Disusun Oleh:
2021
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberika rahmat, karunia serta
nikmat-Nya kepada kita semua. Shalawat dan salam tak lupa mari kita haturkan
kepada Nabi Muhammad SAW yang telah memberikan pencerahan jalan hidup bagi
umatnya, dan semoga kita semua termasuk umat nya yang selalu taat kepada ajaran
beliau dan menjadi salah satu umat yang mendapat pertolongannya di akhirat kelak.
Kami berharap makalah kami dapat berguna bagi pembaca sebagai ilmu yang
bermanfaat. Kami juga menyadari terdapat banyak kekeliruan baik dalam penulisan,
tanda baca maupun materi. Oleh karena itu, kami selaku penyusun mohon maaf serta
kami juga berharap mendapat kritik dan saran yang membangun dari pembaca yang
bisa kami jadikan acuan untuk tugas-tugas selanjutnya.
Penyusun
1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..................................................................................................1
DAFTAR ISI.................................................................................................................2
BAB I.............................................................................................................................3
PENDAHULUAN.........................................................................................................3
A. Latar Belakang...................................................................................................3
B. Rumusan Masalah..............................................................................................4
C. Tujuan masalah...................................................................................................4
BAB II............................................................................................................................5
PEMBAHASAN...........................................................................................................5
A. Pengertian Komunikasi......................................................................................5
B. Tujuan Komunikasi............................................................................................7
C. Fungsi Komunikasi............................................................................................8
D. Jenis-Jenis Komunikasi......................................................................................8
E. Bentuk-bentuk Komunikasi..............................................................................11
F. Proses Komunikasi...........................................................................................12
G. Model Komunikasi ......................................................................................... 13
H. Komunikasi Persuasif .................................................................................... 14
I. Hambatan-hambatan Pada Komunikasi yang Efektif ..................................... 15
J. Implikasi Global .............................................................................................. 16
BAB III .......................................................................................................................18
PENUTUP ................................................................................................................. 18
A. Kesimpulan .................................................................................................... 18
B. Saran ............................................................................................................... 18
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 19
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Karena itu, masalah komunikasi perlu sekali mendapat perhatian untuk diteliti,
dipelajari, dipahami, dan dipecahkan oleh setiap orang, terlebih-lebih mereka yang
terlibat dalam organisasi. Sebab, komunikasi yang efektiflah yang dapat menjamin
tercapainya tujuan-tujuan organisasi. Seperti telah disebutkan bahwa komunikasi itu
ada kehidupan disetiap aspek dan kegiatan manusia. Ia ada di mana-mana, karena itu
ia sangat sulit didefenisikan dalam kalimat sederhana yang tegas (Wijaya : 2017: 87).
3
menghubungkan bagian-bagian yang terpisah dalam organisasi. (Suparta, Sintaasih :
2017: 79)
Komunikasi yang tidak baik merupakan salah satu hal yang paling sering
disebut sebagai penyebab dari konflik interpersonal. Individu menghabiskan hampir
70% waktu aktifnya untuk berkomunikasi – menulis, membaca, berbicara,
mendengarkan maka masuk akal bahwa salah satu penghambat kinerja kelompok
adalah ketiadaan komunikasi yang efektif. Kemampuan komunikasi yang baik
menjadi penentu kesuksesan dalam berkarir, menjadi keterampilan yang paling dicari
dalam proses rekrutmen. Komunikasi yang baik saat pemikiran/ide disampaikan
sedemikian rupa sehingga penerima mempersepsikan gambaran mental yang serupa
dengan yang dimiliki oleh pengirimnya (Indrawati, dkk: 2016: 32).
