Psikologi Komunikasi
Oleh :
Salsabella ( 07031182126043)
Siti Ahdah Andita ( 07031282126101)
Fadiah Isnaini Syam ( 07031282126071)
Dimas Bagus A. P. ( 07031282126072)
Desna Habila ( 07031282126087)
ILMU KOMUNIKASI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
INDRALAYA
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia-
Nya kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini dengan tepat waktu, yang berjudul “Konsep
Sistem Komunikasi Kelompok” yang mana merupakan tugas kelompok dari bapak Rizky
Ghoffar Ismail, S.PSI., M.SI selaku dosen pengampu matakuliah Psikologi komunikasi. Selain
itu, ucapan terima kasih kami berikan kepada beberapa pihak yang telah berperan dalam proses
penyelesaian makalah ini, diantaranya sebagai berikut
:
1. Salsabella
2. Siti Ahdah Andita
3. Fadiah Isnaini Syam
4. Dimas Bagus Aryo Pamungkas
5. Desna Habila
Dalam makalah ini berisi mengenai kelompok dan pengaruhnya pada perilaku komunikasi,
klasifikasi kelompok, serta bentuk komunikasi kelompok dan juga contohnya pada kehidupan sehari-
hari. Kami menyadari bahwa makalah ini masih memerlukan tambahan masukkan. Oleh karena
itu, kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi
kesempurnaan makalah ini.
Harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan bermanfaat bagi
pembacanya, sehingga dapat memperbaiki bentuk maupun menambah dan mengembangkan
isi makalah yang kami buat ini agar menjadi lebih baik lagi.
Kelompok 10
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
2
1.2 Rumusan Masalah
3
BAB II
PEMBAHASAN
4
C. Polarisasi
Polarisasi adalah kecenderungan ke arah posisi yang ekstrem. Bila sebelum diskusi
kelompok para anggota mempunyai sikap agak mendukung tindakan tertentu, setelah diskusi
mereka akan lebih kuat lagi mendukung tindakan itu. Sebaliknya, bila sebelum diskusi para
anggota kelompok agak menentang tindakan tertentu, setelah diskusi mereka akan menentang
lebih keras. Polarisasi mengandung beberapa implikasi yang negatif, di antaranya adalah:
1. Kecenderungan ke arah ekstremisme menyebabkan peserta komunikasi menjadi lebih jauh
dari dunia nyata yang menciptakan peluang bagi mereka untuk berbuat kesalahan.
2. Polarisasi akan mendorong ekstremisme dalam kelompok gerakan sosial atau politik.
2.2 Klasifikasi Kelompok
Telah banyak klasifikasi kelompok yang dilahirkan oleh para ilmuwan sosiologi, namun
dalam kesempatan ini kita sampaikan hanya tiga klasifikasi kelompok.
Kelompok primer dan sekunder
Charles Horton Cooley pada tahun 1909 (dalam Jalaluddin Rakhmat, 1994) mengatakan
bahwa kelompok primer adalah suatu kelompok yang anggota-anggotanya berhubungan akrab,
personal, dan menyentuh hati dalam asosiasi dan kerja sama. Sedangkan kelompok sekunder
adalah kelompok yang anggota-anggotanya berhubungan tidak akrab, tidak personal, dan tidak
menyentuh hati kita. Jalaludin Rakhmat membedakan kelompok ini berdasarkan karakteristik
komunikasinya, sebagai berikut : Kualitas komunikasi pada kelompok primer bersifat dalam dan
meluas. Dalam, artinya menembus kepribadian kita yang paling tersembunyi, menyingkap unsur-
unsur backstage (perilaku yang kita tampakkan dalam suasana privat saja). Meluas, artinya sedikit
sekali kendala yang menentukan rentangan dan cara berkomunikasi. Pada kelompok sekunder
komunikasi bersifat dangkal dan terbatas. Komunikasi kelompok primer lebih menekankan aspek
hubungan daripada aspek isi, sedangkan kelompok sekunder adalah sebaliknya. Komunikasi
kelompok primer cenderung ekspresif, sedangkan kelompok sekunder instrumental.
Komunikasi kelompok primer cenderung informal, sedangkan kelompok sekunder formal.
