Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Pancasila


Dosen Pengampu : Dr. Ahmad Samawi, MHum

Risal Fadhil Rahardiansyah

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DANBISNIS

UNIVERSITAS NEGERI MALANG

2021

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan hidayahNya sehingga
kelompok saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul ”Pancasila Sebagai Sistem
Filsafat” tepat pada waktunya.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas dari dosen pengampu mata kuliah
Pendidikan Pancasila. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan
tentang Pancasila Sebagai Sistem Filsafat.

Kamimengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. Ahmad Samawi, Mhumselaku


dosen pengampu mata kuliah Pendidikan Pancasila yang telah memberikan tugas ini sehingga
dapat menambah pengetahuan pada bidang Pendidikan Pancasila. Ucapkan terima kasih juga
sampaikan kepada semua pihak yang telah membantu sehingga kita dapat menyelesaikan
tugas ini.

Kami menyadari makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
sebab itu, kritik dan saran yang membangun kami diharapkan demi kesempurnaan makalah
ini.

Malang, 3 November 2021

Tim penyusun

ii
DAFTAR ISI

JUDUL i

KATA PENGANTAR ii

DAFTAR ISI iii

BAB I PENDAHULUAN 1

1.1 Latar Belakang 1

1.2 Rumusan Masalah 2

1.3 Tujuan Penulisan 2

BAB II PEMBAHASAN 3

2.1 Pengertian Filsafat 3

2.2 Konsep Pancasila sebagai Sistem Filsafat 3

2.3 Alasan diperlukannya Kajian Pancasila sebagai Sistem Filsafat 5

2.4 Sumber Historis, Sosiologis, Politik tentang Pancasila sebagai Sistem Filsafat
7

BAB III PENUTUP 10

3.1 Kesimpulan 10

3.2 Saran 10

DAFTAR PUSTAKA 11

iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pancasila merupakan karunia terbesar dari Allah SWT dan merupakan
cahaya bagi segenap bangsa Indonesia di masa-masa selanjutnya, baik sebagai
pedoman dalam memperjuangkan kemerdekaan dan juga sebagai alat
pemersatu dalam kehidupan berbangsa, serta sebagai pandangan hidup untuk
kehidupan masyarakat Indonesia sehari-hari. Pancasila lahir pada 1 Juni 1945,
ditetapkan pada 18 Agustus 1945 bersamaan dengan UUD 1945. Bunyi
Pancasila berdasarkan Inpres Nomor 12 tahun 1968 adalah Satu, Ketuhanna
Yang Maha Esa. Dua, Kemanusiaan yang adil dan beradab. Tiga, Persatuan
Indonesia. Empat, Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan
dalam permusyawaratan/perwakilan. Lima, Keadilan sosial bagi seluruh
rakyat Indonesia.
Sejarah telah mencatat bahwasannya tokoh perumus Pancasila ialah, Mr.
Mohammad Yamin, Prof. Mr. Soepomo, dan Ir. Soekarno. Alasan
dikatakannya Pancasila sakti dan selalu dapat bertahan dari guncangan kisruh
politik di Negara ini ialah, karena secara intrinsik didalam Pancasila
mengandung toleransi, dan jika terdapat seseorang atau sekelompok yang
menentang Pancasila berarti mereka menentang toleransi
Setiap negara atau bangsa di dunia mempunyai sistem nilai (filsafat)
tertentu yang menjadi pegangan bagi anggota masyarakat dalam menjalankan
kehidupan dan pemerintahannya. Filsafat Negara merupakan pandangan hidup
bangsa yang diyakini kebenarannya dan diaplikasikan dalam kehidupan
masyarakat yang mendiami suatu Negara. Pandangan hidup bangsa
merupakan nilai-nilai yang dimiliki oleh setiap bangsa. Nilai-nilai tersebut
akan mempengaruhi segala aspek suatu bangsa. Nilai adalah suatu konsepsi
baik secara eksplisit maupun implisit menjadi milik atau ciri khas seseorang
atau masyarakat. Nilai merupakan suatu ukuran atau standar yang memiliki
kelestarian yang secara umum digunakan untuk mengorganisasikan sistem
tingkah laku suatu masyarakat. Sistem nilai (filsafat) yang dianut suatu bangsa
merupakan filsafat masyarakat budaya bangsa. Bagi suatu bangsa, filsafat
merupakan sumber dari segala sumber hukum yang berlaku dalam suatu
masyarakat, bangsa, dan Negara. Oleh karena itu, filsafat berfungsi dalam
menentukan pandangan hidup suatu masyarakat dalam menghadapi suatu
masalah, hakikat dan sifat hidup, hakikat kerja, hakikat kedudukan manusia,
etika dan tata krama pergaulan dalam ruang dan waktu, serta hakikat
hubungan manusia dengan manusia lainnya. Indonesia adalah salah satu
Negara yang juga memiliki filsafat seperti bangsa-bangsa lainnya. Filsafat
tersebut ialah Pancasila yang terdiri dari lima sila. Pancasila merupakan
filsafat hidup bangsa Indonesia.
Pancasila sebagai filsafat Negara Indonesia harus diketahui oleh seluruh
warga Negara Indonesia agar dapat dihormati, dihargai, dijaga, dan dapat
menjalankan apa-apa yang telah dilakukan oleh para pahlawan khususnya