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan masalah
4
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Komunikasi
1
https://ppsdmaparatur.esdm.go.id/artikel/peran-komunikasi-dalam-organisasi .diakses pada 22
Oktober 2021, pukul 14.10
2
Mia Rahma Romadona dan Sigit Setiawan, “Komunikasi Organisasi dalam Fenomena Perubahan
Organisasi di Lembaga Penelitian dan Pengembangan”, Jurnal Pekommas, Vol. 5 No. 1, April 2020, hal
94
5
koordinasi rasional kegiatan sejumlah orang untuk mencapai tujuan umum melalui
pembagian pekerjaan dan fungsinya melalui hierarki otoritas dan tanggung jawab.
Itulah sebabnya, organisasi memiliki karakteristik tertentu seperti adanya struktur,
tujuan, saling terhubung dan tergantung pada komunikasi manusia di dalamnya untuk
mengkoordinasikan aktivitas organisasi tersebut dalam mencapai tujuan.
Komunikasi organisasi merupakan suatu proses mengirimkan dan menerima
informasi/pesan dan pemindahan arti dalam kelompok formal ataupun informal pada
suatu organisasi (Clampitt, 2017). Adapun pendapat lain dari Goldhaber (1986)
sebagai proses menciptakan saling tukar menukar pesan dalam satu jaringan
hubungan yang saling tergantung satu sama lain untuk mengatasi lingkungan yang
tidak pasti atau yang selalu berubah-ubah. Adapun Clampitt (2017) menjelaskan
bahwa komunikasi organisasi adalah suatu bentuk komunikasi dari top-down, bottom-
up, dan integrative yang bertujuan untuk menyampaikan informasi dan pesan,
sehingga dapat meminimalkan kesalahpahaman serta menyelesaikan permasalahan
dalam organisasi. Dijelaskan oleh Clampitt (2017) bahwa dampak positif dari
komunikasi yang baik dan cukup dalam organisasiadalah dapat meningkatkan
produktivitas individu dan organisasi, karena aliran informasi dan ide-ide mengalir
dengan cukup baik dan lancar, serta adanya manajerial yang dapat menampung ide-
ide dan melanjutkan pada usulan strategi yang bermanfaat bagi organisasi Dalam hal
ini, pemimpin atau manajemen akan mendapatkan masukan dan gagasan yang sesuai
dan melingkupi semua kebutuhan organisasi serta permasalahan utama yang perlu
diselesaikan.
Semakin besar organisasi, akan semakin kompleks proses komunikasi,
sehingga menjadi faktor-faktor yang dapat menjadi penghambat dalam komunikasi.
Dimensi komunikasi organisasi yang dijelaskan oleh Clampitt (2017) adalah
komunikasi internal dan komunikasi eksternal. Komunikasi internal merupakan
proses penyampaian pesan atau informasi antara anggota organisasi untuk
kepentingan organisasi seperti komunikasi antar pimpinan dengan bawahan dan
sesama anggota organisasi baik komunikasi antar pribadi ataupun kelompok, proses
komunikasi primer ataupun sekunder sehingga terdapat dua arah, yaitu komunikasi
vertikal dan horizontal). Komunikasi eksternal merupakan komunikasi antarpimpinan
organisasi dengan lingkungan luar, sehingga ada proses timbal balik.3
3
Mia Rahma Romadona dan Sigit Setiawan, “Komunikasi Organisasi dalam Fenomena Perubahan
Organisasi di Lembaga Penelitian dan Pengembangan”, Jurnal Pekommas, Vol. 5 No. 1, April 2020, hal
6
B. Tujuan Komunikasi
7
6. Meningkatkan proses interaksi dan memperkuat hubungan organisasi
7. Penyebaran informasi yang efektif5
C. Fungsi Komunikasi
D. Jenis-Jenis Komunikasi
Ada beberapa macam cara yang dapat digunkan untuk membedakan berbagai
bentuk komunikasi. Komunikasi dapat dibedakan dari lingkup organisasi, arah,
tingkat/hirarki organisasi, sifat, dan media yang digunakan untuk menyalurkan pesan-
pesan komunikasi (Sofyandi dan Gurniawa: 2007: 154).
