Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH INDIVIDU

KEBIJAKAN PUBLIK YANG IDEAL

Disusun Oleh:

NAMA : PUTRI MAHDALENA


NPM : 2010104010013
MK : KEBIJAKAN SEKTOR PUBLIK 01

JURUSAN ILMU PEMERINTAHAN

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK

UNIVERSITAS SYIAH KUALA

2021

1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas


limpahan Rahmat-Nya, sehingga penulis beserta teman-teman dapat
menyelesaikan makalah tentang “Kebijakan Publik Yang Ideal”.

Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas yang


diberikan oleh Dosen mata kuliah Ekonomi Moneter.
Penulis mengharapkan makalah ini dapat memberi manfaat bagi
kita semua, dalam hal menambah pengetahuan dan wawasan kita tentang
Bank Indonesia.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada rekan-rekan kelompok
yang telah mendukung dan menjalin kerjasama yang baik
sehingga makalah ini dapat diselesaikan.
Penulis menyadari makalah  ini terdapat banyak kekurangan, maka
penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca demi perbaikan
menuju arah yang lebih baik. Kami mengharapkan semoga makalah ini
dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Banjarmasin, 25 November 2021

Penyusun

2
DAFTAR ISI

Kata Pengantar..........................................................................................................i
Daftar Isi..................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.............................................................................................1

B. Rumusan Masalah........................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN
A. Menuju kebijakan publik yang ideal............................................................2

B. Syarat-Syarat Kebijakan publik yang ideal..................................................9

C. Kebijakan Sebagai Intervensi Pemerintah.................................................12

D. Peran kepemimpinan dalam kebijakan publik...........................................14

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan................................................................................................16

B. Saran...........................................................................................................17

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................18

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang masalah

Kebijakan publik, hadir dengan tujuan tertentu, yaitu mengatur


kehidupan bersama untuk mencapai tujuan (misi dan visi) bersama yang
telah disepakati. Kebijakan publik merupakan jalan mencapai tujuan
bersaa yang dicita-citakan, Jika cita-cita bangsa Indonesia adalah
mencapai masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan pancasila dan
UUD RI 1945 (negara kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan
hukum dan tidak semata-mata kekuasaan), maka kebijakan publik adalah
seluruh prasarana (jalan,jembatan,dan sebagainya) dan sarana
(mobil,bahan bakar, dan sebagainya) untuk mencapai ‘tempat tujuan’
tersebut.

Namun bagi negara berkembang , kita terbelakan dengan negara


maju, tidak cukup dukungan dana, infrastruktur,sumber daya
manusia,teknologi,namun harus mengejar ketertinggalan dengan segera
agar semakin tidak tertinggal, karena makna tertinggal tidak saja sekedar
tertinggal namun juga dijajah oleh mereka yang jauh di depan kita.

B. Rumusan masalah

Adapun rumusan masalah dalam makalah ini

1. Proses menerapkan kebijakan publik yang ideal ?

2. Syarat-syarat kebijakan publik yang ideal ?

3. Implementasi kebijakan publik yang di indonesia?

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. Menuju kebijakan publik yang ideal

Untuk suatu kebijakan publik, yang tepat dikatakan: ‘apakah


kebijakan publik itu baik ataukah tidak?’. Dikatakan baik ini berarti
terutama sekali disamping seharusnya benar, tetapi juga sesuai dengan
kepentingan dari pada masyarakat dan Negara, sesuai dengan public
interest (kepentingan rakyat).

