Anda di halaman 1dari 34

MAKALAH

KOMUNIKASI INTERPERSONAL

Makalah ini diajukan sebagai Tugas Kelompok pada Mata Kuliah


Komunikasi Kesehatan

OLEH:
KELOMPOK I (SATU)
ANITA MARIANI 70200117022
NURUL HASYIFAH 70200117029
MUH. RIZAL RIDWAN 70200117073
OVHY APRILIA PUTRI 70200117082
FAUZIAH 70200117086
FEFI BUDIHARTA 70200117126

JURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR
2018
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur marilah kita panjatkan kehadirat Allah yang telah
memberikan kepada kita semua nikmat iman dan nikmat Islam, sehingga pada saat
kali ini kita masih dapat menjalankan aktivitas untuk mengharapkan ridho Allah dan
juga penulis dapat menyelesaikan makalah sebagai tugas kelompok pada mata
kuliah Komunikasi Kesehatan yang berjudul “Komunikasi Interpersonal” dengan
tepat waktu.
Semoga shalawat dan salam tetap tercurahkan kepada junjungan kita Nabi
Muhammad SAW yang telah membawa kita dari kehancuran dan dari jalan yang
gelap gulita menuju jalan yang terang benderang yakni Agama Islam.
Semoga atas tersusunnya makalah ini menjadi pembelajaran bagi kita semua
dari segala hal yang terjadi di sekeliling kita. Mudah-mudahan makalah ini bagi
penulis khususnya dan para pembaca pada umumnya, dapat mengambil pembelajaran
bagi kita semua. Di samping itu penulis juga menyadari makalah ini tidak terlepas
dari segala kekurangan, oleh karenanya segala bentuk kritikan dan saran sangat kami
harapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Samata, 07 Desember 2018

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .......................................................................................... i


KATA PENGANTAR ...................................................................................... ii
DAFTAR ISI .................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................. 1
A. Latar Belakang ..................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................. 2
C. Tujuan Penulisan ................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................... 3
A. Definisi Komunikasi Interpersonal ...................................................... 3
B. Sejarah Perkembangan Komunikasi Interpersonal ............................... 4
C. Tujuan Komunikasi Interpersonal......................................................... 6
D. Unsur-unsur Komunikasi Interpersonal ................................................ 8
E. Jenis-Jenis Komunikasi Interpersonal................................................. 12
F. Tahapan Perkembangan Komunikasi Interpersonal ........................... 12
G. Hambatan Komunikasi Interpersonal ................................................. 13
H. Faktor yang Mempengaruhi Komunikasi Interpersonal ..................... 15
I. Pola Hubungan Komunikasi Interpersonal ......................................... 22
J. Proses Komunikasi Interpersonal ....................................................... 23
BAB III PENUTUP ......................................................................................... 30
A. Kesimpulan ......................................................................................... 30
B. Saran .................................................................................................. 30
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 31

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kegiatan komunikasi interpersonal merupakan kegiatan sehari-hari yang
paling banyak dilakukan oleh manusia sebagai mahluk sosial. Sejak bangun tidur di
pagi hari sampai tidur lagi di larut malam, sebagian besar dari waktu kita digunakan
untuk berkomunikasi dengan manusia yang lain. Dengan demikian kemampuan
berkomunikasi merupakan suatu kemampuan yang paling dasar. Akan tetapi dalam
kehidupan sehari-hari kita sering mengalami perbedaan pendapat, ketidaknyamanan
situasi atau bahkan terjadi konflik yang terbuka yang disebabkan adanya
kesalahpahaman dalam berkomunikasi. Menghadapi situasi seperti ini, manusia baru
akan menyadari bahwa diperlukan pengetahuan mengenai bagaimana cara
berkomunikasi yang baik dan efektif yang harus dimiliki seorang manusia.
Efektifitas seorang komunikator dapat dievaluasi dari sudut sejauh mana
tujuan-tujuan tersebut dicapai. Persyaratan untuk keberhasilan komunikasi adalah
mendapat perhatian. Jika pesan disampaikan tetapi penerima mengabaikannya, maka
usaha komunikasi tersebut akan gagal. Keberhasilan komunikasi juga tergantung
pada pemahaman pesan dan penerima. Jika penerima tidak mengerti pesan tersebut,
maka tidaklah mungkin akan berhasil dalam memberikan informasi atau
mempengaruhinya. Bahkan jika suatu pesan tidak dimengerti, penerima mungkin
tidak meyakini bahwa informasinya benar, sekalipun komunikator benar-benar
memberikan arti apa yang dikatakan.
Kemampuan berkomunikasi interpersonal yang baik dan efektif sangat
diperlukan oleh manusia agar dia dapat menjalani semua aktivitasnya dengan lancar.
Terutama ketika seseorang melakukan aktivitas dalam situasi yang formal, misal
dalam lingkungan kerja. Lebih penting lagi ketika aktivitas kerja seseorang adalah
berhadapan langsung dengan orang lain dimana sebagian besar kegiatannya
merupakan kegiatan komunikasi interpersonal.

