Anda di halaman 1dari 9

South Asian Assocciaation for Regional Cooperation

(SAARC)

Risal Fadhil Rahardiansyah/26


Safina Anil Hawa/27
XII-IPS 3

SMAN 1 SRENGAT
TAHUN PELAJARAN 2020/2021
A. Latar Belakang SAARC
SAARC atau South Asian Association for Regional Cooperation adalah
organisasi tingkat regional di Asia Selatan yang beranggotakan negara-negara di
Asia Selatan sendiri yakni India,Pakistan, Srilanka, Nepal, Bhutan, Bangladesh,
Maldives dan juga Afghanistan. Afghanistan menjadi anggota SAARC pada
pertemuaan SAARC Summit yang diselenggarakan di Delhi, India pada April
2007. Hingga 2009 Cina, Jepang, Republik Korea, Amerika Serikat, Iran,
Mauritius, Australia, Myanmar dan Uni Eropa telah bergabung SAARC sebagai
pengamat. Organisasi ini dibentuk karena menyadari jika masalah tidak bisa
diselesaikan hanya dalam lingkup domestik saja namun membutuhkan bantuan
dari negara-negara tetangga atau di lingkup regional suatu kawasan mengingat
sama halnya seperti manusia sebuah negara juga tidak dapat berdiri sendiri
tanpa bantuan dari negara lainnya. Maka, dibentuklah kerjasama di lingkup
regional yang dengan harapan setelah di lingkup regional kerjasama ini akan
meluas keseluruh negara diluar wilayah regional. SAARC sendiri terbentuk
pada 8 Desember 1985.Kawasan Asia Selatan sendiri dianggap sebagai wilayah
yang strategis sebagai jembatan antara barat dan timur. Sering terjadinya konflik
di kawasan ini membuat Negara – Negara asia selatan sadar bahwa mereka
membutuhkan pihak yang netral dalam menyelesaikan konflik ini, tidak hanya
menangguangi konflik isu lain terkait populasi seperti kelaparan dan kemiskinan
yang lumayan tinggi terjadi di asia selatan di harapkan dapat membangkitkan
ekonomi Negara di asia selatan.
Kawasan asia selatan telah mendiskusikan untuk melakukan membentuk
kerjasama regional di asia selatan dalam kurang lebih tiga konfrensi, yaaitu di
Asian Relation Conferencedi New Delhi pada bulan April 1947, Di baguio
conference di Filiphina pada bulan may 1950, dan di Cololmbo Powers
Conference di Filiphina pada bulan April 1954.3Pada dekade 1950an, usaha
untuk membentuk forum kerjasama Asia Selatan banyak mengalami kegagalan
seiring dengan dimulainya Perang Dingin dan India & Pakistan mengambil
kebijakan luar negeri yang bertolak belakang.
Saat memanasnya perang dingin antara India dan Pakistan, Pakistan
malah bergabung menjadi anggota South-East Asia Treaty Organization
(SEATO) dan Central Treaty Organization (CENTO), yang kedua organisasi ini
merupakan salah satu cara amerika membentuk sistem aliansi untuk
melumpuhkan sekutu dalam menghadapi perang dingin melawan rusia. Itulah
mengapa salah satu “keuntungan” menjadi anggotanya adalah menerima
bantuan militer.Sementara sikap politik India lebih condong ke Uni Soviet.India
dan Pakistan yang terkena dampak perang idologi oleh AS dan Uni Soviet
menjadikan hambatan terciptanya integrasi di kawasan Asia selatan sendiri.
Selama Perang Dingin, antara India dan Pakistan, angkatan bersenjata
Pakistan dibantu oleh AS, sementara Uni Soviet memberi bantuan peralatan dan
teknologi militer kepada India. Pada tahun 1971, India menandatangani Treaty
of Peace, Friendship and Cooperation dengan Uni Soviet sebelum mengirimkan
tentaranya ke Pakistan Timur (Bangladesh).Perbedaan politik inilah antara
Pakistan & India menjadi hambatan terbesar terbentuknya kerjasama regional
Asia Selatan.