1
pahlawan proklamasi yang telah berjuang untuk kemerdekaan Negara
Indonesia ini. Sehingga baik golongan muda maupun tua tetap meyakini
pancasila sebagai dasar Negara Indonesia tanpa adanya keraguan hal ini
bertujuan untuk memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa dan Negara
Indonesia.
1.2 Rumusan Makalah
a. Apa pengertian Filsafat?
b. Bagaimana Konsep Pancasila sebagai Sistem Filsafat
c. Apa Alasan diperlukannya Kajian Pancasila sebagai Sistem Filsafat
d. Apa Sumber Pancasila sebagai Sistem Filsafat?
1.3 Tujuan Penulisan
a. Mengetahui pengertian Filsafat
b. Mengetahui Konsep Pancasila sebagai Sistem Filsafat
c. Mengetahui Alasan diperlukannya Kajian Pancasila sebagai Sistem
Filsafat
d. Mengetahui Sumber Pancasila sebagai Sistem Filsafat

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Filsafat
Menurut arti katanya, kata filsafat dalam Bahasa Indonesia berasal dari
bahasa Yunani “Philosophia” terdiri dari kata Phile artinya Cinta dan Sophia
artinya Kebijaksanaan. Filsafat berarti Cinta Kebijaksanaan, dimana cinta
artinya hasrat yang besar atau yang berkobar-kobar atau yang sungguh-
sungguh. Sedangkan Kebijaksanaan artinya Kebenaran sejati atau kebenaran
yang sesungguhnya. Maka Filsafat berarti hasrat atau keinginan yang
sungguh-sungguh akan kebenaran sejati.
 Pengertian Filsafat menurut Tokoh-Tokoh Filsafat
1. Socrates (469-399 s.M.)
Filsafat adalah suatu bentuk peninjauan diri yang bersifat reflektif atau
berupa perenungan terhadap asas-asas drai kehidupan yang adil dan
bahagia. Berdasarkan pemikiran tersebut dapat dikembangkan bahwa
manusia akan menemukan kebahagiaan dan keadilan jika mereka
mampu dan mau melakukan peninjauan diri atau refleksi diri sehingga
muncul koreksi terhadap diri secara obyektif.
2. Plato (472-347 s.M.)
Dalam konsepsi Plato, filsafat merupakan pencarian yang bersifat
spekulatif atau terhadap pandangan tentang selurh kebenaran.
 Cakupan dari pengertian filsafat
1. Filsafat sebagai Produk, mencakup
- Filsafat sebagai jenis Pengetahuan, ilmu, konsep-konsp, pemikiran-
pemikiran (rasionalisme, materialism, pragmatisme)
- Filsafat sebagai suatu jenis problema yang dihadapi oleh manusia
sebagai hasil dari aktivitas berfilsafat. Manusia mencari suatu
kebenaran yang timbul dari suatu persoalan yang bersumber pada
akal manusia.
2. Filsafat sebagai suatu Proses, mencakup
- Filsafat sebagai suatu proses, dalam hal ini filsafat diartikan dalam
bentuk suatu aktivitas berfilsafat dalam proses pemecahan suatu
permasalahan dengan menggunakan suatu cara dan metode tertentu
yang sesuai dengan objeknya
2.2 Konsep Pancasila sebagai Sistem Filsafat
Pancasila sebagai filsafat mengandung pandangan, nilai, dan pemikiran
yang dapat menjadi substansi danisi pembentukan ideologi Pancasila. Filsafat
Pancasila dapat didefinisikan secara ringkas sebagai refleksi kritis dan
rasional tentang Pancasila sebagai dasar Negara dan kenyataan budaya
bangsa, dengan tujuan untuk mendapatkan pokok-pokok pengertiannya yang
mendasar dan menyeluruh. Pancasila dikatakan sebagai filsafat, karena
Pancasila merupakan hasil perenungan jiwa yang mendalam yang dilakukan
oleh Ruslan Abdul Gani yang dituangkan dalam suatu sistem. Filsafat

