Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Bulan September tahun 1948 merupakan saat-saat yang tidak akan terlupakan oleh
masyarakat kota Madiun, terutama bagi umat Islam di Madiun. Pada bulan September tahun
1948 terjadi suatu peristiwa bersejarah yang melekat dalam ingatan rakyat Indonesia,
terutama bagi masyarakat Madiun. Peristiwa yang dikenal dengan sebutan pemberontakan
PKI di Madiun tahun 1948 atau pemberontakan PKI-Muso di Madiun. PKI (Partai Komunis
Indonesia) pada awalnya merupakan bagian dari Syarekat Islam. Berdirinya PKI sendiri
dipelopori oleh para tokoh-tokoh SI (Serikat Islam) yang keluar dari organisasi, yang
kemudian mendirikan organisasi sendiri pada 23 Mei 1920 yang berpusat di Semarang. PKI
merupakan partai yang sangat kontroversional terhadap pemerintahan Republik Indonesia
yang dipimpin oleh presiden Soekarno. Pada tahun 1948, PKI mulai mengadakan
pemberontakan untuk merebut kekuasaan Republik Indonesia. Di bawah pimpinan Muso
yang merupakan tokoh utama komunis Indonesia yang juga merupakan anggota komunis di
Rusia. Ketika Muso datang dari luar negeri politik PKI makin dipertajam sehingga
meletuslah peristiwa Madiun tersebut, kemudian memicu terjadinya demonstrasi dan
pemogokan dimana-mana. Muso memilih melakukan pemberontakan di Madiun karena letak
geografis kota yang jauh dari ibu kota. PKI menganggap Madiun kurang mendapat perhatian
dari pemerintahan di ibu kota yang sedang disibukkan oleh gencatan kolonial Belanda.
Dengan demikian PKI bisa dengan mudah memporak-porandakan sistem pemerintahan
daerah Madiun dan menguasai daerah tersebut. Pada waktu itu PKI terus menyebar isu dan
memprovokatori masyarakat bahwa hukum pemerintahan yang ada tidak adil dan lebih
cenderung pada Islam, padahal Indonesia adalah negara Bhineka Tunggal Eka. PKI
mengakui bahwa PKI beserta sekutu-sekutunya adalah yang paling benar. Sering rakyat dan
tentara dihasut untuk melawan pemerintah Soekarno-Hatta dan menyatakan bahwa PKI
adalah pembela rakyat kecil. Segala usaha dilakukan untuk menjatuhkan pemerintahan yang
ada dan Kabinet Hatta yang sah. Kondisi ini makin diperparah dengan adanya proklamasi
pendirian negara Republik Soviet Indonesia yang dilakukan oleh Muso pada 18 September
1948. Mendengar hal tersebut, pemerintah Indonesia melalui TNI melalukan gerakan cepat
untuk menumpas pemberontakan PKI dan FDR yang terjadi dengan berujung pada kematian
Muso dan penangkapan Amir Syarifuddin beserta dengan pendukungnya yang kemudian
dijatuhi hukuman mati oleh pemerintah Indonesia sehingga perkembangan awal politik pada
awal kemerdekaan secara berangsur-angsur membaik.

1.2 Rumusan Masalah

Adapun pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah :


1. Apa yang melatarbelakangi terjadinya peristiwa PKI di Madiun tahun1948?
2. Apa tujuan pemberontakan PKI di Madiun tahun 1948?

1
3.Bagaimana Aksi Perjalanan Pemberontakan Dalam PKI Madiun 1948?

1.3 Tujuan

1.Untuk memberikan penjelasan kepada pembaca tentang Pemberontakan PKI di Madiun


tahun 1948.

2.Untuk memberikan wawasan kepada penulis dan pembaca tentang Pemberontakan PKI
diMadiun tahun 1948.

3.Untuk melengkapi tugas mata pelajaran Sejarah Indonesia kelas XII.

BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 Latar Belakang Terjadinya Peristiwa PKI di Madiun 1948
Terjadinya pemberontakan dalam PKI Madiun pada tahun 1948 merupakan dampak yang
ditimbulkan dari adanya kejatuhan sistem pemerintahan dalam kabinet yang dipimpin oleh
seorang tokoh yang bernama Amir Syarifuddin. Jatuhnya kabinet yang dipimpin oleh Amir
Syarifuddin setelah perkembangan pergerakan kebangsaan Indonesia di masa radikal setelah
tahun 1908 merupakan salah satu bentuk kegagalan pemerintah pada masa itu untuk
mempersatukan Indonesia.

