Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

Psikologi Komunikasi

KONSEP SISTEM KOMUNIKASI KELOMPOK

Oleh :

Salsabella ( 07031182126043)
Siti Ahdah Andita ( 07031282126101)
Fadiah Isnaini Syam ( 07031282126071)
Dimas Bagus A. P. ( 07031282126072)
Desna Habila ( 07031282126087)

Dosen Pengampu : Rizky Ghoffar Ismail, S.PSI., M.SI

ILMU KOMUNIKASI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
INDRALAYA
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia-
Nya kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini dengan tepat waktu, yang berjudul “Konsep
Sistem Komunikasi Kelompok” yang mana merupakan tugas kelompok dari bapak Rizky
Ghoffar Ismail, S.PSI., M.SI selaku dosen pengampu matakuliah Psikologi komunikasi. Selain
itu, ucapan terima kasih kami berikan kepada beberapa pihak yang telah berperan dalam proses
penyelesaian makalah ini, diantaranya sebagai berikut
:
1. Salsabella
2. Siti Ahdah Andita
3. Fadiah Isnaini Syam
4. Dimas Bagus Aryo Pamungkas
5. Desna Habila
Dalam makalah ini berisi mengenai kelompok dan pengaruhnya pada perilaku komunikasi,
klasifikasi kelompok, serta bentuk komunikasi kelompok dan juga contohnya pada kehidupan sehari-
hari. Kami menyadari bahwa makalah ini masih memerlukan tambahan masukkan. Oleh karena
itu, kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi
kesempurnaan makalah ini.
Harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan bermanfaat bagi
pembacanya, sehingga dapat memperbaiki bentuk maupun menambah dan mengembangkan
isi makalah yang kami buat ini agar menjadi lebih baik lagi.

Palembang, 01 November 2022

Kelompok 10

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................................... 2


DAFTAR ISI ......................................................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ...................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................................. 3
1.3 Tujuan .................................................................................................................... 3
1.4 Manfaat .................................................................................................................. 3
BAB II.................................................................................................................................... 4
PEMBAHASAN .................................................................................................................... 4
2.1 Kelompok dan Pengaruhnya pada Perilaku Komunikasi .................................... 4
A. Konformitas ...................................................................................................................... 4
B. Fasilitas Sosial ................................................................................................................... 4
C. Polarisasi ........................................................................................................................... 5

2.2 Klasifikasi Kelompok ............................................................................................ 5


2.3 Bentuk Komunikasi ............................................................................................... 6
A. Komunikasi kelompok deskriptif ........................................................................................... 7
B. Komunikasi Kelompok Preskriptif......................................................................................... 8

2.4 Contoh Kasus ....................................................................................................... 10


BAB III ................................................................................................................................ 12
PENUTUP ................................................................................. Error! Bookmark not defined.
3.1 KESIMPULAN .................................................................................................... 12
3.2 SARAN ................................................................................................................. 12
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................... 13