Kita mengetahui bahwa masing-masing negara itu mempunyai


rumusan kepentingan rakyat (public interest) bagi Bangsa dan Negaranya
masing-masing, yang biasanya disebut dengan kepentingan Nasional.
National interest di Indonesia, bisa kita lihat dalam pembukaan UUD RI
1945. Tiga unsur dari paa kepentingan Nasional ini adalah :

1. Memajukan kesejahteraan umum

2. Mencerdaskan kehidupan Bangsa dan

3. Ikut melaksanakan ketertiban Dunia.

Meskipun didalam penetapan kebijakan publik itu haruslah


memperhatikan kondisi dan situasi serta kriteria yang pokok tersebut,
sedang proses ‘decision making’ untuk kebijakan publik itu mempunyai
sifat yang futuristis, yaitu yang berkaitan dengan masa depan, namun perlu
sekali berusaha menemukan dan mempertimbangkan alternatif-alternatif
keputusan sebanyak-banyaknya. Dan barulah kemudian memilih satu
alternatif yang terbaik, yaitu mempunyai efek, akibat dan manfaat,yang
baik untuk masyarakat dan Negara.

5
Kebijakan pemerintah haruslah baik, atau karena
keinginan,pendapat dan kehendak dalam masyarakat itu berbeda-beda ,
maka pengambilan keputusannya haruslah sebaik mungkin. Yang menjadi
ukurannya adalah kepentingan masyarakat (public interest). Maka
merupakan kewajiban dari pemerintah untuk mengatur kehidupan dari
rakyat sebaik-baiknya sesuai dengan kehendaknya itu. Oleh karena itu di
Indonesia, kepentingan Nasional (national interest) yang tercantum dalam
pembukaan UUD RI 1945 merupakan ukuran (criteria) yang senantiasa
harus diperhatikan oleh pemerintah dalam mengambil keputusan dalam
kebijaksanaan (public policy decision), yaitu : kesejahteraan
rakyat,kecerdasan bangsa, dan ketertiban masyarakat.

Lalu apa yang dimaksud dengan kebijakan publik yang ideal itu
sendiri ? kebijakan publik yang ideal adalah kebijakan publik yang
membangun keunggulan bersaing dari setiap pribadi rakyat Indonesia baik
laki-laki maupun perempuan tanpa membedakan setiap keluarga Indonesia
, setiap organisasi baik masyarakat maupun pemerintah (sendiri) , baik
yang mencari laba maupun nirlaba.

Tugas negaraberubah dari sekedar tugas yang bersifat rutin, regular


dan tata usaha,melainkan membangun keunggulan kompetitif nasional.
Kebijakan publik bukan saja mengatur kehidupan bersama warganya,
namun untuk membangun kemampuan organisasi dalam lingkup nasional
untuk menjadi organisasi-organisasi yang mampu bersaing dengan
kapasitas global.

Kebijakan yang seperti itu dapat gambarkan melalui pembedaan


sebagai berikut :

IDEAL
MENYIMPANG

Menjamin persaingan yang sehat Pemberian proteksi dan monopoli tanpa

6
batas jelas

Kepastian Hukum Bias hukum

Pajak yang proporsional Pajak daerah yang mengisap kemampuan


rakyat

Memberdayakan badan-badan usaha Menjual badan-badan usaha secara obral

Pendidikan yang mengacu pada Penyeragaman pendidikan


tantangan global

Membangun kecakapan berdemokrasi Membuka keran demokrasi tanpa batas


yang jelas

Subsidi yang proporsional/ sesuai Subsidi tanpa batas yang jelas atau
dengan target subsidi yang dikehendaki penghapusan subsidi secara total atau
ekstrem

Kesempatan yang sama bagi investor Memprioritaskan investor global untuk


domestic dan global untuk menguasai menguasai asset ekonomi produktif
asset ekonomi produktif nasional nasional

Kebijakan yang menjamin penerapan Kebijakan yang memberi hak diskresi


prinsip good governance di setiap kepada kelompok dalam menerapkan
organisasi good governance

Oleh karena itu hasil akhir dari suatu kebijakan publik merupakan
akibat-akibat atau dampak yang benar-benar dirasakan oleh masyarakat,
baik yang diharapkan maupun yang tidak diharapkan sebagai konsekuensi
dari adanya tindakan pemerintah atau tidak adanya tindakan pemerintah
dalam bidang-bidang atau masalah masalah tertentu dalam masyarakat.

