Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

1.1         Latar Belakang
Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri atas pulau-pulau yang dibatasi
oleh laut dan selat sebagai sebuah negara kepulauan yang terdiri dari banyak etnis dan
budaya, Indonesia menghadapi berbagai kemungkinan adanya perpecahan yang dapat
menjadi ancaman, tantangan, hambatan, dan gangguan kesatuan bangsa. Berbagai upaya
tengah dilakukan, yakni diwajibkan kepada seluruh masyarakat untuk memupuk
komitmen persatuan dalam keberagaman, seperti tidak menyinggung, harus saling
menghormati antaragama dan keyakinan, serta menghargai perbedaan budaya.
Sebuah bangsa terdiri dari beragam masyarakat, tidak jarang terjadi konflik yang
memicu perpecahan antar masyarakat dalam bangsa pada suatu negara. Perpecahan
dalam suatu bangsa dapat diselesaikan dengan integrasi nasional. Tetapi dalam
kenyataannya, masyarakat Indonesia masih belum bisa menerapkan Integrasi Nasional
dalam menghadapi masalah-masalah bangsa yang memicu perpecahan, sehingga perlu
kita kembali ke sifat dasar bangsa Indonesia yang santun, sopan dan kekeluargaan.
Sifat dasar bangsa Indonesia yang amat menonjol adalah sifat kekeluargaan,
musyawarah, percaya dan taat beribadah kepada tuhan, sifat ramah tamah, gotong
royong,suka menolong, dan toleransi adalah sifat yang harus kita miliki. Oleh sebab sifat
dasar bangsa Indonesia dan berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka
penulis membuat makalah yang berjudul “Integrasi Nasional dalam Bingkai Bhinneka
Tunggal Ika” .
1.2         Tujuan
Adapun tujuan kami membuat makalah ini antara lain:
1)   Untuk mengetahui pentingnya persatuan Negara Indonesia.
2)   Untuk mengetahui betapa indahnya persatuan bangsa Indonesia.
3)   Untuk mengetahui pentingnya integrasi nasional dalam kebhinnekaan sebagai solusi
mengatasi perpecahan antar masyarakat.
1.3         Manfaat
Adapun manfaat dari pembuatan makalah ini adalah untuk:
1)   Agar siswa dapat mengetahui tentang integritas nasional dalam bingkai bhinneka
tunggal ika.
2)   Agar siswa dapat mengetahui tentang betapa indahnya persatuan warga Negara dapat
berjalan dengan baik.

1
BAB II
INTEGRASI NASIONAL DALAM BINGKAI
BHINNEKA TUNGGAL IKA

2.1         Pentingnya Konsep Integrasi Nasional


Pemahaman integralistik yang dianut oleh bangsa Indonesia bersumber dari
pemikiran Mr.Soepomo yang disampaikan di depan sidang BPUPKI pada tahun 1945.
Paham Integralistik merupakan salah satu aliran dalam teori tentang negara.
Menurut Mr.Soepomo, bahwa negara dibentuk tidak untuk menjamin kepentingan
seseorang atau golongan, akan tetapi menjamin kepentingan masyarakat seluruhnya
sebagai persatuan.
Negara ialah suatu maasyarakat yang integral, segala golongan, segala bagian dan
segala anggotanya berhubungan erat satu sama lain dan merupakan persatuan masyarakat
yang organis. Hal yang terpenting dalam negara yang berdasarkan aliran pikiran integral
ialah penghidupan bangsa seluruhnya. Negara tidak memihak kepada sesuatu golongan
yang paling kuat atau yang paling besar tidak menganggap kepentingan seseorang
sebagai pusat, akan tetapi negara menjamin keselamatan hidup bangsa seluruhnya
sebagai persatuan yang tidak dapat dipisahkan, sehingga semangat dan struktur
kerohanian dari bangsa Indonesia mempunyai sifat dan cita-cita persatuan hidup,
pesatuan kawulo dan gusti yaitu persatuan antara dunia luar dan dunia batin, antara
makrokosmos dan mikrokosmos, antara rakyat dan pemimpin-pemimpinnya. Manusia
sebagai makhluk sosial yang saling berinteraksi dan pergaulan hidupnya dianggap
mempunyai tempat dan kewajiban hidup (dharma) sendiri-sendiri menurut kodrat alam.
Pola hidup masyarakat tersebut merupakan pola pikir totaliter dan integralistik dari
bangsa indonesia yang terwujud juga dalam susunan tata negaranya yang asli.
Dalam suasana peraturan antara rakyat dan pimpinannya, antara golongan-
golongan rakyat satu sama lain, dan segala golongan diliputi oleh "semangat gotong-
royong dan semangat kekeluargaan". Menurut aliran pikiran tentang negara integralistk
yang dianggap sesuai dengan semangat Indonesiai asli, negara tidak mempersatukan
dirinya dengan golongan yang terbesar dalam masyarakat, juga yang paling kuat
(golongan politik atau ekonomi yang paling kuat), akan tetapi mempersatukan diri
dengan segala lapisan rakyat seluruhnya.
Selanjutnnya Mr.Soepomo mengatakan, bahwa di dalam masyarakat yang
integralistik, setiap anggota, warga dan golongan diakui kehadiran dan fungsi
keberadaannya (eksistensinya), hak dan kewajibannya dalam mencapai tujuan bersama.

