Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Peristiwa Madium merupakan konflik kekerasan yang terjadi di Jawa Timur


tepatnya di kota Madiun. Peristiwa ini terjadi pada bulan September sampai Desember
1948 berupa konflik bersenjata antara PKI dengan TNI.

Peristiwa Madiun bermula ketika Musso kembali dari Muskow dan masuk ke
Indonesia pada 11 Agustus 1948. Kedatangan Musso ke Indonesia membawa garis
baru partai yang dinamakan sebagai “Jalan Baru” untuk Republik Indonesia. Garis baru
tersebut berisi tentang apa yang harus dilakukan oleh kaum komunis dan kritik-kritik
tajam atas kesalahan partai komuniss sejak masa kependudukan Jepang. Kedatangan
Musso disambut hangat oleh para pengikut Partai Komunis Indonesia (PKI), kemudian
PKI melakukan kampanye ke daerah- daerah untuk memperkuat basis komunis. Saat
berlangsungnya kampanye inilah peristiwa Madium meletus akibat terjadi konflik
bersenjata dengan pasukan TNI.

Pada tanggal 19 September 1948 Musso membentuk Front Nasional untuk


menyatukan kekuatan rakyat, sehingga pasukan TNI terdesak hingga keluar Madium.
Pembrontakan PKI dengan singkat dapat menguasai beberapa sektor penting seperti
kantor pemerintahan, Markas Teritorial Komando Madium, Kantor Pos dan Staf
Pertahanan Djawa Timur (SPDT). Kolonel Djokosujono kemudian diangkat menjadi
“Gubernur Militer”, dan dengan singkat PKI berhasil menguasai Madium, Kabupaten
Purwodadi, dan Kecamatan Cefu. Sebab-Akibat Pemberontakan PKI Madiun

B. Rumusan Masalah
Dengan memperhatikan Latar Belakang tersebut, agar dalam penulisan ini
memperoleh hasil yang diingikan, maka penulis mengemukakan bebrapa rumusan
masalah. Rumusan masalah tersebut adalah :
1) Apa latar belakang pembrontakan PKI Madiun 1948
2) Bagaimana jalannya pembrontakan PKI Madiun 1948
3) Apa tujuan pembrontakan PKI Madiun 1948
4) Bagaimana aksi pembrontakan PKI Madiun 1948
1
5) Apa upaya atau penyelesaian pembrontakan PKI Madiun 1948
6) Apa dampak pembrontakan PKI Madiun 1948

C. Tujuan
Untuk mengetahui apa tujuan, aksi, upaya atau penyelesaian penumpasan
pemerintah dalam menghentikan pembrontakan yang dilakukan oleh PKI Madiun
1948.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Latar Belakang Pembrontakan PKI Madiun 1948