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Komunikasi adalah kata yang sering kita dengar sehari-hari. Bahkan setiap hari kita
selalu melakukan komunikasi dalam kehidupan. Komunikasi dilakukan manusia untuk
mencapai sebuah tujuan tertentu, karena manusia merupakan makhluk sosial yang selalu
melakukan interaksi dengan orang lain. Dalam setiap interaksi sosial antar individu tindakan
komunikasi biasanya melibatkan dua belah pihak yang saling berhubungan antara satu dengan
lainnya. Kehidupan sosial mendorong manusia untuk menjalin hubungan yang lebih erat
dengan manusia lain, yang kemudian tergabung dalam sebuah kelompok. Di mana kelompok
tersebut dapat terbentuk karena tujuan dan pemikiran yang sama.
Ada beberapa pengertian kelompok menurut para ahli, salah satunya menurut Merton
(1990) kelompok yaitu sekumpulan orang yang saling berinteraksi sesuai dengan pola yang
telah mapan, sedangkan di dalam kelompok tersebut ada rasa solidaritas karena adanya nilai
bersama. Selain itu pengertian kelompok menurut Homans (1950) mengatakan bahwa
kelompok merupakan sejumlah individu yang berkomunikasi satu dengan lainnya, dalam
jangka waktu tertentu yang jumlahnya tidak terlalu banyak, sehingga hal tersebut memberikan
kesempatan bagi semua anggota untuk berkomunikasi secara langsung. Dan terakhir yaitu
menurut De Vito (1997) kelompok adalah sekumpulan individu yang berhubungan satu sama
lain yang memiliki tujuan bersama dan adanya organisasi atau struktur diantara mereka. Di
dalam kelompok dikembangkan norma-norma yang dianggap sebagai dasar berperilaku
anggotanya.
Kelompok terdiri dari beberapa individu, dimana setiap individu selalu memiliki
pemikiran dan gagasan serta ide dari masing-masing, dengan adanya hal ini terjadilah gesekan
serta hambatan yang terjadi di dalam sebuah kelompok. Melalui gesekan dan hambatan inilah
suatu kelompok dapat diuji tingkat solidaritas dan keutuhan antar anggota kelompok.
Hambatan lain yang sering terjadi di dalam kelompok adalah hambatan mengenai komunikasi
di dalam suatu kelompok.
Di dalam sebuah kelompok pastilah ada komunikasi yang terjalin di dalamnya, antara
anggota yang satu dengan anggota yang lain. Menurut Ronald Adler dan George Rodman
dalam bukunya : Understanding Human Communication (Adler & Roman :2013), komunikasi
kelompok adalah proses pertukaran informasi, penyaluran gagasan ide dari anggota kelompok
yang saling berinteraksi, biasanya melalui tatap muka langsung atau melalui beberapa
1
pertemuan. Komunikasi kelompok haruslah berjalan dengan baik, karena melalui komunikasi
kelompok inilah tujuan dari sebuah kelompok dapat terwujud melalui kerja sama dan usaha
dari semua anggota kelompok.

2
1.2 Rumusan Masalah

a. Bagaimana kelompok dan pengaruhnya pada perilaku komunikasi?

b. Bagaimana pengklasifikasian kelompok?

c. Apa saja bentuk komunikasi kelompok?

d. Bagaimana contoh komunikasi kelompok dalam kehidupan?


1.3 Tujuan

a. Untuk Mengetahui bagaimana kelompok dan pengaruhnya pada perilaku komunikasi.

b. Untuk Mengetahui bagaimana pengklasifikasian kelompok.

c. Untuk mengetahui apa saja bentuk komunikasi kelompok.

d. Untuk mengetahui bagaimana contoh komunikasi kelompok dalam kehidupan.


1.4 Manfaat

a. Dapat Mengetahui bagaimana kelompok dan pengaruhnya pada perilaku komunikasi.

b. Dapat Mengetahui bagaimana pengklasifikasian kelompok.

c. Dapat Memahami apa saja bentuk komunikasi kelompok.

d. Dapat Memahami bagaimana contoh komunikasi kelompok dalam kehidupan.

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Kelompok dan Pengaruhnya pada Perilaku Komunikasi


A. Konformitas
Konformitas adalah perubahan perilaku atau kepercayaan menuju (norma) kelompok
sebagai akibat tekanan kelompok-yang real atau dibayangkan. Bila sejumlah orang dalam
kelompok mengatakan atau melakukan sesuatu, ada kecenderungan para anggota untuk
mengatakan dan melakukan hal yang sama. Konformitas dipengaruhi oleh faktor situasional dan
faktor personal.
Yang termasuk dalam faktor situasional yang mempengaruhi konformitas kelompok
adalah berbagai karakteristik kelompok seperti kejelasan situasi, konteks situasi, cara
menyampaikan penilaian dan karakteristik sumber pengaruh. Sementara itu, faktor personal yang
mempengaruhi konformitas mencakup berbagai karakteristik personal seperti usia, jenis kelamin,
stabilitas emosional, otoritarianisme, kecerdasan, motivasi, dan harga diri.
Jadi, kalau anda merencanakan untuk menjadi ketua kelompok, aturlah rekan-rekan anda
untuk menyebar dalam kelompok. Ketika anda meminta persetujuan anggota, usahakan rekan -
rekan anda secara persetujuan mereka. Tumbuhkan seakan-akan seluruh anggota kelompok sudah
setuju. Besar kemungkinan anggota-anggota berikutnya untuk setuju juga.
B. Fasilitas Sosial
Fasilitas sosial yaitu prestasi individu yang meningkat karena disaksikan kelompok disebut
allport fasilitas social. Fasilitasi menunjukan kelancaran atau peningkatan kualitas kerja karena
ditonton kelompok. Kelompok mempengaruhi pekerjaan sehingga tampak lebih mudah. Robert
Zajonz (1965) menjelaskan bahwa kehadiran orang lain dianggap menimbulkan efek pembangkit
energi pada perilaku individu. Efek ini terjadi pada berbagai situasi sosial, bukan hanya didepan
orang yang menggairahkan kita. Energi yang meningkat akan mempertinggi kemungkinan
dikeluarkannya respon yang dominan. Respon dominan adalah perilaku yang kita kuasai. Bila
respon yang dominan itu adalah yang benar, terjadi peningkatan prestasi. Bila respon dominan itu
adalah yang salah, terjadi penurunan prestasi. Untuk pekerjaan yang mudah, respon yang dominan
adalah respon yang benar; karena itu, peneliti-peneliti melihat melihat kelompok mempertinggi
kualitas kerja individu.