1
Agar komunikasi dapat berjalan lancar, maka dibutuhkan keahlian dalam
berkomunikasi (communication skill). Dan tidaklah semua orang memiliki
communication skill. Banyak orang yang berkomunikasi hanya mengandalkan gaya
yang dipakai sehari-hari. Mereka menganggap cara komunikasi yang mereka pakai
sudah benar. Padahal kalau dicermati masih banyak kesalahan dalam berkomunikasi.

B. Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan komunikasi interpersonal?
2. Bagaimanakah sejarah perkembangan komunikasi interpersonal?
3. Apakah tujuan dari komunikasi interpersonal?
4. Apa sajakah yang termasuk dalam unsur-unsur komunikasi interpersonal?
5. Apa sajakah yang termasuk jenis-jenis komunikasi interpersonal?
6. Bagaimanakah tahapan perkembangan komunikasi interpersonal?
7. Apa sajakah hambatan komunikasi interpersonal?
8. Apa sajakah faktor yang mempengaruhi komunikasi interpersonal?
9. Apa sajakah pola hubungan komuniksai interpersonal?
10. Bagaimanakah proses komunikasi interpersonal?

C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui yang dimaksud dengan komunikasi interpersonal
2. Mengetahui sejarah perkembangan komunikasi interpersonal
3. Mengetahui tujuan dari komunikasi interpersonal
4. Mengetahui yang termasuk dalam unsur-unsur komunikasi interpersonal
5. Mengetahui yang termasuk jenis-jenis komunikasi interpersonal
6. Mengetahui tahapan perkembangan komunikasi interpersonal
7. Mengetahui hambatan komunikasi interpersonal
8. Mengetahui faktor yang mempengaruhi komunikasi interpersonal
9. Mengetahui pola hubungan komuniksai interpersonal
10. Mengetahui proses komunikasi interpersonal?

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Komunikasi Interpersonal


Komunikasi interpersonal disebut juga komunikasi antar personal atau antar
pribadi. Perkataan pribadi (personal) dalam definisi ini mengandung makna khusus
pada diri orang itu yang berada dengan orang lain. Jadi, oleh karena itu, komunikasi
interpersonal diklasifikasikan ke dalam komunikasi diadik dan komunikasi triadik.
Komunikasi diadik adalah komunikasi yang berlangsung antara dua orang yang yang
satu sebagai komunikator dan yang lainnya sebagai komunikan. Komunikasi triadik
adalah komunikasi yang berlangsung antara tiga orang atau tiga pihak, yang terdiri
dari satu komunikator dan dua komunikan. Apabila komunikasi berlangsung lebih
dari dua atau tiga orang di sekomunikasi kelompok kecil.
Komunikasi interpersonal (interpersonal communication) merujuk pada
komunikasi yang terjadi secara langsung antara dua orang. Konteks interpersonal
banyak membahas tentang bagaimana suatu hubungan dimulai, bagaimana
mempertahankan suatu hubungan, dan keretakan suatu hubungan (Berger 1979;
Dainton & Stafford,2000).
Komunikasi interpersonal adalah komunikasi antara orang-orang secara tatap
muka, yang memungkinkan setiap pesertanya menangkap reaksi orang lain secara
langsung, baik secara verbal atau nonverbal.
Menurut Effendi, pada hakekatnya komunikasi interpersonal adalah
komunikasi antar komunikator dengan komunikan, komunikasi jenis ini dianggap
paling efektif dalam upaya mengubah sikap, pendapat atau perilaku seseorang, karena
sifatnya yang dialogis berupa percakapan. Arus balik bersifat langsung, komunikator
mengetahui tanggapan komunikan ketika itu juga. Pada saat komunikasi dilancarkan,
komunikator mengetahui secara pasti apakah komunikasinya positif atau negatif,