Beberapa macam jenis komunikasi yang dimaksud adalah sebagai berikut:7
1. Lingkup organisasi.
Dalam lingkupnya komunikasi dapat dibedakan menjadi komunikasi internal
dan komunikasi eksternal. Komunikasi internal merupakan komunikasi yang terjadi
antara orang-orang yang ada atau berlangsung di dalam organisasi itu sendiri.
contohnya adalah atasan dengan bawahan, bawahan dengan bawahan, atau atasan
dengan atasan. Komunikasi internal juga bisa dilakukan oleh bagian-bagian dalam
5
https://pakarkomunikasi.com/tujuan-penerapan-komunikasi-dalam-organisasi, diakses pada 22
Oktober 2021, Pukul 13.01
6
Aris Febri Rahmanto, “PERANAN KOMUNIKASI DALAM SUATU ORGANISASI”, Jurnal Komunikologi
Vol. 1 No. 2, September 2004, hal 59
7
Candra Wijaya, Perilaku Organisasi (Medan: Lembaga Peduli Pengembangan Pendidikan Indonesia, 2017), hlm
92
8
perusahaan, misalnya adalah bagian pemasaran dengan bagian produksi. Sedangkan
komunikasi eksternal merupakan komunikasi yang terjadi atau berlangsung antara
organisasi dengan pihak luar atau bisa dengan bagian-bagian organisasi lainnya.
Contohnya adalah organisasi perusahaan dengan bank, organisasi perusahaan dengan
pemerintah dan sebagainya8.
2. Arah
Ditinjau dari sudut arahnya, komunikasi dibedakan menjadi dua, yaitu
komunikasi searah dengan komunikasi dua arah. Komunikasi searah merupakan
komunikasi yang ditandai dengan adanya satu pihak yang aktif, yaitu penyampaian
informasi, sedangkan pihak lainnya sebagai atau berperan sebagai pihak pasif dan
menerima informasi. Contohnya adalah komunikasi antara atasan dengan bawahan,
seperti intruksi dari atasan yang harus dikerjakan oleh bawahan yang mana atsan
perperan sebagai pihak aktif dan bawahan berperan sebagai pihak pasif. Sedangkan
komunikasi dua arah merupakan komunikasi yang ditandai dengan peran aktif yang
dilakukan oleh dua pihak yang sama-sama sebagai pemberi informasi dan penerima
informasi. Contohnya adalah pertukaran pikiran atau pendapat dalam rapat atau
diskusi yang sering dilakukan oleh suatu organisasi.
3. Tingkat organisasi
Dalam struktur organisasi dikenal adanya tingkat-tingkat, sebab akan ikut
menentukan corak komunikasi yang berlangsung di dalamnya. Berdasarkan tingkat
organisasi, komunikasi dapat dibedakan menjadi komunikasi vertikal dan komunikasi
horizontal. Komunikasi vertikal merupakan komunikasi yang terjadi antara atasan
dengan bawahan didalam organisasi. Komunikasi vertikal dari bawah dapat berupa
usulan, laporan, masukan, dan permintaan petunjuk, sedangkan komunikasi vertikal
dari atas dapat berupa perintah, arahan, dan petunjuk. Sedangkan komunikasi
horizontal merupakan komunikasi yang terjadi antara pejabat yang sederajat.
Komunikasi horizontal biasanya dapat berupa koordinasi, konsultasi dan konfirmasi.
4. Sifat formal dan informal
Dilihat dari segi sifatnya komunikasi dapat dibedakan menjadi komunkasi
formal dan komunikasi informal. Komunikasi formal merupakan komunikasi yang
melewati jalur atau saluran organisasi dan berkaitan dengan unsur-unsur oranisasi
yang resmi. Sedangkan komunikasi informala dalah komunikasi yang berlangsung
8
Candra Wijaya, Perilaku Organisasi (Medan: Lembaga Peduli Pengembangan Pendidikan Indonesia,
2017), hlm 92
9
tidak melalui saluran organisasi yang resmi atau menyangkut urusan-urusan diluar
organisasi, komunikasi informal merupakan komunikasi yang memiliki jalur
tersembunyi karena tidak tergambar dalam struktur organisasi9.