Setelah serangkaian konsultasi diplomatic antara menteri luar negeri Asia


Selatan di markas PBB di New York dari bulan agustus hinga September pada
tahun 1980, dan disepakati bahwa Bangladesh akan mempersiapkan draft kerja
untuk diskusi antara menteri luar negeri dari Negara – Negara Asia Selatan.
Secara resmi, South Asian Assocciaation for Regional Cooperation (SAARC)
pertama kali diusulkan oleh presiden Bangladesh bernama Ziaur Rahman pada
tanggal 2 Mei 1980.
Banyaknya persamaan seperti kehidupan sosial, etnis, budaya dan tradisi
yang menjadikan Presiden Bangladesh Ziaur Rahman berinisiatif membentuk
SAARC.Kesamaan ini dapat menjadikan perbedaan persepsi poltik tidak
menjadi masalah yang serius. Dalam papernya “Bangladesh Paper on Regional
Cooperation” Ziaui Rahman mengungkapkan keuntungan apa saja yang dapat
diraih dari pembentukan kerjasama regional ini. gagasan ini didukung penuh
oleh Srilanka, Nepal, Maldives dan juga Bhutan. Namun india Pakistan sendiri
berada di sisi lain mereka belum menyetujui di institusionalkannya gagasan ini.
Pakistan akan menyetujui pembentukan organisasi regional ini jika persoalan
Kashmir ini telah terselesaikan, tentu ini bukanlah hal yang mudah mengingat
terlalu banyak perselisihan dan perbedaan pendapat tentang status kepemilikan
Kashmir sendiri namun dengan berjalannya waktu india dan Pakistan
menyetujui terbentuknya SAARC dan pada akhirnya kedua Negara tersebut
menjadi pengagas berdirinya SAARC ini sendiri. Dan disetujui 11 bidang
kerjasama namun disepakati juga jika kerjasama ini baiknya hanya kerjasama
nonpolitik dan nonkontroversional seperti sosial budaya.
Pada bulan desember tepatnya tahun 1985 diadakan pertemuan puncak
dari tujuh kepala Negara Asia Selatan yang diadakan di Dhaka.SAARC resmi
melucurkan dan menetapkan KTT SAARC dan mengadopsi piagam SAARC
tepatnya pada tanggal 8 desember 1985.Dan beberapa tahun kemudian
Afghanistan bergabung sebagai anggota SAARC yang kedelapan.
B. Tujuan SAARC
Organisasi internasional atau organisasi antar pemerintah merupakan
subjek hukum internasional setelah negara.Negara-negaralah sebagai subjek asli
hukum internasional yang mendirikan organisasi-organisasi internasional.
Walaupun organisasi-organisasi ini baru lahir pada akhir abad ke-19, akan
tetapiperkembangannya sangat cepat setelah berakhirnya Perang Dunia II.
Fenomena ini berkembang bukan saja pada tingkat universal tetapi juga pada
tingkat regional5.
Organisasi Internasional.Organisasi Internasional didirikan pasti dengan
suatu tujuan tertentu.Sehingga aktivitasnya pun mengacu pada tujuan yang ingin
mereka capai.Didalam buku Clive Archer yang berjudul International
Organization, dikatakan bahwa tujuan Organisasi Internasional bisa sangat
umum dan luas ataupun lebih spesifik.
Kemudian dikatakan juga bahwa ketika kita menganalisa tentang tujuan
dari organisasi internasional, maka kita juga harus mempertimbangkan
hubungan seperti apa yang mungkin terjadi antar anggota. Berikut ada beberapa
kemungkinan dalam hal ini. Diantaranya adalah :

1. Kooperatif
Bisa saja Organisasi Internasional ini menciptakan suatu hubungan yang baik,
tentunya bersifat co-operative antar anggota.Hubungan ini dapat tercipta
melalui berbagai hal. Salah satunya adalah perdagangan dan sosial.
2. Konflik
meminimalisir terjadinya konflik dengan kerjasama, sehingga menimbulkan
rasa saling menghormati terhadap kepentingan nasional negara masing-masing.
3. Konfrotasi
Setelah dijaga serta diminimalisir oleh kerja sama, namun ternyata Organisasi
Internasional ini masih tetap saja merangsang terjadinya konflik. Sehingga
timbullah kemungkinan ketiga ini, yaitu konfrotasi.

