- Kejatuhan cabinet amir syarifuddin dan pembentukan front demokrasi rakyat Kejatuhan cabinet amir syarifuddin diakibatkan oleh perjanjian ranvile yang dianggap terlalu menguntungkan belanda yang mengakibatkan wilayah Indonesia menjadi sempit dan pengosongan terhadap kantong gerilya yang melemahkan semangat perjuangan Indonesia setelah dianggap menjadi yang paling bertanggung jawab atas perundingan ranvile amir syarifuddin dicopot dari jabatannya dan menjadi pihak oposisi dari kebijakan pemerintah kemudian amir syarifuddin membentuk front demokrasi rakyat untuk memperkuat sikap oposisinya. - Kritik terhadap kebijakan kabinet Hatta Disebabkan oleh tidak adanya perwakilan dari golongan komunis dalam cabinet hatta, pelaksanaan persetujuan ranville, dan pelaksanaan program reorganisasi dan rasionalisasi Angkatan perang. Kritik yang dilontarkan oleh FDR tidak membuat cabinet hatta goyah karena mereka didukung oleh beberapa organisasi besar. - Kedatangan Musso dari Uni Soviet Kedatangan Musso di Indonesia membuat pemikiran yang disebut “jalan baru”. Musso ingin agar dibentuknya Kerjasama antara kaum sosialis dan komunis menentang politik penjajahan. 2. Proses pemberontakan PKI madiun 1948 1. Diawali dengan membuat Surakarta sebagai daerah wild west sebagai pengalih 2. Memusatkan basis perjuangan di madiun dan berhasil menguasai radio gelora pemuda 3. Tanggal 18 september tahun 1948 di madiun Musso mengumumkan berdirinya “Republic Soviet Indonesia” 3. Upaya pemerintah mengatasi pemberontakan PKI madiun 1948 - Kolonel Gatot Subroto berhasil mengamankan Surakarta dan sekitarnya - Penyerangaan madiun yang dipimpin oleh kolonel sadikin dan kolonel sungkono, selain TNI Polri juga ikut dalam upaya penuntasan PKI Madiun - Tanggal 30 september 1948 madiun berhasil direbut Kembali oleh TNI. Dalam pelariannya Musso tewas tertembak di ponorogo dan amir syarifuddin tertangkap di purwodadi 4. Pendapat siswa tentang upaya disintegrasi bangsa yang dilakukan PKI Madiun Kurang setuju dengan apa yang dilakukan oleh PKI madiun karena mereka membiarkan diri mereka terpedaya oleh orang asing yang membuat perpecahan antara bangsa Indonesia dan juga sikap egois dari para petinggi.