Anda di halaman 1dari 33

MAKALAH ILMU KOMUNIKASI

KOMUNIKASI ORGANISASI

Dosen pengampu: Rini fitria, S.Ag, M.si

Disusun oleh Kelompok 2:


1. Gion Mandra Guna (2223310042)
2. Frety Zul’ Aini (2223310036)
3. Sintia Wulandari (2223310028)
4. Deri Rahmasari (2223310038)

PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM


JURUSAN DAKWAH
FAKULTAS USHULUDDIN ADAB DAN DAKWAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI FATMAWATI SUKARNO
UINFAS BENGKULU
TAHUN AKADEMIK 2022/2023

i
KATA PENGANTAR

puji syukur kehadirat Allah SWT. Yang mana dengan segala


rahmat, nikmat dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan makalah
tentang komunikasi organisasi ini dengan baik meskipun banyak
kekurangan di dalamnya. Dan juga kami berterimakasih kepada ibu Rini
Fitria, S.Ag.,M.si,. Selaku Dosen mata kuliah ilmu komunikasi yang telah
memberikan tugas ini kepada kami.

Kami berharap makalah ini dapat berguna dalam untuk menambah


wawasan serta pengetahuan kita mengenai komunikasi organisasi. Kami
juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat
kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap
adanya kritik, saran, dan usulan demi perbaikan makalah yang kami susun
di masa mendatang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran
yang membangun.

Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang


membacanya. Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi
kami maupun yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila
terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon
kritik dan saran yang membangun dari Anda demi perbaikan makalah ini di
waktu yang akan datang.

Bengkulu, 25 Oktober 2022

penulis

ii
DAFTAR ISI
BAB 1...................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN................................................................................................... 1
A. Latar Belakang Masakah...............................................................................1
B. Rumusan masalah......................................................................................... 2
C. Tujuan makalah.............................................................................................2
BAB 1...................................................................................................................... 3
PEMBAHASAN...................................................................................................... 3
A. Pengertian komunikasi organisasi.................................................................3
B. Konsep Komunikasi Organisasi....................................................................4
C. Teori-Teori Komunikasi............................................................................... 5
D. Hubungan Komunikasi Dan Organisasi.......................................................7

E. Fungsi Komunikasi Dalam Organisasi.......................................................15

F. Tujuan Komunikasi Organisasi..................................................................17

G. Jaringan Komunikasi Organisasi.................................................................18

H. Arah Aliran Informasi Dalam Organisasi………………………………...27


BAB 3.................................................................................................................... 27
PENUTUP..............................................................................................................27
A. KESIMPULAN...........................................................................................27
B. SARAN....................................................................................................... 27

iii
iv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masakah


Organisasi memiliki peran sangat penting dalam kehidupan manusia,

dan mungkin tidak banyak dari kita yang menyadari betapa dominan peran

organisasi dalam kehidupan kita. Sebagaimana dikemukakan Amatai

Etzioni (1964); kita dila hirkan di organisasi, menerima pendidikan di

organisasi, kebanyakan dari kita menghabiskan waktu bekerja untuk

organisasi, dan kita tinggal di tengah masyarakat yang bersifat organisasi.

Kita menghabiskan banyak waktu untuk berbagai aktivitas seperti bersantai,

bermain, dan berdo’a. Hampir semua kegiatan itu dilakukan di organisasi.

Kebanyakan dari kita kemungkinan akan mati dalam organisasi, dan ketika

hal itu terjadi, sering kali ahli waris kita harus membuat laporan kepada

organisasi terbesar, negara, untuk memberikan surat keterangan kematian.

Organisasi dibentuk melalui komunikasi ketika individu di dalamnya

saling berinteraksi satu sama lain untuk mencapai tu juan individu dan

tujuan bersama. Proses komunikasi yang terja di dalam organisasi

menghasilkan berbagai hal seperti hubungan kewenangan, terciptanya

peran, adanya jaringan komunikasi dan iklim organisasi. Organisasi

menciptakan hasil atau keluaran (out put) akibat adanya interaksi di antara

individu dan kelompok dalam organisasi yang pada gilirannya

memengaruhi depan di dalam organisasi.

1
Organisasi Diciptakan Melalui Komunikasi. Seluruh teori yang masuk

dalam arus utama (mainstream) mengenai komunikasi orga nisasi dewasa

ini mengakui bahwa organisasi muncul melalui in teraksi di antara

anggotanya sepanjang waktu. Komunikasi tidak sekadar instrumen atau alat

untuk berinteraksi tetapi komunikasi adalah medium yang menyebabkan

adanya organisasi, dan karena komunikasi bersifat dinamis, maka organisasi

yang kita lihat saat ini hanyalah gambaran singkat (snapshot) dari proses

pembentuk annya yang berevolusi sepanjang waktu.1

B. Rumusan masalah

1. Apa pengertian komunikasi organisasi ?

2. Apa konsep komunikasi organisasi?

3. Apa teori – teori komunikasi organisasi ?

4. Bagaimana hubungan komunikasi dengan organisasi ?

5. Apa tujuan komunikasi organisasi ?

6. Apa fungsi komunikasi organisasi?

C. Tujuan makalah

1. Untuk mengetahui komunikasi organisasi.

2. Untuk mengetahui apa hubungan komunikasi dengan organisasi.

3. Untuk mengetahui tujun dan fungsi komunikasi organisasi

1Amatai Etzioni, modern organization,prentice-Hall, 1964, hlm. 1 dalam little- john-foss,


Theories of human communication, 2005, hlm. 239.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian komunikasi organisasi

Komunikasi organisasi adalah pengirim dan penerima berbagai

pesan organisasi didalam kelompok formal maupun informal di suatu

organisasi. bila organisasi semakin besar dan kompleks maka akan

mengakibatkan semakin kompleks pula proses komunikasinya. Organisasi

kecil yang anggotanya hanya tiga orang, proses komunikasi yang

anggotannya seribu orang menjadi komunikasinya sangat kompleks.