3
4

berhasil atau tidaknya. Jika ia dapat memberikan kesempatan pada komunikan


untuk bertanya seluas-luasnya.
B. Sejarah Perkembangan Komunikasi Interpersonal
Dalam catatan sejarah yang jauh lebih luas, para ilmuwan komunikasi telah
menempatkan studi mengenai komunikasi (Delia, 1978) dan sebagai fokus studi ke
dalam speech communication (Rawlins, 1985). Studi komunikasi antarpribadi mulai
berkembang secara besar-besaran di Amerika Serikat sejak tahun 1960-an. Berikut ini
menunjukkan betapa banyaknya karya yang telah dirintas di bidang komunikasi
antarpribadi sebelum periode tersebut di atas (Mark L. Knapp et al.,2002).
Di awal tahun 1990-an, Georg Simmel (1908/1950) telah melakukan
observasi secara cermat mengenai komunikasi antarpribadi yang sampai sekarang
masih diperdebatkan meliputi konsep-konsep seperti reciprocal knowledge,
characteristics of the dyad, interaction, rituals, secrecy, lies and truth, dan types of
social relationship.
Tahun 1920-an dan tahun 1930-an. Banyak bibit-bibit intektual bagi studi
komunikasi antarpribadi telah disemai selama tahun 1920-an dan1930-an. Elton
Mayo dan para koleganya dari Harvard Business School menemukan kekuatan
potensial mengenai interaksi sosial dan hubungan-hubungan sosial ditempat kerja.
Penelitian mereka dilaksanakan di pakbrik Western Electric Hawthorne
memunculkan pertanyaan-pertanyaan penting mengenai interaksi atasan-bawahan dan
interaksi sesama mitra kerja berkaitan dengan produktivitas. Gerakan “human
relations “ ini memberi isyarat berikut pemikiran mengenai sifat komunikasi
pendukung atau supportive communication, keterbukaan, dan pengaruh-pengaruh
yang menunjukan kepedulian bagi kebutuhan-kebutuhan pihak lain selama interaksi.
Asal mula dinamika kelompok atau group dynamics telah dibicarakan di
mana-mana (Cartwright & Zander,1960; Hare, Borgatta, & Bales, 1955), tetapi
bidang studi antarpribadi banyak berutang kepada karya bidang dinamika kelompok
ini yang awal pertumbuhannya di tahun 1930-an. Topik-topik seperti
cooperation/competiton,feedback,conflict,interaction sequencies,method for coding
5

responses,sociometric choices, and social networks merupakan semua bidang


perhatian bagi para ilmuwan di bidang kelompok dan antarpribadi.
Tahun 1940-an dan 1950-an Eliot Chapple (1953,1970) percaya bahwa
kesesuaian ritme interaksi mengarah kepada kesan selaras, semasalah isinya,
intentitas, pemilihan waktu, dan pola-pola organisasi keduniawian merupakan semua
unsur yang diperoleh melalui penggunaan wawancara yang baku (standardized
interview) dari Chapple dan direkam melalui alaat yang bernama ‘’interaction
chronograph milik Chapple. Menurut Chapple, ritme interaksi adalah penting bagi
pemahaman mengenai kemampuan sehari-hari di bidang komunikasi antarpribadi dan
juga psikopatologi.
Di bidang psikiatri, pergeseran dari orientasi dengan diri sendiri atau
intrapersonal ke antarpribadi atau interpersonal sebagian besar berkat kuliah-kuliah
dan tulisan-tulisan seorang psikiater bernama Harry Stack Sullivan. Sullivan percaya
bahwa skizofrenia dewasa berakar dalam problematik hubungan antarpribadi selama
masa kanak-kanak dan remaja. Psikiater lainnya, Jurgen Ruesch, bekerja sama
dengan antropolog Gregory Bateson pada sebuah buku yang menjelaskan secara
perinci menenai peran komunikasi dalam penyakit jiwa juga masalah–masalah
organisasi kultulan (ruesch & bateson,1951). Ruesch kemudian menulis bersama
buku pertama dengan menggunakan istilah nonverbal communication sebagai judul
bukunya (ruesch & kees, 1956). Karya Bateson kemudian menjadi dasar bagi salah
satu karya-karya yang paling berpengaruh di bidang ilmu pengetahuan komunikasi
antarpribadi pada tahun 1960-an, pragmatics of human communication (watzlawick,
beavin,& jackson, 1967).
Antropolog Ray Birdwihistell (1952) dan Edward T. Hall (1959) tertarik pada
proses menyeluruh mengenai komunikasi, tetapi usaha-usaha kepeloporan dan
pengamatan-pengamatan mereka mengenai body movement, gestures, postures, and
the use of space telah meletakkan dasar bagi area studi bernama monverbal
communication utamanya menelaah perilaku antarpribadi.
6