Perlu kita ketahui, sistem pemerintahan pada masa kabinet yang dipimpin oleh Amir
Syarifuddin disebabkan oleh pemerintah pada masa kemerdekaan Indonesia dimana pada saat itu
terjadi perkembangan wilayah Indonesia berdasarkan perjanjian Renville yang dilakukan oleh
pemerintah Belanda dan pemerintah Indonesia. Perjanjian Renville yang disepakati oleh pihak
Belanda dan Indonesia membuat kerugian yang sangat besar bagi pihak Indonesia dan
menimbulkan kegagalan dalam berbagai aspek dan bidang sehingga dengan sangat terpaksa,
sistem pemerintahan kabinet yang dipimpin oleh Arif Syarifuddin harus selesai atau dengan kata
lain kabinet tersebut harus turun dari sistem pemerintahan yang ada. Diberhentikannya kabinet
pimpinan Arif Syarifuddin yang kemudian digantikan dengan kabinet baru yaitu kabinet Hatta
membuat Arif Syarifuddin merasa kecewa terhadap keputusan pemerintah pada saat itu yang
dirasa sepihak tanpa adanya perundingan terlebih dahulu dengan kabinet Arif Syarifuddin. Bagi
pihak kabinet Amir Syarifuddin, keputusan sepihak yang dilakukan oleh pemerintah saat itu
dirasa tidak sesuai dengan kondisi penduduk Indonesia. Kekecewaan yang timbul dari pihak
kabinet Amir Syarifuddin berbuntut panjang. Amir Syarifuddin bersama dengan kelompok-
kelompok masyarakat yang sepaham dan sepemikiran dengannya mengutarakan ketidak setujuan
mereka terhadap pergantian kabinet yang dilakukan pemerintah karena dampak dari adanya
perjanjian Renville yang dilakukan oleh pemerintah Indonesia dengan pemerintah Belanda.

Rasa kekecewaan yang dimiliki oleh Amir Syarifuddin bersama dengan kelompoknya
menumbuhkan rasa ingin merebut kembali kedudukannya dalam kabinet seperti sebelum kabinet
Hatta naik menggantikan kabinet Amir Syarifuddin. Sebagai bentuk pemenuhan dari macam-

2
macam kebutuhan manusia yaitu membentuk interaksi antar sesama manusia, Amir Syarifuddin
kemudian membentuk sebuah perkumpulan atau suatu kelompok di dalam masyarakat Indonesia
yang disebut dengan Front Demokrasi Rakyat (FDR). Front Demokrasi Rakyat ini dibentuk oleh
Amir Syarifuddin pada 28 Juni 1948 sebagai upaya untuk merebut kembali kabinet pemerintahan
dari kabinet yang sedang berjalan dan berkerja pada saat itu. FDR yang dibentuk oleh Amir
Syarifuddin tidak hanya terdiri dari sekelompok masyarakat yang tergabung dalam FDR tetapi
juga melibatkan beberapa partai yang ada di Indonesia seperti: Partai Sosialis Indonesia, Partai
Komunis Indonesia, Pemuda Sosialis Indonesia, Partai Buruh Indonesia, Sarekat Buruh
Perkebunan Republik Indonesia. Beberapa partai yang tergabung dalam Front Demokrasi Rakyat
menjadi memperkuat aksi yang dilakukan oleh Amir Syarifuddin dan kelompoknya untuk
merebut kekuasaan kabinet pada sistem pemerintahan yang sedang berjalan pada waktu itu.
Selanjutnya, Amir Syarifuddin bersama-sama dengan Front Demokrasi Rakyat membentuk suatu
organisasi yang anggotanya mayoritas terdiri atas kaum buruh dan kaum petani. Alasan Amir
Syarifuddin mendekati kaum buruh dan kaum petani untuk melancarkan aksinya adalah
kurangnya pendidikan dari kedua kaum tersebut yang menjadikan kedua kaum tersebut mudah
diberikan doktrin-doktrin baru sehingga dapat mendukung aksi yang dilakukan oleh Amir
Syarifuddin bersama dengan kelompoknya. Secara garis besar, kekecewaan yang dialami oleh
Amir Syarifuddin beserta kelompoknya adalah alasan yang melatar belakangi terjadinya
pemberontakan PKI Madiun pada tahun 1948.