7
Namun hal yang terpenting adalah dalam pengambilan kebijakan
publik yang menjadi ukurannya adalah kepentingan masyarakat sehingga
menghasilkan hasil akhir kebijakan yang baik dan ideal.

Max Weber merincikan sepuluh ciri birokrasi ideal, yaitu :

1. Para anggotanya (staf) secara pribadi bebas, dan hanya melakukan


tugas-tugas impersonal dari jabatan-jabatannya.

2. Terdapat hierarki jabatan yang jelas.

3. Fungsi-fungsi jabatan diperinci dengan jelas.

4. Para pejabat diangkat berdasarkan kontrak.

5. Mereka diseleksi atas dasar kualifikasi profesional yang secara ideal


diperkuat dengan diploma yang diperoleh melalui ujian.

6. Mereka digaji dengan uang dan biasanya mempunyai hak-hak pensiun.

7. Pekerjaan pejabat adalah pekerjaan yang satu-satunya dan yang

8. Terdapat suatu struktur karier dan kenaikan pangkat adalah yang


mungkin baik melalui senioritas ataupun prestasi dan sesuai dengan
penilaian para atasan.

9. Pejabat tidak boleh mengambil kedudukannya sebagai miliknya


pribadi begitu pula sumber-sumber yang menyertai kedudukan itu.

10. Pejabat tunduk kepada pengendalian yang dipersatujan dan sistem


disipliner.

Menurut Islamy (1998:8), birokrasi di kebanyakan negara


berkembang termasuk Indonesia cenderung bersifat patrimonialistik : tidak
efesien, tidak efektif (over consuming and under producing),
tidakobyektif, menjadi pemarah ketika berhadapan dengan kontrol dan
kritik, tidak mengabdi kepada kepentingan umum, tidak lagi menjadi alat

8
rakyat tetapi telah menjadi instrumen penguasa dan sering tampil sebagai
penguasa yang sangat otoritatif dan represif.

Sebagaimana dijelaskan dalam beberapa hasil penelitian (Santoso,


1993; Thaba, 1996; Fatah, 1998), bahwa birokrasi di Indonesia ada
kecenderungan berkembang kearah dimana terjadinya proses pertumbuhan
jumlah personil dan pemekaran struktur dalam birokrasi secara tidak
terkendali. Pemekaran yang terjadi bukan karena tuntutan fungsi, tetapi
semata-mata untuk memenuhi tuntutan struktur. Disamping itu, terdapat
pula kecenderungann terjadinya birokrasi yakni proses pertumbuhan
kekuasaan birokrasi atas masyarakat, sehingga kehidupan masyarakat
menjadi dikendalikan oleh birokrasi. Akibatnya, birokrasi Indonesia
semakin membesar (big bureaucracy) dan cenderung tidak efektif dan
tidak efesien. Pada kondisi yang demikian, sangat sulit diharapkan
birokrasi siap dan mampu melaksanakan kewenangan-kewenangan
barunya secara optimal.

Untuk melihat lebih dalam mengenai birokrasi, kita terlebih dahulu


harus mengerti mengenai struktur formal. Struktur formal ini sangat
penting dipahami makna dari birokrasi itu sendiri.

Dalam memahami domain pemerintahan di dalam administrasi


publik, ada dua hal yang menjadi acuan, yaitu :

1. Isu yang dibahas adalah Kebijakan Publik.

2. Aktor terpenting dalam kebijakan publik adalah pemerintah. Namun,


pemerintah dalam hal ini identik dengan organisasi publik di dalam
makna negara.