Komunikasi dapat bersifat formal dan informal. Komunikasi formal

adalah komunikasi yang disetujui oleh organisasi itu sendiri dan sifatnya

berorientasi kepentingan organisasi. isinya berupa cara kerja di dalam

organisasi, produktivitas, dan berbagai pekerjaan yang harus dilakukan

dalam organisasi. misalnya: memo, kebijakan, pernyataan, jumpa pers, dan

surat-surat resmi. Adapun komunikasi informal adalah komunikasi yang

disetujui secara sosial. Orientasinya bukan pada organisasi, tetapi lebih

kepada anggotannya secara individual.2

B. Faktor yang Memengaruhi Komunikasi Organisasi

2 Wiryanto, Pengantar Ilmu Komunikasi ( jakarta: PT. Grasindo, 2004), hal.54.25

3
Komunikasi merupakan salah satu alat terpenting dalam menjalankan

fungsi manajemen terutama untuk mendukung kebijakan - kebijakan yang

dikeluarkan oleh top manajemen , Anggota organisasi atau perusahaan perlu

menyadari pentingnya kegiatan komunikasi untuk membantu tercapainya

performance (kinerja) organisasi atau perusahaan.

Faktor – faktor yang memengaruhi komunikasi organisasi yaitu :

1. Pengetahuan Tentang Komunikasi dan Keterampilan Berkomunikasi

Yang dimaksudkan adalah penguasaan bahasa, keterampilan

mempergunakan media komunikasi untuk mempemudah proses pengertian

pada repisiens , kemampuan untuk mengenal dan menganalisis situasi

pendengar sehingga dapat memberikan sesuatu yang sesuai dengan

kebutuhan mereka. Di samping itu jenis hubungan antara komunikator dan

resipiens dapat juga memengaruhi efektivitas proses komunikasi.

2. Sikap Komunikator

Sikap komunikator seperti agresif (menyerang) atau cepat membela diri,

sikap yang mantap dan meyakinkan, sikap rendah hati, rela mendengar dan

menerima anjuran dapat memberi dampak yang besar dalam proses

komunikasi retoris.

3. Pengetahuan Umum

Demi efektivitas dalam komunikasi retoris, komunikator sebaiknya

memiliki pengetahuan umum yang luas, karena dengan begitu dia dapat

mengenal dan menyelami situasi pendengar dan dapat mengerti mereka

4
secara lebih baik. Dia harus mengetahui dan menguasai bahan yang

dibeberkan secara mendalam, teliti dan tepat. Dia juga hendaknya

mengetahui dan mengerti hal - hal praktis dari kehidupan harian para

pendengarnya supaya dapat menyampaikan sesuatu yang mampu

menggugah hati mereka.

4. Sistem Sosial

Setiap komunikator berada dan hidup didalam sistem masyarakat tertentu.

Posisi, pangkat atau jabatan yang dimiliki komunikator di dalam

masyarakat sangat memengaruhi efektivitas komunikasi retoris misalnya

sebagai pemimpin atau bawahan sebagai orang yang berpengaruh atau

tidak.

5. Sistem kebudayaan

Disamping sistem sosial, sistem kebudayaan yang memiliki seorang

komunikator juga dapat memengaruhi efektivitas komunikasi retoris,

tingkah laku, tata adab dan pandangan hidup yang diwarisinya dari suatu

kebudayaan tertentu akan juga memengaruhi efektivitas dalam proses

komunikasi retoris dengan manusia lain. 3

C. Teori-Teori Komunikasi

Menurut Little john (1989), berdasarkan metode penjelasan serta cakupan

objek pengamatannya, secara umum teori-teori komunikasi dapat dibagi dalam

dua kelompok. Kelompok pertama disebut kelompok “teori-teori umum”

3 Prietsaweny Riris T. Simamora, Ed, 1. Komunikasi organisasi, Hal 45, 2021

5
(general theories). Kelompok kedua adalah kelompok “teori-teori kontekstual”

(contextual theories). Ada empat jenis teori yang diklasifikasikan masuk ke

dalam kelompok teori-teori umum:

1) teori-teori fungsional dan struktural,

2) teori-teori behavioral dan cognitive,

3) teori-teori konvensional dan interaksional, serta

4) teori-teori kritis dan interpretif.

Sementara kelompok teori-teori kontekstual terdiri dari teori-teori tentang

1) komunikasi antarpribadi,

2) komunikasi kelompok,

3) komunikasi organisasi, dan

4) komunikasi massa.

1. Teori-Teori Fungsional Dan Struktural

Ciri dari jenis teori ini adalah adanya kepercayaan atau pandangan tentang

berfungsinya secara nyata struktur yang berada di luar diri pengamat. Menurut

pandangan ini, seorang pengamat adalah bagian dari struktur. Oleh karena itu,

cara pandangnya juga akan dipengaruhi oleh struktur yang berada di luar

dirinya.

2. Teori-teori behavioral dan cognitive

6
Sebagaimana halnya dengan teori-teori strukturalis dan fungsional, teori-teori

behavioral, dan kognitif juga merupakan gabungan dari dua tradisi yang

berbeda. Asumsinya tentang hakikat dan cara menentukan pengetahuan juga

sama dengan aliran strukturalis dan fungsional.

3. Teori-teori konvensional dan interaksional

Pada teori ini berpandangan bahwa kehidupan sosial merupakan suatu

proses interaksi yang membangun, memelihara serta mengubah kebiasaan-

kebiasaan tertentu, termasuk dalam hal ini bahasa dan simbol-simbol.

Komunikasi, menurut teori ini, dianggap sebagai alat perekat masyarakat (the

glue of society).