5. Pola komunikasi kelompok
Hamner perpendapat bahwa pola komunikasi dibedakan menjasi lima yaitu:
Pola lingkaran (circle), pola Y, pola roda (Wheel), pola rantai (Chain), serta pola
seluruh saluran ( all-Channel). Menurut Ducan pembagian tersebut dapat
disederhanakan menjadi dua yakni pola terpusat (Centralized) dan pola tersebar
(Desentralized). Sehingga pola roda, pola rantai, dan pola Y akan masuk kedalam
pola terpusat, sedangkan pola lingkaran dan pola seluruh saluran masuk kedalam pola
tersebar.
6. Berkaitan dengan pengaruh pola komunikasi tersebut terhadap perilaku manusia
para ahli menyimpulkan bahwa seseorang yang berada pada posisi sentral,
atau dapat diartikan orang tersebuat dapat berkomunikasi dengan semua anggota
kelompok akan mempunyai kepuasan yang terbesar dibanding dengan yang lainnya.
Kepuasan kelompok secara keseluruhan akan lebih tinggi dalam pola tersebar Leavitt,
mengatakan bahwa pola atau jaringan komunikasi terpusat adalah pola yang paling
baik untuk memchkan persoalan. Pola lingkaran kurang efesian, karena memerlukan
waktu, membutuhkan banyak informasi, dan memperbesar kemungkinn kesalahan.
Beberapa pandangan para ahli tersebut makin meyakinkan kita bahwa terdapat
hubungan yang sangat erat antara pola komunikasi dengan perilaku dalam kelompok.
7. Media atau alat yang digunakan untuk mengirim pesan
Biasanya dikenal dengan adanya komunikasi visual, audio, audio-visual.
Komunikasi visual merupakan komunikasi yang memerlukan alat tertentu untuk
mengirim pesan yang dapat ditangkap dan dicerna oleh indra penglihatan, contohnya
adalah memo, poster, surat kabar, gambar dsb. Komunikasi audio merupakan
komunikasi yang memerlukan alat tertentu yang dapat ditangkap oleh indra
pendengaran, contohnya adalah radio, telephon, dsb. Komunikasi audio-visual
merupakan komunikasi yang menggunkan alat tertentu untuk menyampaikan
informasi, yang mana pesannya dapat ditangkap oleh indra penglihatan dan
pendengaran secara bersama, contohnya adalah, video, film, lase disc, dsb.
8. Untuk menyampaikan komunkasi ada dua yang yang dapat digunakan yaitu verba
dan nonverba.
9
Ibid, hlm 93
10
Cara komunikasi dengan penyampaian verba merupakan komunikasi yang
pesan-pesannya disampaikan menggunakan kata-kata yang mudah dimengerti oleh
kebanyakan orang, baik itu dengan media tulis maupun dengan media lisan.
Contohnya adalah penyiar televisi atau radio yang pesannya dapat diterima dan
dipahami oleh seseorang yang mendengarnya.10 Komunikasi nonverba cara ini
disebuat juga cara komunikasi dengan tanpa kata, yakni komunikasi yang isi pesannya
disampaikan dengan symbol, isyarat, ataupun perilaku tertentu yang bukan dengan
kata-kata. Biasanya komunikasi yang seperti ini dapat dipahami oleh kalangan
terbatas, tergantung, dari pengalaman, pendidikan, latar belakang budaya dan adat
istiadat. Misalnya adalah seorang yang atasan yang marah kepada bawahannya karena
tidak puas dengan hasil kerjanya yang ditulis dengan tinta merah, orang yang berdiam
diri diluar, yaitu orang yang sring merasa sedih atau memiliki masalah11
E. Bentuk-bentuk Komunikasi
10
Candra Wijaya, Perilaku Organisasi (Medan: Lembaga Peduli Pengembangan Pendidikan Indonesia, 2017), hlm
94-95.