Menurut konsep demokrasi modern, kebijakan publik tidaklah


hanya berisi cetusan pikiran atau pendapat para pejabat yang mewakili
rakyat, tetapi opini publik (public opinion) juga nenpunyai porsi yang
sama besarnya untuk diisikan (tercermin) dalam kebijakan-kebijakan

9
negara. Setiap kebijakan negara harus selalu berorientasi pada kepentingan
publik (public interest)

B. Syarat-Syarat Kebijakan publik yang ideal

Adapun beberapa syarat kebijakan publik yang baik.kebijakann


publik yang baik otomatis harus sesuai dengan namanya yaitu kebijakan
yang benar-benar pro publik atau melayani publik.berdasarkan
pengamatan dan rangkuman beberapa bacaan,syarat kebijan publik yang
pro publik tersebut adalah

1. Melibatkan publik dalam segala tahap

Pelibatan publik dalam kebijakan publik dalam segala tahap


( perencanaan,implementasi,dan evaluasi )dibutuhkan agar kebijakan
tersebut benar-benar sesuai dengan kebutuhan publik.seringkali hanya
ada perencanaannya saja publik dilibatkan.hasilnya memang kebijakan
tersebut ditujukan untuk publik tetapi karena dalam implementasi dan
evaluasi publik tidak dilibatkan maka bisa saja implementasi tersebut
tidak sesuai kalau sesuaipun tidak diikuti partisipasi publik yang
memadai.bahkan dalam evaluasi pun publik perlu dilibatkan supaya
bisa memberi masukan-masukan pada kebijakan berikutnya agar lebih
sempurna untuk kedepanya.undang-undang tentang pemerintah daerah
memberikan peluang bagi partisipasi publik dalam kebijan publik yaitu
di mungkinkan dibentuk forum pemangku kepentingan (stake holders)
kota atau kabupaten yang anggota-anggotanya terdiri dari berbagai
pihak dan unsur masyarakat,meskipun ada forum yang seperti
itu,partisipasi langsung masyarakat misalnya lewat kotak pengaduan
seharusnya harus bisa dibuka.

2. Realistik

Kebijakan publik yang baik juga harus realistik,realistik dalam


arti kebijakan tersebut harus benar-benar bisa diterapakan dan dengan

10
mempertimbangkan kemampuan dari pihak pemerintah baik hal
organisasi,personalia,maupun keuangan.

3. Tranparan

Tranparansi kebijakan yang dimaksud adalah publik harus bisa


mengakses informasi yang terkait dengan kebijakan publik yang
menuntut tranparansi adalah masalah keuangan.dalam ketentuan
undang-undang sekarang ini sudah diharuskan APBD baik propinsi
maupun kota dan kabupaten untuk memakai format yang tranparan dan
dapat dipertanggung jawabkan antara lain karena jelas tujuan
penggunaanya,jelas dasar perhitungannya dan jelas tolok ukur dampak
dan alokasi anggaran tersebut.

4. Jelas tolok ukur keberhasilanya

Kebijan yang baik juga harus jelas tolok ukur


keberhasilannya.hal ini berguna untuk digunakan sebagai alat atau
instrumen untuk melakukan evaluasi

5. Jelas target dan sasarannya

Kebijakan yang baik juga harus tepat sasaranya. Misalnya


kebijakan pengentsan kemiskinan harus jelas kriteria siapa yang
dimaksud sebagai orang orang miskin itu.jangan sampai karena
definisi operasional targer yang tidak jelas maka kebijakan yang
dilaksanakan menjadi tidak tepat sasaran atau tidak tepat targetnya

6. Jelas dasar hukumnya

Kebijakan pulik yang dilaksakan oleh pemerintah juga harus


jelas dasar hukumnya karena kebijakan tersebut tidak dilaksakan
diruamg hampa udara. Memilih landasan hukum yang tepat untuk
suatu kebijakan memang bukan hal yang mudah.contoh kasus dari
tidak berjalanya pilihan dasar hukum yang tepat ini adalah berbagai

11
peraturan daerah ( PERDA ) Yang bermasalah pada akhir-akhir ini.
Perda-perda tersebut bermasalah karena tidak jelas peraturanya
diatasnya yang menjadi payung, tidak ada peraturan diatasnya yang
memanyungi,bertentangan dengan peraturan yang di atasnya, dan lain-
lain.

