Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

KOMUNIKASI KELOMPOK ORGANISASI MASYARAKAT DAN ORGANISASI


LINTAS SEKTOR
DOSEN PEMBIMBING: SHERLY DWI GUSTIYA S.ST.,M.Tr.Keb

Disusun Oleh:
1. Amrina Rosada
2. Nabila Dwi Saputri

PRODI D3 KEBIDANAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN


UNIVERSITAS BHAKTI KENCANA
2023/2024
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah semua kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini memenuhi tugas
Ujian untuk mata kuliah “KOMUNIKASI DALAM PRAKTIK KEBIDANAN dengan judul
KOMUNIKASI KELOMPOK ORGANISASI MASYARAKAT DAN ORGANISASI
LINTAS SEKTOR”
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak terlepas dari bantuan banyak
pihak yang dengan tulus memberikan doa, saran dan kritik sehingga makalah ini dapat
terselesaikan.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna dikarenakan
terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang kami milki Oleh karena kami mengharapkan
segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik yang membangun dari berbagai pihak
Akhirnya kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi perkembangan
dan pendidikan.

Mataram,21 Juni 2023

Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
2. Rumusan masalah
3. Tujuan
BAB 2 PEMBAHASAN
A. Pengertian komunikasi kelompok
B. Komunikasi kelompok dalam organisasi masyarakat
C. Organisasi lintas sector
BAB 3 PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
BAB 1
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Manusia di dalam kehidupannya harus berkomunikasi, artinya memerlukan orang lain
dan membutuhkan kelompok atau masyarakat untuk saling berinteraksi. Hal ini
merupakan suatu hakekat bahwa sebagian besar pribadi manusia terbentuk dari hasil
integrasi sosial dengan sesama dalam kelompok dan masyarakat. Di dalam kelompok
ataupun organisasi, selalu terdapat bentuk kepemimpinan yang merupakan masalah
penting untuk kelangsungan hidup kelompok, yang terdiri dari atasan dan bawahannya.

Komunikasi organisasi dapat didefinisikan sebagai pertunjukan dan penafsiran pesan di


antara unit-unit komunikasi yang merupakan bagian suatu organisasi tertentu. Suatu
organisasi terdiri dari dari unit-unit komunikasi dalam hubungan hierarkis antara yang
satu dengan lainnya dan berfungsi dalam suatu lingkungan. Komunikasi organisasi
melibatkan bentuk-bentuk komunikasi antar pribadi dan komunikasi kelompok.
2. Rumusan Masalah
1. Apakah yang di maksud komunikasi kelompok?
2. Bagaimana komunikasi kelompok dalam organisasi masyarakat?
3. Bagaimana organisasi lintas sector?
3. Tujuan
Untuk mengetahui komunikasi kelompok dalam organisasi masyarakat dan
mengetahui tentang organisasi lintas sector
BAB 2
PEMBAHASAN

A. Komunikasi Kelompok

Komunikasi kelompok merupakan salah satu komunikasi interpersonal, menyangkut


komunikasi seseorang dengan beberapa orang lainnya. Komunikasi kelompok kecil adalah
kelompok yang terdiri atas tiga sampai sepuluh orang. Masing-masing anggota kelompok
menyadari keberadaan anggota lainnya, memiliki minat yang sama, dan atau bekerja sama
untuk mencapai suatu tujuan.

B. Organisasi dalam Masyarakat

Komunikasi dalam organisasi adalah komunikasi di suatu organisasi yang dilakukan


pimpinan, baik dengan para karyawan maupun dengan khalayak yang ada kaitannya dengan
organisasi, dalam rangka pembinaan kerja sama yang serasi untuk mencapai tujuan dan
sasaran organisasi (Effendy,1989: 214). Manajemen sering mempunyai masalah tidak
efektifnya komunikasi. Padahal komunikasi yang efektif sangat penting bagi para manajer,
paling tidak ada dua alasan, pertama, komunikasi adalah proses melalui mana fungsi-fungsi
manajemen mulai dari perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan dapat
dicapai; kedua, komunikasi adalah kegiatan dimana para manejer mencurahkan sebagian
besar proporsi waktu mereka. Proses Komunikasi memungkinkan manejer untuk
melaksanakan tugas-tugas mereka. Informasi harus dikomunikasikan kepada stafnya agar
mereka mempunyai dasar perencanaan, agar rencana-rencana itu dapat dilaksanakan.
Pengorganisasian memerlukan komunikasi dengan bawahan tentang penugasan mereka.
Pengarahan mengharuskan manejer untuk berkomunikasi dengan bawahannya agar tujuan
kelompo dapat tercapai. Jadi seorang manejer akan dapat melaksanakan fungsi-fungsi
manajemen melalui interaksi dan komunikasi dengan pihak lain. Sebahagian besar waktu
seorang manejer dihabiskan untuk kegiatan komunikasi, baik tatap muka atau melalui media
seperti Telephone, Hand Phone dengan bawahan, staf, langganan dsb. Manejer melakukakan
komunikasi tertulis seperti pembuatan memo, surat dan laporan-laporan.

