Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

KIE (Komunikasi Informasi dan Edukasi)

Bentuk Bentuk Komunikasi

Dosen Pembimbing :

Sri Hardiani,S. Tr.Keb., M. Kes

Disusun oleh : Kelompok 2

Artika Utari

Hafarah Sakinah

Martini

Sinta Amelia

Sulha Indriyati

D4 KEBIDANAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MATARAM

TAHUN AJARAN 2022/2023

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmatNya sehingga


makalah ini dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa kami mengucapkan
terimakasih terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan
memberikan sumbangan baik pikiran maupun materinya.

Makalah ini di susun dengan maksud untuk memenuhi tugas mata kuliah
KIE (Komunikasi Informasi dan Edukasi). Terciptanya makalah ini, tidak hanya
hasil dari kerja keras kami, melainkan banyak pihak-pihak yang memberikan
dorongan-dorongan motivasi. Sekali lagi kami mengucapkan terimakasih atas
terselesainya makalah ini.

Kami berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan


pengalaman untuk para pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar
makalah ini bisa pembaca praktekkan dalam kehidupan sehari-hari.

Kami yakin masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini


karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman Kami. Untuk itu kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.

Mataram, 16 Mei 2022

Penyusun
DAFTAR ISI

Kata Pengantar........................................................................................................ ii

Daftar Isi................................................................................................................ iii

BAB I : PENDAHULUAN…………………………………………………………

1.1. Latar Belakang....................................................................................................

1.2. Rumusan Masalah...............................................................................................

1.3. Tujuan.................................................................................................................

BAB II : PEMBAHASAN………………………………………………………….

2.1. Bentuk Bentuk Komunikasi……………………………………………………

2.2. Proses Komunikasi..............................................................................................

2.3. Bentuk-bentuk komunikasi kelompok................................................................


2.4. Klasifikasi kelompok dan karakteristik komunikasinya....................................
BAB III : PENUTUP……………………………………………………………….

3.1. Kesimpulan.........................................................................................................

Daftar Pustaka............................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Komunikasi adalah suatu proses interaksi antara sesama makhluk tuhan
baik dengan menggunakan simbol-simbol, sinyal-sinyal, maupun perilaku dan
tindakan. Pengertian komunikasi ini paling tidak melibatkan dua orang atau
lebih dengan menggunakan cara-cara berkomunikasi yang biasa dilakukan
oleh seseorang seperti melalui lisan, tulisan maupun sinyal-sinyal non verbal.

Komunikasi merupakan hal mendasar bagi kehidupan setiap manusia,


baik
itu manusia sebagai individu maupun sebagai makhluk sosial. Begitupun
dalam
kehidupan berorganisasi, tidak ada satupun organisasi yang dapat terbentuk
tanpa adanya komunikasi di antara para anggotanya. Komunikasi yang tercipta
di antara para anggota organisasi disebut dengan komunikasi organisasi. Salah
satu komunikasi yang kerap atau tidak mungkin tidak terjadi dalam organisasi
adalah komunikasi interpersonal.

Manusia di dalam kehidupannya harus berkomunikasi, artinya


seseorang
memerlukan orang lain dan membutuhkan kelompok atau masyarakat untuk
saling berinteraksi. Hal ini adalah sebuah hakekat bahwa sebagian besar
pribadi
manusia terbentuk dari hasil integrasi sosial dengan sesamanya. Di kehidupan
ini manusia sering bertemu satu dengan yang lainnya dalam suatu wadah baik
formal maupun informal.

Komunikasi formal adalah proses komunikasi bersifat resmi yang


biasanya dilakukan dalam lembaga formal melalui garis perintah yang
berorientasi pada produktifitas, berdasarkan struktur organisasi berkomunikasi
sebagai petugas organisasi dengan status masing-masing yang tujuannya
menyampaikan pesan berkaitan dengan kepentingan dinas. Pesan dalam
komunikasi formal mengalir berdasarkan hierarki atau struktur resmi
organisasi
yaitu mengalir dari atas ke bawah, dari bawah ke atas ataupun antar anggota
secara horizontal. Pesan tersebut berupa informasi yang berkaitan erat dengan
organisasi seperti tugas, perintah, kebijakan, dan sebagainya