2.2 Tujuan Pemberontakan Dalam PKI Madiun 1948

Pemberontakan yang dilakukan oleh Arif Syarifuddin berserta kelompoknya yang


selanjutnya disebut sebagai pemberontakan PKI Madiun merupakan bentuk kekecewaan yang
dimiliki oleh Artif Syarifuddin bersama dengan kelompoknya kepada pemerintah saat itu. Dalam
menjalankan aksinya, pemberontakan ini mempunyai beberapa tujuan, diantaranya:

1. Menggulingkan Pemerintahan
Tujuan utama pemberontakan yang dilakukan oleh Arif Syarifuddin berserta dengan Front
Demokrasi Rakyat adalah menggulingkan pemerintahan pada saat itu. Sistem pemerintahan
kabinet yang dipimpin oleh Hatta dirasa tidak sesuai dengan pemikiran dan pemahaman yang
dimiliki oleh Arif Syarifuddin. Selain itu, rasa kekecewaan yang dimiliki oleh Arif Syarifuddin
ketika kabinetnya diberhentikan dan digantikan oleh kabinet Hatta membuat Arif Syarifuddin
ingin melakukan balas dendam dengan menggulingka pemerintahan yang ada sehingga Arif
Syarifuddin bersama dengan kelompoknya dapat menduduki kabinet kembali.

2. Menggantikan Ideologi
Semenjak Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya dari penjajahan bangsa lain, Indonesia
telah memiliki ideologi bangsa sebagai landasan hidup bangsa Indonesia dalam bertanah air dan
berbangsa Indonesia. Ideologi tersebut adalah ideologi Pancasila yang sampai sekarang kita akui
sebagai dasar negara kita Indonesia. Pada tahun 1948, Amir Syarifuddin bersama dengan
kelompokknya mempunyai keinginan untuk mengganti ideologi negara yaitu Pancasila menjadi
ideologi negara komunis. Penggantian ini dikarenakan Amir Syarifuddin beserta kelompoknya
merasa bahwa ideologi Pancasila tidak pas dengan kondisi dan situasi bangsa Indonesia pada
saat itu. Oleh karena itu, adanya pemberontakan PKI merupakan bentuk upaya yang dilakukan
oleh Amir Syarifuddin bersama dengan kelompoknya dalam rangka untuk mengganti ideologi
nasional Indonesia yaitu Pancasila dengan ideologi komunis.  

3
3. Membentuk Negara Komunis
Tujuan akhir dari pemberontakan dalam PKI Madiun 1948 adalah menjadikan negara kesatuan
republik Indonesia menjadi negara komunis. Hal ini merupakan tindak lanjut yang dilakukan
oleh Amir Syarifuddin beserta kelompoknya setelah berhasil mengganti ideologi Pancasila.
Negara komunis yang ingin dibentuk melalui negara Indonesia merupakan negara komunis yang
berkiblat pada Uni Soviet pada saat itu yang menganut paham komunisme. Rencana penamaan
negara juga sudah dilakukan pada masa pemberontakan dalam PKI Madiun ini. Jika
pemberontakan berhasil dilakukan, maka nama negara Indonesia akan dirubah menjadi Negara
Republik Soviet Indonesia. Pembentukan Indonesia menjadi negara komunis dapat menimbulkan
dampak yang negatif bagi bangsa Indonesia khususnya pada keragaman suku bangsa dan
budaya di Indonesia pada saat itu.

2.3 Aksi Perjalanan Pemberontakan Dalam PKI Madiun 1948

Strategi yang direncanakan dan dilakukan oleh Front Demokrasi Rakyat untuk
melancarkan rencana Arif Syarifuddin lebih cenderung pada pendekatan kepada masyarakat
melalui hasutan-hasutan agar masyarakat Indonesia menjadi terpengaruh.Tentu saja, aksi yang
dilakukan oleh Arif Syarifuddin berserta dengan Front Demokrasi Rakyat
menimbulkan permasalahan hukum di Indonesia yang serius karena berpengaruh pada stabilitas
nasional apalagi pada saat itu, Indonesia sendiri masih berada di bawah tekanan bangsa lain
dalam mempertahankan kemerdekaannya. Adapun beberapa aksi yang dilancarkan oleh Front
Demokrasi Indonesia untuk melancarkan rencana Amir Syarifuddin dalam merebut kembali
posisi kabinet diantaranya:

1.Menumbuhkan Rasa Tidak Percaya di Dalam Masyarakat.

Front Demokrasi Rakyat terjun di tengah-tengah kehidupan masyarakat melalui pendekatan-


pendakatan secara halus maupun frontal untuk menumbuhkan rasa ketidak percayaan masyarakat
kepada jalannya pemerintahan saat itu. FDR melakukan berbagai macam penghasutan kepada
masyarakat agar terjadi gejolak yang dapat mengganggu stabilitas nasional negara Indonesia. 