Latar belakang terjadinya pembrontakan PKI Madiun 1948 adalah karena adanya
kekecewaan terhadap hasil perjanjian Renville yang disepakati pada 17 Januari 1948.
Perjanjian ini dianggap merugikan Indonesia, karena perjanjian ini membuat
dikuasainya banyak wilayah oleh Belanda. Hal ini menyebabkan Perdana Menteri
Indonesia saat itu Amir Syarifuddin mundur dari jabatannya. Amir Syarifuddin yang
merasa kecewa akhirnya membentuk Front Demokrasi Rakyat (FDR) yang melibatkan
beberapa Partai Sosialis Indonesia, Partai Komunis Indonesia, Pemuda Sosialis
Indonesia, Partai Buruh Indonesia, Sarekat Buruh Perkebunan Republik Indonesia.
Dengan demikian latar belakang pembrontaan PKI Madiun 1948 adalah
kekecewaan yang dialami oleh Amir Syarifuddin beserta kelompoknya kepada
pemerintah.
Pembrontakan PKI madiun tidak bisa lepas dari jatuhnya kabinet Amir
Syarifuddin tahun 1948, yaitu tandatanganinya perundingan Renville, ternyata
perundingan Renville yang sangat merugikan Indonesia. Maka Amir Syarifuddin turun
dari kabinetnya dan digantikan oleh kabinet Hatta, Ia merasa kecewa karena merasa
kabinetnya jatuh kemudian membentuk Front Demokrasi Rakyat (PDR) pada tanggal
28 Juni 1948.
Front Demokrasi Rakyat (FDR) ini didukung oleh Partai Sosialis Indonesia, PKI,
dan Sentral Organisasi Burh Seluruh Indonesia (SOBSI). Pada tanggal 11 Agustus,
Muso tiba dari Mukow. Semenjak kedatangan Muso bersatulah kekuatan PKI dan
FDR dibawah pimpinan Muso dan Amir Syarifudddin.
Gerakan PKI ini mencapai puncaknya pada tanggal 18 September 1948. PKI
dibawah pimpinan Muso dan Amir Syarifuddin melancarkan pembrontakan yang
dipusatkan di Madiun dan sekitarnya. Banyak pejabat pemerintah dan tokoh agama
diculik dan dibunuh secara sadis. Mereka dibantai oleh orang-orang PKI di soco
Gorang Gareng (Magetan) dan Kresek (Madium). Muso-Amir Syarifuddin kemudian
memproklamasikan berdirinya Negara Republik Soviet Indonesia.
Tidak lama setelah kemerdekaan Republik Indonesia, pada tanggal 18
September 1948 terjadi peristiwa pemberontakan yang dilakukan oleh sekelompok
orang dari Partai Komunis Indonesia (PKI). Kemerdekaan yang seharusnya dihiasi
3
dengan pembangunan Bangsa, justru malah dikacaukan oleh sekelompok orang yang
tidak paham tentang arti kemerdekaan Indonesia. Kelompok yang satu ini lebih
mementingkan kepentingan pribadi dan kelompoknya daripada kepentingan nasional
yang seharusnya lebih diperhatikan untuk kemajuan bangsa.
Pemahaman komunisme tumbuh dibenak orang-orang PKI, sedangkan rakyat
biasa seperti para petani, buruh dan lain sebagainya tidak tahu apa arti dari paham
politik tersebut. Mereka mengikuti para aktivis PKI hanya karena ikut-ikutan dan
bukan karena pemahaman yang baik tentang komunisme tersebut.
Peristiwa pemberontakan yang dilakukan oleh PKI ini diawali dengan
kesepakatan perjanjian Renville, di mana Negara Indonesia berada dalam posisi yang
sangat dirugikan. Kerugian pertama yaitu adanya penyempitan kekuasaan wilayah
Indonesia dan hal ini semakin memperlemah posisi Indonesia, karena pada saat itu
posisi Negara Indonesia terkurung oleh kekuasaan Belanda.
Kerugian kedua yang terjadi di Indonesia adalah hancurnya sektor
perekonomian, dimana masyarakat Indonesia sangat lemah dalam bidang
perekonomian karena di blokade oleh Negara Belanda. Kerugian ketiga yang
dirasakan oleh Negara Republik Indonesia adalah konflik antara Amir Syariffuddin
dan kelompok yang kontra terhadap hasil perjanjian Renville, dimana kelompok ini
didominasi oleh Partai Nasional Indonesia dan Masyumi.
Tidak lama setelah perjanjian Renville, pada bulan Januari 1948, Amir
Syariffuddin lengser dari jabatannya, dan lengsernya Amir Syariffuddin disikapi
dengan rasa kecewa oleh Muso. Setelah Amir Syariffuddin turun dari jabatannya,
Mohammad Hatta ditunjuk untuk membentuk kabinet, dan pada pembentukan kabinet
tersebut, Mohammad Hatta mengajak Masyumi, PNI, dan Sayap kiri untuk bergabung
dan bersama-sama membangun kabinet koalisi dengan proporsi wakil yang seimbang.
Dalam perundingannya, Sayap Kiri tidak menolak tawaran tersebut untuk terlibat
dengan kabinet koalisi Hatta.
Namun, Sayap Kiri menginginkan kedudukan yang lebih strategis dan lebih
dominan dengan mengajukan pengaturan penempatan kedudukan bagi wakil-
wakilnya. Amir Syariffuddin menggalang kekuatan dengan kelompok sosialis lainnya
seperti, Partai Komunis Indonesia (PKI), Pemuda Sosial Indonesia (PESINDO), Partai
Sosialisasi Indonesia (PSI), dan partai buruh. Kelompok tersebut diberi nama
perjuangan Front Demokratik Rakyat (FDR).

