PRAKATA
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan, karena pertama atas karunia-
Nya maka makalah ini bisa terselesaikan dengan baik sebelum batas waktu yang
ditentukan sehingga akan siap dengan baik pula untuk dipresentasikan nantinya.
Makalah ini dibuat atas kepentingan pemenuhan tugas kelompok lima, pada mata
kuliah Pengantar Antropologi, sub pokok bahasan “Dinamika Masyarakat dan
Kebudayaan” dengan batasan masalah: pada masyarakat dinamis, mobilitas
penduduk, peristiwa kebudayaan, dinamika sosial, internalisasi dan sosialisasi.
Dalam proses penyusunan makalah ini pun tak lepas dari keaktifan semua
anggota kelompok dengan visi yang sama yaitu bisa menyajikan makalah ini
dalam sebaik-baiknya.
Harapan kami tentunya makalah ini bisa bermanfaat bagi semua yang
memanfaatkan dan mendapat nilai sebaik-baiknya, nilai terbaik dari dosen
pengampu. Terimakasih dan mohon maaf atas segala bentuk kekurangan atau
ketidaksuaian yang mungkin semua temukan dalam makalah ini.
ii
DAFTAR ISI
PRAKATA ………………………………………………………………….. ii
ii
i
BAB III PENUTUP …………………………………………………………. 16
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………….. 18
i
v
BAB I
PENDAHULUAN
Semua dari kita hidup dalam masyarakat dan menerapkan nilai-nilai budaya,
maka semua dari kita juga merupakan bagian dari dinamika dalam masyarakat
dan kebudayaan. Menjadi sangat perlu untuk mengetahui istilah tersebut secara
mendalam karena kita semua ada di dalam dinamika tersebut. Dinamika
merupakan bagian tak terpisahkan dari setiap kegiatan kelompok manusia.
Menjadi sangat perlu untuk memahami apa itu dinamika masyarakat dan
kebudayaan, maka kami mencoba menyusun makalah ini untuk memberi
pemahaman tentang topik bahasan tersebut serta beberapa topik sub bahasan yang
menjadi titik berat rumusan masalah dalam makalah ini.
b) Apa definisi masyarakat, dan apa itu kebudayaan, serta penjelasan yang
relevan dengan itu?
c) Apa definisi masyarakat dinamis, serta penjelasan yang relevan dengan itu?
d) Apa definisi dan contoh peristiwa kebudayaan seperti cultural lag, survival,
conflict dan shock?
e) Apa definisi dinamika sosial, serta penjelasan yang relevan dengan itu?
1
1.3 Tujuan
a) Sebagai referensi perkuliahan dan bisa dipahami sebagai materi yang relevan
untuk mata kuliah pengantar Antropologi, berkaitan tentang “Dinamika
Masyarakat dan Kebudayaan”
1.4 Manfaat
2
BAB II
PEMBAHASAN
Kebudayaan adalah suatu cara hidup yang berkembang, dan dimiliki bersama
oleh sebuah kelompok orang, dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya
terbentuk dari banyak unsur yang rumit, termasuk sistem agama dan politik, adat
istiadat, bahasa, perkakas, pakaian, bangunan, dan karya seni. Bahasa,
sebagaimana juga budaya, merupakan bagian tak terpisahkan dari diri manusia
sehingga banyak orang cenderung menganggapnya diwariskan secara genetis.
Ketika seseorang berusaha berkomunikasi dengan orang-orang yang berbeda
budaya, dan menyesuaikan perbedaan-perbedaannya, membuktikan bahwa
budaya itu dipelajari.
3
Sehingga dapat disimpulkan bahwa dinamika masyarakat dan kebudayaan
adalah cara kehidupan masyarakat yang selalu bergerak, berkembang dan
menyesuaikan diri dengan setiap keadaan.
Secara istilah dinamis adalah : sifat yang hidup penuh semangat, terus bergerak,
untuk menghasilkan perubahan yang membawa kemajuan.Demikian pula halnya
dengan kehidupan masyarakat. Di dalam masyarakat yang merupakan kumpulan
manusia, tentu akan mengalami perubahan karena ada dinamika sosial di
dalamnya yang menandakan adanya kehidupan. Perubahan dalam suatu
masyarakat dapat berlangsung dengan cepat atau lambat. Ada perubahan yang
banyak memberikan pengaruh dan ada pula yang tidak.
Contoh :
· Sehingga tetap tenang dan bahagia meski banyak persoalan yang dihadapi
4
Ada beberapa karakter manusia dinamis yang mungkin bisa di pelihara
dalam diri kita :
2. Bersikap Independen
5
4. Mendahulukan Yang Lebih Penting
6. Tahan Uji
6
Jenis-jenis mobilitas penduduk permanen (migrasi) :
d) Emigrasi yaitu keluarnya penduduk suatu negara untuk masuk ke negara lain.
a) Faktor dari daerah asal yang disebut faktor pendorong seperti adanya
bencana alam, panen yang gagal, lapangan kerja terbatas, keamanan
terganggu, kurangnya sarana pendidikan, dll.
b) Faktor yang ada di daerah tujuan yang disebut faktor penarik seperti
tersedianya lapangan kerja, upah tinggi, tersedia sarana pendidikan,
kesehatan dan hiburan.
c) Faktor yang terletak di antara daerah asal dan daerah tujuan yang disebut
penghalang, contohnya jarak dan akses teleportasi.
d) Faktor yang terdapat pada diri seseorang disebut faktor individu. Faktor ini
sangat mempengaruhi keinginan seseorang untuk melakukan mobilitas atau
tidak, contoh faktor ini antara lain tingkat pendidikan, umur dan jenis
kelamin.