Sedangkan komunikasi informal adalah komunikasi yang biasanya bebas


bergerak ke segala arah, tanpa mengikuti komando atau bergantung pada
hierarki wewenang. Komunikasi informal dalam organisasi biasanya
berlangsung diantara anggota organisasi tanpa memperhatikan atribut-atribut
keorganisasian. Pesan yang banyak mengalir dalam komunikasi ini adalah
informasi pribadi. Fungsi komunikasi informal adalah untuk memelihara
hubungan sosial persahabatan kelompok informal, penyebaran informasi yang
bersifat pribadi dan privat seperti isu, gosip, atau rumor.Jaringan atau saluran
komunikasi formal dan informal dalam suatu organisasi bersifat saling
melengkapi dan mengisi di dalam lingkungan organisasi. Komunikasi formal
dan informal merupakan saluran komunikasi yang tidak terpisahkan, karena
adanya saling keterkaitan pada keduanya dan saling mempengaruhi satu
dengan yang lainnya dalam organisasi tersebut, jika saluran formal tidak
terlaksana dengan baik maka bisa dioptimalkan melalui saluran komunikasi
informal.
Organisasi adalah sebuah sistem sosial yang kompleksitasnya jelas
terlihat melalui jenis, peringkat, bentuk dan jumlah interaksi yang berlaku.
Proses komunikasi dalam organisasi adalah salah satu faktor penentu dalam
mencapai organisasi yang efektif. Salah satu proses yang akan selalu terjadi
dalam organisasi apapun adalah proses komunikasi. Melalui organisasi terjadi
pertukaran informasi, gagasan dan pengalaman. Menginagat perannya yang
penting dalam menunjang kelancaran berorganisasi, maka perhatian yang
cukup perlu dicurahkan untuk mengelola komunikasi dalam organisasi yang
dalam konteks ini adalah komunikasi interpersonal antara atasan dan
bawahan. Proses komunikasi yang terjadi begitu dinamik dan dapat
menimbulkan berbagai masalah yang mempengaruhi pencapaian sebuah
organisasi terutama dengan timbulnya salah faham dan konflik.

Komunikasi merupakan sarana untuk mengadakan koordinasi antara


berbagai subsistem dalam perkantoran. Ada dua model komunikasi dalam
rangka meningkatkan kinerja dan mencapai tujuan perkantoran. Pertama,
komunikasi yang bersifat koordinasi, yaitu proses komunikasi yang dibangun
untuk merekatkan bagian-bagian (subsistem) dalam perkantoran. Kedua,
komunikasi yang bersifat interaksi, yaitu proses pertukaran informasi yang
berkesinambungan, pertukaran pendapat dan sikap yang dapat dipakai sebagai
dasar penyesuaian di antara sub-sub sistem dalam perkantoran, maupun
antara perkantoran dengan mitra kerja. Frekuansi dan intensitas komunikasi
sangat mempengaruhi hasil dari dari proses komunikasi tersebut.

Komunikasi organisasi dikatakan sebagai suatu sistem karena didalam


proses komunikasi organisasi akan melibatkan para pimpinan atau atasan dan
para karyawan yang saling berinteraksi dan mengadakan komunikasi yang
berjenjang yaitu komunikasi dari atasan kebawah dan komunikasi dari
bawahan ke atas atau komunikasi antar bawahan. Proses komunikasi tersebut
berjalan karena melibatkan semua pihak yang berkomunikasi.

Dalam organisasi jenis komunikasi yang diyakini paling efektif untuk


merubah sikap dan prilaku individu adalah komunikasi interpersonal.
Komunikasi interpersonal adalah proses pertukaran informasi diantara
seseorang dengan paling kurang seorang lainnya atau biasanya diantara dua
orang yang dapat langsung diketahui balikannya.1 Karena itu, komunikasi
interpersonal yang terjalin antara pimpinan-bawahan dalam organisasi
mustilah efektif. Sebab, efektivitas komunikasi interpersonal diharapkan
mampu memelihara motivasi dan gairah para karyawan atau pegawai dengan
adanya pemberian berupa penjelasan kepada mereka tentang apa yang harus
dilakukan, seberapa baik mereka mengerjakannya dan apa yang dapat
dilakukan untuk meningkatkan kinerja mereka jika sedang berada di bawah
standar.

Aktivitas komunikasi di perkantoran senantiasa disertai dengan tujuan


yang ingin dicapai bersama dalam kelompok dan masyarakat. Budaya
komunikasi dalam konteks komunikasi organisasi harus dilihat dari berbagai
sisi. Sisi pertama adalah komunikasi antara atasan kepada bawahan. Sisi
kedua antara pegawai yang satu dengan pegawai yang lain. Sisi ketiga adalah
antara pegawai kepada atasan. Masing-masing komunikasi tersebut
mempunyai polanya tersendiri.

Di antara kedua belah pihak harus ada two-way-communications atau


komunikasi dua arah, komunikasi timbal balik atau yang sering kita dengar
dengan istilah komunikasi interpersonal, untuk itu diperlukan adanya
kerjasama yang diharapkan untuk mencapai cita-cita, baik cita-cita pribadi,
maupun kelompok untuk mencapai tujuan suatu organisasi.

Dalam hal komunikasi interpersonal yang terjadi antara atasan dan


bawahan, bawahan dengan atasan serta bawahan dengan bawahan,
kompetensi
komunikasi yang baik akan mampu memperoleh dan mengembangkan tugas
yang diembannya disertai dengan disiplin yang tinggi, sehingga tingkat
kinerja suatu organisasi (perkantoran) menjadi semakin baik. Dan sebaliknya,
apabila terjadi komunikasi yang buruk akibat tidak terjalinnya hubungan yang
baik, sikap yang otoriter atau acuh, perbedaan pendapat atau konflik yang
berkepanjangan dan sebagainya, dapat berdampak pada hasil kerja yang tidak
maksimal.