Fungsi Komunikasi dalam Organisasi

Dalam suatu organisasi baik yang berorientasi komersial maupun sosial, komunikasi
dalam organisasi atau lembaga tersebut akan melibatkan empat fungsi, yaitu:
a. Fungsi informatif

Organisasi dapat dipandang sebagai suatu sistem pemrosesan informasi (information-


processing system). Maksudnya, seluruh anggota dalam suatu organisasi berharap dapat
memperoleh informasi yang lebih banyak, lebih baik dan tepat waktu. Informasi yang didapat
memungkinkan setiap anggota organisasi dapat melaksanakan pekerjaannya secara lebih pasti
informasi pada dasarnya dibutuhkan oleh semua orang yang mempunyai perbedaan
kedudukan dalam suatu organisasi. Orang-orang dalam tataran manajemen membutuhkan
informasi untuk membuat suatu kebijakan organisasi ataupun guna mengatasi konflik yang
terjadi di dalam organisasi. Sedangkan karyawan (bawahan) membutuhkan informasi tentang
jaminan keamanan, jaminan sosial dan kesehatan, izin cuti dan sebagainya. Fungsi Regulatif

b. Fungsi regulatif

ini berkaitan dengan peraturan-peraturan yang berlaku dalam suatu organisasi. Pada semua
lembaga atau organisasi, ada dua hal yang berpengaruh terhadap fungsi regulatif ini, yaitu:

1) Atasan atau orang-orang yang berada dalam tataran manajemen yaitu mereka yang
memiliki kewenangan untuk mengendalikan semua informasi yang disampaikan. Disamping
itu mereka juga mempunyai kewenangan untuk memberikan instruksi atau perintah, sehingga
dalam struktur organisasi kemungkinan mereka ditempatkan pada lapis atas (position of
authority) supaya perintah-perintahnya dilaksanakan sebagaimana semestinya. Namun
demikian, sikap bawahan untuk menjalankan perintah banyak bergantung pada: a)
Keabsahan pimpinan dalam penyampaikan perintah.

b) Kekuatan pimpinan dalam memberi sanksi.

c) Kepercayaan bawahan terhadap atasan sebagai seorang pemimpin sekaligus sebagai


pribadi.

d) Tingkat kredibilitas pesan yang diterima bawahan.

2) Berkaitan dengan pesan atau message. Pesan-pesan regulatif pada dasarnya


berorientasi pada kerja. Artinya, bawahan membutuhkan kepastian peraturan-peraturan
tentang pekerjaan yang boleh dan tidak boleh untuk dilaksanakan.

c. Fungsi Persuasif

Dalam mengatur suatu organisasi, kekuasaan dan kewenangan tidak akan selalu
membawa hasil sesuai dengan yang diharapkan. Adanya kenyataan ini, maka banyak
pimpinan yang lebih suka untuk mempersuasi bawahannya daripada memberi perintah.
Sebab pekerjaan yang dilakukan secara sukarela oleh karyawan akan menghasilkan
kepedulian yang lebih besar dibanding kalau pimpinan sering memperlihatkan kekuasaan dan
kewenangannya.
d. Fungsi Integratif

Setiap organisasi berusaha menyediakan saluran yang memungkinkan karyawan dapat


dilaksanakan tugas dan pekerjaan dengan baik. Ada dua saluran komunikasi formal seperti
penerbitan khusus dalam organisasi tersebut (newsletter, buletin) dan laporan kemajuan
oraganisasi; juga saluran komunikasi informal seperti perbincangan antarpribadi selama masa
istirahat kerja, pertandingan olahraga ataupun kegiatan darmawisata. Pelaksanaan aktivitas
ini akan menumbuhkan keinginan untuk berpartisipasi yang lebih besar dalam diri karyawan
terhadap organisasi.