2
Sebaliknya setiap warga negara, setiap anggota, dan setiap golongan berkewajiban dan
bertanggungjawab atas terlindunginya kepentingan, keselamatan, kesejahteraan, dan
kebahagiaan masyarakat seluruhnya. Dengan paham integralistik atau kebersamaan,
bangsa Indonesia percaya akan dapat mencapai kesejahteraan dan kebahagiaan lahir dan
batin.
Dalam paham Integralistik terkandung nilai keberhasilan dan nilai kebersamaan
dalam kehidupan masyarakat. Penerapan nilai keberhasilan menuntut pada setiap
manusia untuk mengendalikan diri, yaitu untuk mengarahkan manusia melakukan
pengendalian diri, yakni untuk mengarahkan aktifitas pribadinya menuju
terselenggaranya kehidupan yang selaras, serasi dan seimbang demi tercapainya
kehidupan bersama yang sejahtera, adil, makmur dan bahagia lahir-batin. Nilai
kebersamaan menuntut kepada tiap individu untuk meletakkan kepentingan dan
keinginan pribadi dalam rangka mewujudkan kepentingan masyarakat, bangsa dan
negara. Dalam penerapan nilai kebersamaan tidak berarti bahwa kepentingan pribadi atau
golongan disingkirkan atau ditiadakan. Kepentingan pribadi atau golongan justru
merupakan motivasi terbinanya kesejahteraan bersama. Dengan menerapkan nilai
keseimbangan antara kehidupann jasmani dan rohani, antara wanita dan pria, antara
kepentingan individu dan masyarakat, dan antara kehidupan duniawi dan kehidupan
akhirat.
Nilai-nilai yang merupakan penjabaran tata nilai integralistik diterapkan oleh
bangsa Indonesia dalam mengatur tata hubungan dengan Tuhan, dengan sesama manusia,
dengan bangsanya, dan dengan alam sekitarnya. Nilai-nilai keselarasan, keserasian,
keseimbangan, kebhinnekatunggalikaan dan kekeluargaan mewarnai hubungan-hubungan
tersebut, yang kemudian dirumuskan menjadi Pancasila, pandangan hidup bangsa
Indonesia, dasar Negara Republik Indonesia dan ideologi bangsa.
Nilai-nilai Pancasila melandasi proses Integrasi Nasional bangsa Indonesia.
Integrasi nasional dapat dipahami dari dua segi yaitu:
1)   Integrasi Nasional secara Vertikal
Integrasi Nasional secara vertikal membahas bagaimana mempersatukan pemerintah
nasional dengan rakyatnya yang tersebar dalam daerah yang luas. Jika rakyat hidup di
bawah kepemimpinan pimpinannya masing-masing, maka Integrasi Nasional secara
vertikal berarti mempersatukan pemerintah pusat dengan pemerintahan di tingkat daerah.
2)   Integrasi Nasional secara Horizontal.

3
Integrasi Nasional secara horizontal membahas bagaimana mempersatukan rakyat yang
majemuk, hidup dalam berbagai golongan primordial yang beranekaragam nilai lembaga
serta adat kebiasaannya, sehingga merasa bagian dari satu bangsa yang sama.
Pada konsep Integrasi Nasional secara vertikal terdapat empat tugas konstitusional
yang bersifat abadi dari pemerintah Indonesia, yaitu:
a.    melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia;
b.    memajukan kesejahteraan umum;
c.    mencerdaskan kehidupan bangsa;
d.   ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi
dan keadilan sosial.
Empat tugas pemerintah yang juga disebut "tujuan nasional", sekaligus menjadi
tolak ukur bagi keberhasilan atau kegagalannya.     
Nilai-nilai Integrasi Nasional menjamin kemajemukan bangsa Indonesia
secara kultural. Kemajemukan adalah produk dari sejarah yang panjang dan tidak bisa
diabadikan begitu saja. Secara sadar kita mengambil sesuatu dari Bhinneka Tunggal Ika
sebagai lambang Negara, sehingga kemajemukan akan memiliki relevansi ideologi,
politik dan pemerintahan. Ideologi persatuan yang disepakati para pemimpin di tingkat
nasional masih harus dipahami dan didukung oleh masyarakat kita yang tersebar di
daerah kepulauan yang luas. 
Dari sisi politik dan pemerintahan diketahui bahwa seluruh peraturan perundang-
undangan kita berlaku sama untuk seluruh daerah, namun implementasinya di lapangan
akan sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor sosial budaya daerah.Kampanye organisasi
kekuatan sosial politik perlu bersifat "tailor made" untuk daerah-daerah. Kekeliruan
dalam memilih tema kampanye, seandainya menyinggung nilai-nilai dasar yang dianut
masyarakat daerah tersebut, akan berarti hilangnya dukungan pemilih. Sudah barang
tentu dalam setiap masyarakat sosial budaya tersebut juga akan terjadi dinamika dan
perubahan, disamping adanya kesinambungan dan perubahan harus dikaji secara
sungguh-sungguh agar kebijakan yang diambil mendapat dukungan masyarakat di
lapangan. Pengkajian kebijakan bisa dimulai dengan kegiatan studi
kewilayahan (regional studies). Pemerintah Hndia Belanda dahulu menamakan sebagai
indologi.
Dengan demikian, satuan masyarakat sosial politik merupakan masyarakat hukum,
dibentuk dengan Undang-Undang yang integrasi ke sistem pemerintahan nasional. Secara
ideologis dan konstitusional, masalah sistem pemerintahan di tingkat daerah yang kita
hadapi adalah bagaimana menyusun tatanan pemerintahan yang bisa memberi peran