Peningkatan kinerja pegawai secara perorangan akan mendorong kinerja


sumber daya manusia secara keseluruhan dan memberikan feedback yang
tepat terhadap perubahan prilaku, yang direfleksikan dengan tuntasnya setiap
pekerjaan yang berkualitas dan terwujudnya pegawai-pegawai yang
berdisiplin tinggi. Disinilah diperlukannya komunikasi interpersonal yang
efektif antara atasan dengan bawahan untuk menggenjot produktifitas para
pegawai dalam bekerja.

Kantor Kementerian Agama Kabupaten Aceh Tenggara merupakan salah


satu instansi pemerintahan yang boleh jadi juga mengalami problem dalam
komunikasi interpersonal antara pimpinan-bawahan sehingga proses
pencapaian tujuan organisasi menjadi terhambat, karena baik pimpinan
sendiri atau para pegawai mempunyai masalah berkenan dengan tugas
maupun menyangkut diluar tugas masing-masing. Tak dapat dipungkiri
bahwa para pegawai juga mempunyai uneg-uneg berkenaan dengan tugas
yang diembankan kepada mereka, maupun tentang peraturan yang
diberlakukan pada instansi. Hal ini sangat penting diketahui oleh pimpinan
untuk menunjang kelancaran proses komunikasi interpersonal dalam
meningkatkan prestasi para pegawai baik dalam hal peningkatan kualitas
SDM dan pekerjaannya maupun peningkatan kedisiplinan para pegawai itu
sendiri.

Tetapi sepanjang ini belum ada yang meneliti tentang bagaimana sistem
komunikasi interpersonal antara pimpinan-bawahan di Kantor Kementerian
Agama Kabupaten Aceh Tenggara, apakah proses komunikasi tersebut
berjalan
baik dan lancar atau malah terhambat dan sebagainya. Begitu juga halnya
bagaimana prestasi kerja para pegawai berkenaan dengan kualitas pekerjaan
maupun kedisiplinan mereka dalam kesehariannya. Masalah ini sangat
penting
mengingat Kantor Kementerian Agama adalah sentral pelayanan masyarakat
yang berbasis masalah agama pada tingkat Kabupaten. Karena itu penulis
merasa tertarik untuk meneliti masalah ini.
1.2. Rumusan Masalah
a) Jelaskan bentuk-bentuk Komunikasi?
b) Jelaskan Proses Komunikasi?
c) Sebutkan Bentuk-bentuk komunikasi kelompok?
d) Jelaskan Klasifikasi kelompok dan karakteristik komunikasinya?

1.3. Tujuan
a) Untuk mengetahui bentuk-bentuk Komunikasi.
b) Untuk mengetahui Proses Komunikasi.
c) Unytuk mengetahui bentuk-bentuk komunikasi kelompok.
d) Untuk mengetahui Klasifikasi dan karakteristik komunikasinya.
BAB II
PEMBAHASAN

2.2. Bentuk - Bentuk Komunikasi


Didalam berhubungan sehari-hari komunikasi dibagi menjadi dua yaitu verbal
dan nonverbal.
1. Komunikasi Verbal
Komunikasi verbal meliputi Symbol atau pesan yang menggunakan satu
kata atau lebih, dari semua interaksi yang disadari termasuk dalam
kategori disengaja yang dilakukan dengan sadar ke orang lain baik itu
menggunakan lisan. Bahasa juga digunakan dalam kode verbal dan dapat
didifinisikan sebagai perangkat simbol, dengan aturan dan yang
mengkombinasikan simbol-simbol tersebut, yang digunakan dalam
memahami suatu komunitas-komunitas. (Mulyana, 2005).

Larry barker dalam Mulyana (2005:243), Bahasa memiliki tiga fungsi


penamaan (naming dan labeling), interaksi, tranmisi dan informasi.
a) penamaan atau penjulukan merujuk pada usaha mengidentifikasi
objek,tindakan, atau orasng dengan menyebut namanya sehinggah
dapat dirujuk dalam komunikasi.
b) fungsi komunikasi menekankan pada gagasan dan emosi yang bisa
mengundang simpati dan pengertian atau kemarahan serta
kebingungan.
c) melalui bahasa, informasi dapat disampaikan pada orang lain,
inilah yang dinamakan dengan tranmisi, dari keistimewaan bahasa
yang bisa menjadi tranmisi informasiyang melintasi waktu dengan
menghubungkan masa lalu, sekarang dan akan datang.

2. Komunikasi nonverbal
Komunikasi nonverbal adalah semua komunikasi yang tidak menggunakan
kata-kata. Komunikasi ini mencangkup semua rangsangan kecuali
ransangan verbal dalam suatu sistem komunikasi, yang bagi pengirim atau
penerima, dan kita mengirim pesan nonverbal tanpa menyadari bahwa
pesan-pesan tersebut bermakna bagi orang lain. (Mulyana, 2005:343).