Pada penghujung tahun 1950-an, buku seorang psikolog Fritz Heider berjudul
The Psychology of Interpersonal Relations (1958) membantu melancarkan
serangkaian penilitian mengenai teori atribusi atau attribution theory yang merupakan
bagian integral bagi studi komunikasi antarpribadi sekarang. Tahun 1950-an diakhiri
dengan terbitnya buku yang berpengaruh oleh seorang ahli sosiologi Erving Goffman
(1959,1963) yang pengaruhnya pada studi komunikasi antarpribadi adalah luar biasa.
Tahun 1960-an, dan 1980-an. Walaupun banyaknya gagasan-gagasan dan
tulisan-tulisan dihasilkan selama beberapa dekade sebelum 1960-an, berkembangnya
komunikasi antarpribadi sebagai area studi akademik yang dikenal, terutama
merupakan hasil dari kekuatan-kekuatan sosial yang ada. Kerusuhan sosial
mendampingi gerakan hak-hak sipil dan berikutnya dengan keterlibatan militer
Amerika Serikat di Vietnam banyak penduduk terutama di kalangan muda yang
idealis, kebencian yang begitu mendalam terhadap aspek manipulasi dan kebohongan
dari banyak pesan-pesan media massa. Kepedulian yang muncul bagi pengembangan
diri dan kesadaran pribadi membangkitkan kegiatan seperti komunikasi tatap muka
sebagai latihan kepekaan dan bangkitnya kesadaran kelompok.

C. Tujuan Komunikasi Interpersonal


Tanpa membedakan keberadaan komunikasi pada semua level maka pada
prinsipnya semua komunikasi mempunyai tujuan yang sama. Komunikasi
interpersonal mungkin mempunyai beberapa tujuan, antara lain sebagai berikut :
1. Menemukan Diri Sendiri
Salah satu tujuan komunikasi interpersonal adalah menemukan personal atau
pribadi. Bila kita terlibat dalam pertemuan interpersonal dengan orang lain kita
belajar banyak sekali tentang diri kita maupun orang lain. Komunikasi
interpersonal memberikan kesempatan kepada kita untuk berbicara tentang apa
yang kita sukai, atau mengenai diri kita. Adalah sangat menarik dan
mengasyikkan bila berdiskusi mengenai perasaan, pikiran, dan tingkah laku kita
sendiri. Dengan membicarakan diri kita dengan orang lain, kita memberikan
7

sumber balikan yang luar biasa pada perasaan, pikiran, dan tingkah laku kita.
Komunikasi interpersonal, bertujuan membantu orang lain untuk menemukan diri
mereka, siapakah saya, siapa Anda, kita masing-masing mempunyai identitas diri.
Dengan kata lain, jika kita bertujuan agar orang lain dapat memahami identitas
dan diri kita maka sebaliknya kita juga harus menjadikan identitas kita sebagai
cara untuk memahami orang lain (to understand other).
2. Menemukan Dunia Luar
Hanya komunikasi interpersonal yang menjadikan kita dapat memahami lebih
banyak tentang diri kita dan orang lain yang berkomunikasi dengan kita. Banyak
informasi yang kita ketahui datang dari komunikasi interpersonal, meskipun
banyak jumlah informasi yang datang kepada kita dari media massa hal itu yang
seringkali didiskusikan dan akhirnya dipelajari atau didalami melalui interaksi
interpersonal.
3. Membentuk dan Menjaga Hubungan yang Penuh Arti
Salah satu keinginan orang yang paling besar adalah membentuk dan memelihara
hubungan dengan orang lain. Banyak dari waktu kita pergunakan dalam
komunikasi interpersonal diabadikan untuk membentuk dan menjaga hubungan
sosial dengan orang lain.
4. Berubah Sikap dan Tingkah Laku
Banyak waktu kita pergunakan untuk mengubah sikap dan tingkah laku orang lain
dengan pertemuan interpersonal. Kita boleh menginginkan mereka memilih cara
tertentu, misalnya mencoba diet yang baru, membeli barang tertentu, melihat film,
menulis membaca buku, memasuki bidang tertentu dan percaya bahwa sesuatu itu
benar atau salah. Kita banyak menggunakan waktu terlibat dalam posisi
interpersonal.
5. Untuk Bermain dan Kesenangan
Bermain mencakup semua aktivitas yang mempunyai tujuan utama adalah
mencari kesenangan. Berbicara dengan teman mengenai aktivitas kita pada waktu
akhir pekan, berdiskusi mengenai olahraga, menceritakan cerita dan cerita lucu
8