4
fungsional terpadu baik satuan masyarakat sosiokultural yang bersifat asli maupun pada
satuan masyarakat sosiopolitik yang dirancang secara nasional. Fungsional terpadu bisa
dilakukan dengan memberi peluang untuk mengadakan penyesuaian secara lokal pada
ketentuan-ketentuan hukum yang secara nsional dibuat dalam garis-garis besar saja.
Berpikir secara garis besar sudah mulai diperkenalkan dalam pendidikan dengan
memberi peluang adanya muatan lokal dalam kurikulum yang bersifat komplementer dan
suplementer dengan kurikulum yang bersifat nasional.

2.2         Faktor-faktor Pembentuk Integrasi Nasional


a. Adanya rasa senasib dan seperjuangan yang diakibatkan oleh faktor sejarah.
b. Adanya ideologi nasional yang tercermin dalam simbol negara yaitu Garuda
Pancasila dan semboyan Bhinneka Tunggal Ika.
c. Adanya tekad serta keinginan untuk bersatu di kalangan bangsa Indonesia seperti
yang dinyatakan dalam Sumpah Pemuda.
d. d.   Adanya ancaman dari luar yang menyebabkan munculnya semangat  
nasionalisme di kalangan bangsa Indonesia.
e. Penggunaan Bahasa Indonesia.
f. Adanya semangat persatuan dan kesatuan dalam bangsa, bahasa, dan tanah air
Indonesia.
g. Adanya kepribadian dan pandangan hidup kebangsaan yang sama, yaitu Pancasila.
h. Adanya jiwa dan semangat gotong royong, solidaritas, dan toleransi keagamaan yang
kuat.
i. Adanya rasa senasib sepenanggungan akibat penderitaan penjajahan.
j. Adanya rasa cinta tanah air dan mencintai produk dalam negeri.
k. Faktor sikap toleransi antara sesama manusia yang beragama.
l. Faktor sejarah yang menimbulkan rasa senasib dan seperjuangan. Keinginan untuk
bersatu di kalangan bangsa Indonesia sebagaimana dinyatakan dalam Sumpah
Pemuda tanggal 28 Oktober 1928.
m. Rasa cinta tanah air di kalangan bangsa Indonesia, sebagaimana dibuktikan
perjuangan merebut, menegakkan, dan mengisi kemerdekaan.
n. Rasa rela berkorban untuk kepentingan bangsa dan Negara, sebagaimana dibuktikan
oleh banyak pahlawan bangsa yang gugur di medan perjuangan.
o. Kesepakatan atau konsensus nasional dalam perwujudan Proklamasi Kemerdekaan,
Pancasila dan UUD 1945, bendera Merah Putih, lagu kebangsaan Indonesia Raya,
bahasa kesatuan Bahasa Indonesia.

5
p. Adanya simbol kenegaraan dalam bentuk Garuda Pancasila, dengan semboyan
Bhinneka Tunggal Ika.
q. Pengembangan budaya gotong royong yang merupakan ciri khas kepribadian bangsa
Indonesia secara turun temurun.