Selain itu, aksi FDR juga menyasar kepada jaringan-jaringan kaum buruh dan kaum petani
dengan melakukan aksi pemogokan kerja secara besar-besaran yang dapat membuat kondisi
ekonomi di Indonesia menjadi terganggu. Cara-cara kotor yang dilakukan oleh FDR tentu saja
menggeser nilai-nilai manusia sebagai makhluk ekonomi yang bermoral karena hasutan-hasutan
yang dilakukan oleh FDR kepada kaum buruh dan kaum petani membuat kedua kaum tersebut
menjadi merasa tidak percaya kepada pemerintah walupun hasutan tersebut tidak sesuai dengan
kenyataan yang terjadi di Indonesia.

2.Membentuk Front Nasional

Dalam melancarkan aksinya, Front Demokrasi Rakyat juga tidak hanya terjun di dalam
kehidupan masyarakat Indonesia. FDR juga melakukan penetrasi kepada pihak pemerintahan
Indonesia dengan mengirimkan wakil-wakilnya untuk duduk di dalam sistem pemeritahan saat
itu. Melalui wakil-wakil FDR yang ada di dalam sistem pemerintahan, FDR melakukan
penghasutan kepada anggota-anggota sistem pemerintahan untuk membentuk sebuah poros atau
front yang dinamakan dengan Front Nasional. Front Nasional ini dibentuk dengan

4
mempersatukan berbagai macam bentuk kekuasaan dalam aspek sosial maupun politik terutama
yang memiliki rasa kekecewaan terhadap kebijakan pemerintah untuk bergabung dan bersama-
sama melakukan intrik dalam pemerintahan. Intrik yang dilakukan oleh Front Nasional ini
ditujukan untuk memberikan goncangan atau masalah pada sistem pemerintahan yang sedang
berjalan pada saat itu, yaitu kabinet yang dipimpin oleh Hatta.

3.Menjadikan Madiun Sebagai Basis Pemerintah

Front Demokrasi Rakyat yang dipimpin oleh Amir Syarifuddin menjadikan kota Madiun yang
terletak di provinsi Jawa Timur sebagai basis atau markas pemerintahan. Dengan kata lain, basis
pemerintahan yang didirikan oleh FDR merupakan basis pemerintahan tandingan dari
pemerintahan pusat Indonesia. Untuk melancarkan pembuatan basis pemerintahan di kota
Madiun, FDR melakukan pendekatan-pendekatan secara khusus kepada masyarakat kota Madiun
dan sekitarnya melalui fungsi bahasa daerah setempat serta melakukan penghasutan kepada
masyarakat yang ada di kota terssebut.

Selain menjadikan kota Madiun sebagai basis pemerintahan, FDR juga menjadikan kota Madiun
sebagai tempat pemasok kebutuhan FDR yang tersebar di daerah-daerah Indonesia. FDR juga
memilih kota Surakarta untuk melakukan aksi pemberontakannya. Namun khusus untuk kota
Surakarta, FDR hanya melakukan kekacauan sebagai alat pengalihan Tentara Nasional Indonesia
(TNI) agar aksi FDR di kota-kota Indonesia lainnya dapat berjalan dengan lancar.

4.Penarikan Pasukan

Selama menjalankan asksinya, Front Demokrasi Rakyat telah memiliki pasukan yang tersebar di
daerah-daerah. Pasukan ini tadinya ikut membantu Indonesia dalam rangka mempertahanan
kemerdekaan Indonesia. Namun dengan adanya propaganda dan hasutan yang dilakukan oleh
FDR, beberapa pasukan pejuang kemerdekaan dapat dikendalikan oleh FDR. FDR kemudian
menarik semua pasukan yang dimilikinya dari medan perang untuk menyebar ke beberapa
wilayah binaan FDR yang ada di Indonesia untuk memperkuat pertahanan dan keamanan di
dalam wilayah binaan tersebut serta dengan pasukan yang tersebar di berbagai wilayah binaan
FDR membuat posisi FDR menjadi semakin kuat sehingga Amir Syarifuddin menjadi semakin
yakin untuk menjalankan aksinya dalam merebut kekuasaan kabinet yang sedang berjalan di
dalam sistem pemerintahan saat itu.