4. Teori-Teori Kritis dan Interpretif

Kelompok teori yang keempat adalah kelompok teori-teori kritis dan

interpretif. Gagasan-gagasannya banyak berasal dari berbagai tradisi, seperti

sosiologi interpretif (interpretive sociology), pemikiran Max Weber,

phenomenology dan hermeneutics, Marxisme dan aliran “Frankfurt School”,

serta berbagai pendekatan tekstual, seperti teori-teori retorika, “biblical” dan

kesusastraan. Pendekatan kelompok teori ini terutama sekali populer di

negara-negara Eropa.4

D. Hubungan Komunikasi Dan Organisasi

4 www.penerbitwidina.com

7
Menentukan hubungan antara variabel komunikasi dan variabel

organisasi sangat penting karena inilah konsep dasar teori komuni kasi

organisasi. Dengan memahami hubungan ini, kita dapat dengan mudah

melakukan rekayasa organisasi (organizational engineering), yakni

tindakan untuk mengubah organisasi sesuai dengan kebutuhan atau

keinginan.

Putnam dkk (1996) melontarkan tiga buah pertanyaan fundamental

yang harus dijawab untuk memahami apa itu komunikasi organisasi:

1. Apakah proses komunikasi bergantung pada tipe organisasi, atau

sebaliknya, tipe organisasi bergantung pada proses komunikasi?

2. Apakah arus komunikasi (communicational fluxes) mengikuti atur an

hierarki organisasi atau arus komunikasi tersebut memengaruhi struktur

dan proses kerja dari organisasi?

3. Apakah komunikasi merupakan elemen sentral dalam penciptaan

identitas organisasi atau ia hanya semata-mata instrumen fungsional?

Jawaban atas pertanyaan-pertanyaan tersebut sangat ditentukan oleh

perspektif yang kita gunakan dari definisi konseptual dalam memahami

komunikasi dan organisasi itu sendiri. Proses komunikasi dapat ditentukan

oleh tipe atau bentuk organisasi, namun sebaliknya, proses komunikasi bisa

pula menentukan tipe atau bentuk organisasi. Kedua perspektif tersebut

memberikan konsekuensi tersendiri ter hadap karakter organisasi.

8
Jika organisasi didefinisikan sebagai sebuah struktur, konse

kuensinya ia memiliki aturan-aturan yang harus diikuti oleh para

anggotanya, termasuk aturan dalam komunikasi antarunit organi sasi. Maka

organisasi semacam ini akan menghasilkan sebuah pola komunikasi

(communication pattern) yang cenderung statis dan monoton. Akan ada

banyak keputusan organisasi yang bersifat top down (sentralistik).

Teori yang cukup merepresentasikan pandangan bahwa organi sasi

merupakan sebuah struktur adalah teori struktural klasik. Teori ini, di

antaranya dikembangkan oleh Max Weber dan Frederick W. Taylor, Kedua

tokoh tersebut menyajikan teori organisasi dan manajemen yang lebih fokus

membahas tentang anatomi organisasi formal (formal organization) Weber,

misalnya, memandang bahwa organisasi merupakan birokrasi yang

memiliki tiga karakteristik, yaitu otoritas, spesialisasi, dan peraturan

Menurutnya, otoritas harus terlegitimasi secara formal (authorized

formally). Organisasi yang didefinisikan Weber cenderung merupakan

organisasi yang dibangun dengan sistem rasional melalui kekuatan aturan

yang kewenangannya dikelola secara hierarkis. Selain itu, individu-individu

dalam organisasi perlu terspesialisasi melalui pembagian kerja.

R. Wayne Pace dan Don F. Faules memberikan analisis terhadap

pemikiran Weber dalam sepuluh ciri-ciri, yaitu:

1. Organisasi terdiri atas hubungan-hubungan yang ditetapkan antara

jabatan-jabatan.

9
2. Tujuan atau rencana organisasi terbagi ke dalam tugas-tugas yang

disalurkan di antara berbagai jabatan sebagai kewajiban resmi.

3. Kewenangan untuk melaksanakan kewajiban diberikan kepada jabatan,

yakni ketika seseorang sah menduduki jabatannya.

4. Garis-garis kewenangan dan jabatan diatur menurut tatanan hierarkis.

5. Regulasi umum, tetapi tegas yang ditetapkan secara formal, meng atur

tindakan-tindakan dan fungsi-fungsi jabatan dalam organisasi.

6. Prosedur dalam organisasi bersifat formal dan impersonal.

7. Organisasi menerapkan prosedur untuk menerapkan disiplin.

8. Anggota organisasi harus memisahkan kehidupan pribadi dan

kehidupan organisasi.

9. Pegawai dipilih untuk bekerja berdasarkan kualifikasi teknis, alih-alih

koneksi politis, keluarga, atau lainnya.

10. Kenaikan jabatan dilakukan berdasarkan senioritas dan prestasi kerja.

Hampir senada dengan Weber. Taylor memandang bahwa organisasi

harus memiliki empat hal, yakni pembagian kerja, proses skalar dan

fungsional, struktur, serta rentang pengawasan.

Singkatnya, pembagian kerja berhubungan dengan distribusi tugas

dan kewajiban. Secara birokratis, kewajiban organisasi dibe bankan kepada

jabatan-jabatan yang sudah terspesialisasi, mirip pemikiran Weber. Dalam

hal proses skalar dan fungsional, ia ber hubungan dengan pertumbuhan

vertikal dan horizontal organisasi. Proses skalar berkaitan dengan dimensi

vertikal, sementara proses fungsional berhubungan dengan dimensi

10
horizontal organisasi. Sementara itu, struktur berkaitan dengan hubungan

fungsional dalam organisasi, yang terdiri atas lini dan staf. Adapun rentang

pengawasan merupakan jumlah bawahan yang berada di bawah pengawasan

seorang atasan.

