Oleh :
ANDREAN
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas ini tepat
pada waktunya.
Dengan selesainya makalah ini tidak terlepas dari bantuan banyak pihak yang telah
memberikan masukan-masukan kepada tim penulis. Untuk itu tim penulis mengucapkan
banyak terima kasih kepada teman-teman yang telah memberikan bantuan serta motivasi
kepada tim penulis.
Makalah ini ditujukan untuk melengakapi bahan bacaan dan sebagai penambah
pengetahuan. Kami sebagai tim penulis menyadari bahwa materi yang disajikan dalam
makalah kelompok ini masih banyak memilki kekurangan, baik dari materi maupun teknik
penyajiannya, mengingat kurangnya pengetahuan dan pengalaman tim penulis. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat tim penulis harapkan dari pembaca
supaya makalah selanjutnya dapat lebih baik lagi. Akhir kata, kami ucapkan terimakasih.
PENYUSUN
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Serbuan Vietnam ke Kamboja tahun 1978 segera menarik perhatian dunia. Negara-
Negara barat yang dipelopori oleh Amerika Serikat mengutuk invasi Vietnam tersebut,
sedangkan negara-negara Blok Timur yang dipelopori oleh Uni Sovyet mendukung sikap
Vietnam tersebut.situasi ini mendorong Menteri Letjen Lon Nol yang Pro Amerika Serikat
melakukan kudeta ada tanggal 18 Maret 1970.keadaan genting akibat kudeta yang
dilakukan oleh Lon Nol mendesak Norodom Sihanouk untuk melarikan diri kenegara
tetangga.pada tanggal 9 oktober 1970,Lon Nol mengangkat dirinya menjadi Presiden
Kamboja.Norodom Sihanouk pun mendirikan Pemerintahan Pengasingan di
Peking(Beijing).Pada tahun 1975 Lon Nol dijatuhkan oleh Pol Pot,ketika Pol pot berkuasa
Pol Pot menolak dominasi Vietnam dan lebih condong ke RRC.Pemerintahan Pol Pot
penuh dengan kekejaman dan kekerasan.Hal ini menumbahkan rasa kebencian rakyat
kamboja terhadap pemerintahan Pol Pot.Oleh sebab itu,muncul kelompok perlawanan
dibawah pimpinan Heng Samrin yang didukung oleh Vietnam.
B. Rumusan Masalah
1. Apa saja penyebab konflik di kamboja ?
2. Bagaimana Penyelesaian Konflik di Kamboja ?
3. Apa saja Dampak Konflik Kamboja ?
BAB II
PEMBAHASAN
Norodom Sihanouk turun dari tahtanya dan digantikan oleh ayahnya yang bernama
Raja Norodom Suramarit. Pada tahun 1960 Norodom Sihanouk kembali memimpin
Kamboja. Pada tahun 1967, Norodom Sihanouk mengadakan perubahan Kabinet. Perdana
Mentri Jendral Lon Nol digantikan oleh Son Sann. Pada masa itu, hubungan Kamboja
dengan Amerika Serikat kurang baik. Bahkan Amerika Serikat menuduh Sihanouk telah
memberikan bantuan kepada pasukan Vietkong dan Vietnam utara untuk melawan
Amerika Serikat. Pada tahun 1970 Jendral Lon Nol berhasil merebut kekuasaan dan
Norodom Sihanouk dipaksa mengungsi ke Beijing (Cina). Pada tahun 1975 jendral Lon
Nol digulingkan oleh pasukan Khamer Merah yang berhaluan komunis. Pasukan khamer
Merah dipimpin oleh Pol Pot dan berhasil menduduki ibukota Kamboja, Phnon Penh pada
bulan April 1975.