3
Pancasila memberi pengetahuan dan pengertian ilmiah yaitu tentang hakikat
dari Pancasila (Notonagoro).
a. Pancasila Sebagai Sistem Filsafat
Pancasila yang terdiri atas lima sila pada hakikatnya merupakan sistem
filsafat. Yang dimaksud dengan sistem adalah suatu kesatuan bagian-
bagian yang saling berhubungan, saling bekerjasama untuk tujuan tertentu
dan secara keseluruhan merupakan suatu kesatuan utuh. Sila-sila Pancasila
yang merupakan sistem filsafat pada hakikatnya merupakan suatu kesatuan
organis. Artimya, antara sila-sila Pancasila itu saling berkaitan, saling
berhubungan bahkan saling mengkualifikasi. Pemikiran dasar yang
terkandung dalam Pamcasila, yaitu pemikiran manusia yang berhubungan
dengan tuhan, dengan diri sendiri, dengan sesame, dengan masyarakat
bangsa yang nilai-nilai itu dimiliki oleh bangsa Indonesia. Dengan
demikian Pancasila sebagai sistem filsafat memiliki ciri khas yang berbeda
dengan sistem-sistem filsafat lainnya, seperti materialism, idealism,
rasionalisme, liberalisme, komunisme dan sebagainya.
b. Ciri sistem Filsafat Pancasila
1. Sila-sila Pancasila merupakan satu-kesatuan sistem yang bulat dan utuh.
Dengan kata lain, apabila tidak bulat dan tidak utuh atau satu sila
dengan sila lainnya terpisah-pisah maka itu bukan Pancasila
2. Susunan Pancasila dengan suatu sistem yang bulat dan utuh dapat
digambarkan sebagai berikut:
o Sila 1, meliputi, ,mendasari dan menjiwai sila 2,3,4 dan 5
o Sila 2, diliputi, didasari, dijiwai sila 1, dan mendasari dan menjiwai
sila 3, 4 dan 5
o Sila 3, diliputi, didasari, dijiwai sila 1, 2, dan mendasari dan
menjiwai sila 4, 5
o Sila 4, diliputi, didasari, dijiwai sila 1,2,3 dan mendasari dan
menjiwai sila 5
o Sila 2, diliputi, didasari, dijiwai sila 1,2,3,4

c. Inti sila-sila Pancasila


 Tuhan, yaitu sebagai kuasa prima
 Manusia, yaitu makhluk individu dan makhluk sosial
 Satu, yaitu kesatuan memiliki kepribadian sendiri
 Rakyat, yaitu unsur mutlak Negara, harus bekerja sama dan gotong
royong
 Adil, yaitu memberi keadilan kepada diri sendiri danorang lain yang
menjadi haknya.
Pancasila sebagai filsafat berarti mengungkapkan konsep-konsep kebenaran
Pancasila yang bukan hanya ditujukan pada bangsa Indonesia, tetapi juga bagi
manusia pada umumya. Wawasan filsafat meliputi bidang atau aspek
penyelidikan ontologi, epistemologi, dan aksiologi. Ketiga bidang tersebut
dapat dianggap mencakup kesemestaan.