11
Ibid.,hlm 94-95
11
Komunikasi ini berlangsung antara suatu organisasi dengan pihak luar
organisasi. Contohnya adalah dengan masyarakat yang berperan sebagai klien atau
dengan suatu organisasi lainsebagai mitra. Akan tetapi juga bisa berbalikan yaitu
antara pihak masyarakat atau organisasi lain kepada pihak perusahaan. Klien atau
masyarakat dalam hal ini dapat berupa publik, pemerintah, rekan kerja atau klien.12
F. Proses Komunikasi
Menurut Bovee dan Thill, proses komunikasi terdiri dari enam tahap, yaitu :
1. Pengirim mempunyai ide atau gagasan
2. Pengirim mengubah ide menjadi suatu pesan
3. Pengirim menyampaikan pesan
4. Penerima menerima pesan
5. Penerimamenafsirkan pesan
6. Penerima memberi tanggapan dan mengirim umpan balik kepada pengirim
12
Sukarman Purba,Dkk, Perilaku Organisasi (Yayasan Kita Menulis, 2020), hlm. 93.
13
https://kumparan.com/berita-hari-ini/proses-komunikasi-menurut-para-ahli-dan-fungsinya-secara-umum-
1uxhz35IW64, diakses pada 23 Oktober 2021, pukul 5.43
12
4. Media atau saluran (channel) merupakan alat yang menjadi penyampai
pesan dari komunikator ke komunikan
5. Fungsi penerimaan (decoding), merupakan proses untuk memahami simbol
bahasa yaitu simbol grafis atau huruf-huruf dengan cara mengasosiasikannya
atau menghubungkan simbol-simbol dengan bunyi-bunyi bahasa serta variasi-
variasinya yang dilakukan penerima pesan dari penyampai pesan
6. Komunikan (receiver) menerima pesan yang disampaikan dan
menerjemahkan isi pesan yang diterimanya kedalam bahasa yang dimengerti
oleh komunikasi itu sendiri
7. Respon (response) merupakan rangsangan atau stimulus yang timbul akibat
dari perilaku komunikasi setelah menerima pesan
8. Komunikan memberi umpan balik (feedback) atau tanggapan atas pesan
yang dikirimkan kepadanya, apakah pesan yang dimaksud oleh si pengirim
dapat dimengerti.14
G. Model Komunikasi
Model-model Komunikasi yang dikemukakan oleh Deddy Mulyana dalam bukunya “Ilmu
Komunikasi Suatu Pengantar” adalah:
1) Model S-R
Model stimulus respon (S-R) adalah model komunikasi paling dasar. Model ini
dipengaruhi oleh disiplin psikologi, khususnya yang beraliran behavioristik. Model tersebut
menggambarkan hubungan stimulus-respons. Model ini menunjukkan komunikasi sebagai
proses aksi reaksi yang sangat sederhana. Bila seorang lelaki berkedip kepada seorang wanita,
dan wanita itu kemudian tersipu malu, atau bila saya tersenyum dan kemudian anda
membalas senyuman saya, itulah pola S-R. Jadi model S-R mengasumsikan bahwa kata-kata
verbal (lisan tulisan), isyarat- isyarat nonverbal, gambar- gambar, dan tindakan-tindakan
tertentu akan merangsang orang lain untuk memberikan respon dengan cara tertentu.
2) Model Aristoteles
Model Aristoteles adalah model komunikasi paling klasik, yang sering juga disebut
model retoris. Komunikasi terjadi ketika seorang pembicara menyampaikan pembicaraannya
kepada khalayak dalam upaya mengubah sikap mereka. Tepatnya, ia mengemukakan tiga
14
https://repository.uksw.edu/bitstream/123456789/17073/2/T1_522014050_BAB%20II.pdf , diakses pada 23
Oktober 2021 pukul 5.29
13
unsur dasar proses komunikasi, yaitu pembicara (speaker), pesan (message), dan pendengar
(listener).