2.3         Tantangan dalam Menjaga Keutuhan NKRI


Menurut data BPS (2010), bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI)
sebagai negara kepulauan terbesar di dunia dengan jumlah lebih dari 17.504 dan luas
wilayah daratan mencapai 1.900.000 km2 memiliki sumber daya alam melimpah dan
jumlah penduduk berada pada urutan keempat dunia, yaitu 237.556.363 jiwa harus dijaga
dan dipertahankan dari setiap ancaman. Atas dasar data letak geografis dan sumber daya
alam Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), maka diperlukan suatu pertahanan
negara yang kuat.
Tujuan nasional merupakan kepentingan nasional yang abadi dan menjadi acuan
dalam merumuskan tujuan pertahanan negara yang ditempuh dengan tiga strata
pendekatan yaitu pertama, strata mutlak, yaitu dilakukan dalam menjaga kedaulatan
negara, keutuhan wilayah negara dan keselamatan bangsa Indonesia; kedua, strata
penting, yaitu dilakukan dalam menjaga kehidupan demokrasi politik dan ekonomi,
keharmonisan hubungan antar suku, agama, ras, dan golongan (SARA), penghormatan
hak asasi manusia dan pembangunan yang berwawasan lingkungan hidup; dan ketiga,
strata pendukung, yaitu dilakukan dalam upaya turut memelihara ketertiban dunia.
Untuk mencapai tujuan pertahanan negara tersebut, salah satunya diperlukan input
sumber daya TNI yang bagus dan optimal. Masyarakat menuntut TNI untuk menjaga dan
memelihara stabilitas keamanan nasional tetapi input SDM secara intelektual, moral dan
mental lemah akan sangat kesulitan mewujudkannya.
Kajian khusus TNI di masa depan adalah perlunya perekrutan SDM yang unggul
untuk mencapai hasil maksimal. TNI tidak bisa berjalan sendirian dalam mewujudkan
visi dan misi pertahanan negara. Perwujudan visi dan misi pertahanan negara diperlukan
partisipasi dan peran serta masyarakat sebagai komponen cadangan dan turut serta dalam
mewujudkan keamanan nasional bersama. Input SDM yang baik bisa menyelesaikan
masalah keamanan nasional dan pertahanan NKRI lebih baik.

2.4         Peran Serta Warga Negara dalam Menjaga Persatuan dan Kesatuan Bangsa
Ancaman yang mengancam wilayah Indonesia pada dasarnya merupakan ancaman
terhadap seluruh wilayah Indonesia. Tanggung jawab menjaga keutuhan Negara

6
Kesatuan Republik Indonesia adalah seluruh bangsa Indonesia. Rakyat Indonesia dituntut
peran sertanya dalam mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

2.4.1   Pentingnya Menjaga Keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia


Perjalanan bangsa Indonesia untuk mencapai kemerdekaan dilalui dengan berbagai
perjuangan. Perjuangan dilakukan dengan semangat kebangsaan dan cinta tanah air oleh
para pahlawan. Persatuan dan kesatuan merupakan modal utama untuk mencapai
kemerdekaan tersebut. Hingga pada tangal 17 Agustus 1945, rakyat Indonesia
memproklamirkan kemerdekaan Indonesia yang diwakili oleh Bung Karno dan Bung
Hatta.
Seluruh komponen bangsa Indonesia memiliki keinginan untuk  membela,
mempertahankan kemerdekaan, menjaga kedaulatan NKRI berdasarkan Pancasila dan
UUD 1945.
Sikap yang harus dilakukan untuk melindungi keutuhan NKRI antara lain sebagai
berikut:
a.     Menjaga kebanggaan kita sebagai bangsa Indonesia.
b.    Menjaga persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia.
c.    Memanfaatkan kekayaan budaya untuk kepetingan rakyat Indonesia.
d.   Menjaga Indonesia untuk warisan anak cucu.
e.    Menjaga Indonesia untuk menghargai jasa para pahlawan.
f.     Saling menghormati perbedaan.
g.    Mempertahankan kesamaan dan kebersamaan.
h.    Menaati peraturan.

2.4.2   Partispasi Rakyat dalam Menjaga Keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia


Partisipasi rakyat dalam keutuhan NKRI dapat dilakukan diberbagai lingkungan
kehidupan, baik lingkungan keluarga , masyarakat dan juga sekolah.

1)    Di lingkungan keluarga


Contoh partisipasi di lingkungan keluarga antara lain sebagai berikut:
a)   Melaksanakan kegiatan sehari-hari secara tertib dan teratur.
b)   Senantiasa rajin belajar bagi anggota keluarga yang masih bersekolah.
c)   Ikut menjaga harta benda keluarga.
d)  Patuh dan taat terhadap tata krama dan aturan keluarga.
2)      Di lingkungan masyarakat

7
Contoh partisipasi di lingkungan masyarakat antara lain sebagai berikut:
a)   Melaksanakan kerja bakti yang diadakan oleh kampung sesuai kemampuan.
b)   Melaksanakan kegiatan ronda malam bagi warga yang sudah dewasa.
c)   Membuang sampah pada tempatnya.
d)  Hidup rukun dengan semangat kekeluargaan dalam lingkungan keluarga.
3)   Di lingkungan sekolah
Contoh partisipasi di lingkungan sekolah antara lain sebagai berikut:
a)   Menaati tata tertib yang berlaku di sekolah.
b)   Menggalang kerjasama antar teman tanpa memandang latar belakang agama,
suku, ras dan golongan.
c)   Hidup rukun dengan warga sekolah.
d)  Tidak membeda-bedakan teman dalam bergaul.