Negara-negara anggota SAARC mengharapkan bahwa dengan


terciptanya suatu kawasan perdagangan bebas dapat membantu dan menolong
mereka dalam berbagai aspek terutama dalam era globalisasi seperti ini..
SAARC berperan penting dalam mempertemukan berbagai negara anggota
untuk mendiskusikan masa depan nasib Asia Selatan. Dengan keberadaan
SAARC diharapkan dapat membangun kerjasama antar negara anggota dan
dapat meredam konflik yang terjadi.
Secara formal, tujuan dari kerja sama regional sebagaimana disebutkan
pada pasal 1 Piagam SAARC adalah:
1. Mempromosikan kesejahteraanbagi seluruh masyarakat Asia Selatan dan
untuk meningkatkan kualitas hidup;
2. Mengakselerasi pertumbuhan ekonomi, kemajuan sosial dan budaya di
kawasan danmemberi peluang bagi seluruh individu-individu di kawasan untuk
hidup dalamkehormatan dan mengaktualisasikan potensi mereka;
3. Mempromosikan danmemperkuat rasa percaya diri bersama diantara Negara
-negara Asia Selatan;
4. Membangun saling percaya, saling pengertian, dan apresiasi terhadap
masalah-masalah pihak lain;
5. Mempromosikan kerjasama yang aktif dan saling membantudalam bidang
ekonomi, sosial, budaya, teknik dan sains;
6. Memperkuat kerjasama antara Negara – Negara Asia Selatan di forum-forum
internasional untuk kepentinganbersama;
7. Bekerjasama dengan organisasi internasional dan regional yang
memilikimaksud dan tujuan yang sama.