4
B. Jalannya Pembrontakan PKI Madiun 1948

Pada tahun 1947 terjadi perubahan dalam strategi gerakan komunis internasional
yang dipimpin oleh Stalin. Strategi komunis yang menganjurkan front persatuan
antara semua kekuatan anti fasis ditinggalkan dan diganti dengan strategi baru yang
secara tegas membagi dunia dalam dua kubu, yakni kubu imperialis yang anti
demokrasi dipimpin oleh amerika serikat dan kubu Anti imperialis yang demokratis di
pimpin oleh uni soviet.
Pergantian strategi itu dijalankan dengan pembentukan biro informasi komunis
yang lazim disebut dengan cominform pada tanggal 22 september 1947 di warsawa.
Perubahan ini sontak membuat para Negara anggota komunis segera berganti haluan.
Sementara itu di Indonesia, Amir Syarifudin seorang menteri yang merangkap
sebagai menteri pertahanan menyusun sebuah konsep tentara merah Uni Soviet.
Keinginan dan bayangan Amir Syarifudin akan terwujudnya konsep tentara merah
harus kandas karena konsep itu langsung ditolak secara mentah oleh Jendral
Soedirman dan Jendral Oemar Soemoharjo. Kedua Jendral itu langsung menjelaskan
bahwa Tentara Republik Indonesia (TRI) adalah tentara rakyat dan tentara pejuang,
bukan tentara model asing apalagi model tentara merah.
Konsep itu ditolak namun Amir Syarifuddin sebagai menteri pertahanan masih
memiliki wewenang untuk tetap melanjutkan konsep tersebut. Dia menciptakan
pendidikan politik tentara yang menjadi lembaga yang memberikan pendidikan politik
atau sejenis komisaris Dalam angkatan bersenjata politik di Negara-negara
komunis.Tujuan dari perpolit adalah untuk menanamkan pengaruh komunis dalam
kalangan anggota tentara.Untuk melancarkan tujuannya anggota perpolit diberikan
pangkat dalam militer.
Pada bulan Juli 1947 Presiden Soekarno mengeluarkan perintah untuk melebur
TRI dan lascar-laskar lainnya menjadi satu dan berganti nama menjadi TNI.
Penggabungan ini tentunya sangat merugikan bagi kepentingan-kepentingan komunis.
Oleh karena itu orang-orang komunis tetap melakukan usaha untuk tetap memiliki
kekuatan persenjataan yang berada langsung dibawah pengaruh komunis.
Untuk mewujudkan itu, pada bulan agustus 1947 Amir Syarifuddin membentuk
TNI masyarakat dan Direktorat Jendral Angkatan Laut di Lawang dengan pimpinan
Atmadji. Atmadji adalah bekas sekertaris Gerindo.Direktorat ini membentuk tentara
Laut Republik Indonesia (TLRI).Melalui organisasi-organisasi tersebut kaum komunis
berusaha mewujudkan keinginannya untuk membentuk angkatan bersenjata.
5
Namun mimpi hanya menjadi mimpi, usaha Kaum komunis untuk menguasai
TNI dibawah pengaruh mereka dapat digagalkan oleh Panglima Besar Jendral
Soedirman dan kepala stafnya Letnan Jendral Oerip Soemoharjo.Kegagalan itu seakan
menjadi cambuk bagi kaum komunis. Gagal menguasai melalui jalur kekuatan orang-
orang komunis merubah strategi mereka yakni dengan mencoba menguasai TNI
melalui jalur parlementer.