2.4.3   Mengamalkan Nilai-nilai yang Terkandung dalam Pancasila dalam Kehidupan Sehari-


hari
Pancasila sebagai ideologi Negara Indonesia, dasar Negara Indonesia, serta falsafah
hidup sejatinya benar-benar menjadi pedoman hidup yang harus dihayati dan diamalkan
ke dalam setiap sendi kehidupan berbangsa dan bernegara. Dengan mengamalkan nilai-
nilai yang terkandung di dalam Pancasila maka keutuhan Negara Kesatuan Republik
Indonesia dapat terjaga. Nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila pada zaman Orde
Baru dikenal dengan 36 Butir Pancasila. Setelah masa reformasi bergulir, nilai-nilai ini
mengalami perubahan menjadi 45 butir Pancasila.
Berikut adalah ke-45 butir Pancasila yang menjadi pedoman perilaku bagi seluruh
rakyat Indonesia dalam kehidupan berbangsa dan bernegara sekaligus menjaga keutuhan
NKRI:
1)   Sila Pertama: Ketuhanan Yang Maha Esa
a. Bangsa Indonesia menyatakan kepercayaannya dan ketakwaannya terhadap Tuhan
Yang Maha Esa.
b. Manusia Indonesia percaya dan takwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, sesuai
dengan agama dan kepercayaannya masing-masing menurut dasar kemanusiaan
yang adil dan beradab.
c. Mengembangkan sikap hormat menghormati dan bekerjasama antara pemeluk
agama dengan penganut kepercayaan yang berbeda-beda terhadap Tuhan Yang
Maha Esa.

8
d. Membina kerukunan hidup di antara sesama umat beragama dan kepercayaan
terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
e. Agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa adalah masalah yang
menyangkut hubungan pribadi manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa.
f. Mengembangkan sikap saling menghormati kebebasan menjalankan ibadah sesuai
dengan agama dan kepercayaannya masing-masing.
g. Tidak memaksakan suatu agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa
kepada orang lain.
2)   Sila Kedua: Kemanusiaan Yang Adil Dan Beradab
a. Mengakui dan memperlakukan manusia sesuai dengan harkat dan martabatnya
sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa.
b. Mengakui persamaan derajat, persamaan hak, dan kewajiban asasi setiap manusia,
tanpa membeda-bedakan suku, keturunan, agama, kepercayaan, jenis kelamin,
kedudukan sosial, warna kulit dan sebagainya.
c. Mengembangkan sikap saling mencintai sesama manusia.
d. Mengembangkan sikap saling tenggang rasa dan tepa selira.
e. Mengembangkan sikap tidak semena-mena terhadap orang lain.
f. Menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan.
g. Gemar melakukan kegiatan kemanusiaan.
h. Berani membela kebenaran dan keadilan.
i. Bangsa Indonesia merasa dirinya sebagai bagian dari seluruh umat manusia.
j. Mengembangkan sikap hormat menghormati dan bekerjasama dengan bangsa lain.
3)   Sila Ketiga: Persatuan Indonesia
a. Mampu menempatkan persatuan, kesatuan, serta kepentingan dan keselamatan
bangsa dan negara sebagai kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi dan
golongan.
b. Sanggup dan rela berkorban untuk kepentingan negara dan bangsa apabila
diperlukan.
c. Mengembangkan rasa cinta kepada tanah air dan bangsa.
d. Mengembangkan rasa kebanggaan berkebangsaan dan bertanah air Indonesia.
e. Memelihara ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi,
dan keadilan sosial.
f. Mengembangkan persatuan Indonesia atas dasar Bhinneka Tunggal Ika.
g. Memajukan pergaulan demi persatuan dan kesatuan bangsa.

9
4)   Sila Keempat: Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan Dalam
Permusyawaratan/ Perwakilan
a. Sebagai warga negara dan warga masyarakat, setiap manusia Indonesia
mempunyai kedudukan, hak, dan kewajiban yang sama.
b. Tidak boleh memaksakan kehendak kepada orang lain.
c. Mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan untuk kepentingan
bersama.
d. Musyawarah untuk mencapai mufakat diliputi oleh semangat kekeluargaan.
e. Menghormati dan menjunjung tinggi setiap keputusan yang dicapai sebagai hasil
musyawarah.
f. Dengan iktikad baik dan rasa tanggung jawab menerima dan melaksanakan hasil
keputusan musyawarah.
g. Di dalam musyawarah diutamakan kepentingan bersama di atas kepentingan
pribadi dan golongan.
h. Musyawarah dilakukan dengan akal sehat dan sesuai dengan hati nurani yang
luhur.
i. Keputusan yang diambil harus dapat dipertanggungjawabkan secara moral kepada
Tuhan Yang Maha Esa, menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia, nilai-
nilai kebenaran dan keadilan mengutamakan persatuan dan kesatuan demi
kepentingan bersama.
j. Memberikan kepercayaan kepada wakil-wakil yang dipercayai untuk
melaksanakan pemusyawaratan.
5)   Sila Kelima: Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia
a. Mengembangkan perbuatan yang luhur, yang mencerminkan sikap dan suasana
kekeluargaan dan kegotongroyongan.
b. Mengembangkan sikap adil terhadap sesama.
c. Menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban.
d. Menghormati hak orang lain.
e. Suka memberi pertolongan kepada orang lain agar dapat berdiri sendiri.
f. Tidak menggunakan hak milik untuk usaha-usaha yang bersifat pemerasan
terhadap orang lain.
g. Tidak menggunakan hak milik untuk hal-hal yang bersifat pemborosan dan gaya
hidup mewah.
h. Tidak menggunakan hak milik untuk bertentangan dengan atau merugikan
kepentingan umum.