4
C. Polarisasi
Polarisasi adalah kecenderungan ke arah posisi yang ekstrem. Bila sebelum diskusi
kelompok para anggota mempunyai sikap agak mendukung tindakan tertentu, setelah diskusi
mereka akan lebih kuat lagi mendukung tindakan itu. Sebaliknya, bila sebelum diskusi para
anggota kelompok agak menentang tindakan tertentu, setelah diskusi mereka akan menentang
lebih keras. Polarisasi mengandung beberapa implikasi yang negatif, di antaranya adalah:
1. Kecenderungan ke arah ekstremisme menyebabkan peserta komunikasi menjadi lebih jauh
dari dunia nyata yang menciptakan peluang bagi mereka untuk berbuat kesalahan.
2. Polarisasi akan mendorong ekstremisme dalam kelompok gerakan sosial atau politik.
2.2 Klasifikasi Kelompok
Telah banyak klasifikasi kelompok yang dilahirkan oleh para ilmuwan sosiologi, namun
dalam kesempatan ini kita sampaikan hanya tiga klasifikasi kelompok.
 Kelompok primer dan sekunder
Charles Horton Cooley pada tahun 1909 (dalam Jalaluddin Rakhmat, 1994) mengatakan
bahwa kelompok primer adalah suatu kelompok yang anggota-anggotanya berhubungan akrab,
personal, dan menyentuh hati dalam asosiasi dan kerja sama. Sedangkan kelompok sekunder
adalah kelompok yang anggota-anggotanya berhubungan tidak akrab, tidak personal, dan tidak
menyentuh hati kita. Jalaludin Rakhmat membedakan kelompok ini berdasarkan karakteristik
komunikasinya, sebagai berikut : Kualitas komunikasi pada kelompok primer bersifat dalam dan
meluas. Dalam, artinya menembus kepribadian kita yang paling tersembunyi, menyingkap unsur-
unsur backstage (perilaku yang kita tampakkan dalam suasana privat saja). Meluas, artinya sedikit
sekali kendala yang menentukan rentangan dan cara berkomunikasi. Pada kelompok sekunder
komunikasi bersifat dangkal dan terbatas. Komunikasi kelompok primer lebih menekankan aspek
hubungan daripada aspek isi, sedangkan kelompok sekunder adalah sebaliknya. Komunikasi
kelompok primer cenderung ekspresif, sedangkan kelompok sekunder instrumental.
Komunikasi kelompok primer cenderung informal, sedangkan kelompok sekunder formal.
 Kelompok Keanggotaan dan Kelompok Rujukan
Theodore Newcomb (1930) melahirkan istilah kelompok keanggotaan (membership
group) dan kelompok rujukan (reference group). Kelompok keanggotaan adalah kelompok yang
anggota-anggotanya secara administratif dan fisik menjadi anggota kelompok itu. Sedangkan
kelompok rujukan adalah kelompok yang digunakan sebagai alat ukur (standard) untuk menilai