4
2.3 Alasan diperlukannya Kajian Pancasila sebagai Sistem Filsafat
1. Filsafat Pancasila sebagai Genetivus Objectivus dan Genetivus Subjectivus
Pancasila sebagai genetivus-objektivus, artinya nilai-nilai Pancasila
dijadikan sebagai objek yang dicari landasan filosofisnya berdasarkan
sistem-sistem dan cabang-cabang filsafat yang berkembang di Barat.
Misalnya, Notonagoro menganalisis nilai-nilai Pancasila berdasarkan
pendekatan substansialistikfilsafat Aristoteles sebagaimana yang terdapat
dalam karyanya yang berjudul Pancasila Ilmiah Populer. Adapun
Drijarkara menyoroti nilai-nilai Pancasila dari pendekatan eksistensialisme
religious sebagaimana yang diungkapkannya dalam tulisan yang berjudul
Pancasila dan Religi.
Pancasila sebagai genetivus-subjectivus, artinya nilai-nilai Pancasila
dipergunakan untuk mengkritisi berbagai aliran filsafat yang berkembang,
baik untuk menemukan hal-hal yang sesuai dengan nilai-nilai Pancasila
maupun untuk melihat nilai-nilai yang tidak sesuai dengan nilai-nilai
Pancasila. Selain itu, nilai-nilai Pancasila tidak hanya dipakai dasar bagi
pembuatan peraturan perundang-undangan, tetapi juga nilai-nilai Pancasila
harus mampu menjadi orientasi pelaksanaan sistem politik dan dasar bagi
pembangunan nasional. Misalnya, Sastrapratedja (2001: 2) mengatakan
bahwa Pancasila adalah dasar politik, yaitu prinsip-prinsip dasar dalam
kehidupan bernegara, berbangsa, dan bermasyarakat. Adapun Soerjanto
(1991:57-58) mengatakan bahwa fungsi Pancasila untuk memberikan
orientasi ke depan mengharuskan bangsa Indonesia selalu menyadari
situasi kehidupan yang sedang dihadapinya.
2. Landasan Ontologis Filsafat Pancasila
Istilah ”ontologi” menurut Aritoteles merupakan cabang filsafat yang
membahas tentang hakikat segala yang ada secara umum sehingga dapat
dibedakan dengan disiplin ilmu-ilmu yang membahas sesuatu secara
khusus. Ontologi membahas tentang hakikat yang paling dalam dari
sesuatu yang ada, yaitu unsur yang paling umum dan bersifat abstrak,
disebut juga dengan istilah substansi. Inti persoalan ontologi adalah
menganalisis tentang substansi (Taylor, 1955: 42). Substansi menurut
Kamus Latin – Indonesia, berasal dari bahasa Latin “substare” artinya
serentak ada, bertahan, ada dalam kenyataan. Substantialitas artinya
sesuatu yang berdiri sendiri, hal berada, wujud, hal wujud (Verhoeven dan
Carvallo, 1969: 1256). Ontologi menurut pandangan Bakker adalah ilmu
yang paling universal karena objeknya meliputi segala-galanya menurut
segala bagiannya (ekstensif) dan menurut segala aspeknya (intensif)
(Bakker, 1992: 16).
3. Landasan Epistemologis Filsafat Pancasila
Istilah “epistemologi”terkait dengan sarana dan sumber pengetahuan
(knowledge). Epistemologi adalah cabang filsafat pengetahuan yang
membahas tentang sifat dasar pengetahuan, kemungkinan, lingkup, dan
dasar umum pengetahuan (Bahm, 1995: 5). Epistemologi terkait dengan