pada umumnya hal itu adalah merupakan pembicaraan yang untuk menghabiskan
waktu. Dengan melakukan komunikasi interpersonal semacam itu dapat
memberikan keseimbangan yang penting dalam pikiran yang memerlukan rileks
dari semua keseriusan di lingkungan kita.
6. Untuk Membantu
Ahli-ahli kejiwaan, ahli psikologi klinis dan terapi menggunakan komunikasi
interpersonal dalam kegiatan profesional mereka untuk mengarahkan kliennya.
Kita semua juga berfungsi membantu orang lain dalam interaksi interpersonal kita
sehari-hari. Kita berkonsultasi dengan seorang teman yang putus cinta,
berkonsultasi dengan mahasiswa tentang mata kuliah yang sebaiknya diambil dan
lain sebagainya.

D. Unsur-unsur Komunikasi Interpersonal


Bayangkan anda sedang bercakap-cakap dengan seorang teman. Anda adalah
pengirim atau komunikator yang merumuskan ( encoding ) terhadap idea tau pesan,
pesan itu dikonversi kedalam tnada dan simbol, lalu pesan tersebut disampaikan
kepada penerima. Teman anda sebagai pnerima juga menerjemahkan (decoding)
pesan yang dia terima, pesan itu dirumuskan pula melalui proses (encoding) lalu
dikirim sebagai “umpan balik” kepada anda. Aktivitas ini berlangsung dalam sebuah
proses berulang-ulang dan terus -menerus. Jika proses ini dirumuskan kedalam model
maka akan di dapat unsur-unsur dari sebuah komunikasi, yaitu ;
1. Sumber
a. Merupakan seorang komunikator yang bertindak sebagai pengirim atau
encoder, dia yang memulai proses komunikasi. Seorang komunikator
berperan sebagai editor, reporter, sutradara film, guru, penulis , pembaca,
pemimpin atau siapa saja yang mengambil inisiatif untuk memulai
komunikasi.
b. Pada umumnya pegirim pesan memiliki: (1) the idea, atau gagasan, maksud
yang ingin disampaikan, (2) converying the message , berbagai cara untuk
9

menyampaikan pesan , misalnya secara lisan , tertulis, atau melalui sarana


lain, dan (3) interpretation, atau kemampuan untuk menafsirkan pesan
sehingga lebih mudah disampaikan kepada penerima, dengan harapan agar
penerima dapat mensandi balik pesan itu kepada pengirim.
2. Encoding
a. Proses ini dimana merumuskan maksud pesan ke dalam bahasa atau gaya
yang sesuai agar pesan itu diterima oleh penerima.
b. Merupakan perumusan pesan yang terjadi dalam pikiran komunikator,
dimana komunikator tidak hanya menerjemahkan maksud pesan (ide, pikiran
atau informasi) ke dalam pesan tetapi juga memutuskan media yang menjadi
saluran tersebut.
3. Pesan
a. Pesan merupakan ide, pikiran atau perasaan yang ingin disampaikan oleh
sumber kepada penerima. Pesan mengambil bentuk dalam simbol (kata dan
frasa) yang dapat dikomunikasikan sebagai ide melalui melalui ekspresi
wajah, gerkan tubuh, kontak fisik dan nada suara.
b. Pesan adalah suatu maksud yang berbentuk “sinyal” kemudian dialirkan
melalui saluran tertentu , ada dua bentuk sinyal yaitu ; (1) sinyal pararel ,
yang terjadi dalam interasi tatap muka, dimana suara dan gerakan
menampilkan makna yang berbeda, dan (2) sinyal serial, yang tampil dalam
bentuk suara dan / atau isyarat yang selalu berubah-ubah menjadi sinyal
electronik, gelombang radio, atau kata-kata dan gambar.
c. Sebuah pesan merupakan sinyal atau kombinasi sinyal yang berfungsi sebagai
simulasi bagi penerima (DeVito,1986). Pesan dapat ditampilkan sebagai tanda
atau simbol, sebuah tanda dapat berbentuk fenomena alam yang bersifat
universal yang mudah dipahami seperti gambar (yang mengikuti terjadinya
petir ), dan asap ( yang menunjukan ada kebakaran).
10

