Dian Agustina
M. Wahyudinor
Yoyada Bahan
PEMBAHASAN
Dampak Peristiwa
Persiapan RI Untuk Melawan
03 PKI 06 Pemberontakan PKI bagi
Indonesia
01
Latar belakang lahirnya PKI Madiun
Setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia pada 17
Agustus 1945, muncul berbagai organisasi yang membina
kader-kader termasuk golongan kiri dan golongan sosialis.
Yang ikut dalam kelompok diskusi ini tidak hanya dari
kalangan sipil. Pada bulan Mei 1948 bersama Suripno,
Wakil Indonesia di Praha, Musso, kembali dari Moskow,
Rusia. Tanggal 11 Agustus, Musso tiba di Yogyakarta dan
segera menempati kembali posisi di pimpinan Partai
Komunis Indonesia. Tanggal 10 September 1948, mobil
Gubernur Jawa Timur RM Ario Soerjo (RM Suryo) dan
mobil 2 perwira polisi dicegat massa pengikut PKI di
Ngawi. Ketiga orang tersebut dibunuh dan mayatnya
dibuang di dalam hutan.
Kemudian pada 21 Juli 1948 telah diadakan pertemuan rahasia
di hotel "Huisje Hansje" Sarangan, dekat Madiun yang dihadiri
oleh Soekarno, Hatta, Sukiman, Menteri Dalam negeri,
Mohamad Roem (anggota Masyumi) dan Kepala Polisi
Sukanto, sedangkan di pihak Amerika hadir Gerald Hopkins
(penasihat politik Presiden Truman), Merle Cochran (pengganti
Graham yang mewakili Amerika dalam Komisi Jasa Baik PBB).
pada 18 September 1948 melalui radio di Madiun telah
mengumumkan terbentuknya Pemerintah Front Nasional bagi
Karesidenan Madiun. Pada 19 September 1948, Presiden
Soekarno dalam pidato yang disiarkan melalui radio
menyerukan kepada seluruh rakyat Indonesia, untuk memilih:
Musso Amir Syarifuddin atau Soekarno-Hatta.
02
Tujuan Pemberontakan PKI Madiun
Untuk meruntuhkan Republik Indonesia
Untuk menggulingkan kebinet yang berdasarkan Pancasila dan
menggantinya dengan negara komunis.
Hatta
Selanjutnya, Musso menggelar rapat raksasa di Yogya. Di sini dia melontarkan pentingnya kabinet presidensial
diganti jadi kabinet front persatuan. Musso juga menyerukan kerja sama internasional, terutama dengan Uni
Soviet, untuk mematahkan blokade Belanda. Untuk menyebarkan gagasannya, Musso beserta Amir dan
kelompok- kelompok kiri lainnya berencana untuk menguasai daerah-daerah yang dianggap strategis di Jawa
Tengah dan Jawa Timur, yaitu Solo, Madiun, Kediri, Jombang,
Bojonegoro, Cepu, Purwodadi, dan Wonosobo. Penguasaan itu dilakukan dengan agitasi, demonstrasi, dan aksi-
aksi pengacauan lainnya.
Rencana itu diawali dengan penculikan dan pembunuhan tokoh-tokoh yang dianggap musuh di kota Surakarta,
serta mengadu domba kesatuan-kesatuan TNI setempat, termasuk kesatuan Siliwangi yang ada di sana.
Mengetahui hal itu, pemerintah langsung memerintahkan kesatuan-kesatuan TNI yang tidak terlibat adu domba
untuk memulihkan keamanan di Surakarta dan sekitarnya. Operasi ini dipimpin oleh kolonel Gatot Subroto.
05
Akhir Revolusi PKI Madiun 1948
Usaha Pemerintah untuk menumpas pemberontakan Ketika pasukan Divisi Siliwangi sampai ke Dungus,
dilaksanakan oleh Divisi Narotama pimpinan tentara PKI sudah menyingkir ke Kresek. Karena Pos
Sungkono dan Divisi Siliwangi yang merupakan PKI di Dungus sudah diserang oleh kesatuan-
pasukan yang dianggap paling dekat dengan kesatuan Sabarudin atas perintah Sungkono. Di
pemerintah. Langkah Divisi Siliwangi dalam operasi daerah Sumoroto, Musso tewas karena terpisah dari
militernya dari arah Tawangmangu, Sarangan, rombongan PKI. Musso tewas tertembak oleh lettu
Plaosan, Magetan, Gorang gareng, Maospati, Sumadi. Jenazah Musso akhirnya dibakar karena
takaeran, Walikukun, Ngawi Hingga masuk ke gagalnya proses pengawetan pihak rumah sakit
Madiun. Selanjutnya dari arah timur, Nganjuk, Ponorogo.
Gunung Wilis dilaksanakan oleh Laskar Hizbullah,
kemudian dilanjutkan mengejar Musso yang lari ke
Ponorogo.
06