5
pengetahuan yang bersifat sui generis, berhubungan dengan sesuatu yang
paling sederhana dan paling mendasar (Hardono Hadi, 1994: 23).
Littlejohn and Foss menyatakan bahwa epistemologi merupakan cabang
filosofi yang mempelajari pengetahuan atau bagaimana orang-orang dapat
mengetahui tentang sesuatu atau apa-apa yang mereka ketahui. Mereka
mengemukakan beberapa persoalan paling umum dalam epistemologi
sebagai berikut:
1) Pada tingkatan apa pengetahuan dapat muncul sebelum pengalaman?
2) Pada tingkat apa pengetahuan dapat menjadi sesuatu yang pasti?
Problem pertama tentang cara mengetahui itu ada dua pendapat yang
berkembang dan saling berseberangan dalam wacana epistemologi,
yaiturasionalisme dan empirisisme. Kaum rasionalis berpandangan bahwa
akal merupakan satu-satunya sarana dan sumber dalam memperoleh
pengetahuan sehingga pengetahuan bersifat a priori. Empirisisme
berpandangan bahwa pengalaman inderawi (empiris) merupakan sarana
dan sumber pengetahuan sehingga pengetahuan bersifat a posteriori.
Landasan epistemologis Pancasila artinya nilai-nilai Pancasila digali dari
pengalaman (empiris) bangsa Indonesia, kemudian disintesiskan menjadi
sebuah pandangan yang komprehensif tentang kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara. Penjabaran sila-sila Pancasila secara
epistemologis dapat diuraikan sebagai berikut. Sila Ketuhanan Yang Maha
Esa digali dari pengalaman kehidupan beragama bangsa Indonesia sejak
dahulu sampai sekarang. Sila Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab digali
dari pengalaman atas kesadaran masyarakat yang ditindas oleh penjajahan
selama berabad-abad. Oleh karena itu, dalam alinea pertama Pembukaan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
menyatakan bahwa penjajahan itu tidak sesuai dengan perikemanusiaan
dan perikeadilan.Sila Persatuan Indonesia digali dari pengalaman atas
kesadaran bahwa keterpecahbelahan yang dilakukan penjajah kolonialisme
Belanda melalui politik Devide et Impera menimbulkan konflik
antarmasyarakat Indonesia. Sila Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat
Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan digali dari budaya
bangsa Indonesia yang sudah mengenal secara turun temurun pengambilan
keputusan berdasarkan semangat musyawarah untuk mufakat. Misalnya,
masyarakat Minangkabau mengenal peribahasa yang berbunyi ”Bulek aie
dek pambuluh, bulek kato dek mufakat”, bulat air di dalam bambu, bulat
kata dalam permufakatan. Sila Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat
Indonesia digali dari prinsip-prinsip yang berkembang dalam masyarakat
Indonesia yang tercermin dalam sikap gotong royong.
4. Landasan Aksiologis Pancasila
Istilah “aksiologis” terkait dengan masalah nilai (value). Frondizi (2001:7)
menegaskan bahwa nilai itu merupakan kualitas yang tidak real karena
nilai itu tidak ada untuk dirinya sendiri, ia membutuhkan pengemban
untuk berada.Landasan aksiologis Pancasila artinya nilai atau kualitas
yang terkandung dalam sila-sila Pancasila. Sila pertama mengandung

6
kualitas monoteis, spiritual, kekudusan, dan sakral. Sila kemanusiaan
mengandung nilai martabat, harga diri, kebebasan, dan tanggung jawab.
Sila persatuan mengandung nilai solidaritas dan kesetiakawanan. Sila
keempat mengandung nilai demokrasi, musyawarah, mufakat, dan berjiwa
besar. Sila keadilan mengandung nilai kepedulian dan gotong royong.

2.4 Sumber Historis, Sosiologis, Politik tentang Pancasila sebagai Sistem Filsafat
1. Sumber Historis Pancasila sebagai Sistem Filsafat
Proses perumusan Pancasila diawali ketika dalam sidang BPUPKI pertama
dr. Radjiman Widyodiningrat, mengajukan suatu masalah, khususnya akan
dibahas pada sidang tersebut. Masalah tersebut adalah tentang suatu calon
rumusan dasar negara Indonesia yang akan dibentuk. Kemudian tampilah
pada sidang tersebut tiga orang pembicara yaitu Mohammad Yamin,
Soepomo dan Soekarno.
Pada tanggal 1 Juni 1945 di dalam siding tersebut Ir. Soekarno berpidato
secara lisan (tanpa teks) mengenai calon rumusan dasar negara Indonesia.
Kemudian untuk memberikan nama “Pancasila” yang artinya lima dasar,
hal ini menurut Soekarno atas saran dari salah seorang temannya yaitu
seorang ahli bahasa yang tidak disebutkan namanya.
Pada tanggal 17 Agustus 1945 Indonesia memproklamirkan
kemerdekaannya, kemudian keesokan harinya tanggal 18 Agustus 1945
disahkannya Undang-Undang Dasar 1945 termasuk Pembukaan UUD
1945 di mana didalamnya termuat isi rumusan lima prinsip atau lima
prinsip sebagai satu dasar negara yang diberi nama Pancasila.
Sejak saat itulah perkataan Pancasila menjadi bahasa Indonesia dan
merupakan istilah umum. Walaupun dalam alinea IV Pembukaan UUD
1945 tidak termuat istilah “Pancasila”, namun yang dimaksudkan Dasar
Negara Republik Indonesia adalah disebut dengan istilah “Pancasila”. Hal
ini didasarkan atas interpretasi historis terutama dalam rangka
pembentukan calon rumusan dasar negara, yang secara spontan diterima
oleh peserta sidang secara bulat.
2. Sumber Sosiologis Pancasila sebagai Sistem Filsafat
Sumber sosiologis Pancasila sebagai sistem filsafat dapat diklasifikasikan
ke dalam 2 kelompok, yaitu :
a) Kelompok pertama
Memahami sumber sosiologis Pancasila sebagai sistem filsafat
dalampandangan hidup atau kearifan lokal yang memperlihatkan
unsur-unsur filosofisPancasila itu masih berbentuk pedoman hidup
yang bersifat praktis dalam berbagai aspekkehidupan.
b) Kelompok kedua
Yaitu masyarakat ilmiah-akademis yang memahami Pancasila
sebagaisistem filsafat dengan teori-teori yang bersifat akademis3.