4. Saluran
a. Sebuah saluran ibarat kendaraan yang mengangkut pesan dari pengirim ke
penerima . saluran komunikasi biasa berbentuk ucapan kata-kata verbal dan
nonverbal , saluran media massa seperti Tv, radio, surat kabar dan buku.
b. Saluran adalah sarana dimana pesan bergerak dari sumber ke penerima
bergerak dari satu tempat ke tempat lain, dari satu orang ke oramg yang lain
dimana semuanya berfungsi sebagai alat transportasi. Contoh, gelombang
suara, kabel tembaga, serat kaca, juga televisi dan radio.
c. Saluran ibarat kendaraan atau karena terletak ditengah yaitu antara pengirim
dan penerima maka disebut medium.
d. Saluran atau media merupakan tempat yang dilalui pesan,. Saluran umumnya
dipilih oleh pengirim karena dialah yang berhak menentukan jenis media
yang digunakan, apakah media sebagai jalur formal maupun informal.
5. Decoding
a. Decoding merupakan proses yang dilakukan penerima (decoder) untuk
menyandi pesan sesuai dengan apa yang dia terima.menyandi pesan tidaklah
sesederhana yang kita bayangkan , kadang-kadang faktor “mental set” sangat
berpengaruh terhadap penerima ketika dia menyandi pesan tersebut.
b. Decoding adalah penafsiran pesan oleh penerima (decoder) agar pesan
tersebut bermakna sebagaimana yang dimaksudkan oleh pengirim.
6. Penerima
a. Jika anda adalah orang yang dalam posisi menerima, mendengarkan, melihat
mereka, mencium pesan maka anda disebut penerima.
b. Adalah sebuah tujuan, sasaran atau orang yang mengkomsumsi dan
memproses pesan dari penerima.
7. Gangguan
a. Noise, gangguan atau hambatan bagi kelancaran proses pengiriman pesan dari
pengirim ke penerima
11

b. Terganggu karena indera penglihatan contohnya kerusakan indra yang


permanen ( mata, hidung, telingan dan penciuman)
c. Gangguan dari pengirim (pengetahuan, kemampuan berkomunikasi ,
perbedaan budaya)
d. Dalam proses komunikasi gangguan adalah campur tangan beragam faktor
terhadap proses encoding dan decoding. Gangguan tampil dalam bentuk fisik
seperti suara keras, pemandangan yang mengganggu, sepotong makanan
diantara gigi atau perilaku yang tidak biasa.
8. Umpan Balik
a. Umpan balik adalah reaksi atau respon yang diberikan oleh penerima dari
pesan pengirim . reaksi atau respon juga bisa berbentuk verbal dan non verbal.
Respok balik sangat bermanfaat bagi seorang komunikator untuk
menyesuaikan pesannya agar lebih efektif.
b. Umpan balik adalah respon atau pengakuan dari penerima untuk pesan yang
dikirim oleh komunikator.
c. Umpan balik adalah respon penerima verbal dan nonverbal pesan sumber itu.
Umpan balik adalah bagian dari setiap situasi komunikasi bahkan tanggapan
itu berupa diam , perilaku gelisah dan bingung.
9. Konteks
a. Komunikasi tidak terjadi dalam ruang hampa tapi terjadi dalam konteks
tertentu dimana komunikasi itu berlangsung. Konteks mempengaruhi dimana
kita berada dan dengan siapa kita berkomunikasi.
b. Konteks menerangkan situasi dan kondisi yang melibatkan jumlah peserta
komunikasi antarpersonal, kelompok kecil, oraganisasi, publik dan konteks
komunikasi massa.
12

E. Jenis-jenis Komunikasi Interpersonal


1. Berdasarkan jumlah individu yang terlibat
a. Hubungan Diad/Dial
Hubungan komunikasi interpersonal yang terjadi antara dua orang.
b. Hubungan Triad/Trial
Hubungan komunikasi interpersonal yang terjadi antara tiga orang.
2. Berdasarkan tujuan yang ingin dicapai
a. Hubungan Tugas
Hubungan yang terjalin hanya karena tuntutan tugas atau keperluan untuk
menyelesaikan suatu tugas atau target.
b. Hubungan Sosial
Hubungan yang terjalin karena kebutuhan sebagai makhluk sosial yang tidak
dapat hidup sendiri.
3. Berdasarkan jangka waktu
a. Hubungan jangka pendek
Hubungan yang terjalin dalam waktu yang singkat dan berkemungkinan
hubungan tersebut berlanjut hingga berlangsung lama.
b. Hubungan jangka panjang
Hubungan yang terjalin dalam waktu yang cukup lama hingga sangat lama.
Misalkan dalam periode menahun.