Bergabungnya tokoh bermana Muso yang kembali dari kota Moskow pada 11 Agustus 1948
membuat posisi Amir Syarifuddin menjadi semakin menguntungkan. Amir Syarifuddin bersama
dengan kelompoknya yaitu Front Demokrasi Rakyat segera melakukan tindakan pendekatan
kepada Muso yang membuahkan hasil yaitu terjadi penggabungan kekuatan diantara Muso dan
Amir Syarifuddin. Penggabungan kekuatan ini terjadi diantara Partai Komunis Indonesia dengan
Front Demokrasi Rakyat yang memperkuat usaha Amir Syarifuddin dalam menggulingkan
pemerintahan kabinet Hatta yang sedang berjalan pada saat itu.

Gejolak yang timbul di dalam masyarakat karena adanya gerakan pemberontakan yang dilakukan
oleh PKI dan FDR didasari oleh pemerintah pada waktu itu. Pemerintah kemudian melakukan
tindakan yang tegas melalui TNI untuk memulihkan keadaan yang terjadi. Upaya-upaya

5
diplomasi juga dilakukan oleh pemerintah untuk meredam gerakan pemberontakan ini namun
tidak membuahkan hasil yang memuaskan. Oleh karena itu, pada pertengahan bulan September
1948, tejadi pertempuran diantara pemerintah Indonesia melalui TNI dengan kelompok
pemberontak yaitu PKI dan FDR yang terpusat di kota Madiun yang terletak di provinsi Jawa
Timur.

Kondisi ini makin diperparah dengan adanya proklamasi pendirian negara Republik Soviet
Indonesia yang dilakukan oleh Muso pada 18 September 1948. Mendengar hal tersebut,
pemerintah Indonesia melalui TNI melalukan gerakan cepat untuk menumpas pemberontakan
PKI dan FDR yang terjadi dengan berujung pada kematian Muso dan penangkapan Amir
Syarifuddin beserta dengan pendukungnya yang kemudian dijatuhi hukuman mati oleh
pemerintah Indonesia sehingga perkembangan awal politik pada awal kemerdekaan secara
berangsur-angsur membaik.

BAB 4
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Jadi, berdasarkan penjelasan diatas disimpulkan bahwa peristiwa PKI Madiun 69 tahun silam
tak akan pupus dari sejarah perjalanan bangsa Indonesia. Pemberontakan yang dilakukan Partai
Komunis Indonesia (PKI) pada tahun 1948 itu merupakan peristiwa kelam yang telah merenggut
banyak nyawa. pemberontakan PKI merupakan bentuk pelampiasan rasa ketidakpuasan dan
kekecewaan suatu kelompok terhadap pemerintah. Adapun tujuan mereka adalah ingin
meruntuhkan NKRI yang berdasarkan Pancasila dan menggantinya dengan negara komunis.
Segala cara pun mereka lakukan demi memuluskan misinya.Di era sekarang, bisa saja
pemberontakan kembali terjadi. Oleh karena itu kita sebagai warga negara Indonesia wajib
menjaga persatuan dan kesatuan bangsa agar pemberontakan-pemberontakan di masa lalu tidak
terulang kembali.
4.2 Saran
1. Pengalaman sejarah menunjukkan bahwa betapa kejamnya pemberontakan Partai
Komunisme Indonesia (PKI) di Madiun pada tahun 1948 tersebut. Meskipun PKI atau faham
komunisme telah dilarang di Indonesia, tetapi umat Islam tetap perlu mewaspadai kemunculan
komunisme kembali ke Indonesia.
2. Pendidikan agama perlu ditanamkan secara intensif, hal tersebut untuk membentengi umat
agar tidak terpengaruh oleh paham dan ideologi lain yang menyesatkan. Terutama terhadap
generasi muda yang nantinya akan menjadi penerus bangsa.
3. Perjuangan dan kegigihan Masyumi harusnya perlu ditumbuhkan lagi dalam dunia
perpolitikan di Indonesia. Karena Masyumi adalah partai politik yang sangat memikirkan
kesejahteraan rakyat di Indonesia sesuai dengan aqidah Islam.
4. Karya tulis tentang peran Masyumi dalam penumpasan pemberontakan PKI di Madiun
tahun 1948 masih sangat terbatas. Kalaupun ada sejarahwan yang menemukan data baru dan

6
menulis sejarah dengan tema yang sama, maka itu akan sangat membantu bagi para pecinta
sejarah dan generasi muda.

DAFTAR PUSTAKA
http://digilib.uinsby.ac.id/9831/8/BAB%20V.pdf
https://tirto.id/sejarah-peristiwa-pki-madiun-1948-latar-belakang-tujuan-musso-gad2
https://materiips.com/pemberontakan-pki-madiun
https://id.wikipedia.org/wiki/Pemberontakan_PKI_1948

Anda mungkin juga menyukai