C. Perkembangan SAARC
Selama berdiri sebagai sebuah organisasi kerjasama regional sejak tahun
1985, SAARC telah banyak melewatkan agenda summit. Berdasarkan SAARC
Charter, pertemuan puncak yang dihadiri para kepala negara anggota ini
seharusnya diadakan sekali atau bahkan lebih setiap tahunnya. Akan tetapi,
selama 32 tahun berdiri, ketentuan yang sudah disepakati tersebut tidak bisa
dipenuhi. Semenjak didirikan pertama kali Dhaka, hingga saat ini SAARC
hanya bisa menyelenggarakan 18 summit, yakni pada tahun 1985, 1986, 1987,
1988, 1990, 1991, 1993, 1995, 1997, 1998, 2002, 2004, 2005, 2007, 2008, 2010,
2011, dan 2014.
Pada September 2016, India, Bangladesh, Bhutan dan Afghanistan
menolak untuk menghadiri SAARC Summit ke-19 yang rencananya akan
diadakan di Islamabad, Pakistan pada bulan November 2016 lalu. Hingga saat
ini, belum ada keputusan pasti terkait kapan akan dilaksanakan pertemuan
tersebut. Penundaan pertemuan para kepala negara angota SAARC menjadi
sebuah aksi yang mengganjal kelancaran agenda regional. Semestinya,
pertemuan para kepala negara anggota SAARC bisa menjadi ajang untuk
menyepakati tujuantujuan baru pembangunan kawasan setiap tahunnya. Akan
tetapi, melihat fakta kondisi saat ini, komitmen SAARC untuk mewujudkan
kesejahteraan bagi seluruh rakyat Asia Selatan dan mendorong pertumbuhan
ekonomi berdasarkan rasa saling percaya di antara anggotanya belum mampu
berjalan secara optimal.
Kondisi kawasan yang masih konfliktual dianggap menjadi salah satu
hambatan paling besar dalam mengupayakan kerjasama di Asia Selatan ini.
Kondisi yang tidak stabil ini diperburuk dengan masih besarnya ketimpangan
dalam hal kemampuan ekonomi dan rendahnya kesejahteraan di antara
negara-negara anggota SAARC tersebut. Selain itu, rendahnya intensitas
kerjasama dianggap sebagai aspek yang menunjukkan bahwa negara-negara
Asia Selatan tidak lagi memandang SAARC sebagai kerangka utama untuk
membangun sebuah kerjasama regional. Ketidakstabilan politik domestik di
suatu negara juga bisa mengganggu hubungannya dengan negara anggota
SAARC yang lain. Penjelasan mengenai faktor-faktor yang menghambat
peningkatan kerjasama di Asia Selatan dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Kawasan Asia Selatan yang Konfliktual
Beberapa konflik yang masih sering terjadi di kawasan Asia Selatan,
baik bersenjata maupun sekadar kontravensi antarnegara. Perselisihan antara
India dan Pakistan dalam beberapa hal telah menggoyahkan solidaritas regional
di Asia Selatan itu sendiri. Konflik Kashmir menjadi peristiwa besar yang
hingga saat ini belum benarbenar dapat diselesaikan, meskipun sempat terjadi
kesepakatan gencatan senjata pada tahun 2003. Masih banyak kasus
penambakan yang menewaskan baik tentara Pakistan maupun India di kawasan
perbatasan kedua negara tersebut dan tentu saja mereka menuding satu sama
lain untuk bertanggung jawab. Kekerasan demi kekerasan hingga aksi teror
terus terjadi di kawasan tersebut. Panglima Militer India, Jenderal Bipin Rawat,
menyatakan bahwa angkatan bersenjata India terus memberikan pengawasan
khusus terhadap segala bentuk aksi anti-India di Jammu-Kashmir. Bipin Rawat
juga menuding bahwa pemerintah Pakistan masih secara konsisten memberikan
dukungan bagi aksi terorisme di kawasan tersebut.
2. Kerjasama Ekonomi Tidak Signifikan
Kenyataan bahwa hasil dari kerjasama dalam bidang ekonomi yang tidak
signifikan membuat kerjasama yang dijalankan hingga saat ini belum mampu
mencapai hasil yang maksimal. Meskipun memang kondisi seperti ini wajar dan
mungin bisa juga dialami oleh kerjasama regional lain. Akan tetapi, kondisi di
Asia Selatan cenderung lebih kompleks dikarenakan adanya faktor besar lain,
yakni keadaan wilayah yang masih konfliktual serta ketimpangan kemampuan
ekonomi yang cukup mencolok. Artinya, SAARC masih memiliki tantangan
dalam memaksimalkan potensi negara-negara tersebut agar bisa bersaing
dengan negara yang lebih besar. Perdagangan intraregional yang tergolong
rendah juga menjadi salah satu faktor yang menyebabkan perkembangan
ekonomi SAARC tidak signifikan. Perdagangan intraregional SAARC dinilai
hanya sebatas 3-5% dari volume total perdagangan mereka, yang mana itu lebih
rendah jika dibandingkan dengan blok perdagangan lain. Angka ini sangat kecil
jika dibandingkan dengan erdagangan di antara negaranegara anggota ASEAN
diperkirakan mencapai 25% dari total perdagangan internasional mereka. Pada
tahun 2015, perdagangan intraregional SAARC diindikasikan hanya mencapai
$28-30 milyar per tahun, sementara itu ASEAN mampu mencapai $608.6
milyar pada tahun 2014.
3. Dinamika Politik Domestik
Selain faktor keamanan dan ekonomi, dinamika politik domestik dan
pengaruhnya terhadap relasi antarnegara anggota SAARC juga turut menjadi
faktor yang menentukan terhambat atau tidaknya kerjasama di kawasan
tersebut. Seperti yang diketahui, masing-masing negara SAARC menyimpan
gejolak politik domestik yang memberikan pengaruh pula pada stabilitas
keamanan di Asia Selatan. Pengaruh gejolak politik ini juga meluas hingga ke