Kelompok Keanggotaan dan Kelompok Rujukan
Theodore Newcomb (1930) melahirkan istilah kelompok keanggotaan (membership
group) dan kelompok rujukan (reference group). Kelompok keanggotaan adalah kelompok yang
anggota-anggotanya secara administratif dan fisik menjadi anggota kelompok itu. Sedangkan
kelompok rujukan adalah kelompok yang digunakan sebagai alat ukur (standard) untuk menilai
5
diri sendiri atau untuk membentuk sikap. Menurut teori, kelompok rujukan mempunyai tiga fungsi:
fungsi komparatif, fungsi normatif, dan fungsi perspektif. Saya menjadikan Islam sebagai
kelompok rujukan saya, untuk mengukur dan menilai keadaan dan status saya sekarang (fungsi
komparatif).
Kelompok Dalam (In-Group) dan Kelompok Luar (Out-Group)
Kelompok dalam merupakan bentuk kesadaran seseorang tentang identitas dirinya dalam
suatu kelompok, misalnya keluargaku, negaraku, dan profesiku. Kata "ku" dalam pernyataan
tersebut menunjukan seseorang merasa menjadi bagian dalam kelompok. Sedangkan pada
kelompok luar seseorang dapat merasa bahwa dirinya bukan bagian dari suatu kelompok. Out-
group dapat berubah in-group karena adanya kontak dan komunikasi yang memungkinkan
interaksi sosial antar kelompok atau antar individu terjalin dengan baik sehingga muncul rasa
simpati.
Kelompok Deskriptif dan Kelompok Preskriptif
John F. Cragan dan David W. Wright (1980) membagi kelompok menjadi dua: deskriptif
dan peskriptif. Kategori deskriptif menunjukkan klasifikasi kelompok dengan melihat proses
pembentukannya secara alamiah. Berdasarkan tujuan, ukuran, dan pola komunikasi, kelompok
deskriptif dibedakan menjadi tiga: a. kelompok tugas; b. kelompok pertemuan; dan c. kelompok
penyadar. Kelompok tugas bertujuan memecahkan masalah, misalnya transplantasi jantung, atau
merancang kampanye politik. Kelompok pertemuan adalah kelompok orang yang menjadikan diri
mereka sebagai acara pokok. Melalui diskusi, setiap anggota berusaha belajar lebih banyak tentang
dirinya. Kelompok terapi di rumah sakit jiwa adalah contoh kelompok pertemuan. Kelompok
penyadar mempunyai tugas utama menciptakan identitas sosial politik yang baru. Kelompok
revolusioner radikal; (di AS) pada tahun 1960-an menggunakan proses ini dengan cukup banyak.
Kelompok preskriptif, mengacu pada langkah-langkah yang harus ditempuh anggota kelompok
dalam mencapai tujuan kelompok. Cragan dan Wright mengkategorikan enam format kelompok
preskriptif, yaitu: diskusi meja bundar, simposium, diskusi panel, forum, kolokium, dan prosedur
parlementer.
2.3 Bentuk Komunikasi
Komunikasi kelompok adalah sebuah pertukaran informasi atau pesan yang terjadi secara
langsung atau bertatap muka antara tiga orang atau lebih. Secara garis besar, komunikasi kelompok
terdiri daru dua bentuk, yaitu komunikasi kelompok deskriptif dan komunikasi kelompok
6
preskriptif.
A. Komunikasi kelompok deskriptif
Terdapat tiga kategori kelompok, menurut para ahli komunikasi kelompok yaitu kelompok
tugas, kelompok pertemuan, dan kelompok penyadar yang masing-masing menggambarkan
tahapan perkembangan proses kelompok.
Kelompok tugas, yang diambil dari model Aubrey Fisher. Menurut Fisher kelompok melewati
empat tahap :
3) Tahap pemunculan, dalam tahap ini ada sebuah anti-klimaks setelah adanya konflik.