10
i. Suka bekerja keras.
j. Suka menghargai hasil karya orang lain yang bermanfaat bagi kemajuan dan
kesejahteraan bersama.
k. Suka melakukan kegiatan dalam rangka mewujudkan kemajuan yang merata dan
berkeadilan sosial.

2.4.4   Menggelorakan Semangat Bhinneka Tunggal Ika sebagai Persatuan Bangsa


Bhinneka Tunggal Ika adalah semboyan negara yang berarti berbeda-beda tetapi
satu jua. Bhinneka Tunggal Ika merupakan ikatan kemajemukan yang Indonesia miliki.
Salah satu cara merawat kemajemukan bangsa Indonesia adalah dengan belajar menerima
kebhinnekaan itu sendiri sebagai sebuah kenyataan agar menjadi kekuatan.

2.4.5   Menjalankan Kehidupan Berbangsa dan Bernegara sesuai Konstitusi/ UUD 1945


Dalam menjalankan kehidupan berbangsa dan bernegara hendaknya mengacu pada
konstitusi. Dalam UUD 1945 telah diatur secara jelas mengenai hak dan kewajiban warga
Negara. Kewajiban warga Negara hendaknya didahulukan dari pada menuntut hak.
Dengan demikian akan tercipta tatanan kehidupan berbangsa dan bernegara yang aman
dan tertib. (baca; Hak dan Kewajiban Warga Negara dalam UUD 1945-Peran Konstitusi
dalam Negara Demokrasi).
2.4.6   Melaksanakan Usaha Pertahanan Negara
Segala ketentuan mengenai pertahanan Negara tercantum dalam UU Nomor 3
Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara. Sesuai dengan ketentuan dalam UU Nomor 3
Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara yang dimaksud dengan pertahanan Negara
adalah: “Usaha untuk mempertahankan kedaulatan negara, keutuhan wilayah Negara
Kesatuan Republik Indonesia, dan keselamatan segenap bangsa dari ancaman dan
gangguan terhadap keutuhan bangsa dan Negara”.
Adapun yang menjadi hakikat, dasar, tujuan dan fungsi pertahanan Negara sesuai
dengan UU Nomor 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara adalah sebagai berikut:
(a)      Pasal 2 berbunyi:
“Hakikat pertahanan negara adalah segala upaya pertahanan bersifat semesta yang
penyelenggaraannya didasarkan pada kesadaran atas hak dan kewajiban warga
negara serta keyakinan pada kekuatan sendiri”.
(b)     Pasal 3 berbunyi:
(1)     Pertahanan negara disusun berdasarkan prinsip demokrasi, hak asasi manusia,
kesejahteraan umum, lingkungan hidup, ketentuan hukum nasional, hukum

11
internasional dan kebiasaan internasional, serta prinsip hidup berdampingan secara
damai.
(2)     Pertahanan negara disusun dengan memperhatikan kondisi geografis Indonesia
sebagai negara kepulauan.
(c)      Pasal 4 berbunyi:
“Pertahanan negara bertujuan untuk menjaga dan melindungi kedaulatan negara,
keutuhan wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan keselamatan segenap
bangsa dari segala bentuk ancaman”.
(d)     Pasal 5  berbunyi:
“Pertahanan negara berfungsi untuk mewujudkan dan mempertahankan seluruh
wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagai satu kesatuan pertahanan”.
Penyelenggaraan pertahanan Negara sebagaimana yang tercantum dalam UU
Nomor 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara adalah:
(a)      Pasal 6 berbunyi:
“Pertahanan negara diselenggarakan melalui usaha membangun dan membina
kemampuan, daya tangkal negara dan bangsa, serta menanggulangi setiap ancaman”.
(b)     Pasal 7 berbunyi:
(1)     Pertahanan negara, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6, diselenggarakan oleh
pemerintah dan dipersiapkan secara dini dengan sistem pertahanan negara.
(2)     Sistem pertahanan negara dalam menghadapi ancaman militer menempatkan
Tentara Nasional Indonesia sebagai komponen utama dengan didukung oleh
komponen cadangan dan komponen pendukung.
(3)     Sistem pertahanan negara dalam menghadapi ancaman non militer menempatkan
lembaga pemerintah di luar bidang pertahanan sebagai unsur utama, sesuai dengan
bentuk dan sifat ancaman yang dihadapi dengan didukung oleh unsur-unsur lain dari
kekuatan bangsa.
(c)      Pasal 8 berbunyi:
(1)     Komponen cadangan, terdiri atas warga negara, sumber daya alam, sumber daya
buatan, serta sarana dan prasarana nasional yang telah disiapkan untuk dikerahkan
melalui mobilisasi guna memperbesar dan memperkuat komponen utama.
(2)     Komponen pendukung, terdiri atas warga negara, sumber daya alam, sumber daya
buatan, serta sarana dan prasarana nasional yang secara langsung atau tidak langsung
dapat meningkatkan kekuatan dan kemampuan komponen utama dan komponen
cadangan.