Jika organisasi dipandang sebagai sebuah proses, bentuk orga nisasi

akan sangat dipengaruhi oleh dinamika komunikasi antar anggotanya yang

terjadi dalam konteks waktu tertentu. Organisasi adalah sebuah konsep

imajiner yang tidak pernah final, bergantung pada imajinasi orang-orang

yang menjalankannya. Organisasi yang dipahami sebagai proses cenderung

bersifat dinamis karena ia kritis terhadap dirinya sendiri. Biasanya

organisasi semacam ini lebih siap menghadapi konflik.

Tokoh paling berpengaruh yang memiliki pandangan bahwa orga

nisasi merupakan sebuah proses adalah Karl Weick. la berpendapat bahwa

kata "organisasi" tidak lain seperti sebuah mitos yang tidak dapat

ditemukan. Organisasi adalah sejumlah peristiwa yang terjalin bersama

sama, yang berlangsung dalam dunia nyata. Untuk itu, ia mendefinisikan

organisasi sebagai sebuah proses pengorganisasian (organizing). Proses

inilah yang kemudian menghasilkan organisasi (organization). WeicK

mengatakan bahwa organisasi memiliki struktur, namun ia ditetap kan oleh

pola-pola regular perilaku yang saling bertautan.

Weick menyamakan pengorganisasian (organizing) dengan pem

rosesan informasi (information processing). Menurutnya, informasi

11
merupakan bahan baku proses organisasi. Namun, komunikasi dalam

organisasi kerapkali bersifat samar (equivocal), yang berarti bahwa sebuah

pesan setidaknya memiliki dua interpretasi yang setara. Pengorganisasian

menggambarkan bagaimana manusia merasionali sasikan input verbal yang

samar tersebut.

Pandangan Weick tentang pengorganisasian terinspirasi dari

pemikiran Charles Darwin tentang evolusi, yaitu proses seleksi alam

berawal dari variation (variasi), kemudian selection (seleksi), lalu retention

(retensi). Namun, dalam konteks evolusi sosio-kultural, ia berpandangan

bahwa proses pengorganisasian adalah proses mengu rangi ketidakpastian

yang mengandung tiga tahap, yakni penerimaan informasi (enactment),

seleksi (selection), dan retensi (retention).

1. Penerimaan informasi (Enactment)

Pada tahap ini, anggota organisasi mencatat dan mendaftarkan adanya

informasi yang tidak pasti yang berasal dari luar orga nisasi. Para anggota

organisasi akan memperhatikan adanya stimuli atau rangsangan dan

mengetahui akan adanya ketidakpastian. Kemudian terjadi proses

penerimaan dan interpretasi informasi oleh organisasi, di mana organisasi

menganalisis input informasi yang diterima untuk menentukan jumlah

ketidakpastian yang ada, lalu memberikan makna terhadap informasi yang

ada.

2. Seleksi (Selection)

12
Pada tahap ini, anggota organisasi menyeleksi sejumlah informasi

untuk menentukan relevansinya dengan persoalan yang dihadapi. Proses

seleksi ini merupakan upaya mengeliminasi ketidakpastian yang muncul

dari informasi yang diterima pada tahap awal.

3. Retensi (Retention)

Retensi adalah proses penyimpanan informasi yang akan diguna kan pada

waktu yang akan datang. Informasi tersebut disimpan oleh organisasi dan

para anggotanya. Informasi tersebut nantinya akan digabungkan dengan

informasi lainnya untuk menjalankan kegiatan organisasi pada masa depan.

Demikianlah pandangan yang mendefinisikan organisasi sebagai

sebuah proses pengorganisasian (organizing), yang menurut R. Wayne Pace

dan Don F. Faules, pandangan ini berbasis pada perspektif subjektivis,

sebagai antitesis dari perspektif objektivis yang telah me lahirkan teori

struktural.

Untuk memberikan gambaran yang lebih praktis, mari kita

mengambil contoh dua bentuk organisasi. Pertama, organisasi bisnis

(perusahaan) keluarga; kedua, organisasi sosial. Perusahaan keluarga

biasanya lebih memilih untuk mengambil perspektif organisasi sebagai

struktur karena dapat mengatur komunikasi organisasi secara sentralistik.

Komunikasi yang bersifat kritis dari para karyawan tidak diberikan ruang

yang besar oleh perusahaan. Karenanya, nyaris tidak mungkin dapat

dilakukan perubahan dalam organisasi dengan cara bottom-up. Aturan-

13
aturan komunikasi dibuat dan dijalankan secara ketat untuk mengendalikan

karyawan sehingga biasanya mereka yang terlalu kritis akan "diamputasi".

Organisasi sosial bukan milik satu orang, melainkan milik ber

sama-bukan hanya milik anggotanya, melainkan milik masyarakat secara

umum. Biasanya organisasi semacam ini lebih mengembangkan perspektif

organisasi sebagai proses. Dengan begitu, organisasi tersebut lebih terbuka

dengan perubahan. Seperti apa organisasi ditentukan oleh komunikasi yang

dikembangkan oleh para anggota nya. Barangkali ada periode di mana

organisasi tersebut cenderung beral namun di periode lain organisasi

tersebut berubah menjadi konservatif, elitis, atan sentralistik Bentuk

organisasi bergantung pada undakan komunikasi yang dilakukan oleh para

anggotanya atau oleh aktor aktor yang berpengaruh dalam waktu yang

cukup panjang, bentuk hubungan antara komunikasi dan organisasi lebih

diwarnai oleh dua perspektif ter whut. Namun, organisasi kontemporer saat

ini sudah mulai ber usaha untuk mendamaikan dicotomi antara perspektur

struktur dan proses. Hal ini karena adanya perkembangan paradigma dalam

dum sosial yang memungkinkan terja dinya rekonsiliast antara pendekatan

subjektif dan pendekatan objektif.