 Berikut merupakan bentuk-bentuk komunikasi:

1. Komunikasi intrapribadi (intrapersonal communication)


Komunikasi intrapersonal sering disebut juga komunikasi intrapribadi,
secara harfiah dapat diartikan sebagai komunikasi dengan diri sendiri.
Komunikasi yang terjadi dalam diri individu ini juga berfungsi sebagai:
a) Untuk mengembangkan kreatifitas imajinasi, memahami dan
mengendalikan diri serta meningkatkan kematangan berfikir
sebelum mengambil suatu keputusan.
b) Komunikasi ini akan menjadikan seseorang agar tetap sadar akan
kejadian disekitarnya.
2. Komunikasi antarpribadi (interpersonal communication)
Komunikasi intrapersonal sering disebut juga komunikasi intrapribadi,
secara harfiah dapat diartikan sebagai komunikasi dengan diri sendiri.
Komunikasi yang terjadi dalam diri individu ini juga berfungsi sebagai:
a) Untuk mengembangkan kreatifitas imajinasi, memahami dan
mengendalikan diri serta meningkatkan kematangan berfikir
sebelum mengambil suatu keputusan.
b) Komunikasi ini akan menjadikan seseorang agar tetap sadar akan
kejadian disekitarnya.

Komikasi Interpersonal ialan komunikasi antara dua orang dan terjadi


kontak langsung dalam percakapan. Komunikasi ini juga dapat
berlangsung dengan berhadapan muka atau melalui media komunikasi
antara lain dengan melalui: pesawat telfon, atau radio.
Komunikasi ini bisa disebut efektif apabila komunikasi dapat
menghasilkan perubahan sikap pada orang yang terlibat dalam komunikasi
tersebut. Dibawah ini Efektivitas antarpribadi dapat dibagi menjadi dua
macam yaitu:
 Efektifitas Perspektif Humaris, cirri-ciri efektifitas ini ialah:
a. Keterbukaan (openness)
b. Empati (empathy)
c. Dukungan (supportiveness)
d. Rasa positif (positiveness)
e. Kesetaraan (equality)

 Efektifitas Perspektif Pragmatis, ciri-cirinya ialah:


a. Bersikap yakin
b. Kebersamaan
c. Manajemen interaksi
d. Orientasi pada orang lain.
3. Komunikasi Massa (massa communication)
Komunikasi Massa ialah suatu proses dimana suatu organisasi
memproduksi dan menyebarkan pesan kepada public secara luas, atau
suatu proses komunikasi dimana pesan dari media dicari digunakan dan
dikonsumsi oleh audiens. Oleh karena itu, komunikasi massa mempunyai
karekteristik utama yaitu MEDIA MASSA sebagai alat penyebaran
pesannya.
Fungsi komunikasi Massa itu sendiri ialah:
 Sebagai Informasi : kegiatan untuk mengumpulkan, menyimpan
data, fakta dan pesan, opini dan komentar sehingga orang bisa
mengetahui keadaan yang terjadi diluar dirinya.
Contoh :
Pemberian informasi tentang penggunaan garam iodium dalam
makanan yang merupakan salah satu upaya pencegahan gondok
endemic.
 Sebagai Sosialisai: menyediakan dan mengajarkan ilmu
pengetahuan bagaimana orang bersikap sesuai nilai-nilai yang ada
serta bertindak sebagai anggota masyarakat secara efektif .
a. Motivasi
b. Bahan diskusi
c. Pendidikan
d. Kemajuan budaya
e. Hiburan
f. Integrasi

4. Komunikasi Kelompok (group communication)


Komunikasi kelompok merupakan salah satu kegiatan yang kita
lakukan di dalam kehidupan sehari-hari. Komunikasi dalam kelompok
yakni kegiatan komunikasi yang berlangsung diantara kelompok. Pada
tingkatan ini, setiap
individu yang terlibat masing-masing berkomunikasi sesuai dengan peran
dan kedudukannya dalam kelompok. Pesan atau informasi yang
disampaikan juga menyangkut seluruh anggota kelompok, bukan bersifat
pribadi.
Menurut (Michael Burgoon, 1978) komunikasi kelompok ialah:
interaksi tatap muka antara tiga orang atau lebih dengan tujuan berbagi
informasi, pemecahan maasalah yang mana anggotanya dapat mengingat
karakteristik pribadi anggota lain secara tepat.