isu keamanan.
Beberapa tahun belakangan menjadi masa yang cukup kompleks bagi
beberapa negara di Asia Selatan terkait kondisi politik di dalam negeri. Pada
tahun 2014 lalu, pasca Narendra Modi memenangkan pemilu dan terpilih
menjadi Perdana Menteri, kondisi politik di India sempat mengalami sedikit
pergolakan. Kondisi ini dipicu beberapa kontroversi yang menodai citra baik
kepemimpinan Modi. Konfrontasi dengan Pakistan dan China terkait isu
perbatasan merupakan salah satu permasalahan yang disorot. Selain itu, banyak
juga anggapan bahwa pemerintahan Modi masih gagal dalam menjamin
keselamatan perempuan dari berbagai aksi pelecehan dan kekerasan seksual.
Gejolak serupa juga dialami Bangladesh ketika pada awal tahun 2014
terjadi konfrontasi antara pasukan keamanan dengan para oposisi. Pemilu
sempat diboikot oleh Partai Nasionalis Bangladesh yang konservatif dan juga
beraliansi dengan beberapa organisasi Islam dan partai sayap kiri Awami
League.
Sementara itu, gejolak politik di Pakistan masih meliputi isu-isu
insurgensi, gerakan para Islamis, separatisme, hingga kontravensi para politisi
dengan pihak militer. Salah satu konflik besar yang terjadi di Pakistan saat itu
adalah ketika pasukan militer Pakistan kembali berhasil menguasai wilayah
North Waziristan yang berbatasan dengann Afghanistan, yang sebelumnya
sempat jatuh ke tangan kelompok yang berafiliasi dengan Al-Qaeda.
Berbeda dengan India, Pakistan, atau Bangladesh, permasalahan di
Maladewa justru melanda pada keamanan di sektor pariwisata. Beberapa kasus
penculikan turis dan wartawan asing terjadi dalam beberapa tahun terakhir.
Peristiwa ini diduga sebagai kelalaian pemerintah dalam mencegah aksi
kelompok kejahatan. Sementara itu, di Sri Lanka, demokrasi dinilai belum
berjalan sebagaimana mestinya karena kebebasan pers masih seringkali
dikekang.
D. Pengaruh SAARC bagi Indonesia
Delegasi Asosiasi Kerjasama Regional Asia Selatan (SAARC) yang
dikepalai Sekretaris Jenderal-nya, Ahmed Salem melakukan kunjungan kerja
kepada Sekretariat ASEAN di Indonesia, pada 27 Februari 2013.
Pemimpin Sekretariat dari dua pihak telah menandatangani permufakatan
tentang masalah-masalah bilateral dan yang mendapat perhatian di kawasan,
aktivitas-aktivitas kerjasama yang praksis pada masa depan, berfokus pada
bidang-bidang perdagangan, investasi, energi, kesehatan dan mencegah
perdagangan narkotika, perdagangan manusia dan memberantas kemiskinan.
Wakil Sekretaris Jenderal ASEAN urusan Komunitas Sosial-Kebudayaan
ASEAN (ASCC), Ibu Alissa dela Rosa Bala telah menegaskan bahwa ASEAN
sedang berupaya memperkuat hubungan-hubungan dengan sahabat-sahabat dan
mitra di luar block, di antaranya ada negara-negara Asia Selatan. Menurut Ibu
Alissa dela Rosa Bala, ASEAN sedang berfokus pada pelaksanaan strategi
jangka panjang guna memperbaiki konektivitas materiil, institusi serta antara
manusia dengan manusia dalam ASEAN dan integrasi ASEAN dengan dunia.
Pada pihaknya, Sekretaris Jenderal SAARS, Amet Salem berharap supaya
memperkuat kerjasama lebih lanjut lagi antara dua Sekretariat serta antara
negara-negara anggota dua asosiasi kawasan ASEAN dan SAARC berdasarkan
semangat kerjasama Selatan-Selatan, mendatangkan kepentingan bagi dua
pihak.
E. Kesimpulan
Berdasarkan pada penjelasan sebelumya, dapat disimpulkan bahwa
stagnasi yang dialami SAARC dalam mengupayakan kerjasama di Asia Selatan
disebabkan karena dinamika internal kawasan yang tidak mendukung untuk
terciptanya kerjasama regional yang optimal. Sehingga, hal utama yang bisa
dikonsiderasikan sebagai penyebab stagnasi SAARC adalah kegagalan
negara-negara anggota SAARC itu sendiri dalam berkoordinasi untuk
mewujudkan region yang damai dan kondusif tersebut. Kondisi yang tidak
kondusif ini disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya adalah kawasan Asia
Selatan dengan tingkat konflik yang masih tinggi, perdagangan intraregional
yang rendah, serta adanya ketidakstabilan politik di beberapa negara anggota
yang secara langsung berpengaruh terhadap dinamika SAARC itu sendiri.
Elaborasi kesimpulan dari penelitian ini ialah sebagai berikut:
1. Berbagai konflik yang terjadi di kawasan Asia Selatan, baik konflik domestik
di suatu negara maupun konflik bilateral, memberikan implikasi yang besar
terhadap stagnasi SAARC. Konflik-konflik ini menjadi penghambat utama bagi
SAARC untuk menyatukan kesamaan pandangan seluruh negara anggotanya
dalam rangka mencapai tujuan-tujuan SAARC itu sendiri.
2. Rendahnya partisipasi negara anggota di dalam kerjasama ekonomi SAARC
menyebabkan perkembangan yang tidak signifikan. Hal ini juga disebabkan
oleh ketimpangan dalam kemampuan ekonomi negara-negara anggota SAARC
sehigga kompetisi tidak berjalan seimbang. India menjadi negara dominan yang
sekaligus menjadi patron bagi negara-negara yang lebih kecil, seperti Bhutan
dan Maladewa. Dependensi yang besar dapat memicu timbulnya bandwagoning
di dalam SAARC, sehingga kemandirian sulit terbentuk dan kompetisi
intraregional tidak seimbang.

Anda mungkin juga menyukai