Pendekatan mutakhir tersebut, antara lain berangkat sart pandangan

Anthony Giddens (1984) tentang strukturasi ( arian), yang mencoba

merekonsiliasi hubungan dikotomis antara agensi dan struktur. Agensi

adalah kapasitas individu untuk ber tindak secara independen dan

menciptakan pilihan bebasnya sendiri. Sedangkan struktur adalah faktor

14
faktor, seperti kelas sosial, gender, etnisitas, kebiasaan, dan semacamnya,

yang membatasi atau memengaruhi kesempatan yang dimiliki setiap

individu. Dalam hal in struktur sosial menentukan bagaimana manusia

bertindak dan ber komunikasi dan pada waktu yang sama tindakan tersebut

menentu kan bagaimana struktur sosial terbentuk. 5

E. Fungsi Komunikasi Dalam Organisasi

Komunikasi berguna sebagai mengendalikan sikap anggota dengan

beberapa cara. Organisasi memiliki hierarki kekuasaan serta acuan formal

yang harus di lakukan para anggota. Bila sekumpulan karyawan

mempengaruhi karyawan lain agar lalai dalam ketentuan organisasi dengan

bekerja sangat giat, orang-orang tersebut secara informal mengendalikan

perilaku orang lain. Lalu, komunikasi memberi dorongan melalui cara

menyampaikan kepada para anggota apa yang mesti dilakukan, bagaimana

hasil mereka dalam melakukan pekerjaannya, dan apa yang harus dilakukan

agar kinerja dapat lebih baik sehingga sesuai standar organisasi.

Komunikasi berperan penting dalam organisasi, salah satunya sebagai

sarana memadukan tugas-tugas yang telah tersusun dan sistematis.

Fungsi komunikasi dibagi menjadi empat fungsi (Bangun, 01), yaitu:

1) Fungsi Pengawasan.

5L.L. Putnam, phillips N., dan Chapman P,1996, “Metaphors of Communication and
Organization”, Dalam Clegg, S, R, Hardy, C. & Nord W. (Eds.), Handbook of
Organizational Studies, London: Sage.

15
Organisasi umumnya mempunyai struktur dan perintah. Komunikasi

membantu karyawan tentang bagaimana dan apa yang seharusnya mereka

lakukan guna bekerja sesuai standar yang telah ditentukan.

2) Sebagai Motivasi.

Dengan menyampaikan informasi yang jelas dan bagaimana prestasi

serta pencapaian anggota organisasi, serta bagaimana cara memotivasi

anggota organisasi supaya mempunyai kemauan melaksanakan tugasnya

dengan baik.

3) Pengungkapan Emosi.

Komunikasi yang terjadi dalam organisasi kerja mereka merupakan

sumber utama dalam komunikasi sosial dan merupakan komunikasi

fundamental dimana pengungkapan yang menunjukkan ekspresi kecewa

maupun puas.

4) Informasi.

Hal ini berhubungan dengan pengambilan keputusan. Kegiatan

komunikasi yang dilakukan dapat memberi informasi yang berguna dalam

langkah pengambilan keputusan. (Dewi, 007),

Apapun bentuk organisasinya, komunikasi akan berfungsi:

a. Informatif.

Pemimpin dan karyawan memerlukan informasi yang banyak dalam

penyelesaian berbagai tugasnya. Informasi tersebut berhubungan dengan

upaya organisasi dalam meraih tujuannya.

16
b. Regulatory (Pengendalian).

Komunikasi berfungsi sebagai pengatur dan pengendali organisasi.

Komunikasi dalam hal ini berupa peraturan, prosedur, perintah dan

laporan.

c. Persuasif.

yaitu mengajak orang lain dalam hal mengikuti atau melaksanakan

ide/gagas atau tugas .

d. Integratif.

organisasi yang terbagi menjadi berbagai bagian atau divisi akan tetap

merupakan satu kesatuan yang utuh dan terpadu dengan adanya

komunikasi.6

F. Tujuan Komunikasi Organisasi

Seseorang memasuki suatu organisasi, karena ia berpikir organisasi akan

dapat membantu dia untuk mencapai tujuannya. Demikian pula para

karyawan, mereka mempunyai organisasi, mereka anggota organisasi

kekaryaan dimana mereka bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.

Pemimpin organisasi tersebut dapat mengkoordinasikan aktivitas-aktivitas

para karyawan dan mengkooperasikan Hasrat-hasrat mereka untuk bekerja

bersama-sama. Ini semua tertuju kepada sasaran yang direncanakan, dan di

sini komunikasi memegang peranan penting. Human relations seperti

ditegaskan di muka adalah komunikasi persuasif.(Fitria, 2018)

6 www.penerbitwidina.com

17
Ada empat tujuan komunikasi organisasi, yaitu :

1. Menyatakan pikiran, pandangan dan pendapat.

Memberi peluang bagi para pemimpin organisasi dan anggotanya untuk

menyatakan pikiran, pandangan dan pendapat sehubungan dengan tugas dan

fungsi yang mereka lakukan.

2. Membagi informasi (nformation sharing)

Memberi peluang kepada seluruh aparatur organisasi untuk membagi

informasi dan memberi makna yang sama atas visi, misi, tugas pokok, fungsi

organisasi, sub organisasi,individu, maupun kelompok kerja dalam

organisasi.