Sedangkan menurut (Goldberg, 1975) komunikasi kelompok ialah


suatu bidang studi, penelitian dan penerapan yang menitik beratkan tidak
hanya pada proses kelompok secara umum, tetapi juga pada perilaku
komunikasi individu untuk memiliki susunan rencana tertentu untuk
mencapai tujuan kelompok. Media komunikasi kelompok ini ialah seperti
Seminar dengan tujuan membicarakan suatu masalah dengan menampilkan
pembicara kemudian meminta pendapat.
Menurut Shaw, kelompok adalah kumpulan dua atau lebih orang
yang berinteraksi satu Sama lain sedemikian rupa sehingga perilaku dan
atau kinerja dari seseorang dipengaruhi oleh perilaku/kinerja anggota lain
(Ardana, 2008:43). Kelompok ini misalnya adalah kelompok diskusi,
kelompok pemecahan masalah atau suatu komite yang tengah berapat
untuk mengambil suatu keputusan. Komunikasi merupakan hal yang
penting bagi kegiatan kelompok, apakah itu suatu pembicaraan tanpa akhir
dalam rapat panitia, percakapan akrab antara dua teman, atau pertemuan
keluarga untuk merencanakan liburan akhir minggu (Sears, 1985:109).
Komunikasi kelompok juga bisa diartikan sebagai kumpulan orang
yang mempunyai tujuan yang Sama, yang berinteraksi satu Sama lain
untuk mencapai tujuan bersama, mengenal satu Sama lainnya, dan
memandang mereka menjadi salah satu bagian dari kelompok tersebut
(Fajar, 2009, 65). Dalam komunikasi kelompok, juga melibatkan
komunikasi antarpribadi. Karena itu kebanyakan teori komunikasi
antarpribadi berlaku juga bagi komunikasi kelompok.
Komunikasi kelompok adalah komunikasi yang berlangsung antara
beberapa orang dalam suatu kelompok “kecil” seperti dalam rapat,
pertemuan, konperensi dan sebagainya (Anwar Arifin, 1984). Michael
Burgoon (dalam Wiryanto, 2004) mendefinisikan komunikasi kelompok
sebagai interaksi secara tatap muka antara tiga orang atau lebih, dengan
tujuan yang telah diketahui, seperti berbagi informasi, menjaga diri,
pemecahan masalah, yang mana anggota-anggotanya dapat mengingat
karakteristik pribadi anggota-anggota yang lain secara tepat. Kedua
definisi komunikasi kelompok di atas mempunyai kesamaan, yakni adanya
komunikasi tatap muka, peserta komunikasi lebih dari dua orang, dan
memiliki susunan rencana kerja tertentu untuk mencapai tujuan kelompok.
Dan B. Curtis, James J.Floyd, dan Jerril L. Winsor (2005, h. 149)
menyatakan komunikasi kelompok terjalani ketika tiga orang atau lebih
bertatap muka, biasanya di bawah pengarahan seorang pemimpin untuk
mencapai tujuan atau sasaran bersama dan mempengaruhi satu Sama lain.

Sifat-sifat komunikasi kelompok sebagai berikut:


a) Kelompok berkomunikasi melalui tatap muka;
b) Kelompok memiliki sedikit partisipan;
c) Kelompok bekerja di bawah arahan seseorang pemimpin;
d) Kelompok membagi tujuan atau sasaran bersama;
e) Anggota kelompok memiliki pengaruh atas satu Sama lain

5. Komunikasi organisasi (organization communication)


Komunikasi organisasi diantaranya menurut redding & sanborn
dalam Arni Muhammad (2007:65) yang mengatakan bahwa komunikasi
organisasi adalah pengiriman dan penerimaan informasi dalam organisasi
yang kompleks. Yang termasuk dalam bidang ini adalah komunikasi
internal, hubungan manusia, hubungan persatuan pengelolah, komunikasi
downward, komunikasi upword, komunikasi horizontal atau komunikasi
dari orang yang levelnya sama didalam organisasi, keterampilan dan
berbicara, organisasi, keterampilan dan berbicara, mendengarkan, menulis
dan komunikasi evaluasi program.
Organisasi juga merupakan suatu kelompok yang mempunyai
difrensiasi peranan, atau kelompok yang sepakat untuk mematuhi
seperangkat norma-norma. Kata Pauce dan Faules (Liliweri, 2004:1)
istilah organisasi sosial merujuk kepada pola-pola interaksi sosial
(frekuensi dan lamanya kontak antara orang-orang, kecenderungan
mengawali kontak; arah pengaruh antara orang-orang; derajat kerja sama;
perasaan tertarik, tyang teramati dan perilaku sosial orang-orang yang
disebabkan oleh situasi sosial mereka alih-alih oleh karakteristik fisiologi
atau psikoogi mereka sebagai individu.
Komunikasi organisasi adalah suatu disiplin studi yang dapat
mengambil sejumlah arah yang sah dan bermanfaat. Jadi, komunikasi
organisasi sebagai landasan kuat bagi karier dalam manajemen,
pengembangan sumber daya manusia, dan komunikasi perusahaan, dan
tugas-tugas lain yang berorientasikan manusia dalam organisasi
(Mulyana, 2005: 25).
Defenisi tradisional komunikasi organisasi cenderung menekankan
komunikasi sebagai kegiatan penanganan pertukaran pesan yang
tergantung “dalam” atau “untuk” menunjukkan batas-batas organisasional
(organizational boundry) dari sebuah struktur organisasi. Mengapa?
Karena dalam batas-batas itu terlihat hubungan antamanusia, manusia
yang ditempatkan sebagai pemroses informasi, pemroses pesan, penafsir
dan malah bertindak berdasarkan informasi. Jadi komunikasi di sini
menekankan pada metode dan teknik yang memungkinkan orang untuk
beradaptasi dengan lingkungan organisasi (Liliweri, 2004:59-60).
Pendapat lain dikemukakan oleh Joseph A. Devito Komunikasi
organisasi merupakan pengiriman dan penerimaan berbagai pesan di
dalam organisasi dalam kelompok formal maupun informal organisasi.
Komunikasi organisasi dirasa penting dalam suatu organisasi karena dalam
kenyataannya masalah komunikasi selalu muncul dalam proses organisasi.
Oleh sebab itu komunikasi organisasi menjadi sistem aliran yang
menghubungkan dan membangkitkan kinerja antar bagian dalam
organisasi sehinggah menghasilkan sinergi. Jadi dengan demikian,
komunikasi organisasi selain ikut andil membangun iklim organisasi juga
ikut membangun budaya orrganisasi. Dan komunikasi yang efektif dapat
menjamin tercapainya tujuan-tujuan organisasi (Masmuh, 2008: 4-6).
mendengarkan, menulis dan komunikasi evaluasi program.