3) Model Lasswell
Model komunikasi Lasswell berupa ungkapan verbal, yakni who, says what, in wich
channel, to whom, with what effect. Lasswell mengemukakan tiga fungsi komunikasi, yaitu:
pertama, pengawasan lingkungan yang mengingatkan anggota- anggota masyarakat akan
bahaya dan peluang dalam lingkungan; kedua, korelasi berbagai bagian terpisah dalam
masyarakat yang merespon lingkungan ; dan ketiga, transmisi warisan sosial dari suatu
generasi kegenarasi lainnya.
Model Shannon dan Weaver ini menyoroti problem penyampaian pesan berdasarkan
tingkat kecermatannya. Model itu melukiskan suatu sumber yang menyandi atau menciptakan
pesan dan menyampaikannya melalui suatu saluran kepada seorang penerima yang menyandi
balik atau mencipta ulang pesan tersebut.
5) Model Schramm
6) Model Newcomb
Dalam model komunikasi tersebut, yang sering disebut model ABX atau model
simetri- Newcomb menggambarkan bahwa seseorang A menyampaikan informasi kepada
seseorang lainnya, B, mengenai sesuatu, X. Model tersebut mengasumsikan bahwa orientasi
A (sikap) terhadap B dan terhadap X saling bergantung, dan ketiganya merupakan suatu
sistem yang terdiri dari empat orientasi.
7) Model Berlo
Sebuah model lain yang di kenal luas adalah model model David K. Berlo, yang ia
kemukakan pada tahun 1960. Model ini di kenal dengan model SMCR, kepanjangan dari
Source (sumber), Message (pesan), Channel (saluran), dan Receiver (penerima). Bagaimana
14
dikemukakan Berlo, sumber adalah pihak yang yang menciptakan pesan, baik seseorang
ataupun suatu kelompok. Pesan adalah terjemahan gagasan kedalam suatu kode simbolik,
seperti bahasa atau isyarat, saluran adalah medium yang membawa pesan dan penerima
adalah orang yang menjadi sasaran komunikasi.15
H. Komunikasi Persuatif
Menurut Aristoteles (Bettinghaus & Cody, 1980), agar komunikasi dalam proses
persuasif dapat berjalan dengan lancar dan pesan tersampaikan, dibutuhkan seorang
komunikator dan komunikan, serta pesan persuasifnya. Komunikator, dalam hal ini disebut
dengan persuader, yang merupakan sumber komunikasi. Komunikan, dalam hal ini disebut
dengan persuadee, yang merupakan penerima komunikasi. Persuader adalah orang dan/atau
sekelompok orang yang menyampaikan pesan dengan tujuan untuk mempengaruhi sikap,
pendapat, dan perilaku orang lain baik secara verbal maupun nonverbal. Sedangkan persuadee
adalah orang dan/atau sekelompok orang yang menjadi tujuan pesan persuasif tersebut
disampaikan dan disalurkan oleh persuader baik secara verbal maupun nonverbal (Soemirat
dkk, 1999). Teknik komunikasi persuasif merupakan suatu teknik komunikasi yang dilakukan
agar orang lain bersedia menerima suatu paham atau keyakinan, melakukan suatu perbuatan
atau kegiatan dan lain sebagainya. Teknik ini berlangsung dengan personal contact yang
memungkinkan komunikator mengetahui, memahami, dan menguasai;
15
(https://repository.uin-suska.ac.id/15401/7/7.%20BAB%20II_2018115KOM.pdf )
15
4) tanggapan komunikasi secara langsung (Effendy, 2004:124). 16
1. Penyaringan
Penyaringan (filtering) mengacu pada tujuan memanipulasi informasi oleh si
pengirim sehingga si penerima akan melihatnya menjadi lebih
menguntungkan. Seorang manajer yang berbicara kepada bosnya mengenai
hal yang dia rasa ingin didengar bosnya merupakan penyaringan informasi.