3. Menyatakan perasaan dan emosi

Memberi peluang bagi para pemimpin dan anggota organisasi untuk bertukar

informasi yang berkaitam dengan perasaan dan emosi

4. Tindakan koordinasi

Bertujuan mengkoordinasi sebagian atau seluruh tindakan yang berkaitan

dengan tugas dan fungsi organisasi yang telah dibagi habis kedalam bagian

atau sebagian organisasi. Organisasi tanpa koordinasi dan organisasi tanpa

komunikasi sama dengan organisasi yang menampilkan aspek individual dan

bukan menggambarkan aspek kerja sama. 7

G. Jaringan Komunikasi Organisasi

7 Arni Muhammad, komunikasi organisasi, Ed.1, cet. 14.Jakarta : Bumi Aksara, 2015.hal.372.

18
Struktur organisasi akan sangat menentukan jaringan atau pola komunikasi

dalam organisasi. Dalam organisasi yang dikendalikan secara terpusat, maka

komunikasi pada umumnya akan berpusat di sekitar orang-orang atau pihak-

pihak yang memiliki posisi atau jabatan penting saja. Misalnya, dalam unit

produksi perusahaan, manajer produksi akan menjadi orang yang sangat penting

dan semua komunikasi akan mengalir kepada pimpinan (komunikasi ke atas) dan

kepada supervisor (komunikasi ke bawah). Komunikasi tipe rantai, tipe Y, dan

roda digunakan dalam organisasi terpusat atau sentralisasi. Sementara pola

komunikasi lingkaran dan bintang digunakan dalam organisasi desentralisasi.

Menurut (Masmuh, 2013), pola komunikasi organisasi merupakan bentuk

komunikasi yang dapat digunakan oleh suatu organisasi dimana para anggotanya

saling berkomunikasi atau bertukar pesan atau informasi8. Pola-pola berikut ini

merupakan pola komunikasi dan aliran informasi yang digunakan dalam internal

organisasi saja. Berbagai jenis komunikasi dalam jaringan komunikasi

organisasi dapat dibagi menjadi beberapa bentuk atau pola komunikasi9

(Devito, 2011; Robbins & Judge, 2013), yaitu:

1. Pola Komunikasi Roda (Wheel Communication)

Komunikasi organisasi yang berpola roda memiliki pemimpin pada posisi

utama, dan memiliki pengaruh atau kontrol pada proses penyampaian pesan atau

informasi. Sehingga semua informasi yang ada pada organisasi harus

disampaikan terlebih dahulu kepada pimpinan atau atasan. Perintah atau

8 Masmuh, 2013
9 Devito, 2011; Robbins & Judge, 2013

19
instruksi, laporan atau pertanggungjawaban, serta pengawasan kinerja berpusat

pada pimpinan atau atasan dengan empat bawahan atau lebih, dan tidak ada

komunikasi yang dilakukan sesama anggota atau bawahan lain. Pola komunikasi

roda sangat umum digunakan di sebagian organisasi karena menyediakan

penyelesaian masalah yang lebih cepat. Namun, pola komunikasi ini

menunjukkan kurangnya fleksibilitas dan menunjukkan kepuasan kerja yang

rendah anggota organisasi.

2. Pola Komunikasi Y (Inverted Y Communication)

Komunikasi organisasi berpola Y memiliki pimpinan atau atasan yang

jelas. Setiap anggota dapat menyampaikan pesan dan menerima pesan dari dua

orang lainnya. Terdapat empat tingkatan dalam pola Y, satu supervisor yang

memiliki dua bawahan dan dua atasan dan dapat berbeda departemen atau devisi.

Jadi, jenis komunikasi ini mewakili satu orang yang memiliki dua bawahan dan

mereka melapor kepada pimpinan yang telah ditunjuk.

3. Pola Komunikasi Melingkar (Circle Communication)

Komunikasi organisasi yang berpola lingkaran memungkinkan semua

anggota dalam organisasi dapat melakukan komunikasi dengan anggota yang

lain dengan dua anggota di sisinya. Komunikasi bersifat lateral. Pola lingkaran

tidak ada yang jadi pemimpin, semuanya pada posisi yang sama. Pola lingkaran

menunjukkan adanya interaksi pada setiap tiga tingkatan struktur, akan tetapi

tidak terjadi interaksi pada struktur yang lebih tinggi. Dapat digambarkan

20
bagaimana komunikasi antara sesama anggota organisasi atau pegawai dengan

pimpinan atau atasan langsung.

4. Pola Komunikasi Rantai atau Bersambung (Chain Communication)

Komunikasi organisasi yang berpola rantai seperti pola lingkaran, yaitu

tidak memiliki pemimpin. Ada hal yang penting dalam pola rantai yaitu

seseorang yang berada pada posisi tengah-tengah memiliki peran sebagai

seorang pemimpin, dibandingkan dengan anggota lainnya. Selanjutnya,

seseorang yang berada pada posisi paling ujung rantai dapat melakukan

komunikasi hanya dengan satu orang saja. Pada pola rantai ada lima tingkatan

struktur dan hanya mengenal komunikasi ke atas (upward communication) dan

komunikasi ke bawah (downward communication). Pola komunikasi rantai

digunakan dimana informasi mengalir ke atas dan ke bawah secara hierarki.

Tidak ada komunikasi lateral. Jenis komunikasi ini paling sesuai untuk

organisasi yang pelaporannya ketat dan pekerjaan ditentukan dengan baik.

Banyak komunikasi tertulis atau tulisan terjadi dalam bentuk perintah, instruksi,

dan lain-lain.