12
(3)     Komponen cadangan dan komponen pendukung, sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1) dan ayat (2), diatur dengan undang-undang.
(d)     Pasal 9 berbunyi:
(1)     Setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya bela negara yang
diwujudkan dalam penyelenggaraan pertahanan negara.
(2)     Keikutsertaan warga negara dalam upaya bela negara, sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1), diselenggarakan melalui:
a)    pendidikan kewarganegaraan;
b)   pelatihan dasar kemiliteran secara wajib;
c)    pengabdian sebagai prajurit Tentara Nasional Indonesia secara sukarela atau secara
wajib; dan
d)   pengabdian sesuai dengan profesi.
(3)     Ketentuan mengenai pendidikan kewarganegaraan, pelatihan dasar kemiliteran
secara wajib, dan pengabdian sesuai dengan profesi diatur dengan undang-undang.
(e)      Pasal 10 berbunyi:
(1)     Tentara Nasional Indonesia berperan sebagai alat pertahanan Negara Kesatuan
Republik Indonesia.
(2)     Tentara Nasional Indonesia, terdiri atas Angkatan Darat, Angkatan Laut, dan
Angkatan Udara.
(3)     Tentara Nasional Indonesia bertugas melaksanakan kebijakan pertahanan negara
untuk:
a)    mempertahankan kedaulatan negara dan keutuhan wilayah;
b)   melindungi kehormatan dan keselamatan bangsa;
c)    melaksanakan Operasi Militer selain Perang; dan
d)   ikut serta secara aktif dalam tugas pemeliharaan perdamaian regional dan
internasional.
2.5         Kebhinnekaan Bangsa Indonesia
Kebhinnekaan bangsa Indonesia meliputi :
1)        Kebhinnekaan Mata Pencaharian
Indonesia merupakan negara kepulauan dan memiliki kondisi alam yang
berbeda-beda, seperti dataran tinggi atau pegunungan maupun dataran rendah atau
pantai sehingga masyarakat yang tinggal di daerah tersebut harus menyesuaikan cara
hidupnya dengan alam disekitarnya. Kondisi alam juga mengakibatkan perbedaan
mata pencaharian ada yang sebagai petani, nelayan, pedagang pegawai, peternak dan

13
lain-lain sehingga kebhinnekaan mata pencaharian tersebut dapat menjalin persatuan,
karena satu sama lain saling membutuhkan.
2)        Kebhinnekaan Ras
Letak Indonesia sangat strategis sehingga Indonesia menjadi tempat
persilangan jalur perdagangan. Banyaknya kaum pendatang ke Indonesia
mengakibatkan terjadinya akulturasi baik pada ras, agama, kesenian maupun budaya.
Ras di Indonesia terdiri dari Papua Melanesoid yang berdiam di Pulau
Papua, dengan ciri fisik rambut keriting, bibir tebal dan kulit hitam. Ras
Weddoid dengan jumlah yang relatif sedikit, seperti orang Kubu, Sakai, Mentawai,
Enggano dan Tomuna dengan ciri-ciri fisik, perawakan kecil, kulit sawo matang dan
rambut berombak. Selain ras tersebut, ada ras Malayan Mongoloid yang berdiam di
sebagian besar kepulauan Indonesia, khususnya di Kepulauan Sumatera dan
Jawa dengan ciri-ciri rambut ikal atau lurus, muka agak bulat, kulit putih sampai
sawo matang. Kebhinnekaan tersebut tidak mengurangi persatuan dan kesatuan,
karena tiap ras saling menghormati dan tidak menganggap ras nya paling unggul. 
3)        Kebhinnekaan Suku Bangsa
Indonesia merupakan negara kepulauan yang dipisahkan oleh perairan. Pulau-
pulau terisolasi dan tidak saling berhubungan. Akibatnya setiap pulau atau wilayah
memiliki keunikan tersendiri baik dari segi budaya, adat istiadat, kesenian, maupun
bahasa. Adanya kebhinnekaan tersebut menjadikan Indonesia sangat kaya. Walaupun
berbeda tetapi tetap menjunjung tinggi persatuan dan kesatuan. Terbukti dengan
menempatkan bahasa Indonesia menjadi bahasa resmi dan persatuan.
4)        Kebhinnekaan Agama
Masuknya kaum pendatang baik yang berniat untuk berdagang maupun
menjajah membawa misi penyebaran agama yang mengakibatkan kebhinnekaan
agama di Indonesia. Ada agama Islam, Kristen Katolik, Protestan, Hindu, Budha dan
Konghucu serta aliran kepercayaan. Kebhinnekaan agama sangat rentan akan
konflik, tetapi dengan semangat persatuan dan semboyan bhinneka tunggal ika
konflik tersebut dapat dikurangi dengan cara saling toleransi antar umat beragama.
Setiap agama tidak mengajarkan untuk menganggap agamanya yang paling benar
tetapi saling menghormati dan menghargai perbedaan sehingga dapat hidup rukun
saling berdampingan dan tolong menolong di masyarakat.
5)        Kebhinnekaan Budaya
Budaya adalah keseluruhan sistem gagasan tindakan dan hasil karya manusia
dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan miliki diri manusia dengan cara

