Grondslag”. Gagasan tersebut merupakan
perenungan filosofis Soekarno atas rencananya berdirinya negara Indonesia
merdeka. Ide tersebut dimaksudkan sebagai dasar kerohanian bagi
penyelenggaraan kehidupan bernegara. Ide tersebut ternyata mendapat
sambutan yang positif dari berbagai kalangan, terutama dalam sidang
BPUPKI pertama, persisnya pada 1 Juni 1945. Namun, ide tentang
Philosofische Grondslag belum diuraikan secara rinci, lebih merupakan
adagium politik untuk menarik perhatian anggota sidang, dan bersifat teoritis.
Pada masa itu, Soekarno lebih menekankan bahwa Pancasila merupakan
filsafat asli Indonesia yang diangkat dari akulturasi budaya bangsa Indonesia.
Pada era Soeharto, kedudukan Pancasila sebagai sistem filsafat
berkembang ke arah yang lebih praktis (dalam hal ini istilah yang lebih tepat
adalah weltanschauung). Artinya, filsafat Pancasila tidak hanya bertujuan
mencari kebenaran dan kebijaksanaan, tetapi juga digunakan sebagai
pedoman hidup sehari-hari. Atas dasar inilah, Soeharto mengembangkan
sistem filsafat Pancasila menjadi penataran P-4. Pada era reformasi,
Pancasila sebagai sistem filsafat kurang terdengar resonansinya. Namun,
Pancasila sebagai sistem filsafat bergema dalam wacana akademik,
termasuk kritik dan renungan yang dilontarkan oleh Habibie dalam pidato 1
Juni 2011. Habibie menyatakan bahwa:
“Pancasila seolah-olah tenggelam dalam pusaran sejarah masa lalu
yang tidak lagi relevan untuk disertakan dalam dialektika reformasi. Pancasila
seolah hilang dari memori kolektif bangsa Indonesia. Pancasila semakin
jarang diucapkan, dikutip, dan dibahas baik dalam konteks kehidupan
ketatanegaraan, kebangsaan maupun kemasyarakatan. Pancasila seperti
tersandar di sebuah lorong sunyi justru di tengah denyut kehidupan bangsa
Indonesia yang semakin hiruk-pikuk dengan demokrasi dan kebebasan
berpolitik” (Habibie, 2011: 1--2).

I. Tantangan Pancasila sebagai Sistem Filsafat


Beberapa bentuk tantangan terhadap Pancasila sebagai sistem filsafat
muncul dalam bentuk-bentuk sebagai berikut:
1. Kapitalisme, yaitu aliran yang meyakini bahwa kebebasan individual
pemilik modal untuk mengembangkan usahanya dalam rangka meraih
keuntungan sebesar-besarnya merupakan upaya untuk menyejahterakan
masyarakat. Salah satu bentuk tantangan kapitalisme terhadap Pancasila
sebagai sistem filsafat ialah meletakkan kebebasan individual secara
berlebihan sehingga dapat menimbulkan berbagai dampak negatif, seperti
monopoli, gaya hidup konsumerisme, dan lain-lain.
2. Komunisme adalah sebuah paham yang muncul sebagai reaksi atas
perkembangan kapitalisme sebagai produk masyarakat liberal.
Komunisme merupakan aliran yang meyakini bahwa kepemilikan modal
dikuasai oleh negara untuk kemakmuran rakyat secara merata. Salah satu
bentuk tantangan komunisme terhadap Pancasila sebagai sistem filsafat
ialah dominasi negara yang berlebihan sehingga dapat menghilangkan
peran rakyat dalam kehidupan bernegara.

J. Hakikat dan Urgensi Pancasila Sebagai Sistem Filsafat


1. Hakikat Pancasila sebagai Sistem Filsafat
Hakikat (esensi) pancasila sebagai sistem filsafat terletak pada hal-hal
sebagai berikut.
a. Hakikat sila ketuhanan terletak pada keyakinan bangsa Indonesia
bahwa Tuhan sebagai prinsip utama dalam kehidupan semua makhluk.
Artinya,setiap mahluk hidup, termasuk warga negara harus memiliki
kesadaran yang otonom (kebebasan, kemandirian) di satu pihak, dan
berkesadaran sebagai mahluk Tuhan Yang Maha Esa yang akan
dimintai pertanggungjawaban atas semua tindakan yang dilakukan.
Artinya,kebebasan selalu dihadapkan pada tanggung jawab, dan
tanggung jawab tertinggi adalah kepada Sang Pencipta.
b. Hakikat sila kemanusiaan adalah manusia monopluralis, yang terdiri
atas3 monodualis, yaitu susunan kodrat (jiwa, raga), sifat kodrat
(makhluk individu, sosial), kedudukan kodrat (makhluk pribadi yang
otonom dan makhluk Tuhan).
c. Hakikat sila persatuan terkait dengan semangat kebangsaan. Rasa
kebangsaan terwujud dalam bentuk cinta tanah air, yang dibedakan ke
dalam 3 jenis, yaitu tanah air real, tanah air formal, dan tanah air
mental.
d. Hakikat sila kerakyatan terletak pada prinsip musyawarah.Artinya,
keputusan yang diambil lebih didasarkan atas semangat musyawarah
untuk mufakat, bukan membenarkan begitu saja pendapat mayoritas
tanpa peduli pendapat minoritas.
e. Hakikat sila keadilan terwujud dalam tiga aspek, yaitu keadilan
distributif, legal, dan komutatif. Keadilan distributif adalah keadilan
bersifat membagi dari negara kepada warga negara. Keadilan legal
adalah kewajiban warga negara terhadap negara atau dinamakan
keadilan bertaat. Keadilan komutatif adalah keadilan antara sesama
warga negara.