5. Pola Komunikasi Bintang atau Menyeluruh (All Channel Communication)

Komunikasi organisasi yang berpola bintang atau komunikasi semua saluran

berarti bahwa semua anggota organisasi mempunyai kekuatan atau kemampuan

yang sama untuk dapat memberikan pengaruh kepada anggota yang lain. Dalam

pola komunikasi bintang, tidak ada pemimpin tetapi seseorang dapat mengambil

alih kepemimpinan. Pola bintang memungkinkan semua tingkatan dalam

21
struktur organisasi dapat melakukan komunikasi dan interaksi tanpa melihat

posisi tokoh sentralnya secara timbal balik. Setiap anggota organisasi juga

memiliki kebebasan untuk melakukan komunikasi dengan berbagai pihak,

termasuk berkomunikasi dengan pimpinan. Begitu juga sebaliknya pimpinan

dapat berkomunikasi langsung secara bebas dengan anggota atau bawahan. Jadi

anggota organisasi dapat berpartisipasi secara aktif sebagai anggota secara

optimal. Dalam proses ini, anggota organisasi memiliki tingkat kepuasan yang

lebih besar. Ini lazim terjadi pada organisasi yang menganut konsep

desentralisasi. 10

Salah satu komponen komunikasi yang dapat mengganggu jalannya proses

komunikasi adalah gangguan atau noise. Gangguan atau hambatan komunikasi

adalah sebuah istilah yang digunakan untuk mengekspresikan berbagai

gangguan dan hambatan dalam komunikasi antara komunikator dan

komunikate/penerima pesan. Komunikasi dapat dikatakan berhasil apabila pesan

yang dikirimkan mengalami sedikit distorsi. Gangguan atau hambatan

komunikasi dapat berupa fisik, psikologis/manusiawi, budaya, linguistik, teknis,

melubernya informasi, dan literasi.Berikut ini adalah beberapa jenis hambatan

komunikasi yang sering terjadi, diantaranya:

1. Hambatan fisik terjadi manakala komunikator tidak dapat melihat komunikan

secara fisik, karena berbeda lokasi.

2. Hambatan psikologis/manusiawi terjadi karena setiap individu memiliki

perbedaan dalam hal sikap, minat, dan motivasi yang karenanya dapat
10 www.penerbitwidina.com

22
membuat masing-masing individu melihat segala sesuatu dengan cara yang

berbeda. Perbedaan ini dapat menciptakan hambatan komunikasi.

3. Hambatan sosial budaya terjadi karena setiap individu memiliki latar belakang

budaya yang berbeda sehingga akan berbeda pula ketika mengirimkan dan

menerima pesan.

4. Hambatan linguistik terjadi manakala dalam proses komunikasi kita memberikan

ekspresi yang tidak tepat, penafsiran yang tidak tepat, menggunakan kata-kata

yang ambigu serta penggunaan kosakata yang tidak sesuai.

5. Hambatan teknis terjadi manakala ketika seseorang sebagai komunikator

menggunakan teknologi untuk mengirim pesan. Seperti tata suara yang buruk,

sinyal video yang lemah, dan sinyal jaringan telekomunikasi.

6. Hambatan meluber informasi terjadi manakala begitu banyaknya informasi yang

ada namun personal mempunyai keterbatasan dalam menyerap informasi yang

ada.

7. Hambatan literasi digital adalah hambatan pengetahuan dan kecakapan untuk

menggunakan media digital, alat-alat komunikasi, atau jaringan dalam

menemukan, mengevaluasi, menggunakan, membuat informasi, dan

memanfaatkannya secara sehat, bijak, cerdas, cermat, tepat, dan patuh hukum

dalam rangka membina komunikasi dan interaksi dalam kehidupan sehari-hari.

Cara-cara yang dapat dilakukan untuk menghilangkan hambatan komunikasi antara

lain:

23
1. Buat dalam bentuk tulisan; Langkah awal untuk menghindar hambatan

komunikasi adalah membuat catatan. Catatlah setiap percakapan dan lihat

adakah kesalahan dalam proses berkomunikasi. Dengan begini, setiap pihak

dapat melihat fakta dan kejelasan yang terjadi dalam proses komunikasi.

2. Buat pemberitahuan akan tenggat waktu; Masukkan dalam kalender Anda

tenggat waktu yang diperlukan dalam sebuah tugas ataupun proyek.

Komunikasikan pemberitahuan ini kepada seluruh anggota tim dan pastikan

setiap orang mengetahui tenggat waktunya. Inilah cara untuk menghilangkan

hambatan komunikasi yang kedua.

3. Mendengarkan orang lain; Hilangkan persepsi, pikiran ataupun perasaan yang

Anda buat sendiri. Ini hanya akan membawa Anda pada kemarahan, kekecewaan

dan bahkan stres. Cobalah untuk lebih mendengarkan apa yang dikatakan

seseorang. Perhatikan kata-kata dan tujuan yang dimaksud oleh orang tersebut.

Jika Anda tidak merasa jelas, mintalah orang tersebut untuk mengklarifikasinya.

Mulailah mendengarkan orang lain. Cobalah untuk memahami permasalahan

yang ada dan posisikan diri Anda bukan hanya dari satu sisi. Ini mungkin tidak

membuat Anda nyaman, tetapi, ini adalah cara yang luar biasa untuk

menghilangkan hambatan komunikasi.

4. Lebih fokus dengan tujuan, tugas atau proyek yang sedang dikerjakan. Langkah

selanjutnya untuk menghilangkan hambatan komunikasi adalah menetapkan

tujuan yang jelas bagi tim. Tentukan siapa akan bertanggung jawab pada apa.

Ini akan menjadi landasan yang kuat dalam menjalani tugas, sehingga tidak akan

24
terjadi miskomunikasi ataupun pekerjaan yang tumpang tindih. Buatlah

perencanaan mencakup tujuan, langkah yang akan dilakukan dan orang yang

bertanggung jawab terhadap tugas tersebut. Ini menjaga setiap orang tetap fokus

dan tahu harus menemui siapa jika membutuhkan sesuatu. Jika Anda

menerapkan ini secara berulang-ulang saat terjadinya hambatan komunikasi,

perencanaan akan membuat Anda melewati hambatan itu dengan mudah. Pikiran

dan perasaan yang ‘dibuat-buat’ itu juga akan hilang. Tidak ada lagi ruang untuk

interpretasi dan persepsi masing-masing.

5. Mengikuti pelatihan; Komunikasi yang buruk akan membawa dampak negatif

bagi pekerjaan. Tetapi, memiliki keterampilan komunikasi bukanlah hal yang

dapat dilakukan secara kilat. Anda harus berkomitmen, memiliki jiwa pemimpin

dan memiliki rencana yang jelas. Jadi, cobalah untuk mengikuti pelatihan

komunikasi yang akan memberikan Anda ilmu menghilangkan hambatan

komunikasi. Libatkan juga anggota tim yang lain dalam pelatihan. Sehingga,

setiap orang akan memiliki kesempatan untuk memperbaiki atau bahkan

meningkatkan kemampuan berkomunikasi.