7. Antar kebijakan tidak tumpah tindih dan bertentangan

Seringkali terjadi dalam praktek kebijakan terjadi tumpah


tindih antar kebijakan dan juga terjadi pertentangan antar kebijakan
publik. Tumpah tindih maksudnya adalah apa yang sudah di jangkau
oleh suatu kebijakan diatur lagi oleh kebijan yang lain. Misalnya saja
kasus pembinaan pengusaha kecil, hampir semua dinas dan lembaga
mempunyai program pembinaan untuk pengusaha kecil. Akibatnya
pada pengusaha kecil yang berkali-kali harus ikut pembinaan yang
dilaksanakan oleh berbagai lembaga dengan materi yang sama.
Sedangkan contoh kebijakan yang bertentangan satu sama lain
misalnya dulu pernah terjadi kebijakan umum APBD yang nantinya
akan menjadi dasar APBD di peraturan yang satu cukup ditetapkan
dengan surat keputusan bupati atau walikota, tetapi di peraturan yang
lain harus dengan peraturan daerah ( berarti harus disetujui oleh DPRD
)

C. Kebijakan Sebagai Intervensi Pemerintah

Pemaknaan konsep kebijakan publik sebagai intervensi pemerintah


menitikberatkan pada peran aktor di luar pemerintah dalam memecahkan
suatu masalah, dalam hal ini pemerintah mengikutsertakan berbagai
instrument/sumber daya di luar Negara/pemerintah. Sehingga tidak hanya
pemerintah sajalah yang menjadi actor tunggal dan utama dalam
pengambilan keputusan untuk mengatasi persoalan-persoalan publik.
Berikut ini makna dari konsep kebijakan publik yang termasuk dalam
sudut pandang kebijakan sebagai intervensi pemerintah, antara lain :

12
a. Carl friedrich mengungkapkan kebijakan publik sebagai suatu arah
tindakan yang diusulkan oleh seseorang, kelompok atau pemerintah
dalam suatu lingkungan tertentu , yang memberikan hambatan-
hambatan dan kesempatan-kesempatan terhadap kebijakan yang
diusulkan untuk menggunakan dan mengatasi dalam rangka mencapai
suatu tujuan, atau merealisasikan suatu sasaran atau maksud tertentu.

b. Chandler & Plano (1982) dalam kamus “wajib” Ilmu Administrasi


Negara, The Public Administration Dictionary, mengatakan bahwa:
“Public Policy is strategic use of reseorces to alleviate national
problems or governmental concerns”. Secara sederhana dapat diartikan
bahwa kebijakan publik adalah pemanfaatan yang strategis terhadap
sumber daya yang ada untuk memecahkan masalah publik atau
pemerintah. Chandler & Plano lalu membedakannya atas empat bentu,
yakni: regulatory, redistributive, distributive, dan constituent.

c. Robert Eyestone mendefinisikan kebijakan publik sebagai hubungan


suatu unit pemerintah dengan lingkungannya. Konsep yang ditawarkan
Eyestone ini mengandung pengertian yang sangat luas dan kurang
pasti karena apa yang dimaksud kebijakan publik dapat mencakup
banyak hal.

d. Konsep lain mengenai kebijakan publik sebagai intervensi pemerintah


juga dikemukakan oleh Chandler and Plano (1988). Menurut mereka,
Kebijakan publik adalah pemanfaatan yang strategis terhadap sumber
daya-sumber daya yang ada untuk memecahkan masalah-masalah
publik atau pemerintah.

e. Chaizi Nasucha (2004), mengatakan bahwa kebijakan publik adalah


kwenangan pemerintah dalam pembuatan suatu kebijakan yang
digunakan ke dalam perangkat peraturan hukum. Kebijakan tersebut
bertujuan untuk menyerap dinamika sosial dalam masyarakat, yang

13
akan dijadikan acuan perumusan kebijakan agar tercipta hubungan
sosial yang harmonis.