F. Tahapan Perkembangan Komunikasi Interpersonal


1. Inisiasi
Merupakan tahap paling awal dari suatu hubungan interpersonal. Pada tahap ini
individu memperoleh data mengenai masing-masing melalui petunjuk nonverbal
seperti senyuman, jabatan tangan, pandangan sekilas, dan gerakan tubuh tertentu.
13

2. Eksplorasi
Tahap ini merupakan pengembangan dari tahap inisiasi dan terjadi tidak lama
sesudah inisiasi. Disini mulai dijajaki potensi yang ada dari setiap individu serta
dipelajari kemungkinan-kemungkinan yang ada dari suatu hubungan.
3. Intensifikasi
Pada tahap ini, individu harus memutuskan baik secara verbal maupun nonverbal
apakah hubungan akan dilanjutkan atau tidak.
4. Formalisasi
Dalam perkembangannya hubungan yang telah berjalan itu perlu diformalkan.
Pada tahap ini tiap-tiap individu secara bersama mengembangkan simbol-simbol,
pola-pola komunikasi yang disukai, kebiasaan dan lain sebagainya. Contoh
hubungan dua orang berpacaran diformalkan dengan tukar cincin.
5. Redefinisi
Sejalan dengan waktu individu tidak dapat menghindarkan diri dari perubahan.
Perubahan ini mampu menciptakan tekanan terhadap hubungan yang tengah
berlangsung. Konsekuensinya adalah individu perlu mendefinisikan kembali
hubungan yang sedang dijalankan.
6. Deteriorasi
Kemunduran atau melemahnya suatu hubungan kadang tidak disadari oleh
mereka yang terlibat dalam hubungan tersebut. Jika kemunduran yang terjadi itu
tidak segera diantisipasi maka bukan tidak mungkin hubungan yang terbentuk itu
akan mengalami kehancuran.

G. Hambatan Komunikasi Interpersonal


1. Komunikator
Hambatan dalam hal biologis, contohnya saja jika komunikatornya gagap dalam
berbicara, hambatan lain dalam hal psikologis adalah komunikator yang disergap
rasa gugup dan rasa tidak nyaman.
14

2. Media
Hambatan yang dapat terjadi adalah pada masalah teknologi komunikasi, seperti
telepon, microphone.
3. Komunikan
Hambatan pada komunikan dalam hal biologis, dapat saja komunikan mengalami
sulit pendengaran atau tuna rungu. Hambatan lain dalam hal psikologinya adalah
komunikan yang sulit berkonsentrasi dalam pembicaraan.
Ada beberapa jenis gangguan yaitu:
a. Gangguan internal, kelelahan , kurang terampil berbicara, atau mendengarkan
sikap penerima terhadap pengirim. Kurangnya minat terhadap pesan ,
ketakutan, kecurigaan, pengalaman masa lalu, sikap negatif, kurangnya
pengalaman umum dan emosi.
b. Gangguan eksternal, kebiasaan, gangguan lingkungan , sambungan telepon
yang buruk , tidak ada sinyal, pengirim menggunakan kata-kata yang terlalu
teknis.
Kategori gangguan umumnya terdiri dari:
a. Environment noise, seperti interferensi yang menghambat atau mencegah
penerima untuk menerima pesan secara lengkap.
b. Physiological-impairment noise, gangguan fisiologi seperti penurunan
kemampuan sensorik untuk menerima pesan.
c. Semantic noise, adalah hambatan yang tampil dalam bentuk bahasa, gangguan
ini bersumber dari alam seperti penggunaan dialek atau term tertentu bagi
komunitas (suku bangsa, profesi, dan pekerjaan tertentu).
d. Syntactical noise, gangguan sintaksis terlihat dalam penggunaan kata-kata
yang tidak tersusun yang sesuai dengan tata bahasa setempat.
e. Organizational noise , hambatan yang bersumber dari perbedaan struktur dan
status dalam organisasi, contohnya perbedaan derajat jabatan dan
kepangkatan, perbedaan antara pemilik dengan pekerja.
15

f. Cultural noise, hambatan muncul karena perbedaan budaya dari para


partisipan dalam komunikasi.
g. Psychological noise, hambatan komunikasi yang bersumber dari stress ,
frustasi, iritasi sehingga mengganggu makna pesan. Gangguan lain misalnya
terhadap orang-orang yang mengalami schizophrenia (disintegrasi
kepribadian) atau catatonia (kurang mobilitas dan kurang mampu bicara).