7
3. Sumber Politis Pancasila sebagai Sistem Filsafat
Pada awalnya, Pancasila merupakan konsensus politik yang kemudian
berkembangmenjadi sistem filsafat. Sumber politis Pancasila sebagai
sistem filsafat dapat diklasifikasikanke dalam dua kelompok, yaitu:
a) Kelompok pertama,
Meliputi wacana politis tentang Pancasila sebagai sistem
filsafatpada sidang BPUPKI, sidang PPKI, dan kuliah umum
Soekarno antara tahun 1958 dan1959, tentang pembahasan sila-sila
Pancasila secara filosofis.
b) Kelompok kedua
Mencakup berbagai argumen politis tentang Pancasila sebagai
sistemfilsafat yang disuarakan kembali di era reformasi dalam
pidato politik Habibie 1 Juni2011.Sumber politis Pancasila sebagai
sistem filsafat berlaku juga atas kesepakatanpenggunaan simbol
dalam kehidupan bernegara.
Nilai-nilai Pancasila Sebagai Ideologi Politik
1. Nilai Ketuhanan (Realigiusitas)
Nilai religius adalah nilai yang berkaitan dengan keterkaitan
individu dengan sesuatu yang dianggapnya memiliki kekuatan
sakral, suci, agung dan mulia. Memahami Ketuhahan sebagai
pandangan hidup adalah mewujudkan masyarakat yang
beketuhanan, yakni membangun masyarakat Indonesia yang
memiliki jiwa maupun semangat untuk mencapai ridlo Tuhan
dalam setiap perbuatan baik yang dilakukan.
2. Nilai Kemanusiaan (Moralitas)
Kemanusiaan yang adil dan  beradab, adalah pembentukan suatu
kesadaran tentang keteraturan, sebagai asas kehidupan, setiap
manusia mempunyai potensi untuk menjadi manusia sempurna,
yaitu manusia yang beradab.
3. Nilai Persatuan (kebangsaan) Indonesia.
Persatuan adalah gabungan yang terdiri atas beberapa bagian,
kehadiran Indonesia dan bangsanya di muka bumi ini bukan untuk
bersengketa. Bangsa Indonesia hadir untuk mewujudkan kasih
sayang kepada segenap suku bangsa dari Sabang sampai Marauke.
4. Nilai Permusyawaratan dan Perwakilan
Sebagai makhluk sosial, manusia membutuhkan hidup
berdampingan dengan orang lain, dalam interaksi itu biasanya
terjadi kesepakatan, dan saling menghargai satu sama lain atas
dasar tujuan dan kepentingan bersama. Prinsip kerakyatan yang
menjadi cita-cita utama untuk membangkitkanbangsa Indonesia,
mengerahkan potensi mereka dalam dunia modern.
5. Nilai Keadilan Sosial