Pada akhir desember 1947. Z baharuddin, anggota KNIP dan kawan Separtai
Amir Syarifuddin menyampaikan pada pemerintah Mosi Rasionalisasi Angkatan
perang yang berisi sebagai berikut:
1. Rasionalisasi dalam kesatuan angkatan perang
2. Menteri pertahanan bertanggung jawab penuh terhadap masalah anggkatan
perang, baik dalam hal organisasi maupun dalam hal siasat
Mosi ini diajukan dengan tujuan untuk menguasai Angkatan perang sebagaimana telah
lama diidam –idamkan oleh kaum komunis.Dengan mengigat kondisi angkatan perang
saat itu, tampaknya mosi ini sangat cukup simpatik dan rasional. Partai-partai lain
rupanya setuju dengan mosi itu karena mereka tidak memahami apa yang menjadi
tujuan kaum komunis yang sesungguhnya.
Setelah persetujuan Renvile yang dihasilkan oleh Kabinet Amir Syarifuddin
ditolak oleh KNIP, cabinet Amir syarifuddin jatuh. Peristiwa ini merupakan titik balik
dari gerakan kaum komunis dalam segi politik maupun dari segi militer. Dengan
jatuhnya Amir syarifuddin rencana kaum komunis mengalami kemunduran. Memang
rasionalisasi masih dilanjutkan oleh cabinet selanjutnya, namun dengan konsepsi yang
sangat berbedadari konsepsi komunis.Konsepsi baru ini justru mencegah
berkembangnya kekuatan golongan-golongan komunis.Konsep itu adalah Re-Ra yang
digawangi oleh Moh Hatta.
PKI tentu saja tidak setuju dengan Re-Ra. Mereka menghimpun kekuatan untuk
menghentikan dan menolak Re-Ra. PKI mengadakan penyusupan dibeberapa partai
dengan tujuan dapat menanamkan ideology mereka.Keberhasilan ditandai dengan
terpecahnya partai sosialis yang dipimpin oleh Sutan Sjahir menjadi dua kubu, kubu
pro komunis dan kubu kontra komunis. Bukan hanya PKI, Amir Syarifuddin juga
mengumpulkan kekuatan golongan kiri untuk menentang Re-Ra. Semua partai yang
pro akan komunis bergabung dalam Front Demokrasi Rakyat (FDR).
Pada saat suasana sedang bergejolak akibat dari kegiatan-kegiatan yang dilakukan
oleh FDR, datang seorang tokoh komunis muda bernama Suripno, ia datang dari
kongres pemuda di Praha, ia datang dengan membawa seorang sekretaris bernama
6
Suparto, yang ternyata orang tersebut adalah Muso, seorang tokoh pelarian dari
Indonesia dan melarikan diri ke Moskow sejak 1926.
Dan kembali ke Indonesia pada tahun 1935, namun kemudian ia melarikan diri
kembali ke Moskow pada tahun 1936. Sejak awal kedatangannya ia lalu mengambil
alih pimpinan kaum komunis Indonesia dan mencetuskan konsepsinya dengan nama
“Jalan Baru Republik Indonesia”, yang berisi:
• Hanya boleh ada satu partai yang berlandaskan Marxisme-Lenimisme, oleh
karenanya partai-partai yang berada dibawah naungan FDR, harus rela dijadikan partai
yang tugasnya hanya membantu urusan politik PKI.
• Partai Komunis harus menyelenggarakan Front Persatuan Nasional, yang
dipimpin oleh Muso sendiri, konsepsi ini dengan patuh dilaksanakan oleh Amir
Syarifudin, Setiadjit dsb., sehingga semua partai dibawah FDR semuanya tergabung
kedalam PKI.