B. Upaya Penyelesaian
JIM II dilaksanakan pada tanggal 19-21 februari 1989 dijakarta.Hasilnya antara lain
menegaskan fungsi ICM (International Control Mecanism ) dan menyerukan penarikan
tentara Vietnam dari kamboja .Fungsi ICM yaitu :
A. Kesimpulan
Sejak zaman prasejarah, yaitu sekitar tahun 2000 SM, seluruh kawasan Asia Tenggara
merupakan daerah penyebaran rumpun budaya dan bahasa Melayu-Austronesia, maka
lahirlah berbagai kerajaan yang berada di kawasan ASEAN seperti Sriwijaya dan
Majapahit yang merupakan kerajaan terbesar di Asia Tenggara. Pada abat ke-16 bangsa-
bangsa barat mulai datang dan merebut pengaruh di kawasan ini, dan mereka mulai datang
sebagai pedagang tetapi kemudian sebagai penjajah karena kawasan ASEAN mempunyai
suber kekayaan yang sangat melimpah. Dilatarbelakangi perkembangan situasi di kawasan
pada saat itu, maka negara-negara Asia Tenggara menyadari perlunya dibentuk suatu
kerjasama yang dapat meredakan saling curiga sekaligus membangun rasa saling percaya
serta mendorong untuk pembangunan di kawasan. Sebelum terbentuknya ASEAN tahun
1967, negara-negara Asia Tenggara telah melakukan berbagai upaya untuk menggalang
kerjasama regional baik yang bersifat intra maupun ekstra kawasan seperti Association of
Southeast Asia (ASA), Malaya, Philippina, Indonesia (MAPHILINDO), South East Asian
Ministers of Education Organization (SEAMEO), South East Asia Treaty Organization
(SEATO) dan Asia and Pacific Council (ASPAC).
Meredanya rasa saling curiga diantara negara-negara Asia Tenggara membawa
dampak positif yang mendorong pembentukan organisasi kerjasama kawasan. Pertemuan-
pertemuan konsultatif yang dilakukan secara intensif antara para Menteri Luar Negeri
Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura dan Thailand menghasilkan rancangan Joint
Declaration, yang antara lain mencakup kesadaran perlunya meningkatkan saling
pengertian untuk hidup bertetangga secara baik serta membina kerjasama yang bermanfaat
diantara negara-negara yang sudah terikat oleh pertalian sejarah dan budaya. Maka pada
tanggal 8 Agustus 1967 di Bangkok, lima Wakil Negara Pemerintahan Asia Tenggara
yaitu Wakil Perdana Menteri merangkap Menteri Luar Negeri Malaysia dan para Menteri
Luar Negeri Indonesia, Filipina, Singapura dan Thailand menandatangani Deklarasi
ASEAN atau yang di sebut juga dengan Deklarasi Bangkok. Deklarasi tersebut menandai
berdirinya suatu organisasi regional yang diberi nama Association of Southeast Asian
Nations, ASEAN (Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara). Organisasi ini bertujuan
meningkatkan pertumbuhan ekonomi, kemajuan sosial, dan pengembangan kebudayaan
negara-negara anggotanya, serta memajukan perdamaian di tingkat regional yang masih
pada tahap kooperatif dan belum bersifat integratif.
Maka dalam konflik Thailand-Kamboja, pentingnya organisasi regional atau
ASEAN sebagai aktor utama dalam mengamankan kawasan dari ancaman konflik antar
Negara-negara kawasan tersebut, yang dapat menghambat kepentingan dan tujuan-tujuan
bersama dalam organisasi ASEAN. Konflik bersenjata Thailand-Kamboja adalah konflik
kepentingan nasional yang sangat dalam. Candi berusia delapan abad itu memicu
ketegangan setelah UNESCO menetapkannya sebagai Warisan Dunia. Sengketa
perbatasan Thailand-Kamboja dimulai pada bulan Juni 2008 sebagai babak terbaru dari
sengketa panjang yang melibatkan daerah sekitar abad ke-11 Preah Vihear, terletak antara
Khsant Choam kabupaten di Preah provinsi Kamboja utara dan Kantharalak kabupaten (
Amphoe) di Sisaket Provinsi Northeastern Thailand. Lebih dari setahun lalu, Thailand dan
Kamboja terlibat ketegangan yang dipicu oleh klaim masing-masing pihak akan
kepemilikan kuil Preah Vihear di perbatasan kedua negara.