Kelompok Pertemuan. Menurut Bennis dan Sheperd, perkembangan proses kelompok terdiri
dari dua tahap yang kebergantungan pada otoritas:
2) Tahap selanjutnya, kebergantungan satu sama lain. Setelah pihak koalisi menyadari bahwa
mereka mandiri, kemudian kelompok keseluruhan mulai goyah akibat koalisi tersebut,
yang menjadi penyebab terpecahnya kelompok menjadi dua. Dimana masing-masing
bergantung satu sama lain pada pecahan kelompok mereka. Dari hal inilah kehidupan
kelompok pertemuan mengalami pertumbuhan diri, namun ditahap ini juga emosi dikuras
habis, yang dimana dalam beberapa hal akan menimbulkan kerusakan emosional pada
7
individu. Perlu diingat bahwa emosi mempunyai pengaruh besar terhadap tingkah laku dan
kepribadian seseorang.
Kelompok Penyadar. Menurut James Chesebro, John Cragan, dan Patricia McCullough,
terdapat empat perkembangan proses kelompok penyadar :
1) Kesadaran diri akan identitas baru. Artinya para anggota kelompok harus terdiri dari orang-
orang yang mempunyai karakteristik yang menjadi dasar kelompok.
2) Identitas kelompok melalui polarisasi (Pembagian dua kelompok yang berlawanan). Tahap
ini para anggota kelompok mulai membeda-bedakan kelompoknya dengan kelompok lain
atau dengan kata lain, mulai membicarakan tabiat kelompok lain sebagai “musuh”nya.
3) Menegakan nilai-nilai baru bagi kelompok. Di tahap ini kelompok mulai teguh akan nilai-
nilai kelompok mereka dengan kelompok yang bertentangan.
Format Diskusi. Menurut formatnya komunikasi kelompok ini dapat diklasifikasikan pada dua
kelompok besar, privat dan publik. Craghan dan Wright (1980) menjelaskan tentang format
diskusi, yang terdiri dari:
1) Diskusi meja bundar, yang biasanya digunakan untuk diskusi yang sifatnyaterbatas dan
informal. Dalam format seperti ini memungkinkan individu berbicara kapan saja tanpa
ada agenda yang tetap.
8
2) Simposium, adalah serangkaian pidato pendek yang menyajikan berbagai aspek dari
sebuah topik atau posisi yang pro dan kontra terhadap masalah yang kontroversial, dalam
format diskusi yang sudah dirancang sebelumnya.
4) Forum – waktu tanya jawab yang terjadi setelah diskusi terbuka. Dimana khalayak
mempunyai kesempatan untuk mengajukan suatu pertanyaan dan memberikan tanggapan.
6) Prosedur perlementer – format diskusi yang secara ketat mengatur peserta diskusi yang
besar pada periode waktu tertentu ketika sejumlah keputusan harus dibuat. Para peserta
harus mengikuti peraturan tata tertib yang telah ditetapkan secara eksplisit.
Sistem Agenda Pemecahan Masalah. Menurut para ahli ada tiga urutan pola pemecahan
masalah yang dapat membantu penyelesaian tugas kelmpok yaitu :
1) Urutan pemecahan masalah kreatif, sistem ini termasuk sistem pemecahanmasalah yang
lengkap dan sangat tepat untuk melahirkan gagasan baru. Urutannya mengutip dari
Brilhart (1979: 144-145) yaitu:
Memahami permasalahan yang ada secara rinci. Dari topik permasalahan,
perencanaan hasil akhir, dampak, mengumpulkan referensi, penyebab masalah
tersebut, dan membicarakan tentang hambatannya.
Menampung saran untuk mencari langkah awal dalam penyelesaian konflik.
Menentukan standar relatif yang digunakan serta memikirkan kelebihan serta
kekurangan standar tersebut.
9
Keputusan bagaimana penyelesaiannya
Adanya tindak lanjut dan pemeriksaan.
2) Urutan berpikir reflektif, pada urutan pemecahan masalah ini disarankan dengan adanya
kritik sebelum menentukan pemecahan masalah. Urutannya adalah, memahami masalah,
mengumpulkan solusi dan alternatif untuk kriteria pemecahan, menentukan salah satu
solusi, kemudian dilakukan tindakan.
3) Pola solusi ideal, pola ini dilakukan untuk mengatasi masalah yang mempengaruhi
berbagai macam kelompok yang mempunyai kepentingan yang berlainan atau dengan
kata lain, keputusannya mempengaruhi orang banyak.
Pertama sama dengan sebelumnya yaitu memahami permasalahan.