5
diri sendiri atau untuk membentuk sikap. Menurut teori, kelompok rujukan mempunyai tiga fungsi:
fungsi komparatif, fungsi normatif, dan fungsi perspektif. Saya menjadikan Islam sebagai
kelompok rujukan saya, untuk mengukur dan menilai keadaan dan status saya sekarang (fungsi
komparatif).
 Kelompok Dalam (In-Group) dan Kelompok Luar (Out-Group)
Kelompok dalam merupakan bentuk kesadaran seseorang tentang identitas dirinya dalam
suatu kelompok, misalnya keluargaku, negaraku, dan profesiku. Kata "ku" dalam pernyataan
tersebut menunjukan seseorang merasa menjadi bagian dalam kelompok. Sedangkan pada
kelompok luar seseorang dapat merasa bahwa dirinya bukan bagian dari suatu kelompok. Out-
group dapat berubah in-group karena adanya kontak dan komunikasi yang memungkinkan
interaksi sosial antar kelompok atau antar individu terjalin dengan baik sehingga muncul rasa
simpati.
 Kelompok Deskriptif dan Kelompok Preskriptif
John F. Cragan dan David W. Wright (1980) membagi kelompok menjadi dua: deskriptif
dan peskriptif. Kategori deskriptif menunjukkan klasifikasi kelompok dengan melihat proses
pembentukannya secara alamiah. Berdasarkan tujuan, ukuran, dan pola komunikasi, kelompok
deskriptif dibedakan menjadi tiga: a. kelompok tugas; b. kelompok pertemuan; dan c. kelompok
penyadar. Kelompok tugas bertujuan memecahkan masalah, misalnya transplantasi jantung, atau
merancang kampanye politik. Kelompok pertemuan adalah kelompok orang yang menjadikan diri
mereka sebagai acara pokok. Melalui diskusi, setiap anggota berusaha belajar lebih banyak tentang
dirinya. Kelompok terapi di rumah sakit jiwa adalah contoh kelompok pertemuan. Kelompok
penyadar mempunyai tugas utama menciptakan identitas sosial politik yang baru. Kelompok
revolusioner radikal; (di AS) pada tahun 1960-an menggunakan proses ini dengan cukup banyak.
Kelompok preskriptif, mengacu pada langkah-langkah yang harus ditempuh anggota kelompok
dalam mencapai tujuan kelompok. Cragan dan Wright mengkategorikan enam format kelompok
preskriptif, yaitu: diskusi meja bundar, simposium, diskusi panel, forum, kolokium, dan prosedur
parlementer.
2.3 Bentuk Komunikasi
Komunikasi kelompok adalah sebuah pertukaran informasi atau pesan yang terjadi secara
langsung atau bertatap muka antara tiga orang atau lebih. Secara garis besar, komunikasi kelompok
terdiri daru dua bentuk, yaitu komunikasi kelompok deskriptif dan komunikasi kelompok

6
preskriptif.
A. Komunikasi kelompok deskriptif
Terdapat tiga kategori kelompok, menurut para ahli komunikasi kelompok yaitu kelompok
tugas, kelompok pertemuan, dan kelompok penyadar yang masing-masing menggambarkan
tahapan perkembangan proses kelompok.

 Kelompok tugas, yang diambil dari model Aubrey Fisher. Menurut Fisher kelompok melewati
empat tahap :

1) Tahap orientasi, merupakan tahap pengenalan antar anggota, saling memahami/menangkap


perasaan satu sama lain.

2) Tahap konflik, terdapat peningkatan perbedaan antar anggota. Saling mempertahankan


posisi.

3) Tahap pemunculan, dalam tahap ini ada sebuah anti-klimaks setelah adanya konflik.

4) Tahap peneguhan, yaitu mulai terjadinya peneguhan konsensus kelompok. Pernyataan


umumnya bersifat positif dan melepaskan ketegangan.

 Kelompok Pertemuan. Menurut Bennis dan Sheperd, perkembangan proses kelompok terdiri
dari dua tahap yang kebergantungan pada otoritas:

1) Terbentuknya koalisi (Persekutuan, dimana dalam kerja samanya memiliki kepentingan


masing-masing) dalam satu kelompok akibat pemimpin yang dinilai kurang
siap/memberikan pengarahan yang cukup. Akibat kebergantungan pada seorang pemimpin,
akhirnya pihak koalisi mulai memberontak dan muncul pemahaman dalam diri mereka
bahwa mereka lebih berpengalaman kemudian membentuk struktur mereka sendiri.

2) Tahap selanjutnya, kebergantungan satu sama lain. Setelah pihak koalisi menyadari bahwa
mereka mandiri, kemudian kelompok keseluruhan mulai goyah akibat koalisi tersebut,
yang menjadi penyebab terpecahnya kelompok menjadi dua. Dimana masing-masing
bergantung satu sama lain pada pecahan kelompok mereka. Dari hal inilah kehidupan
kelompok pertemuan mengalami pertumbuhan diri, namun ditahap ini juga emosi dikuras
habis, yang dimana dalam beberapa hal akan menimbulkan kerusakan emosional pada

7
individu. Perlu diingat bahwa emosi mempunyai pengaruh besar terhadap tingkah laku dan
kepribadian seseorang.

 Kelompok Penyadar. Menurut James Chesebro, John Cragan, dan Patricia McCullough,
terdapat empat perkembangan proses kelompok penyadar :

1) Kesadaran diri akan identitas baru. Artinya para anggota kelompok harus terdiri dari orang-
orang yang mempunyai karakteristik yang menjadi dasar kelompok.

2) Identitas kelompok melalui polarisasi (Pembagian dua kelompok yang berlawanan). Tahap
ini para anggota kelompok mulai membeda-bedakan kelompoknya dengan kelompok lain
atau dengan kata lain, mulai membicarakan tabiat kelompok lain sebagai “musuh”nya.

3) Menegakan nilai-nilai baru bagi kelompok. Di tahap ini kelompok mulai teguh akan nilai-
nilai kelompok mereka dengan kelompok yang bertentangan.

4) Menghubungkan diri dengan kelompok revolusioner(perubahan yang bersifat cepat dan


strategis). Yang artinya kelompok ini biasanya akan merumuskan suatu tindakan nyata dan
terkadang tidak terbayangkan oleh kelompok lain, guna mempertahankan keyakinan
kelompok mereka. Hal itu biasanya terilhami dari kelompok lain yang sepaham dengan
keyakinan kelompok mereka.
B. Komunikasi Kelompok Preskriptif
Berdasarkan formatnya, komunikasi kelompok dibagi menjadi dua macam yaitu kelompok
privat dan kelompok public. Yang termasuk dalam kelompok privat diantaranya adalah kelompok
pertemuan, kelompok belajar, panitia, dan konferensi. Sedangkan, yang termasuk dalam kelompok
publik diantaranya adalah diskusi panel, wawancara terbuka, forum, dan simposium.

 Format Diskusi. Menurut formatnya komunikasi kelompok ini dapat diklasifikasikan pada dua
kelompok besar, privat dan publik. Craghan dan Wright (1980) menjelaskan tentang format
diskusi, yang terdiri dari:

1) Diskusi meja bundar, yang biasanya digunakan untuk diskusi yang sifatnyaterbatas dan
informal. Dalam format seperti ini memungkinkan individu berbicara kapan saja tanpa
ada agenda yang tetap.

8
2) Simposium, adalah serangkaian pidato pendek yang menyajikan berbagai aspek dari
sebuah topik atau posisi yang pro dan kontra terhadap masalah yang kontroversial, dalam
format diskusi yang sudah dirancang sebelumnya.

3) Diskusi panel – format khusus yang dimana anggota-anggota kelompoknya berinteraksi


satu sama lain, baik berhadap-hadapan atau lewat seorang medistor, diantara mereka
sendiri dan dengan hadirin, tentang masalah yang kontroversial. Diskusi ini biasanya
digunakan guna mengidentifikasi sebuah masalah yang harus ditelaah, memberi
pengertian pada khalayak tentang bagian-bagian permasalahan, membangkitkan minat
pada khalayak pada masalah tertentu, dsb.

4) Forum – waktu tanya jawab yang terjadi setelah diskusi terbuka. Dimana khalayak
mempunyai kesempatan untuk mengajukan suatu pertanyaan dan memberikan tanggapan.

5) Kolokium – merupakan diskusi yang memberikan kesempatan pada wakil-wakil


khalayak untuk mengajukan pertanyaan yang telah dipersiapkan kepada seorang atau
beberapa ahli yang bersifat formal.

6) Prosedur perlementer – format diskusi yang secara ketat mengatur peserta diskusi yang
besar pada periode waktu tertentu ketika sejumlah keputusan harus dibuat. Para peserta
harus mengikuti peraturan tata tertib yang telah ditetapkan secara eksplisit.

 Sistem Agenda Pemecahan Masalah. Menurut para ahli ada tiga urutan pola pemecahan
masalah yang dapat membantu penyelesaian tugas kelmpok yaitu :

1) Urutan pemecahan masalah kreatif, sistem ini termasuk sistem pemecahanmasalah yang
lengkap dan sangat tepat untuk melahirkan gagasan baru. Urutannya mengutip dari
Brilhart (1979: 144-145) yaitu:
 Memahami permasalahan yang ada secara rinci. Dari topik permasalahan,
perencanaan hasil akhir, dampak, mengumpulkan referensi, penyebab masalah
tersebut, dan membicarakan tentang hambatannya.
 Menampung saran untuk mencari langkah awal dalam penyelesaian konflik.
 Menentukan standar relatif yang digunakan serta memikirkan kelebihan serta
kekurangan standar tersebut.

9
 Keputusan bagaimana penyelesaiannya
 Adanya tindak lanjut dan pemeriksaan.
2) Urutan berpikir reflektif, pada urutan pemecahan masalah ini disarankan dengan adanya
kritik sebelum menentukan pemecahan masalah. Urutannya adalah, memahami masalah,
mengumpulkan solusi dan alternatif untuk kriteria pemecahan, menentukan salah satu
solusi, kemudian dilakukan tindakan.

3) Pola solusi ideal, pola ini dilakukan untuk mengatasi masalah yang mempengaruhi
berbagai macam kelompok yang mempunyai kepentingan yang berlainan atau dengan
kata lain, keputusannya mempengaruhi orang banyak.
 Pertama sama dengan sebelumnya yaitu memahami permasalahan.
 Menentukan pemecahan masalah ideal ditinjau dari berbagai kepentingan kelompok
atau individu.
 Memikirkan hasil dari solusi yang akan dilakukan.
 Bagaimana menyelesaikan solusi tersebut.

2.4 Contoh Kasus


Contoh Kasus Sistem Komunikasi Kelompok

 Ratusan penggemar dan seniman Betawi menggeruduk Trans TV memprotes tayangan


Yuk Keep Smile (YKS) karena dinilai melecehkan seniman legendaris Benyamin Sueb.
Mereka meminta agar acara tersebut dihentikan. Aksi protes ini dilakukan pada Selasa, 24
Juni 2014. Sekelompok massa mengungkapkan kekecewaannya terhadap acara YKS (Yuk
Keep Smile) yang disiarkan pada 20 Juni 2014 yang dinilai telah melecehkan sosok
seniman legendaris Benyamin Sueb. Dalam siaran tersebut, pemeran bernama Caisar,
dalam salah satu segmen, dihipnotis oleh Ferdian Setiadi agar tidak takut dengan anjing.
Caranya, disarankan membayangkan wajah Benyamin S. Kelompok massa tersebut terdiri
dari kelompok Bens Radio, yayasan Benjamin Sueb, Benjamin Sueb Fans Club, pecinta
benjamin Sueb, organisasi kemasyarakatan Betawi, seniman dan budayawan Betawi, dan
masyarakat Betawi secara luas. Kelompok-kelompok tersebut melakukan aksi di depan
Kantor Trans TV untuk melindungi seseorang yang bagi mereka berharga yaitu Benyamin
Sueb. Mereka memiliki ikatan yang kuat karena mereka sama-sama menyukai dan

10
melindungi seseorang yang sama. Kelompok-kelompok massa maupun masyarakat ini
berpengaruh untuk memberikan atau membagai nilai-nilai maupun norma yang
memperlihatkan bahwa kasus tersebut tidak baik. Sehingga mempersuasi masyarakat lain
di luar masyarakat betawi untuk menjadi kelompok yang menentang tayangan YKS.
Pengaruhnya memberikan perubahan perilaku bagi program-program yang menayangkan
tayangan yang tercela. Kelompok-kelompok ini merupakan bentuk kelompok deskriptif
yang berperan penyadarkan pembuat program agar merubah perilaku atau konsep tayangan
yang mendidik.