14
belajar. Budaya memiliki tujuan untuk mengubah sikap dan juga perilaku
SDM kearah yang lebih baik. Masuknya kaum pendatang juga mengakibatkan
kebhinnekaan budaya di Indonesia sehingga budaya tradisional berubah menjadi
budaya yang modern tanpa menghilangkan budaya asli Indonesia sendiri seperti
budaya sopan santun, kekeluargaan dan gotong royong. Budaya tradisional dan
modern hidup berdampingan di masyarakat tanpa saling merendahkan satu sama
lain.
6)        Jenis Kelamin
Perbedaan jenis kelamin adalah sesuatu yang sangat alami tidak menunjukkan
adanya tingkatan. Anggapan kuat bagi laki-laki dan lemah bagi perempuan adalah
tidak benar. Masing-masing mempunyai peran dan tanggung jawab yang saling
membutuhkan dan melengkapi. Zaman dahulu kaum perempuan tidak diberi
kesempatan yang sama untuk mengembangkan potensinya dan seringkali tugasnya
dibatasi hanya sekitar rumah saja.

15
BAB III
PENUTUP

3.1         Kesimpulan
Negara tidak memihak kepada sesuatu golongan yang paling kuat atau yang paling
besar tidak menganggap kepentingan seseorang sebagai pusat, akan tetapi negara
menjamin keselamatan hidup bangsa seluruhnya sebagai persatuan yang tidak dapat
dipisahkan.
Perjuangan kemerdekaan Indonesia dilakukan dengan semangat kebangsaan dan
cinta tanah air oleh para pahlawan. Persatuan dan kesatuan merupakan modal utama
untuk mencapai kemerdekaan tersebut. Hingga pada tangal 17 Agustus 1945, rakyat
Indonesia memproklamirkan kemerdekaan Indonesia yang diwakili oleh Bung Karno dan
Bung Hatta.
Kebhinnekaan mata pencaharian, kebhinnekaan ras, kebhinnekaan suku bangsa,
kebhinnekaan agama, kebhinnekaan budaya, dan perbedaan jenis kelamin terbukti
menjadi perekat yang kuat bangsa Indonesia dalam memperkokoh rasa persatuan dan
kesatuan.
Kebhinnekaan bangsa Indonesia merupakan wujud yang nyata dari implikasi nilai-
nilai Pancasila yang juga melandasi terwujudnya Integrasi Nasional bangsa Indonesia.
Integrasi Nasional bermakna bahwa pentingnya mempersatukan pemerintah pusat
dengan pemerintahan di tingkat daerah dan mempersatukan rakyat yang majemuk, hidup
dalam berbagai golongan primordial yang beranekaragam nilai lembaga serta adat
kebiasaannya, sehingga merasa bagian dari satu bangsa yang sama.
Wujud konsep Integrasi Nasional berimplikasi pada Tujuan Nasional bangsa
Indonesia, yaitu:
a. melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia;
b. memajukan kesejahteraan umum;
c. mencerdaskan kehidupan bangsa;
d. ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian
abadi dan keadilan sosial.
Dapat kita bayangkan apabila Negara kita tidak memiliki integritas nasional yang
berperan sebagai penyatu bangsa itu sendiri tentu saja membahayakan kesolidaritasan
Negara Indonesia, keutuhan wilayah, dan keselamatan segenap bangsa.

16
DAFTAR PUSTAKA

http://gad0-gado.blogspot.com/2018/02/makalah-integrasi-nasional-dalam.html

17

Anda mungkin juga menyukai