2. Urgensi Pancasila sebagai Sistem Filsafat


Hal-hal penting yang sangat urgen bagi pengembangan pancasila
sebagai sistem filsafat meliputi hal-hal sebagai berikut :
a. Meletakkan pancasila sebagai sistem filsafat dapat memulihkan harga
diri bangsa Indonesia sebagai bangsa yang merdeka dalam politik,
yuridis, dan juga merdeka dalam mengemukakan ide-ide pemikirannya
untuk kemajuan bangsa, baik secara materiil maupun spiritual.
b. Pancasila sebagai sistem filsafat membangun alam pemikiran yang
berakar dari nilai-nilai budaya bangsa Indonesia sendirisehingga
mampu dalam menghadapi berbagai ideologi dunia.
c. Pancasila sebagai sistem filsafat dapat menjadi dasar pijakan untuk
menghadapi tantangan globalisasi yang dapat melunturkan semangat
kebangsaan dan melemahkan sendi-sendi perekonomian yang
berorientasi pada kesejahteraan rakyat banyak.
d. Pancasila sebagai sistem filsafat dapat menjadi way of life sekaligus
way of thinkingbangsa Indonesia untuk menjaga keseimbangan dan
konsistensi antara tindakan dan pemikiran. Bahaya yang ditimbulkan
kehidupan modern dewasa ini adalah ketidakseimbangan antara cara
bertindak dan cara berpikirsehingga menimbulkan kerusakan
lingkungan dan mental dari suatu bangsa.
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa Berfilsafat
adalah berpikir secara mendalam dan sungguh-sungguh. Sedangkan
Pancasila sebagai sistem filsafat adalah suatu kesatuan bagian-bagian
yang saling berhubungan, saling bekerjasama antara sila yang satu
dengan sila yang lain untuk tujuan tertentu dansecara keseluruhan
merupakan suatu kesatuan yang utuh yang mempunyai beberapainti sila,
nilai dan landasan yang mendasar.

B. SARAN
Dalam makalah ini penulis berkeinginan memberikan saran kepada
pembaca agar ikut peduli dalam mengetahui sejauh mana kita
mempelajari tentang filsafat-filsafat pancasila, dan pancasila sebagai
sistem filsafat. Semoga dengan makalah ini, para pembaca dapat
menambah cakrawala ilmu pengetahuan.
DAFTAR PUSTAKA

Chandrawinata, Andhyn : Pengertian Pancasila Secara Etimologis, Historis, &


Terminologis. http://pancasila.weebly.com/pengertian-pancasila.html.

Dwi Tama, Rizco.2012. Pengertian Filsafat Pancasila, Objek, Cabang Filsafat dan
Kedudukan Dalam Ilmu-ilmu Lain. http://icounipa.blogspot.co.id/2012/04/pengertian-
filsafat-pancasila-objek.html.

Heri Herdiawanto dan Jumanta Hamdayama, 2010. Cerdas, Kritis, Dan Aktif
Berwarganegara (Pendidikan Kewarganegaraan untuk Perguruan Tinggi).
ERLANGGA : Jakarta.

I Wayan Windia, I Gede Sutrisna, Wayan Kesieg, Adi Wisnyana dan Wirya
Agung.2014. Modul Pendidikan Pancasila Dalam Membangun Karakter Bangsa.
UDAYANA PRESS : Kampus Sudirman Denpasar

Jurnal Filsafat Indonesia, Vol. 2 No. 2 2019

Jurnal Ilmiah Indonesia Vol. 3 No. 12 Desember 2018

Jurnal Ilmiah CIVIS, Vol. 8 No. 2 Juli 2019

Kaelan, 2005, Filsafat Pancasila sebagai Filasfat Bangsa Negara Indonesia,


Makalah pada Kursus Calon Dosen Pendidikan Kewarganegaraan, Jakarta.

Kaelan,M.S. 2016. Pendidikan Pancasila (Pendidikan Untuk Mewujudkan Nilai-nilai


Pancasila, Rasa Kebangsaan dan Cita-cita Tanah Air Sesuai Dengan SK. Dirjen
DIKTI NO.43/DIKTI/KEP/2006 Sesuai Dengan KKNI bdg PT 2013). PARADIGMA :
Yogyakarta.

Maulidi, Achmad. 2016. Pengertian Filsafat (Filosofi).


http://www.kanalinfo.web.id/2016/08/pengertian-filsafat-filosofi.html.

Notonagoro, 1971, Pengertian Dasar bagi Implementasi Pancasila untuk ABRI,


Departemen Pertahanan dan Keamanan, Jakarta.

Poespowardoyo, Soeryanto, 1989, Filsafat Pancasila, Gramedia, Jakarta.

Pranarka, A.W.M., 1985, Sejarah Pemikiran tantang Pancasila, CSIS, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai