KELOMPOK III
JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR
TAHUN AJARAN 2021/2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memeberikan rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami dapat
menyelesaikan Makalah Komunikasi Bisnis ini tepat pada waktunya yang
berjudul “DASAR DASAR KOMUNIKASI KELOMPOK”
Kami tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah memberikan banyak saran kepada kami sehingga dapat menyelesaikan
makalah ini dan juga kepada semua pihak yang telah mendukung kami sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah ini. “Tak ada gading yang retak”. Kami
menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih jaauh dari sempurna, oleh
karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat memangun selalu kami
harapkaan demi kesempurnaan makalah ini. Akhir kata, kami berharap semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pembaca.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................ii
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
A. Latar Belakang........................................................................................1
B. Rumusan Masalah...................................................................................1
C. Tujuan Pembuatan Makalah.................................................................2
BAB II.....................................................................................................................3
PEMBAHASAN.....................................................................................................3
A. Definisi Komunikasi Kelompok.............................................................3
B. Prinsip-Prinsip Dasar Komunikasi Kelompok.....................................4
C. Tujuan Komunikasi Kelompok..............................................................6
D. Fungsi Komunikasi Kelompok...............................................................7
E. Penggolongan Komunikasi Kelompok..................................................8
F. Pengaruh Kelompok pada Prilaku Komunikasi.................................10
G. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Komunikasi Kelompok..........11
H. Proses Komunikasi Kelompok.............................................................15
BAB III..................................................................................................................18
PENUTUP.............................................................................................................18
A. Kesimpulan............................................................................................18
B. Saran.......................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................19
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia pada hakekatnya adalah mahkluk sosial, yang dalam kehidupan
sehari- hari tidak bisa lepas dari kegiatan interaksi dan komunikasi. Komunikasi
merupakan bagian integral kehidupan manusia, apapun statusnya di masyarakat.
Sebagai mahkluk sosial, kegiatan sehari- hari selalu berhubungan dengan orang
lain dalam upaya pemenuhan kebutuhan hidup.
Komunikasi adalah hubungan antar dan antara manusia baik individu
maupun kelompok. Dalam kehidupan sehari-hari disadari atau tidak disadari
komunikasi adalah bagian dari kehidupan manusia itu sendiri, paling tidak sejak
ia dilahirkan sudah berhubungan dengan lingkungannya. Gerak dan tangis yang
pertama pada saat ia dilahirkan adalah tanda komunikasi .
Komunikasi merupakan aktivitas yang paling esensial dalam kehidupan
manusia. .Keberhasilan seseorang pun dapat dilihat dari keterampilannya dalam
berkomunikasi. Kurangnya komunikasi akan menghambat perkembangan
kepribadian. Sederhananya, komunikasi merupakan proses penyampaian
informasi yang diterima oleh alat-alat indera, ke bagian otak. Informasi itu bisa
berasal dari lingkungan, organisme lainnya, atau dari diri sendiri. Ditinjau dari
sudut pandang ilmu Biologi, proses penyampaian informasi itu sendiri
merupakan suatu proses yang teramat rumit dan kompleks. Hasil dari sinergi otak
dengan berbagai alat indera dan organ-organ tubuh, serta melibatkan jutaan sel
syaraf di otak dan seluruh bagian.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan Komunikasi Kelompok ?
2. Bagaimanakah Prinsip-Prinsip Dasar Komunikasi Kelompok?
3. Apakah Tujuan Komunikasi Kelompok?
4. Apakah Fungsi Komunikasi Kelompok?
5. Bagaimanakah Penggolongan Komunikasi Kelompok?
6. Apakah Pengaruh Kelompok Pada Prilaku Komunikasi?
7. Faktor-Faktor apakah Yang Mempengaruhi Komunikasi Kelompok?
1
C. Tujuan Pembuatan Makalah
1. Untuk mengetahui Definisi Komunikasi Kelompok
2. Untuk mengetahui Prinsip-Prinsip Dasar Komunikasi Kelompok
3. Untuk mengetahui Tujuan Komunikasi Kelompok
4. Untuk mengetahui Fungsi Komunikasi Kelompok
5. Untuk mengetahui Penggolongan Komunikasi Kelompok
6. Untuk mengetahui Pengaruh Kelompok Pada Prilaku Komunikasi
7. Untuk mengetahui Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Komunikasi
Kelompok
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
sesudahnya dapat memberikan respon kepada masing-masing sebagai
perorangan beberapa definisi komunikasi kelompok di atas mempunyai
kesamaan, yakni adanya komunikasi tatap muka, dan memiliki susunan rencana
kerja tertentu untuk mencapai tujuan kelompok.
Menurut Gurning et al., (2012: 3) sifat-sifat komunikasi kelompok
adalah:
1) Kelompok berkomunikasi melalui tatap muka
2) Kelompok memiliki berberapa partisipan
3) Kelompok bekerja di bawah arahan seseorang pemimpin
4) Kelompok membagi tujuan atau sasaran bersama
5) Anggota kelompok memiliki pengaruh atas satu sama lain
Komunikasi kelompok adalah suatu bidang studi, penelitian, dan
penerapan yang menitikberatkan, tidak hanya pada proses kelompok secara
umum tetapi juga pada perilaku komunikasi individu-individu pada tatap muka
kelompok diskusi kecil (Goldberg dan Larson 1985:6 dalam Gurning et al.,
2012:3). Ada beberapa unsur dalam komunikasi kelompok, diantaranya
adalah komunikasi lisan, kepemimpinan, tujuan kelompok, norma kelompok,
peranan, kohesivitas kelompok, dan situasi kelompok (Gurning et al., 2012 : 3)
4
orang yang penyendiri, orang yang benci kepada orang lain (misanthrope) atau
dapat dikatakan sebagai orang yang antisosial. Ada empat elemen yang muncul
dari definisi yang dikemukakan di atas tersebut, yaitu :
b. elemen yang kedua adalah waktu. Sekumpulan orang yang berinteraksi untuk
jangka waktu yang singkat, tidak dapat digolongkan sebagai kelompok.
Kelompok mempersyaratkan interaksi dalam jangka waktu yang panjang,
karena dengan interaksi ini akan dimiliki karakteristik atau ciri yang tidak
dipunyai oleh kumpulan yang bersifat sementara.
c. elemen yang ketiga adalah ukuran atau jumlah partisipan dalam komunikasi
kelompk. Tidak ada ukuran yang pasti mengenai jumlah anggota dalam suatu
kelompok. Ada yang memberi batas 3-8 orang, 3-15 orang dan 3-20 orang.
Untuk mengatasi perbedaan jumlah anggota tersebut, muncul konsep yang
dikenal dengan smallness, yaitu kemampuan setiap anggota kelompk untuk
dapat mengenal dan memberi reaksi terhadap anggota kelompok lainnya.
Dengan smallness ini, kuantitas tidak dipersoalkan sepanjang setiap anggota
mampu mengenal dan memberi rekasi pada anggota lain atau setiap anggota
mampu melihat dan mendengar anggota yang lain/seperti yang dikemukakan
dalam definisi pertama.
5
C. Tujuan Komunikasi Kelompok
Dari beberapa faktor-faktor di atas, kita dapat menyimpulkan bahwa
setiap kelompok akan memiliki sebuah citra yang baik di mata masyarakat jika
seluruh faktor di atas dapat dipenuhi dan digunakan atau dilakukan dengan baik.
Ketika faktor-faktor di atas sudah dilakukan dengan baik, maka tujuan dari
sebuah komunikasi kelompok akan langsung terlihat oleh setiap anggota
kelompok.
6
akan terlihat pada sebuah kelompok yang kita ikuti. Dari tujuan komunikasi
kelompok di atas, tentunya kita sudah memahami kenapa dan mengapa sebuah
kelompok itu dibentuk.
7
E. Penggolongan Komunikasi Kelompok
Dalam komunikasi kelompok terdapat klasifikasi kelompok yang terbagi
menjadi tiga bagian (Jalaludin Rahmat, 2005: 85), yaitu:
a. Kelompok primer dan sekunder.
Kelompok primer adalah suatu kelompok yang anggota- anggotanya
berhubungan akrab, personal, dan menyentuh hati dalam asosiasi dan kerja
sama. Sedangkan kelompok sekunder adalah kelompok yang anggota-
anggotanya berhubungan tidak akrab, tidak personal, dan tidak menyentuh
hati kita. Jalaludin Rakhmat membedakan kelompok ini berdasarkan
karakteristik komunikasinya, sebagai berikut:
(1) Kualitas komunikasi pada kelompok primer bersifat dalam dan meluas.
Dalam, artinya menembus kepribadian kita yang paling tersembunyi,
menyingkap unsur- unsur backstage (perilaku yang kita tampakkan
dalam suasana privat saja). Meluas, artinya sedikit sekali kendala yang
menentukan rentangan dan cara berkomunikasi. Pada kelompok primer
bersifat pribadi menggunakan berbagailambang, verbal maupun
nonverbal, sedangkan kelompok sekunder komunikasi bersifat dangkal
dan terbatas (umumnya bersifat verbal dan sedikit nonverbal).
(2) Komunikasi pada kelompok primer bersifat personal, sedangkan
kelompok sekunder nonpersonal.
(3) Komunikasi kelompok primer lebih menekankan aspek hubungan
daripada aspek isi, sedangkan kelompok primer adalah sebaliknya.
(4) Komunikasi kelompok primer cenderung ekspresif, sedangkan
kelompok sekunder instrumental.
(5) Komunikasi kelompok primer cenderung informal, sedangkan
kelompok sekunder formal.
b. Kelompok deskriptif dan kelompok preskriptif
Kategori deskriptif menunjukkan klasifikasi kelompok dengan melihat
proses pembentukannya secara alamiah. Berdasarkan tujuan, ukuran, dan
pola komunikasi, kelompok deskriptif dibedakan menjadi tiga, yaitu
kelompok tugas; kelompok pertemuan; dan kelompok penyadar.
8
(1) Kelompok tugas bertujuan memecahkan masalah, misalnya
transplantasi jantung, atau merancang kampanye politik.
(2) Kelompok pertemuan adalah kelompok orang yang menjadikan diri
mereka sebagai acara pokok. Melalui diskusi, setiap anggota berusaha
belajar lebih banyak tentang dirinya.
(3) Kelompok penyadar mempunyai tugas terapi di rumah sakit jiwa
adalah contoh kelompok pertemuan. Kelompok penyadar mempunyai
tugas utama menciptakan identitas sosial politik yang baru.
Kelompok preskriptif, mengacu pada langkah-langkah yang harus
ditempuh anggota kelompok dalam mencapai tujuan kelompok. Cragan dan
Wright mengkategorikan enam format kelompok preskriptif, yaitu: diskusi
meja bundar, simposium, diskusi panel, forum, kolokium, dan prosedur
parlementer.
c. Kelompok keanggotaan dan kelompok rujukan.
Kelompok keanggotaan adalah kelompok yang anggotaanggotanya secara
administratif dan fisik menjadi anggota kelompok itu. Sedangkan kelompok
rujukan adalah kelompok yang digunakan sebagai alat ukur (standard)
untuk menilai diri sendiri atau untuk membentuk sikap.
d. In-group dan Out-group
In-group adalah kelompok kita, dan Outgroup adalah kelompok mereka.
Ingroup dapat berupa kelompok primer maupun sekunder. Keluarga kita
adalah ingroup kelompok primer. Fakultas adalah ingroup kelompok
sekunder. Peraasan ingroup diungkapkan dengan kesetiaan, solidaritas,
kesenangan, dan kerja sama. Untuk membedakan ingroup dan outgroup, kita
membuat batas/boundaries, yang menentukan siapa masuk orang dalam dan
siapa orang luar. Batas-batas ini dapat berupa lokasi geografis (Indonesia,
Thailand, dsb.); sukubangsa (Jawa, Batak, Minang); pandangan/ideologi
(Muslim, Kristen); profesi (pedagang, dosen); bahasa (Inggris, Cina); status
sosial (elite, menengah, bawah).
9
F. Pengaruh Kelompok pada Prilaku Komunikasi
1. Konformitas (Conformity)
Konformitas adalah perubahan perilaku atau kepercayaan menuju (norma)
kelompok sebagai akibat tekanan kelompok yang real atau yang dibayangkan
(Kiesler & Kiesler, 1969). Faktor -faktor yang mempengaruhi konfirmitas.
Faktor-faktor situasional yang menentukan konformitas adalah kejelasan
situasi, konteks situasi, cara menyampaikan penilaian, karakteristik sumber
pengaruh, ukuran kelompok, dan tingkat kesepakatan kelompok. Bila
sejumlah orang dalam kelompok mengatakan atau melakukan sesuatu, ada
kecenderungan para anggota untuk mengatakan dan melakukan hal yang
sama. Jadi, kalau Anda merencanakan untuk menjadi ketua kelompok, aturlah
rekan-rekan Anda untuk menyebar dalam kelompok. Ketika anda meminta
persetujuan anggota, usahakan rekan-rekan Anda secara persetujuan mereka.
Tumbuhkan seakan-akan seluruh anggota kelompok sudah setuju. Besar
kemungkinan anggota-anggota berikutnya untuk setuju juga.
2. Fasilitasi sosial
Fasilitasi (dari kata Prancis facile, artinya mudah) menunjukkan
kelancaran atau peningkatan kualitas kerja karena ditonton kelompok.
Kelompok mempengaruhi pekerjaan sehingga menjadi lebih mudah. Robert
Zajonz (1965) menjelaskan bahwa kehadiran orang lain-dianggap-
menimbulkan efek pembangkit energi pada perilakuindividu. Efek ini terjadi
pada berbagai situasi sosial, bukan hanya didepan orang yang menggairahkan
kita. Energi yang meningkat akan mempertinggi kemungkinan dikeluarkannya
respon yang dominan. Respon dominan adalah perilaku yang kita kuasai. Bila
respon yang dominan itu adalah yang benar, terjadi peningkatan prestasi. Bila
respon dominan itu adalah yang salah, terjadi penurunan prestasi. Untuk
pekerjaan yang mudah, respon yang dominan adalah respon yang benar;
karena itu, peneliti-peneliti melihat kelompok mempertinggi kualitas kerja
individu.
3. Polarisasi
Polarisasi adalah kecenderungan ke arah posisi yang ekstrem. Bila
10
sebelum diskusi kelompok para anggota mempunyai sikap agak mendukung
tindakan tertentu, setelah diskusi mereka akan lebih kuat lagi mendukung
tindakan itu. Sebaliknya, bila sebelum diskusi para anggota kelompok agak
menentang tindakan tertentu, setelah diskusi mereka akan menentang lebih
keras.
11
Pada jaringan komunikasi model roda; seseorang, biasanya pemimpin, menjadi
fokus perhatian. Ia dapat berhubungan dengan semua anggota kelompok, tetapi
setiap anggota kelompok hanya bisa berhubungan dengan pemimpinnya.
Pada jaringan komunikasi rantai; A dapat berkomunikasi dengan B, B dapat
berkomunikasi dengan dengan C, C dapat berkomunikasi dengan dengan D, dan
begitu seterusnya.
Pada jaringan komunikasi Y, tiga orang anggota dapat berhubungan dengan
orangorang di sampingnya seperti pada pola rantai, tetapi ada dua orang yang
hanya dapat berkomunikasi dengan hanya seseorang di sampingnya.
Pada jaringan komunikasi lingkaran; setiap orang hanya dapat berkomunikasi
dengan dua orang, di samping kiri dan kanannya. Dengan perkataan lain, dalam
model ini tidak ada pemimpin .
Pada jaringan komunikasi bintang, disebut juga jaringan komunikasi semua
saluran/all channel, setiap anggota dapat berkomunikasi dengan semua anggota
kelompok yang lain.
Dalam hubungannya dengan prestasi kelompok, Leavit menemukan bahwa
jaringan komunikasi roda, yaitu yang paling memusat dari seluruh jaringan
12
komunikasi, menghasilkan produk kelompok yang tercepat dan terorganisasi.
Sedangkan kelompok lingkaran, yang paling tidak memusat, adalah yang
paling lambat dalam memecahkan masalah. Jaringan komunikasi lingkaran
cenderung melahirkan sejumlah kesalahan. Penelitian-penelitian selanjutnya
membuktikan bahwa pola komunikasi yang paling efektif adalah pola semua
saluran. Mengapa? Karena pola semua saluran tidak terpusat pada satu orang
pemimpin, dan pola ini juga paling memberikan kepuasan kepada anggota
serta paling cepat menyelesaikan tugas bila tugas itu berhubungan dengan
masalah yang sulit. Pola roda adalah pola komunikasi yang memberikan
kepuasan paling rendah.
3. Kohesi kelompok,
Kohesi kelompok berarti adanya semangat kelompok yang tinggi, hubungan
interpersonal yang akrab, kesetiakawanan, dan perasaan “kita” yang dalam.
Kohesi kelompok merupakan kekuatan yang mendorong anggota kelompok
untuk tetap tinggal dalam kelompok, dan mencegahnya meninggalkan
kelompok. Kohesi kelompok diukur dari :
a. keterikatan anggota secara interpersonal satu sama lain
b. ketertarikan anggota pada kegiatan dan fungsi kelompok
c. sejauh mana anggota tertarik pada kelompok sebagai alat untuk
memuaskan kebutuhan personalnya.
Menurut Bestinghaus, ada beberapa implikasi komunikasi dalam kelompok
kohesif, sebagai berikut :
a. Komunikator dengan mudah berhasil memperoleh dukungan kelompok.
Jika gagasannya sesuai dengan mayoritas anggota kelompok.
b. Pada umumnya kelompok yang lebih kohesif lebih mungkin dipengaruhi
persuasi. Ada tekanan ke arah uniformitas dalam pendapat, keyakinan,
dan tindakan.
c. Komunikasi dengan kelompok yang kohesif harus memperhitungkan
distribusi komunikasi di antara anggota-anggota kelompok.
d. Dalam situasi pesan tampak sebagai ancaman kepada kelompok,
kelompok yang lebih kohesif akan cenderung menolak pesan.
13
e. Sebagai konsekuensi dari poin 4 di atas, maka komunikator dapat
meningkatkan kohesi kelompok agar kelompok mampu menolak pesan
yang bertentangan
4. Kepemimpinan.
Kepemimpinan adalah komunikasi yang secara positif mempengaruhi
kelompok untuk bergerak ke arah tujuan kelompok. Kepemimpinan adalah
faktor yang paling menentukan keefektifan komunikasi kelompok. Ada tiga
gaya kepemimpinan, yaitu otoriter, demokratis, dan laissez faire.
e. Gaya Kepemimpinan Otokratis
Dalam Gaya Kepemimpinan Otokratis, seorang Pemimpin atau Manajer
Otokratis tidak memberikan wewenang pengambilan keputusan kepada
bawahan. Pengambilan Keputusan dengan gaya kepemimpinan Otokratis
ini biasanya tidak melakukan konsultasi atau mendengarkan gagasan dari
bawahan terlebih dahulu. Gaya kepemimpinan ini sangat berguna pada
saat keputusan harus diambil secepatnya atau ketika keputusan tersebut
tidak memerlukan masukan maupun kesepakatan dengan tim atau
bawahannya. Manajer atau Pemimpin yang menggunakan gaya otokratis
ini harus memiliki keahlian pada bidang dimana dia harus mengambil
keputusan dan kemampuan dalam mempengaruhi anggota Tim ataupun
bawahannya untuk bekerja sama agar tercapainya tujuan yang
dikehendakinya. Namun di sisi negatifnya, anggota Tim atau bawahannya
akan merasa tidak dihargai sehingga berkurangnya motivasi kerja dan
mengakibatkan tingginya tingkat absensi dan pertukaran karyawan.
f. Gaya Kepemimpinan Demokratis
Dalam Gaya Kepemimpinan Demokratis, Seorang Pemimpin atau Manajer
biasanya meminta pendapat atau nasehat dari anggota Tim atau
bawahannya sebelum mengambil keputusan. Anggota Tim ataupun
bawahannya didorong untuk lebih kreatif dan diberi kesempatan untuk
menyampaikan saran atau gagasan mereka meskipun keputusan terakhir
masih berada di tangan Manajernya. Keputusan terakhir yang diambil pada
dasarnya merupakan kesepakatan dari anggota tim dengan pemimpinnya
14
atau bawahan dengan manajernya. Karyawan atau anggota Tim yang
bekerja di bawah gaya kepemimpinan manajemen Demokratis ini
cenderung lebih bersemangat dan memiliki kepuasan kerja dan
produktivitas yang tinggi. Namun di sisi negatifnya, gaya kepemimpinan
Demokratis ini akan kurang efektif jika dihadapi dengan permasalahan
atau situasi yang mengharuskan pemimpin atau manajernya mengambil
keputusan yang cepat.
g. Gaya Kepemimpinan Laissez-faire
Dalam Manajemen yang mengadopsi Gaya Kepemimpinan Laissez-faire,
Manajer atau Pemimpin akan memberikan bawahan kebebasan penuh
dalam mengambil keputusan yang berkaitan dengan tugas yang
dikerjakannya dan tentunya dengan batas waktu yang telah ditentukan oleh
Manajer mereka. Para Manajer akan memberikan pendapat dan bimbingan
ataupun sumber daya lainnya jika diperlukan. Gaya Kepemimpinan
Laissez-faire ini menghasilkan motivasi dan kepuasan kerja karyawan
yang tinggi. Namun akan berdampak negatif bagi bawahan yang tidak
dapat mengatur waktunya dengan baik dan bagi mereka yang tidak
memiliki keahlian serta pengetahuan yang cukup dalam mengerjakan
tugasnya.
b) Factor personal meliputi:
1. kebutuhan interpersonal,
2. tindak komunikasi,
3. peranan.
15
yang terlibat dalam komunitas atau kelompok tersebut berkomunikasi di luar
forum, maka komunikasi yang terjalin antar individu berlangsung secara pribadi
dan bahasa yang digunakan cenderung tidak formal. Akan tetapi jika individu
tersebut bertemu dalam satu forum yang dihadiri anggota kelompok atau
komunitas tersebut, maka komunikasi yang berlangsung akan cenderung
menggunakan bahasa yang lebih formal. Proses komunikasi kelompok dapat
dijelaskan sebagai berikut:
a) Komunikator (Sender).
Komunikator merupakan orang yang mengirimkan pesan yang berisi ide,
gagasan, opini dan lain-lain untuk disampaikan kepada seseorang
(komunikan) dengan harapan dapat dipahami oleh orang yang menerima pesan
sesuai dengan yang dimaksudkannya.Anggota dan pengurus dalam suatu
kelompok atau komunitas bisa menjadi komunikator ketika mereka melakukan
proses komunikasi dalam proses tersebut.
b) Pesan (Message).
Pesan adalah informasi yang akan disampaikan atau diekspresikan oleh
pengirim pesan. Pesan dapat verbal atau non verbal dan pesan akan efektif jika
diorganisir secara baik dan jelas. Materi pesan yang disampaikan dapat berupa
informasi, ajakan, rencana kerja, pertanyaan dan lain sebagainya. Pada tahap
ini pengirim pesan membuat kode atau simbol sehingga pesannya dapat
dipahami oleh orang lain. Tujuan menyampaikan pesan adalah untuk
mengajak, membujuk, mengubah sikap, perilaku atau menunjukkan arah
tertentu.
c) Media (Channel).
Media adalah alat untuk menyampaikan pesan seperti TV, radio, surat kabar,
papan pengumuman, telepon dan media jejaring sosial. Media yang terdapat
dalam komunikasi kelompok bermaca-macam, seperti rapat, seminar,
pameran, diskusi panel, workshop dan lain-lain. Media dapat dipengaruhi oleh
isi pesan yang disampaikan, jumlah penerima pesan, situasi dan vested of
interest.
d) Mengartikan kode atau isyarat.
16
Setelah pesan diterima melalui indra (telinga, mata dan seterusnya) maka si
penerima pesan harus dapat mengartikan simbol atau kode dari pesan tersebut,
sehingga dapat dimengerti atau dipahami. Komunikasi kelompok mempunyai
suatu simbol, kode atau isyarat tersendiri yang menjadi ciri khas suatu
kelompok yang hanya dimengerti oleh kelompok atau komunitas itu sendiri.
e) Komunikan.
Komunikan adalah orang yang menerima pesan yang dapat memahami pesan
dari si pengirim meskipun dalam bentuk kode atau isyarat tanpa mengurangi
arti atau pesan yang dimakasud oleh pengirim. Dalam komunikasi kelompok
komunikan bertatap muka dan bertemu langsung dengan komunikatornya,
sehingga seseorang bisa berkomunikasi secara langsung.
f) Respon.
Respon adalah isyarat atau tanggapan yang berisi kesan dari penerima pesan
dalam bentuk verbal maupun non verbal. Tanpa respon seorang pengirim
pesan tidak akan tahu dampak pesannya terhadap si penerima pesan. Hal ini
penting bagi pengirim pesan untuk mengetahui apakah pesan sudah diterima
dengan pemahaman yang benar dan tepat. Respon yang disampaikan oleh
penerima pesan pada umumnya merupakan respon langsung yang
mengandung pemahaman atas pesan tersebut dan sekaligus merupakan apakah
pesan itu akan dilaksanakan atau tidak. Respon bermanfaat untuk memberikan
informasi, saran yang dapat menjadi bahan pertimbangan dan membantu
untuk menumbuhkan kepercayaan serta keterbukaan diantara komunikan,
serta dapat memperjelas persepsi. Dalam komunikasi kelompok respon atau
tanggapan yang dihasilkan oleh anggota dan pengurus dalam komunitas
tersebut berbeda-beda, usulan atau keputusan dalam komunikasi tersebut
didukung, diperbaiki, dijelaskan, dirangkum, atau disetujui, maupun yang
mengakibatkan tanggapan yang menyenangkan atau bahkan meragukan.
17
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kelompok adalah sekumpulan orang yang mempunyai tujuan
bersama yang berinteraksi satu sama lain untuk mencapai tujuan
bersama, mengenal satu sama lainnya, dan memandang mereka
sebagai bagian dari kelompok tersebut (Deddy Mulyana, 2005).
Kelompok ini misalnya adalah keluarga, kelompok diskusi, kelompok
pemecahan masalah, atau suatu komite yang tengah berapat untuk
mengambil suatu keputusan.
Dalam komunikasi kelompok, juga melibatkan komunikasi
antarpribadi. Karena itu kebanyakan teori komunikasi antarpribadi
berlaku juga bagi komunikasi kelompok
B. Saran
Dari pemaparan mengenai Komunikasi kelompok di atas maka
kami dapat memberikan saran sebagai berikut: bahwa tidak setiap
himpunan disebut kelompok. Orang-orang yang berkumpul di terminal
bus, yang antri di depan loket bioskop, yang berbelanja di pasar,
semuanya disebut agregat - bukan kelompok. Supaya agregat menjadi
kelompok diperlukan kesadaran pada anggota-anggotanya akan ikatan
yang sama mempersatukan mereka.
18
DAFTAR PUSTAKA
19