C. Tujuan pembrontakan PKI Madiun 1948


Tujuan penumpasan pemerintah dalam menghentikan pembrontakan yang
dilakukan oleh PKI Madiun 1948 adalah sebagai berikut :

 Melakukan propaganda kepada masyarakat untuk mempercayai akan pentingnya


Front Nasional.
 Untuk meruntuhkan Republik Indonesia yang berdasarkan pancasila dan
menggatikannya dengan negara komunis.
 Pasukan pro PKI Musso ditarik mudur dari pertempuran dan ditempatkan di lokasi
yang strategis.
 Madiun dijadikan tempat bergerilya untuk melanjutkan perjuangan. Solo dijadikan
“wild west” atau pengalih perhatian.
 Selain tentara resmi, dibuat juga tentara-tentara ilegal.
 Mengadakan demonstrasi besar-besaran, bahkan gunakan kekerasan jika diperlukan.

D. Aksi pembrontakan PKI Madiun 1948


Aksi penumpasan pemerintah dalam menghentikan pembrontakan yang dilakukan
oleh PKI Madiun 1948.
Pada tanggal 1 September 1948, Comite Central Partai Komunis Indonesia
(CC PKI) pertama dibentuk dengan Muso sebagai ketuanya menggantikan Sardjono,
ia mengangkat Mr. Amir Syarifudin sebagai sekretaris urusan pertahanan, Suripso
7
menangani urusan luar negeri, M.H. Lukman seorang tokoh muda PKI diangkat
sebagai Pemimpin Sekretariat Agitrasi Dan Propaganda (AgitProp). Tokoh lainnya
seperti Aidit dipercaya untuk menangani urusan perburuhan, dan Njoto diangkat untuk
menjadi Wakil PKI dalam badan pekerja KNIP.
Semua tokoh-tokoh yang telah dipilih oleh PKI, kemudian melakukan Pidato-
pidato ke daerah-daerah, seperti di Yogyakarta, Solo, Sragen dan Madiun, dalam
orasinya mereka menggembar-gemborkan tentang janji-janji muluk PKI, dan juga
dengan nada yang membakar emosi massa, bahkan Muso didepan rakyat berpidato
dengan nada mengancam kepada pegawai pemerintah dan tokoh yang berasal dari luar
PKI, aksi-aksi mereka ini bertujuan untuk menurunkan derajat pemerintah RI, dan
SOBSI melaksakan pemogokan di Delangu.
Aksi kerusuhan lainnya kemudian menyusul, misalnya di Solo yang diwarnai
dengan penculikan, pembunuhan dan teror bersenjata. Banyak tokoh yang menentang
kemudian dibunuh seperti Kolonel Soetarto dan  dr. Muwardi.
Pasukan-pasukan yang menentang re-ra karena hasutan PKI kemudian
melakukan serangan-serangan terbuka, terutama setelah TLRI dan Pesindo bergabung
didalamnya, pada tanggal 18 September 1948 mereka kemudian melakukan serangan
kepada TNI, yang pada waktu itu Fokus perhatian TNI sedang berada di Solo. PKI
dibawah pimpinan Sumarsono dan Kolonel Djokosujono melakukan perebutan
kekuasaan di Madiun dan memproklamirkan berdirinya “Soviet Republik Indonesia”.
Pada tanggal 19 September 1948 Muso membentuk Front Nasional, yang
mengakibatkan pasukan TNI terdesak dan kemudian menyingkir keluar dari Madiun.
Dalam hal ini tentunya apa yang telah PKI lakukan menyalahi Proklamasi
kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus 1945, dan dengan singkat pemberontakan PKI
Madiun yang dipimpin oleh Muso ini telah menguasai beberapa sektor penting seperti
Kantor-kantor pemerintahan, Markas Teritorial Komando Madiun, Kantor Pos dan
Staf Pertahanan Djawa Timur (SPDT), dalam aksinya mereka dengan membabi buta,
penyiksaan dan pembunuhan diluar batas kemanusiaan, mereka membantai habis
orang-orang baik dari golongan pemerintah maupun rakyat biasa yang menolak dan
kontra dengan PKI. Kolonel Djokosujono kemudian diangkat menjadi “Gubernur
Militer”, dan dengan singkat PKI menguasai Madiun, Kabupaten Purwodadi, dan
Kecamatan Cepu.
Setelah peristiwa ini pemerintah RI kemudian melakukan perundingan dan
pidato yang isinya mempersilahkan rakyat untuk memilih, antara Muso dengan
rencana pembentukan Soviet Indonesia-PKI ataukah memilih Soekarno-Hatta sebagai
8
pemimpin RI yang sah pada waktu itu, dan rakyat kemudian memilih Soekarno-Hatta,
pemerintah kemudian mengambil langkah sigap dengan mengerahkan pasukan TNI
untuk menumpas PKI dan seluruh antek-anteknya, baik yang berada di wilayah
territorial maupun yang diwilayah pedalaman yang terlibat dengan PKI.

E. Upaya pembrontakan PKI Madiun 1948


Upaya penumpasan pemerintah dalam menghentikan pembrontakan yang dilakukan
oleh PKI Madiun 1948 adalah sebagai berikut :
 Pemerintah Indonesia membentuk gerakan operasi militer yang dipimpin oleh Kolonel
Abdul Haris Nasution yang menjabat sebagai Panglima Markas Besar Komando
Jawa menggantikan Panglima Besar Jenderal Sudirman yang sedang sakit.
 Pemerintah Indonesia menunjuk Kolonel Gatot Subroto sebagai Gubernur Militer
Jawa Tengah yang mencakup Daerah Istimewa Surakarta dan sekitarnya, yang
meliputi Semarang, Pati, dan Madiun.
 Pemerintah Indonesia menunjuk Kolonel Sungkono sebagai Gubernur Militer Jawa
Timur.
 Pemerintah Indonesia mengerahkan kekuatan – kekuatan tantara nasional Indonesia
yang didukung oleh kepolisian untuk menumpas kaum pemberontak PKI di Jawa
Tengah dan Jawa Timur.