7
2.4.1 Cultural lag
Cultural Lag adalah peristiwa kebudayaan yang terjadi karena tidak bisanya
masyarakat untuk memahami atau mengikuti suatu perubahan yang terjadi di
dalam budaya. Ini dapat dicontohkan dengan bagaimana teknologi terus
berkembang tetapi di lain pihak, masyarakat sendiri tidak melakukan sebuah
perkembangan, dan banyak dari masyarakat yang masih belum bisa mengejar
ketertinggalangan era modernitas karena kurangnya pengetahuan dan kurangnya
kemampuan dalam segi ekonomi. Karena teknologi yang baru ini tidak bisa
dengan begitu saja diperoleh secara gratis oleh masyarakat melainkan harus
membayar harga yang begitu mahal dan tidak semua masyarakat dapat
menggapainya. Maka dari itu terjadilah cultural lag.
8
terjadinya perbudakan di Amerika. Hasil dari pro dan kontra tadi adalah perang
saudara di amerika.
Dinamika sosial adalah perubahan sosial sebagai proses sosial yang terjadi
dalam masyarakat merupakan suatu gejala umum yang berlaku di mana pun
selama hidup manusia. Dalam kehidupan bermasyarakat di mana pun pasti akan
mengalami dinamika sosial. Dinamika sosial terjadi sebagai akibat adanya
interaksi antarmanusia dan antarkelompok, sehingga antara mereka terjadi proses
saling memengaruhi yang menyebabkan terjadinya dinamika sosial.
9
Dengan kata lain perubahan sosial meliputi perubahan organisasi sosial, status,
lembaga, dan struktur sosial masyarakat.
Tokoh yang berpengaruh pada teori ini adalah Emile Durkheim dan
Ferdinand Tonnies. Emile Durkheim berpendapat bahwa perubahan karena
evolusi memengaruhi cara pengorganisasian masyarakat, terutama yang
berhubungan dengan kerja. Adapun Ferdinand Tonnies memandang bahwa
masyarakat berubah dari masyarakat sederhana yang mempunyai hubungan erat
dan kooperatif menjadi tipe masyarakat besar yang memiliki hubungan
terspesialisasi, terpecah-pecah, terasing, dan mengalami lemahnya ikatan sosial.
Hal itu terjadi dalam masyarakat perkotaan.
Tokoh dalam teori ini adalah Ralf Dahrendorf. Ia berpendapat bahwa semua
perubahan merupakan hasil dari konflik kelas di masyarakat. Menurut
pandangannya, prinsip dasar teori konflik sosial dan perubahan sosial, selalu
10
melekat dalam struktur masyarakat. Menurut teori ini, konflik berasal dari
pertentangan kelas masyarakat antara kelompok tertindas dengan kelompok
penguasa, sehingga akan mengarah pada perubahan sosial. Teori ini berpedoman
pada pemikiran Karl Marx yang menyebutkan bahwa konflik kelas sosial
merupakan sumber yang paling penting dan berpengaruh dalam semua perubahan
sosial.
Teori ini mempunyai perspektif (sudut pandang) yang menarik dalam melihat
perubahan sosial. Teori ini beranggapan bahwa perubahan sosial tidak dapat
dikendalikan sepenuhnya oleh siapa pun, bahkan orang-orang ahli sekalipun.
Dalam setiap masyarakat terdapat siklus yang harus diikutinya. Menurut teori ini,
kebangkitan dan kemunduran suatu peradaban (budaya) tidak dapat dielakkan,
dan tidak selamanya perubahan sosial membawa dampak kebaikan.
2.6 Internalisasi
11
mengolah segala perasaan, hasrat, nafsu, dan emosi yang kemudian membentuk
kepribadiannya.
12
macam lingkungan sosial dan budayanya. Contoh: bayi yang lahir terus belajar
bagaimana mendapatkan perasaan puas dan tidak puas.
2.7 Sosialisasi
A. Sosialisasi primer
B. Sosialisasi sekunder
13
2.7.2 Tipe Sosialisasi
A. Formal
B. Informal
Sosialisasi tipe ini terdapat di masyarakat atau dalam pergaulan yang bersifat
kekeluargaan, seperti antara teman, sahabat, sesama anggota klub, dan kelompok-
kelompok sosial yang ada di dalam masyarakat.
Sosialisasi dapat dibagi menjadi dua pola: sosialisasi represif dan sosialisasi
partisipatoris. Sosialisasi represif (repressive socialization) menekankan pada
penggunaan hukuman terhadap kesalahan. Ciri lain dari sosialisasi represif adalah
penekanan pada penggunaan materi dalam hukuman dan imbalan. Penekanan
pada kepatuhan anak dan orang tua. Penekanan pada komunikasi yang bersifat
satu arah, nonverbal dan berisi perintah, penekanan sosialisasi terletak pada orang
14
tua dan keinginan orang tua, dan peran keluarga sebagai significant other.
Sosialisasi partisipatoris (participatory socialization) merupakan pola di mana
anak diberi imbalan ketika berprilaku baik. Selain itu, hukuman dan imbalan
bersifat simbolik. Dalam proses sosialisasi ini anak diberi kebebasan. Penekanan
diletakkan pada interaksi dan komunikasi bersifat lisan yang menjadi pusat
sosialisasi adalah anak dan keperluan anak. Keluarga menjadi generalized other.
15
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
16
3.2 Saran
b) Penekanan aspek kajian materi pada pendapat ahli yang relevan dan yang
umum telah dipakai dalam mempelajari agen-agen sosialisasi dan pola-polas
sosialisasi dalam ilmu sosiologi
c) Dan sebagainya.
17
DAFTAR PUSTAKA
Paul Johnson, Doyle. 1994. Teori Sosiologi: Klasik dan Modern. Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama
18