2.2. Proses Komunikasi

Menurut Onong Uchjana Effendy, (2004: 11-16), proses komunikasi terbagi


menjadi dua tahap yaitu: “proses komunikasi secara primer” dan “proses
komunikasi secara sekunder”. Sebagai berikut:
1. Proses komunikasi secara premier
Komunikasi secara premier adalah proses penyampaian pikiran dan
atau perassan seseorang kepada orang lain dengan menggunakan lambang
(symbol) sebagai media. Lambang sebagai media premier dalam proses
komunikasi adalah pesan verbal (bahasa), dan pesan nonverbal (gesture,
isyarat, gambar, warna, dan lain sebagainya) yang secara langsung
dapat/mampu menerjemahkan pikiran dan perasaan komunikator kepada
komunikan.
2. Proses komunikasi secara sekunder
Proses komunikasi sekunder adalah proses penyampaian pesan
oleh komunikator kepada komunikan dengan menggunakan alat atau
sarana sebagai media kedua setelah memkai lambang sebagai media
pertama.
Seorang Komunikator menggunkan media kedua dalam
menyampaikan komunikasi karena komunikan sebagai sasaran berada di
tempat yang relatif jauh atau jumlahnya banyak. Surat, telepon, teleks,
Surat kabar, majalah, radio, televisi, film, dsb adalah media kedua yang
sering digunakan dalam komunikasi. Proses komunikasi secara sekunder
itu menggunakan media yang dapat diklarisifikasikan sebagai media
Massa (Surat kabar, televisi, radio, dsb.)

2.3. Bentuk-bentuk komunikasi kelompok

a. Komunikasi Kelompok kecil (small/micro group communication)


Menurut Tilman kelompok adalah bagian integral dari semua
organisasi (Muhammad, 2007: 181). Menurut Shaw (1976) ada
enam cara untuk mengidentifikasikan suatu komunikasi kelompok
kecil yaitu suatu kumpulan individu yang dapat mempengaruhi
satu sama lain, memperoleh beberapa kepuasan satu sama lain,
berinteraksi untuk beberapa tujuan, mengambil peranan, terikat
satu sama lain, dan berkomunikasi tatap muka. Jika salah satu dari
komponen itu hilang, individu yang terlibat tidaklah berkomunikasi
dalam kelompok kecil (Muhammad, 2007:182).
Ada empat elemen kelompok yang dikemukakan oleh Adler
dan Rodman yaitu interaksi, waktu, ukuran, dan tujuan. Interaksi
dalam komunikasi kelompok merupakan faktor yang penting,
karena melalui interaksi inilah, kita dapat melihat perbedaan antara
kelompok dengan istilah yang disebut dengan coact. Coact adalah
sekumpulan orang yang secara serentak terikat dalam aktivitas
yang sama, namun tanpa komunikasi satu sama lain.
Menurut Arni Muhammad (2007:182-184), tujuan
komunikasi kelompok kecil mungkin dapat digunakan untuk
menyelesaikan bermacam-macam tugas atau untuk memecahkan
masalah. Akan tetapi, dari semua tujuan itu sebenarnya dapat
dikelompokkan menjadi dua kategori yaitu untuk tujuan personal
dan tujuan yang berhubungan dengan tugas atau pekerjaan. Alasan
seseorang masuk dalam kelompok dapat dibedakan atas empat
tujuan utama yaitu untuk hubungan sosial, penyaluran, untuk
terapi, dan untuk belajar. Tujuan tersebut merupakan tujuan
personal. Sedangkan tujuan yang berhubungan untuk
menyelesaikan tugas atau pekerjaan yaitu untuk membuat
keputusan dan pemecahan suatu masalah.

Kelompok Clan Cannibal.corp yang bertempatkan di Hardcore


Internet Lounge ini merupakan salah satu dari komunikasi
kelompok kecil karena pada dasarnya komunikasi yang dilakukan
bersifat terbuka dan komunikatif, sehingga baik komunikan
maupun komunikator bisa secara langsung mengetahui umpan
baliknya.

b. Komunikasi Kelompok besar (large/macro group communication)


Menurut Effendy (1993:77) komunikasi kelompok besar
adalah
komunikasi yang ditujukan kepada afeksi (perasaan) komunikan
prosesnya berlangsung secara linear. Pesan yang disampaikan oleh
komunikator dalam situasi komunikasi kelompok besar ditujukan
kepada afeksi komunikan, kepada hatinya atau kepada
perasaannya. Sebagai contoh untuk komunikasi kelompok besar
adalah misalnya kongres dari sebuah organisasi (bersifat formal).
Jika komunikasi kelompok kecil umumnya bersifat
homogen (antara lain sekelompok orang yang Sama jenis
kelaminnya, Sama pendidikannya, Sama status sosialnya), maka
komunikan pada komunikasi kelompok besar umumnya bersifat
heterogen, mereka terdiri dari individu-individu yang beraneka
ragam dalam jenis kelamin, usia, jenis pekerjaan, tingkat
pendidikan, agama dan lain
sebagainya.