B. Organisasi Lintas Sektor

Organisasi lintas sektor adalah organisasi yag melibatkan suatu institusi atau instansi
negri atau swasta yang membutuhkan pemberdayaan dan kekuatan dasar dari pemerintah atau
swasta mengenai peraturan yang ditetapkan untuk mewujudkan alternatif kebijakan secara
terpadu dan komprehensif sehingga adanya keputusan dan kerjasama.Koordinasi dalam
system penyelenggaraan Negara dapat diaplikasikan dalam konteks kerjasama pemerintahan
antar Negara, koordinasi antar lembaga tinggi Negara, koordinasi antara pusat dan daerah,
koordinasi sektoral, koordinasi lintas daerah, koordinasi antar actor bernegara. Pola hubungan
koordinatif pada dasarnya tercermin dalam struktur pemerintahan Negara dan hubungannya
dengan lingkungan struktur tercebut (state structure environment). Untuk lebih jelasnya,
masing-masing format koordinasi tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut.1. Koordinasi
Lintas Negara

Koordinasi lintas Negara merupakan kerjasama pemerintahan antar Negara dalam


mencapai tujuan tertentu. Lingkup Negara yang melakukan kerjasama dapat bersifat bilateral
(kerjasama dua Negara) atau multilateral (kerjasama lebih dari dua Negara). Sedangkap
lingkup objek yang dikerjasamakan dapat berupa bidang politik, ekonomi, social politik dan
budaya. Dalam ranah administrasi Negara, pembahasan tentang kerjasama antar Negara
tersebut masuk dalam bidang administrasi internasional. Bentuk kerjasama bilateral antara
lain dapat dilihat dalam kerjasama sister-city (kota kembar antara salah satu kota di Indonesia
dengan salah satu kota lainnya di luar negeri).

1. Koordinasi Antar Lembaga Negara

Dalam struktur pemerintahan RI terdiri dari beberapa lembaga Negara. Beberapa lembaga
tersebut termasuk presiden, Mahkamah konstitusi, DPR, MPR, Mahkamah Agung, Komisi
Yudisial dan sebagainya. Antar lembaga tersebut dapat saling melakukan koordinasi dalam
rangka mencapai tujuan tertentu. Misalnya, Komisi Yudisial, Mahkamah Agung dan
Mahkamah Konstitusi dapat saling berkoordinasi dalam meningkatkan kualitas penegakan
hukum (law enforcement) di Indonesia.

2. Koordinasi antara Pusat dan Daerah


Dalam penyelenggaraan pemerintahan terdapat beberapa urusan yang menjadi tanggung
jawab pusat termasuk urusan moneter, pertahanan keamanan, agama, peradilan. Sedangkan
urusan-urusan lainnya didesentralisasikan. Namun demikian, walaupun urusan-urusan
lainnya sudah didesentralisasikan tetapi dalam kerangka pembinaan serta pemaduan langkah
antar daerah maka pemerintah pusat dapat melakukan koordinasi melalui instansi teknis.
Misalnya: koordinasi pembangunan bidang pendidikan dan kesejahteraan rakyat.

3. Koordinasi Sektoral

Sektor-sektor pembangunan termasuk pembangunan politik, ekonomi, social dan budaya


walaupun sudah menjadi tanggung jawab beberapa instansi teknis terkait namun dalam
kenyataannya dapat terdiri dari berbagai instansi yang begaram yang menangani sector yang
sama. Beragam instansi tersebut apabila tidak saling berkoordinasi maka bisa jadi akan
menghasilkan tumpang tindih peran dan pendanaan program pembangunan sehingga
menyebabkan in-efesiensi dan misalokasi sumber daya finansial.5. Koordinasi Lintas
Daerah