8
Nilai keadilan adalah nilai menjunjung norma berdasarkan ketidak
berpihakkan, keseimbangan,  serta pemerataan terhadap suatu hal.
Mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
merupakan cita-cita bernegara dan berbangsa. bermakna
mewujudkan keadaan masyarakat yang bersatu secara organik,
dimana mempunyai kesempatan yang sama untuk tumbuh dan
berkembang serta belajar.
6. Perkembangan Pancasila Sebagai Ideologi Politik Sampai
Sekarang
Memang dalam kondisi kehidupan politik kita sekarang ini banyak
diantara kita, antara lain dikalangan mereka yang memegang
kekuasaan, yang tidak berkenan untuk mengakui kesenjangan
antara nilai-nilai dasar ideologi kita dengan praktek kehidupan
perpolitikan sehari-hari. Secara empiris di lapangan praktek
kehidupan perpolitikan masih jauh dari, dan kadang-kadang
mungkin ada yang bertentangan dengan nilai-nilai dasar yang
terkandung dalam Pancasila dan UUD 1945. Keinginan agar
kehidupan politik kita lebih terbuka dan lebih demokratis
merupakan salah satu ukuran yang dapat kita pakai buat
mengetahui kehadiran kesenjangan tersebut. Soalnya sekarang
ialah apakah kita semua, termasuk yang berkuasa, memiliki
kemauan politik yang kuat untuk memperbaiki kesenjangan itu.
7. Contoh Pancasila Sebagai Ideologi Terbuka Dalam Bidang Politik
Dalam bidang politik, kita harus mewujudkan perilaku, antara lain:
a) Menghindari sikap dan perilaku yang memaksakan pendapat
dan ingin menang sendiri.
b) Penyelenggara negara dan warga negara mewujudkan nilai ke
tuhanan, kemanusiaan, kebangsaan, serta kerakyatan dan ke
adilan dalam kehidupan seharihari;
c) Menghindari sikap menghalang-halangi orang yang akan ber
partisipai dalam kehidupan demokrasi;meyakini bahwa nilai-
nilai Pancasila dan UUD 1945 sebagai nilai yang ter baik dan
sesuai untuk bangsa Indonesia serta tidak meleceh kannya

9
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pancasila sebagai sistem filsafat merupakan sebuah urgensi yang harus
diamalkan dalam kehidupan sehari-hari. Pancasila sebagai sistem filsafat, yang
berarti refleksi kritis dan rasional tentang Pancasila sebagai dasar Negara dan
kenyataan budaya bangsa, dengan tujuan untuk mendapatkan pokok-pokok
pengertiannya yang mendasar dan menyeluruh.Pancasila sebagai filsafat
mengandung pandangan, nilai, dan pemikiran yang dapat menjadi substansi dan
isi pembentukan ideologi Pancasila. Oleh karena itu Pancasila sebagai sistem
filsafat sangat perlu diperhatikan dan diamalkan. Tidak hanya menjadi sebuah
sistem namun bisa menjadi pandangan dan pemikiran bagi tiap segi kehidupan
berbangsa dan bernegara.
3.2 Saran
Sudah menjadi kewajiban kita sebagai Bangsa Indonesia harus memahami
dan mengamalkan nilai-nilai Pancasila, terutama sebagai sistem filsafat dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara demi keberlangsungan hidup bangsa dimasa
depan serta sehingga Pancasila akan selalu hidup dan melekat sebagai jati diri
bangsa Indonesia di masa sekarang maupun nanti di masa depa

10
DAFTAR PUSTAKA

Safitri, R. 2020. Konsep Pancasila Sebagai Sistem Filsafat, Retrieved from OSF Preprints
web site , https://osf.io/pcqfz/
Kecot, B. 11 Septembe 2019, MENGGALI SUMBER HISTORIS, SOSIOLOGIS,
POLITIS TENTANGPANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT, Retrieved from
id.scribd.com web site , https://id.scribd.com/document/425386852/Sumber-Historis-
Sosiologis-Politis-Pancasila-Sebagai-Sistem-Filsafat
Leman. 8 April 2018. Menggai Sumber Historis, Sosiologis, Politis Tentang Pancasila
Sebagai
Ideologi Pancasila, Retrieved from leman2311.wordpress.com web site ,
https://leman2311.wordpress.com/2018/04/08/menggali-sumber-historis-sosiologis-
politis-tentang-pancasila-sebagai-ideologi-pancasila/

Nurwadani, P, dkk. 2016. Pendidikan Pancasila untuk Perguruan Tinggi. Jakarta: Direktorat
Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan Kementerian Riset, Teknologi, dan
Pendidikam Tinggi Republik Indonesia, Retrieved from 123dok.com web site ,
https://123dok.com/document/y6eglegz-materi-kuliah-umum-repositori-universitas-
andalas.html

11

Anda mungkin juga menyukai