2.4. Klasifikasi kelompok dan karakteristik komunikasinya


Menurut Baron & Byrne (1979) kelompok mempunyai dua tanda
psikologi. Pertama, anggota-anggota kelompok merasa terikat dengan
kelompok, ada “sense of belonging” yang tidak dimiliki orang bukan
anggota. Kedua, nasib anggota-anggota kelompok saling bergantung
sehingga hasil setiap orang terkait cara tertentu dengan hasil yang lain
(Rakhmat, 2005:141-142).
Telah banyak klasifikasi kelompok yang dilahirkan oleh para
ilmuwan sosiologi, berikut tiga definisi menurut ahli :

1. Kelompok Primer dan Sekunder

Charles Horton Cooley pada tahun 1909 (Rakhmat, 2005:142)


mengatakan bahwa kelompok primer adalah suatu kelompok
yang anggotaanggotanya berhubungan akrab, personal, dan
menyentuh hati dalam asosiasi dan kerja Sama. Sedangkan
kelompok sekunder adalah kelompok yang anggota-anggotanya
berhubungan tidak akrab, personal, dan menyentuh hati dalam
asosiasi dan kerja Sama. Sedangkan kelompok sekunder adalah
kelompok yang anggota-anggotanya berhubungan tidak akrab,
tidak personal dan tidak menyentuh hati kita. Rakhmat,
(2005:142-145) membedakan kelompok ini berdasarkan
karakteristik komunikasinya, sebagai berikut :

a. Kualitas komunikasi pada kelompok primer bersifat dalam


dan meluas. Dalam artinya menembus kepribadian kita
yang paling tersembunyi, menyingkap unsur-unsur
backstage (perilaku yang kita tampakkan dalam suasana
privat saja). Meluas, artinya sedikit sekali kendala yang
menentukan rintangan dan Cara berkomunikasi. Pada
kelompok sekunder komunikasi bersifat dangkal dan
terbatas.

b. Komunikasi pada kelompok primer bersifat personal,


sedangkan sifat sekunder bersifat nonpersonal.
c. Komunikasi kelompok primer lebih menekankan aspek
hubungan daripada aspek isi, sedangkan kelompok
sekunder menganggap isi tidak penting.

d. Komunikasi kelompok primer cenderung ekspresif,


sedangkan kelompok sekunder bersifat instrumental.

e. Komunikasi kelompok primer cenderung informal,


sedangkan sekunder bersifat formal.

2. Kelompok keanggotaan dan kelompok rujukan

Theodore Newcomb (1930) melahirkan istilah kelompok


keanggotaan (membership group) dan kelompok rujukan
(reference group). Kelompok keanggotaan adalah kelompok
yang anggota-anggotanya secara administratif dan fisik menjadi
anggota kelompok itu. Sedangkan kelompok rujukan adalah
kelompok yang digunakan sebagai alat ukur (standard) untuk
menilai diri sendiri atau untuk membentuk sikap. Menurut teori,
kelompok rujukan mempunyai tiga fungsi: fungsi komparatif,
fungsi normative, dan fungsi perspektif (Rakhmat, 2005:145-
146).
Kelompok referensi memberikan standar (norma atau nilai)
yang dapat menjadi perspektif penentu mengenai bagaimana
seseorang berfikir atau berperilaku, dan kelompok ini berguna
sebagai referensi seseorang dalam pengambilan keputusan.
Menurut Sumarwan (2003), kelompok referensi preference
group) adalah seorang individu atau sekelompok orang yang
secara nyata mempengaruhi seseorang.

3. Kelompok deskriptif dan kelompok preskriptif


John F. Cragan dan David W. Wright (1980) membagi
kelompok menjadi dua : deskriptif dan perspektif. Kategori
deskriptif menunjukkan klasifikasi kelompok dengan melihat
proses pembentukkannya secara alamiah. Berdasarkan tujuan,
ukuran, dan pola komunikasi, kelompok deskriptif
dibedakan menjadi tiga (Fajar, 2009:69):
a) Kelompok Tugas
Kelompok tugas bertujuan memecahkan masalah,
misalnya transplantasi jantung, atau merancang
kampanye politik.
b) Kelompok pertemuan
Kelompok pertemuan adalah kelompok orang yang
menjadikan diri mereka sebagai acara pokok. Melalui
diskusi, setiap anggota berusaha belajar lebih banyak
tentang dirinya. Kelompok terapi di rumah sakit jiwa
adalah contoh kelompok pertemuan.
c) Kelompok penyadar
Kelompok penyadar mempunyai tugas utama
menciptakan identitas sosial politik yang baru.
Kelompok revolusioner radikal, (di AS) pada tahun
1960-an menggunakan proses ini dengan cukup banyak.