 Di Kampung Kapasan Dalam, Surabaya, warga Jawa, Tionghoa dan Madura saling
membaur dan merangkul satu sama lain. Mereka juga mengakui bahwa mereka selalui
menghargai dan menghormati satu sama lain serta memiliki rasa toleransi yang tinggi satu
dengan yang lainnya. Hal ini didukung dengan pernyataan dan pengakuan warga yang
setiap hari duduk di salah satu warung di daerah tersebut bahwa hubungan antara warga
Tionghoa, Jawa dan Madura disana baik-baik saja Hubungan yang rukun ini bukan hanya
disebabkan hanya karena adanya rasa toleransi, menghargai dan menghormati satu sama
lain. Namun juga karena warga Jawa, Tionghoa dan Madura bertemu, berinteraksi dan
berkomunikasi setiap harinya. Seringnya warga tersebut bertatap muka dan berkomunikasi
satu sama lain akhirnya membuat mereka mengenal karakter satu sama lain baik warga
dengan latar belakang Jawa, Tionghoa maupun Madura. Kedekatan ini akhirnya
menimbulkan rasa kebersamaan yaitu warga Tionghoa, Jawa dan Madura adalah satu
kesatuan dan bagian dari kelompok yang di kampung Kapasan Dalam. Dalam pengertian
Komunikasi Kelompok yang dinyatakan oleh Mulyana (2005) yang menyebutkan bahwa
komunikasi kelompok adalah sekumpulan orang yang mempunyai tujuan bersama,
berinteraksi satu sama lain untuk mencapai tujuan bersama, mengenal satu sama lain dan
memandang mereka sebagai bagian dari kelompok tersebut.

11
BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Kelompok adalah sekumpulan orang yang mempunyai tujuan bersama yang berinteraksi
satu sama lain untuk mencapai tujuan bersama, mengenal satu sama lainnya, dan memandang
mereka sebagai bagian dari kelompok tersebut (Deddy Mulyana, 2005). Kelompok ini misalnya
adalah keluarga, kelompok diskusi, kelompok pemecahan masalah, atau suatu komite yang tengah
berapat untuk mengambil suatu keputusan. Dalam komunikasi kelompok, juga melibatkan
komunikasi antarpribadi. Karena itu kebanyakan teori komunikasi antarpribadi berlaku juga bagi
komunikasi kelompok. Komunikasi kelompok adalah komunikasi yang berlangsung antara
beberapa orang dalam suatu kelompok “kecil” seperti dalam rapat, pertemuan, konperensi dan
sebagainya (Anwar Arifin, 1984). Michael Burgoon (dalam Wiryanto, 2005) mendefinisikan
komunikasi kelompok sebagai interaksi secara tatap muka antara tiga orang atau lebih, dengan
tujuan yang telah diketahui, seperti berbagi informasi, menjaga diri, pemecahan masalah, yang
mana anggota-anggotanya dapat mengingat karakteristik pribadi anggota-anggota yang lain secara
tepat.

3.2 SARAN
Besar harapan kelompok kami jika teman-teman dan dosen sekalian memberikan masukkan
mengenai makalah yang telah kami buat. Semoga apa yang telah kami kerjakan menjadi tambahan ilmu
bagi segenap para pembaca dan memotivasi untuk pembelajaran selanjutnya.

12
DAFTAR PUSTAKA

Bintan. (2011). Pengaruh kelompok pada perilaku komunikasi. http://www.bintan-


s.web.id/2011/07/pengaruh-kelompok-pada-perilaku.html?m=1
Eka. H, W. Psikologi Komunikasi. https://psikologi.unnes.ac.id/mengenal-konformitas-perilaku-
ikut-ikutan-terhadap-orang-lain/
Hadi.S. Sistem Komunikasi Kelompok. https://syulhadi.wordpress.com/my-
document/umum/ilmu-komunikasi/sistem-komunikasi-kelompok/
Heru. (2017). 10 Teori Komunikasi Kelompok Menurut Para Ahli dan Contohnya.
https://pakarkomunikasi.com/teori-komunikasi-kelompok
Rakhmat, Jalaluddin. (2021). Psikologi Komunikasi Edisi Revisi. Bandung : Simbiosa Rekatama
Media.
Tanakajaya. (2015). Komunikasi Kelompok di Kampung Kapasan Dalam Surabaya. [Jurnal].
Surabaya: Universitas Kristen Petra Surabaya

13

Anda mungkin juga menyukai