Level yang semakin vertikal dalam hierarki organisasi, maka akan semakin
membuka banyak kesempatan untuk melakukan penyaringan. Tetapi beberapa
penyaringan akan terjadi di mana pun yang terdapat perbedaan status.
2. PemilihanPersepsi
Diulas kembali disini karena pemilihan persepsi merupakan hal penting sebab
para penerima dalam proses komunikasi melihat dan mendengar secara
selektif berdasarkan pada kebutuhan mereka, motivasi, pengalaman, latar
belakang, dan karakteristik personal lainnya. Para penerima juga
memproyeksikan ketertarikan dan ekspektasi mereka ke dalam komunikasi
seperti mereka akan menguraikan isi pesan mereka.
16
Frieda Isyana Putri, Triyono Lukmantoro, S.Sos, M.Si, Dr. Hapsari Dwiningtyas S.,MA, Drs. Joyo
NS Gono, M.Si, Teknik-teknik Persuasif Dalam Media Sosial, JURNAL ILMU KOMUNIKASI
Volume: Nomor: Tahun: 2015.
16
terhadap mengabaikan rasional kita dan proses berpikir yang objektif dan
berganti dengan penilaian secara emosional.
5. Bahasa
Penggunaan bahasa di antara masing-masing orang sangat tidak beragam. Jika
kita mengetahui bagaimana masing-masing dari kita memodifikasi bahasa,
kita dapat meminimalkan kesulitan dalam komunikasi, tetapi kita biasanya
tidak mengetahuinya. Para pengirim cenderung untuk mengasumsikan kata-
kata dan istilah-istilah dengan tidak tepat yang mana mereka pergunakan arti
yang sama dengan yang mereka gunakan kepada penerima.
6. Keheningan
Hal yang mudah untuk mengabaikan keheningan atau kurangnya komunikasi
karena didefinisikan dengan ketiadaan informasi. Namun, riset menyarankan
untuk menggunakan keheningan dan penangguhan komunikasi adalah hal
yang umum dan problematis. Salah satu studi menemukan bahwa lebih dari
85% para manajer yang melaporkan tetap berdiam diri terhadap sedikitnya
satu permasalahan yang memperoleh perhatian yang signifikan.
Keheningan menjadi kurang dimana opini dari kaum minoritas diperlakukan
dengan hormat, identifikasi kelompok kerja tinggi, dan keadilan prosedural
tinggi yang menang. Secara praktik, hal ini berarti bahwa para manajer harus
memastikan bahwa mereka berperilaku dalam hal suportif ketika para pekerja
menyarankan opini-opini yang berbeda atau perhatian, dan mereka harus
memandangnya berdasarkan nasihat.
7. Kekhawatiran Komunikasi
orang tersebut mengalami ketegangan dan kecemasan yang tidak semestinya
dalam komunikasi secara tertulis, lisan atau kedua-duanya. Mereka
menemukan luar biasa sulit untuk berbicara antar muka dengan orang lain atau
menjadi luar biasa cemas ketika mereka harus menggunaka telepon,
bergantung pada memo, atau e-mail ketika panggilan telepon menjadi lebih
cepat dan lebih sesuai.
8. Berbohong
Hambatan terakhir terhadap komunikasi yang efektif adalah kesalahan
penyajian atas informasi secara sekaligus atau berbohong. Setiap orang
memiliki definisi berbeda mengenai suatu kebohongan. Dapatkah Anda
mendeteksi kebohongan? Literatur menyarankan bahwa sebagian besar orang
sangat tidak ahli dalam mendeteksi penipuan yang dilakukan oleh orang lain.