Kelompok perspektif, mengacu pada langkah-langkah


yang harus ditempuh anggota kelompok dalam mencapai
tujuan kelompok. Cragan dan Wright (Rakhmat, 2005:179)
mengkategorikan enam format kelompok perspektif, yaitu
diskusi meja bundar, symposium, diskusi panel, forum,
kolokium, dan prosedur parlementer.
Berikut uraian format diskusi kelompok atas susunan
tempat duduk, urutan siapa yang bicara dan kapan, dan aturan
waktu yang diizinkan untuk berbicara sebagai berikut
(Rakhmat, 2005:18-183):
a) Diskusi meja bundar
Susunan tempat duduk yang bundar menyebabkan arus
komunikasi yang bebas di antara anggota-anggota
kelompok, memungkinkan individu berbicara kapan
saja tanda ada agenda yang tetap, waktu yang tidak
terbatas dan kesempatan yang sama untuk
berpartisipasi.
b) Symposium
Serangkaian pidato pendek yang menyajikan berbagai
aspek dari sebuah topik atau posisi yang pro dan kontra
terhadap masalah yang kontroversial, dalam format
diskusi yang sudah dirancang sebelumnya. Khalayak
diatur dalam jejeran kursi didepan mimbar, setiap
pembicara diberi waktu yang sama dan hanya boleh
berbicara ketika dibuka forum.
d) Diskusi panel
Format khusus yang anggota-anggota kelompoknya
berinteraksi, baik berhadap-hadapan maupun melalui
sang mediator, di antara mereka sendiri dan dengan
hadirin tentang masalah yang kontroversial. Susunan
tempat duduk menghadap diskusi panel meletakkan
peserta diskusi pada meja segi empat yang menghadap
khalayak. Suasana diskusi bersifat formal dan non
informal.
e) Forum
Waktu Tanya jawab yang terjadi setelah diskusi terbuka,
misalnya symposium. Jadi khalayak mempunyai
kesempatan untuk mengajukan pertanyaan dan
memberikan tanggapan.

f) Kolokium
Sejenis format diskusi yang memberikan kesempatan
pada wakil-wakil khalayak untuk mengajukan
pertanyaan yang sudah dipersiapkan kepada seorang
(atau beberapa orang) ahli, agak bersifat formal, dan
diskusi diatur secara ketat oleh seorang moderator.

g) Prosedur parlementer.
Format diskusi yang secara ketat mengatur peserta
diskusi besar pada periode waktu tertentu ketika jumlah
keputusan harus dibuat. Para peserta harus mengikutu
peraturan tata tertib yang telah ditetapkan secara
eksplisit.

BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Dalam kehidupan sehari-hari kita tidak terlepas dari komunikasi.
Begitupun dengan pembelajaran yang merupakan proses komunikasi yang
berlangsung dalam dunia pendidikan.
Sebagaimana yang telah dipaparkan diatas bahwa komunikasi
pembelajaran adalah proses transformasi pesan berupa ilmu pengetahuan
dan teknologi dari pendidik kepada peserta didik, dimana peserta didik
mampu memahami maksud pesan sesuai dengan tujuan yang telah
ditentukan, sehingga menambah wawasan ilmu pengetahuan dan teknologi
serta menimbulkan perubahan tingkah laku menjadi lebih baik.
Dalam komunikasi terdapat beberapa bentuk komunikasi,
diantaranya adalah komunikasi intrapersonal, komunikasi intarpersonal,
komunikasi kelompok, komunikasi organisasi dan komunikasi massa.
Bentuk-bentuk komunikasi tersebut muncul karena komunikasi bisa terjadi
kapanpun, dimanapun dan kepada siapapun. Baik terjadi hanya dengan diri
sendiri ataupun terjadi dengan dua orang atau lebih.
DAFTAR PUSTAKA

Verderber, Rudolph F. (2005). “Chapter 4: Communicating through


Nonverbal Behaviour”. Communicate! (edisi ke-edisi ke-11).
Wadsworth. ISBN 0-534-73936-4.

Indah Kusumastuti, Yatri (2009). “Chapter 2: Komunikasi dalam


Organisasi”. Komunikasi Bisnis (edisi ke-edisi ke-1). IPB Press. ISBN
978-979-493-205-6.

Templat:Prof. Deddy Mulyana, M.A., Ph.D. ; ilmu komunikasi suatu


pengantar ; PT Remaja Rosdakarya ; Bandung

Diambil pada tanggal 13 Mei 2022, pukul 12:24 Am

https://www.scribd.com/doc/118289674/definisi-komunikasi-
menurut-para-ahli

Diambil pada tanggal 13 Mei 2022, pukul 12:31 Am

http://aminudin20138310880.blogspot.co.id/2015/09/bentuk-
komunikasi-pendidikan.html
Diambil pada tanggal 13 Mei 2022, pukul 12:59 Am

http://www.anugerahdino.com/2014/10/bentuk-bentuk-
komunikasi.html

Anda mungkin juga menyukai