D. Peran kepemimpinan dalam kebijakan publik

Peran pemerintah dalam kebijakan publik sangat  penting karena


hanya pemimpinlah yang mempunyai tugas pokok memastikan perumusan
kebijakan dibuat sesuai dengan seharusnya. Untuk dapat mengambil
kebijakan secara bijaksana, seorang pemimpin yang unggul sangat
diperlukan dalam suatu pemerintahan. Karakter pemimpin yang unggul :

1. Kreditabilitas
Pemimpin mempunyai keyakinan dan komitmen, integritas
kejujuran, respek, kepercayaan yang konsisten, keberanian,    
kemauan untuk bertanggung jawab atas keyakinan, ketenangan batin,
keahlian dan profesionalitas.
2. Nilai
Tugas pemimppin adalah member value atau nilai bagi
organisasi yang dipimpin.
3. Teladan
Pemimppin dapat memberikan contoh, inspirasi dan dorongan.
Keteladanan berarti simbol kedewasaan, karena seorang yang menjadi
teladan harus mampu  memberikan toleransi, kerendahan hati dan
kesabaran.
4. Harapan
Pemimpin memberikan harapan dengan membuka mata
pengikutnya akan tantangan masa depan dan cara mengatasinya.

Kebijakan publik yang ideal mempunyai ciri-ciri utama sebagai berikut :

1. Cerdas
Cerdas berarti dapat memecahkan masalah pada intinya.
Kecerdasan membuat pengambilan keputusan kebijakan publik fokus

14
pada isu kebijakan yang hendak dikelola dalam kebijakan publik
daripada popularitasnya sebagai pengambilan keputusan kebijakan.
2. Bijaksana
Bijaksana bararti tidak menghasilkan masalah yang baru yang
lebih besar dari masalah yang dipecahkan. Kebijaksanaan membuat
pengambil keputusan kebijakan publik tidak menghindarkan diri dari
kesalahan yang tidak perlu.
3. Memberi harapan
Memberi harapan pada seluruh warga bahwa mereka dapat
memasuki hari esok yang lebih baik dari hari ini. Dengan member
harapan, kebijakan publik berarti membangun kehidupan yang
produktif sehingga kebijakan dapat dilaksanakan secara self
implementea atau masyarakat secara mandiri termotifasi untuk
melaksanakannya.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Pertama, review terhadap unjuk kerja pegawai memang mampu


memperkuat birokrasi dan para pejabat terpilih, namun ternyata cenderung
memperlemah responsivitas politik para administrator publik tersebut.

15
Kedua, dengan mengadopsi pendekatan kewirausahaan terhadap
sistem keuangan publik, memang ada peluang untuk meningkatkan jumlah
pendapatan, namun hal tersebut cenderung mengurangi tingkat
responsivitas politik.

Ketiga, penekanan terhadap pelayanan pelanggan tidak serta merta


meningkatkan responsivitas politik, karena dalam prakteknya hal itu
ternyata berarti hanya memperhatikan kepentingan individu-individu
tertentu; padahal pelayanan kepada masyarakat seharusnya ditujukan
untuk meningkatkan responsivitas kepada publik tanpa diskriminasi.

Keempat, kemitraan sektor publik dengan swasta yang ditawarkan


oleh model reinventing government, dalam prakteknya ternyata
menimbulkan masalah etik. Khusus mengenai masalah etik, Ghere (1997)
menyimpulkan bahwa dalam gema ‘reinventing government’, ada indikasi
bahwa etika administrasi publik terlupakan. Ia melakukan studi kasus
tentang kemitraan antara ‘county government’ (setingkat kecamatan)
dengan ‘local chamber of commerce’ (Kadin-daerah) dari dua perspektif,
standar moral pribadi para pelaku dan etika kebijakan institusional. Studi
kasus ini memperlihatkan adanya penyalahgunaan keuangan publik dalam
kemitraan dua lembaga tersebut. Jika di tempat kelahirannya saja, model
yang ditawarkan secara global tersebut sarat dengan masalah, haruskah
kita latah menggunakan pendekatan yang sama tanpa kajian seksama.