Permasalahanya adalah tidak terdapat isyarat secara verbal atau nonverbal
yang khas mengenai kebohongan, menghindari pandangan, berhenti sejenak,
dan menggeser postur tubuh juga dapat sebagai tanda dari kegelisahan. Secara
jumlah, frekuensi kebohongan dan kesulitan dalam mendeteksi kebohongan
terutama membuatnya menjadi hambatan yang besar bagi komunikasi yang
efektif.17
J.Implikasi Global
17
https://manajemenmudah.blogspot.com/2016/04/hambatan-hambatan-pada-komunikasi-yang.html
17
Hambatan-Hambatan Budaya
Konteks Budaya
Apa yang tidak dikatakan mungkin merupakan hal yang lebih signifikan
dibandingkan dengan apa yang dikatakan, itu merupakan konteks budaya yang
rendah. Mereka pada dasarnya mengandalkan pada kata-kata yang disampaikan
dan ditulis untuk menyampaikan suatu makna; bahasa tubuh dan gelar yang
formal kurang penting.
18
Pedoman Budaya
1. Kenali diri Anda sendiri. Dengan memahami identitas kultural Anda sendiri
dan bias adalah hal yang sangat penting pula kemudian memahami sudut pandang
yang unik dari orang-orang lainnya.
18
https://manajemenmudah.blogspot.com/2016/04/implikasi-global-untuk-komunikasi.html
19
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
20
menyampikan pesan, penerima menerima pesan, penerima menafsirkan pesan serta
penerima pesan memberikan umpan balik atau Feeback.
B. Saran
Makalah ini kami gunakan untuk memenuhi tugas Perilaku Organisasi, namun
terlepas dari itu kami berharap makalah ini dapat digunakan oleh teman-teman
mahasiswa yang lain untuk mempelajari kembali mengenai Komunikasi.
Tentu kami sebagai penyusun tugas ini menyadari sekali terdapat banyak
kesalahan didalamnya, baik dalam kelengkapan materi maupun pengetikan dan
kesalahaan ejaan maka dari itu kami mohon maaf dan membutuhkan kritik serta saran
dari teman-teman.
DAFTAR PUSTAKA
Febri, Aris Rahmanto. 2004. Peran Komunikasi Dalam Suatu Organisasi. Jurnal
Komunikologi. Vol 1, No 2
Gede, wayan Supartha dan Desak Ketut Sintaasih. 2017. Pengantar Perilaku
Organisasi. (Bali: Setia Bakti)
Rahma, Mia Romadona dan Sigit Setiawan. 2020. Komunikasi Organisasi dalam
Fenomena Perubahan Organisasi di Lembaga Penelitian dan Pengembangan.
Jurnal Pekommas, Vol 5, No 1
Frieda Isyana Putri, Triyono Lukmantoro, S.Sos, M.Si, Dr. Hapsari Dwiningtyas
S.,MA, Drs. Joyo NS Gono, M.Si, Teknik-teknik Persuasif Dalam Media
Sosial, JURNAL ILMU KOMUNIKASI Volume: Nomor: Tahun: 2015
21
https://ppsdmaparatur.esdm.go.id/artikel/peran-komunikasi-dalam-organisasi.diakses
pada 22 Oktober 2021, pukul 14.10
https://pakarkomunikasi.com/tujuan-penerapan-komunikasi-dalam-organisasi, diakses
pada 22 Oktober 2021, Pukul 13.01
https://kumparan.com/berita-hari-ini/proses-komunikasi-menurut-para-ahli-dan-
fungsinya-secara-umum-1uxhz35IW64, diakses pada 23 Oktober 2021, pukul
5.43
https://repository.uksw.edu/bitstream/123456789/17073/2/T1_522014050_BAB%20I
I.pdf, diakses pada 23 Oktober 2021 pukul 5.29
https://repository.uin-suska.ac.id/15401/7/7.%20BAB%20II_2018115KOM.pdf
22