Menentukan pemecahan masalah ideal ditinjau dari berbagai kepentingan kelompok
atau individu.
Memikirkan hasil dari solusi yang akan dilakukan.
Bagaimana menyelesaikan solusi tersebut.
10
melindungi seseorang yang sama. Kelompok-kelompok massa maupun masyarakat ini
berpengaruh untuk memberikan atau membagai nilai-nilai maupun norma yang
memperlihatkan bahwa kasus tersebut tidak baik. Sehingga mempersuasi masyarakat lain
di luar masyarakat betawi untuk menjadi kelompok yang menentang tayangan YKS.
Pengaruhnya memberikan perubahan perilaku bagi program-program yang menayangkan
tayangan yang tercela. Kelompok-kelompok ini merupakan bentuk kelompok deskriptif
yang berperan penyadarkan pembuat program agar merubah perilaku atau konsep tayangan
yang mendidik.
Di Kampung Kapasan Dalam, Surabaya, warga Jawa, Tionghoa dan Madura saling
membaur dan merangkul satu sama lain. Mereka juga mengakui bahwa mereka selalui
menghargai dan menghormati satu sama lain serta memiliki rasa toleransi yang tinggi satu
dengan yang lainnya. Hal ini didukung dengan pernyataan dan pengakuan warga yang
setiap hari duduk di salah satu warung di daerah tersebut bahwa hubungan antara warga
Tionghoa, Jawa dan Madura disana baik-baik saja Hubungan yang rukun ini bukan hanya
disebabkan hanya karena adanya rasa toleransi, menghargai dan menghormati satu sama
lain. Namun juga karena warga Jawa, Tionghoa dan Madura bertemu, berinteraksi dan
berkomunikasi setiap harinya. Seringnya warga tersebut bertatap muka dan berkomunikasi
satu sama lain akhirnya membuat mereka mengenal karakter satu sama lain baik warga
dengan latar belakang Jawa, Tionghoa maupun Madura. Kedekatan ini akhirnya
menimbulkan rasa kebersamaan yaitu warga Tionghoa, Jawa dan Madura adalah satu
kesatuan dan bagian dari kelompok yang di kampung Kapasan Dalam. Dalam pengertian
Komunikasi Kelompok yang dinyatakan oleh Mulyana (2005) yang menyebutkan bahwa
komunikasi kelompok adalah sekumpulan orang yang mempunyai tujuan bersama,
berinteraksi satu sama lain untuk mencapai tujuan bersama, mengenal satu sama lain dan
memandang mereka sebagai bagian dari kelompok tersebut.
11
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Kelompok adalah sekumpulan orang yang mempunyai tujuan bersama yang berinteraksi
satu sama lain untuk mencapai tujuan bersama, mengenal satu sama lainnya, dan memandang
mereka sebagai bagian dari kelompok tersebut (Deddy Mulyana, 2005). Kelompok ini misalnya
adalah keluarga, kelompok diskusi, kelompok pemecahan masalah, atau suatu komite yang tengah
berapat untuk mengambil suatu keputusan. Dalam komunikasi kelompok, juga melibatkan
komunikasi antarpribadi. Karena itu kebanyakan teori komunikasi antarpribadi berlaku juga bagi
komunikasi kelompok. Komunikasi kelompok adalah komunikasi yang berlangsung antara
beberapa orang dalam suatu kelompok “kecil” seperti dalam rapat, pertemuan, konperensi dan
sebagainya (Anwar Arifin, 1984). Michael Burgoon (dalam Wiryanto, 2005) mendefinisikan
komunikasi kelompok sebagai interaksi secara tatap muka antara tiga orang atau lebih, dengan
tujuan yang telah diketahui, seperti berbagi informasi, menjaga diri, pemecahan masalah, yang
mana anggota-anggotanya dapat mengingat karakteristik pribadi anggota-anggota yang lain secara
tepat.
3.2 SARAN
Besar harapan kelompok kami jika teman-teman dan dosen sekalian memberikan masukkan
mengenai makalah yang telah kami buat. Semoga apa yang telah kami kerjakan menjadi tambahan ilmu
bagi segenap para pembaca dan memotivasi untuk pembelajaran selanjutnya.
12
DAFTAR PUSTAKA
13