B. Saran

Sudah saatnya pemerintah mengubah mainset dalam


memformulasikan kebijakan publik. Jika sebelumnya mainset yang
digunakan oleh pemerintah dalam merumuskan kebijakan adalah
bersifat problem oriented, sehingga cenderung berfokus pada prosedur dan
aturan untuk memecahkan masalah, yang berdampak pada birokrasi pita
merah (red tape). Maka untuk saat ini dan di masa mendatang, mainset
yang digunakan dalam memformulasikan kebijakan harus bersifat goal

16
oriented. Sehingga kebijakan yang dirumuskan tidak membuat masyarakat
terjebak pada aturan dan prosedur yang rumit, namun yang terpenting
adalah bagaimana tujuan yang telah ditetapkan dapat tercapai, tanpa
terlepas dari nilai-nilai fundamental sebagai landasan untuk berfikir dan
bertindak.

DAFTAR PUSTAKA

Soenarko,Public Policy Pengertian Pokok Untuk Memahami Dan Analisa


KebijaksanaanPemerintah, (Surabaya:Airlangga University Press, 2019),
hlm 27
Solichin Abdul Wahab,Analisis Kebijaksanaan Dari Formulasi Ke Implementasi
Kebijaksanaan Negara,(Jakarta:Bumi Aksara,2018) hlm,10
Nasir, M. 2014. Ekonomi Moneter dan Kebanksentrala. Jakarta. Mitra Wacana
Media

17
Dunn, William N, 2018. Pengantar Analisis Kebijakan Publik. Yogyakarta:
Gadjah Mada University Press.
Nugroho, Riant. 2014. Public Policy. Jakarta: PT Elex Media Komputindo
Suharto, Edi. 2014. Analisis Kebijakan Publik. Bandung: Penerbit Alfabeta
AG.Subarsono. 2015. Analisis Kebijakan Publik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Budi Winarno. 2017. Kebijakan Publik: Teori dan Proses. Yogyakarta: Media
Pressindo.
Dr. Syafaruddin, M.Pd, 2018. Efektifitas Kebijakan Pendidikan, Jakarta : PT.
Rineka Cipta.
Edi Suharto, Ph.D, 2020, Analisa Kebijakan Publik panduan praktis mengkaji
masalah dan kebijakan public, Bandung:Alfabeta.
Miftah toha. 2015. Dimensi-Dimensi Prima Ilmu Aministrasi Negara. Jakarta:
Rajagrafindo Persada.
Riant Nugroho. 2013. Kebijakan Publik: formulasi, implementasi, dan evaluasi.
Jakarta: Elex Media Komputindo.
Riant Nugroho. 2018. Public Policy. Jakarta: Elex Media Komputindo.
William N. Dunn, 2019, Pengantar Analisis Kebijakan Publik, Yogyakarta:Gadjah
Mada University Press.
Meltsner, Arnold J. Policy analysis in the Bureaucracy, University of California
Press, 2016.
Meyer, Robert R & Ernest Greenwood; Rancangan Penelitian Kebijakan Sosial;
CV. Rajawali, Jakarta, 1984.
Nugroho, Riant Public Policy, Elekmedia Komputindo, Jakarta; 2018
Parsons, Wayne : Public Policy: Prenada Media, Jakarta, 2015.
Poister, Theodore H.; Measuring Performance in Public and Nonprofit
Organizations; john Wiley & Sons; San Fransisco, 2013.
Rossi, Peter H. & Walter Williams (eds); Evaluating Social Programs – Theory;
Practice, and Politics; Seminar Press; New York; 2012
Rutman, Leonard (ed.), Evaluation Research Methods- a basic Guide; Sage
Publication, London, 2017

18
Weis, Carol H. Evaluation Research : Methods for Assesing Program
Effectiveness, Prentice Hall, New Jersey, 2016.

19

Anda mungkin juga menyukai