F. Dampak pembrontakan PKI Madiun 1948


Dampak penumpasan pemerintah dalam menghentikan pembrontakan yang
dilakukan oleh PKI Madiun 1948.
Terjadinya pemberontakan di kota Madiun membuat keamanan di daerah tersebut
tidak stabil sehingga meresahkan warga yang berada di daerah tersebut. Akibat
pemberontakan tersebut, aktivitas warga biasa seperti petani dan buruh terganggu.
Kelancaran untuk membangun bangsa pada saat itu menjadi terganggu dan hal ini
merugikan masyarakat Indonesia. Dampak lain yang disebabkan oleh pemberontakan PKI
yakni, banyaknya korban jiwa yang baik dari anggota TNI maupun anggota PKI, tidak
sedikit pasukan kedua pihak yang terluka dan mati.
Pasukan PKI juga banyak yang meninggal karena kelaparan dan penyakit.
Pemberontakan PKI ini melibatkan setidaknya 8 Batalyon dan pasukan Militer Indonesia
yang harus bertempur melawan para pemberontak yang sebetulnya juga merupakan rakyat
Indonesia.
BAB III
9
PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari beberapa pembahasan di atas, maka dapat disimpulkan sebagai berikut :


1. Pemberontakan PKI di Madiun tahun 1948 terjadi dikarenakan adanya
beberapa faktor yang melatarbelakangi yakni faktor ideologi karena PKI
ingin menanamkan faham komunis di Indonesia. Faktor politik yang terkait dengan
kekuasaan, karena PKI ingin menguasai Indonesia dan mendirikan negara komunis di
Indonesia. Faktor sosial-ekonomi yang berhubungan erat dengan massa (pengikut),
PKI ingin memperoleh pengikut sebanyak banyaknya serta meraup keuntungan
ekonomi untuk mendukung terwujudnya visi-misi partai.
2. PKI melakukan pemberontakan di Madiun dengan cara menggencarkan
perampokan, kerusuhan, penculikan dan pembunuhan. Sasaran pembunuhan PKI
adalah tokoh-tokoh pemerintahan, tokoh-tokoh masyarakat dan tokoh tokoh agama.
Namun PKI juga membunuh siapa saja yang tidak menjadi pengikutnya dan bersikap
kontra dengannya.
3. Dalam pemberantasan pemberontakan PKI di Madiun tahun 1948, Masyumi berperan
sebagai informan bagi pasukan Siliwangi yang merupakan pasukan kiriman dari
pemerintah pusat. Secara fisik yang memberantas pemberontak PKI adalah pasukan
Siliwangi. Namun secara ideologi, Masyumi lah yang memberantas PKI dan juga
paham komunisme di Indonesia. Meskipun pada saat itu juga terdapat organisasi lain
yang membantu pasukan Siliwangi. Tetapi siapa pun mereka (organisasi Islam),
mereka tetap tercatat sebagai anggota Masyumi karena pada tahun 1948 hanya partai
Masyumi yang dianggap sah oleh pemerintah.
4. Masyarakat Madiun merupakan masyarakat yang abangan, sehingga mudah sekali
dipengaruhi paham-paham baru dari luar.

B. Saran
Setelah memaparkan beberapa pembahasan di atas, maka penulis menyarankan beberapa
hal sebagai berikut :
1. Pengalaman sejarah menunjukkan bahwa betapa kejamnya pemberontakan Partai
Komunisme Indonesia (PKI) di Madiun pada tahun 1948 tersebut. Meskipun PKI atau
faham komunisme telah dilarang di Indonesia, tetapi umat Islam tetap perlu
mewaspadai kemunculan komunisme kembali ke Indonesia.

10
2. Pendidikan agama perlu ditanamkan secara intensif, hal tersebut untuk membentengi
umat agar tidak terpengaruh oleh paham dan ideologi lain yang menyesatkan.
Terutama terhadap generasi muda yang nantinya akan menjadi penerus bangsa.
3. Perjuangan dan kegigihan Masyumi harusnya perlu ditumbuhkan lagi dalam dunia
perpolitikan di Indonesia. Karena Masyumi adalah partai politik yang sangat
memikirkan kesejahteraan rakyat di Indonesia sesuai dengan aqidah Islam.
4. Karya tulis tentang peran Masyumi dalam penumpasan pemberontakan PKI di Madiun
tahun 1948 masih sangat terbatas. Kalaupun ada sejarahwan yang menemukan data
baru dan menulis sejarah dengan tema yang sama, maka itu akan sangat membantu
bagi para pecinta sejarah dan generasi muda.

11
DAFTAR PUSTAKA

https://brainly.co.id
https://kompaspedia.kompas.id
https://www.detik.com/story/read/2021/04/06/sejarah-indonesia/xii
https://roboguru.ruangguru.com
https://tirto.id/sejarah-pembrontakan-pki-madiun-1948

12

Anda mungkin juga menyukai