6. Adakan pertemuan tatap wajah; Cara selanjutnya yang dapat dilakukan untuk

menghilangkan hambatan komunikasi adalah mengadakan pertemuan tatap

wajah. Pertemuan tatap wajah ini merupakan cara untuk memastikan bahwa

setiap orang di dalam tim telah memahami tujuan yang ada. Ini juga mampu

membuat tim untuk melihat masalah yang terjadi dan menemukan cara untuk

mengatasinya.

25
7. Hilangkan pembatas yang hierarki; Jangan takut untuk menentang ide tradisional

yang dimiliki organisasi. Hilangkanlah batasan hierarki yang sering menjadi

hambatan komunikasi. Sebagai pemimpin, Anda harus membuat setiap anggota

tim merasa bahwa suara mereka juga didengar. Buatlah sebuah forum terbuka

yang memungkinkan setiap orang menyampaikan pendapat dan gagasan yang

mereka miliki untuk organisasi tanpa memedulikan gelar yang mereka miliki.

Inilah cara agar menumbuhkan komunikasi yang terbuka dan menghilangkan

hambatan komunikasi.

8. Membangun komunikasi proaktif sebagai prioritas; Langkah selanjutnya untuk

menghilangkan hambatan komunikasi adalah membangun komunikasi proaktif

dan menjadikannya sebagai prioritas. Jika terdapat kegagalan, maka

penyebabnya adalah komunikasi. Jika Anda membangun komunikasi proaktif,

setiap orang akan memiliki kesempatan untuk menyampaikan ide atau gagasan

yang dimilikinya. Dan ketika tim Anda dihadapkan dengan masalah, Anda dan

tim akan dapat menemukan solusi untuk mengatasinya.

9. Belajar dari kegagalan komunikasi yang lalu; Ketika Anda menemui kegagalan,

maka Anda akan tahu letak miskomunikasi dan bagaimana mengatasinya. Ini

akan menjadi rambu-rambu peringatan bagi anda di kemudian hari. Belajarlah

dari pengalaman masa lalu dan jadikan pengalaman tersebut sebagai alat yang

dapat membantu Anda menghilangkan hambatan komunikasi di hari depan.11

H. Arah Aliran Informasi Dalam Organisasi

11www.penerbitwidina.com
Jurnal penelitian komunikasi Vol .23 No. 1.Juli 2020 :89-100
ISSN:1410-8291|e-ISSN:2460-0172|http://bppkibandung.id/index.php/jpk

26
Arah aliran informasi organisasi bagaimana pesan mengalir baik secara

formal dari atasan kepada bawahan maupun informal dari bawahan ke atasan,

secara horizontal berlangsung dalam level yang sama, sedangkan lintas saluran

antarbagian fungsional berbeda.

Aliran informasi horizontal dalam organisasi berlangsung antara anggota

organisasi yang memiliki kedudukan setara, dalam koordinasi beban tugas,

koordinasi rencana kegiatan, memecahkan dan memperoleh pemahaman

bersama dan menyatukan perbedaan mendapatkan dukungan interpersonal,

dan komunikasi stakeholders. Apabila kualitas layanan akademik yang

dirasakan sama atau melebihi kualitas pelayanan yang diharapkan maka

pelayanan dikatakan berkualitas12 (Susanto, 2014;Thadi, 2019).

BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pembuatan makalah ini dapat kita simpulkan komunikasi

organisasi adalah pengirim dan penerima berbagai pesan organisasi didalam

kelompok formal maupun informal di suatu organisasi. bila organisasi

semakin besar dan kompleks maka akan mengakibatkan semakin kompleks

pula proses komunikasinya.

12
(Susanto, 2014;Thadi, 2019).

27
Komunikasi organisasi menurut Wiryanto (dalam Khomsahrial Romli,

011) adalah pengiriman dan penerimaan berbagai pesan organisasi di dalam

kelompok formal maupun informal dari suatu organisasi.

Adapun menurut Arni Muhammad (009) bahwa Komunikasi organisasi

juga dapat di definisikan sebagai proses menciptakan dan saling menukar

pesan dalam suatu jaringan hubungan yang saling bergantung satu sama lain

untuk mengatasi lingkungan yang tidak pasti atau yang selalu berubah-ubah.

B. Saran
Dengan keterbatasan waktu dan kemampuan penulis dari makalah ini

maka, untuk itu saran sebagai perbaikan makalah ini sangat kami harapkan.

28
DAFTAR PUSTAKA

Amatai Etzioni, modern organization,prentice-Hall, 1964, hlm. 1 dalam little- john-foss,


Theories of human communication, 2005, hlm. 239.

Wiryanto, Pengantar Ilmu Komunikasi ( jakarta: PT. Grasindo, 2004), hal.54.25

www.penerbitwidina.com

L.L. Putnam, phillips N., dan Chapman P,1996, “Metaphors of Communication and
Organization”,

Dalam Clegg, S, R, Hardy, C. & Nord W. (Eds.), Handbook of Organizational Studies,


London: Sage.

Arni Muhammad, komunikasi organisasi..., hal.372.

Senjaja, D. (2007). Teori Komunikasi. Jakarta: Universitas Terbuka

Muhammad, A. (2009). Komunikasi Organisasi. Jakarta: Bumi Aksara.

https://www.studilmu.com/blogs/details/9-cara-menghilangkanhambatan-komunikas

Jurnal penelitian komunikasi Vol .23 No. 1.Juli 2020 :89-100


ISSN:1410-8291|e-ISSN:2460-0172|http://bppkibandung.id/index.php/jpk

29

Anda mungkin juga menyukai