Beberapa daerah juga dapat saling bersinggungan dalam urusan tertentu yang bersifat
lintas daerah. Dalam keadaan tersebut maka koordinasi lintas daerah dapat berperan dalam
menjamin efektivitas dan efesiensi penyelesaian urusan tersebut. Misalnya, dalam hal
penyelesaian banjir di DKI Jakarta dimana tidak hanya merugikan warga DKI Jakarta tetapi
juga warga daerah sekitar termasuk Bogor, Tanggerang dan Banten yang bekerja di Jakarta.
Di samping itu, banjir di Jakarta bisa juga disebabkan oleh banjir kiriman dari wilayah
sekitar, misalnya Bogor. Dalam keadaan tersebut adalah lebih mudah mengatasi banjir
tersebut apabila dilakukan koordinasi antar daerah.Koordinasi dalam sistem penyelenggaraan
Negara juga dapat dikelompokkan ke dalam meta-koordinasi, meso-koordinasi dan mikro-
koordinasi.Meta-koordinasi adalah koordinasi yang dilakukan antara pemerintahan RI dengan
pemerintahan dari Negara lain dan atau organisasi internasional (missal: World Bank, UNDP,
IMF, Asian Development Bank/ADB dan sebagainya). Meta-koordinasi tersebut dapat
dilakukan dalam konteks hubungan bilateral (dua Negara) maupun multilateral (berbagai
Negara).

Meso-koordinasiadalah koordinasi yang dilakukan dalam konteks nasional dan atau


regional dalam suatu Negara. Pada level nasional, koordinasi misalnya terjadi antara
MenPAN, LAN dan BKN. Sedangkan pada tingkat regional, koordinasi misalnya terjadi
antara satu pemerintahan daerah dengan pemerintahan daerah lainnya. Pada tingkat mikro-
level, koordinasi dapat terjadi antar unit dalam organisasi. Misalnya koordinasi terjadi antara
unit kelitbangan dengan unit keuangan dalam koordinasi pendanaan kegiatan litbang.
Tujuannya:
1. Terjalinnya kerjasama lintas sektoral dalam rangka peran serta masyarakat secara
baik.

2. Adanya saling mengetahui dan saling mengenal program pembinaan peran serta
masyarakat masing-masing sector terkait.

3. Adanya saling mengetahui peran masing-masing sector yang saling mendukung


untuk membina peran serta masyarakat dalam bidang keseharian.

Pembangunan kesehatan yang dijalankan selama ini hasilnya belum optimal karena
didukung oleh lintas sector. Beberapa program sektoral masih ada yang tidak atau kurang
berwawasan kesehatan sehingga memberikan dampak negative bagi kesehatan
masyarakat.untuk diperlukan pendekatan lintas sector terkait dapat selalu memperhitungkan
dampak programmnya terhadap kesehatan masyarakat.Manfaat dan tujuan kerjasama lintas
sektoral antara lain adalah :

1. Mempermudah pencapaian keberhasilan rancangan kegiatan

2. Dapat memberikan gambaran tehnis antar lintas sektoral dan lintas program

3. Kebijakan tentang pelaksanaan pelayanan kesehatan

4. Saling menguntungkan kedua pihak antara rencana program

5. Dapat memberikan perijinan dalam rujukan

6. Dapat memberikan kontribusi, fasilitas, sarana dan dana

7. Terdokumentasi dalam perizinan dan kegiatan


BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Komunikasi dalam organisasi adalah komunikasi di suatu organisasi yang dilakukan


pimpinan, baik dengan para karyawan maupun dengan khalayak yang ada kaitannya dengan
organisasi, dalam rangka pembinaan kerja sama yang serasi untuk mencapai tujuan dan
sasaran organisasi (Effendy,1989: 214).

Organisasi lintas sektor adalah organisasi yag melibatkan suatu institusi atau instansi
negri atau swasta yang membutuhkan pemberdayaan dan kekuatan dasar dari pemerintah atau
swasta mengenai peraturan yang ditetapkan untuk mewujudkan alternatif kebijakan secara
terpadu dan komprehensif sehingga adanya keputusan dan kerjasama.

B. Saran

Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi pokok bahasan
dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahan karena terbatasnya
pengetahuan dan kekurangan rujukan atau referensi yang ada hubungannya dengan judul
makalah yang kami susun tersebut. Kami selaku penulis banyak berharap para pembaca sudi
memberikan kritik dan saran yang tentunya membangun kepada kami, demi mencapainya.

Semoga makalah ini dapat menjadi referensi bagi semua pihak untuk dapat lebih
mengembangkan komunikasi kelompok dan dapat pula mengerti dan paham akan larangan-
larangan serta lebih bertakwa dan beriman kepada Allah SWT.
DAFTAR PUSTAKA

https://wgsuacana.wordpress.com/2009/05/22/organisasi-dan-manajemen-publik/

Yulifah, Rita dan Yuswanto, Tri Johan.2009.Komunikasi dan Konseling dalam


Kebidanan.Jakarta.Salemba Medika.

Anda mungkin juga menyukai