H. Faktor yang Mempengaruhi Komunikasi Interpersonal


Menurut Drs. Jalaluddin Rahmat, M.Sc. lewat bukunya yang berjudul Psikologi
Komunikasi (1996), menjelaskan tentang sistem dalam komunikasi interpersonal
seperti:

1. Persepsi Interpersonal
Persepsi sosial kini telah memperoleh konotasi baru sebagai proses
mempersepsi objek-objek dan peristiwa-peristiwa sosial.
Ada empat perbedaan antara persepsi objek dan persepsi intepersonal, yaitu:
a. Stimulasi ditangkap oleh alat indera melalui benda-benda fisik dan stimuli
mungkin sampai kepada seseorang melalui lambang-lambang verbal atau
grafis.
b. Ketika menanggapi objek, seseorang hanya menanggapi sifat-sifat luar objek
itu, tapi tidak melihat sifat batiniyah obyek itu. Namun, pada persepsi
interpersonal mencoba memahami apa yang tidak tampak pada alat indera
seseorang.
c. Ketika mempersepsi objek, objek tidak bereaksi kepada seseorang; seseorang
itu pun tidak memberikan reaksi emosional padanya, tetapi dalam persepsi
interpersonal, akan terjadi sebaliknya.
d. Objek relatif tetap, sedangkan manusia berubah-ubah. Persepsi interpersonal
yang berobjekkan manusia kemudian menjadi mudah salah.
16

Pengaruh Faktor-faktor Situasional Pada Persepsi Interpersonal sebagai berikut:


a. Deskrispsi Verbal
Deskripsi verbal adalah penjelasan dari suatu sifat yang diikuti dengan sifat-
sifat yang lainnya, baik sifat yang baik terlebih dahulu maupun sifat yang
tidak baik terlebih dahulu.
b. Deskripsi Proksemik
Petunjuk proksemik adalah persepsi yang didasarkan oleh adanya jarak-jarak
tertentu dalam proses komunikasi antara individu dengan individu lainnya.
c. Petunjuk Kinesik
Petunjuk kinesik adalah persepsi yang didasarkan kepada gerakan orang lain
yang ditunjukkan kepada seseorang.
d. Petunjuk Wajah
Diantara petunjuk non verbal, petunjuk wajah adalah persepsi yang
didasarkan kepada ekspresi wajah untuk mengenali perasaan seseorang.
e. Petunjuk Paralinguistik
Petunjuk paralinguistik meliputi tinggi rendahnya suara, tempo bicara, gaya
verbal (dialek), dan interaksi (perilaku ketika melakukan komunikasi atau
obrolan).
f. Petunjuk Artifaktual
Petunjuk artifaktual adalah persepsi yang meliputi segala macam yang terlihat
oleh indera yang meliputi penampilan, kosmetik yang dipakai, baju, pangkat,
badge, dan atribut lainnya.
17

Pengaruh Faktor-faktor Personal pada Persepsi Interpersonal


Kecermatan persepsi interpersonal akan sangat berguna untuk meningkatkan
kualitas komunikasi interpersonal seseorang. Beberapa ciri-ciri khusus penanggap
yang cermat adalah:
a. Pengalaman
Pengalaman mempengaruhi kecermatan persepsi. Pengalaman tidak selalu
lewat proses belajar formal. Pengalaman kita bertambah juga melalui
rangkaian peristiwa yang pernah kita hadapi.
b. Motivasi
Proses konstruktif yang banyak mewarnai persepsi interpersonal juga sangat
banyak melibatkan unsur-unsur motivasi.
c. Kepribadian
Orang yang menerima dirinya apa adanya, orang yang tidak dibebani
perasaan bersalah, cenderung menafsirkan orang lain lebih cermat. Begitu
pula orang yang tenang, mudah bergaul dan ramah cenderung memberikan
penilaian positif pada orang lain.
Proses Pembentukan Kesan
a. Stereotyping
Stereotyping adalah proses pembentukan kesan yang terjadi pada saat
awal komunikasi terjadi.
b. Implicit Personality Theory
Implicit Personality Theory adalah proses pembentukan kesan yang terjadi
karena adanya konsepsi atau kategorisasi yang terbentuk dari awal
komunikasi terjadi.
c. Atribusi
Atribusi adalah proses menyimpulkan motif, maksud, dan karakteristik
orang lain dengan melihat perilaku yang tampak (Baron dan Byrne,
1979:56).
18

Proses Pengelolan Kesan, Menurut Erving Goffman menyebut proses


pengelolaan kesan timbul karena adanya petunjuk-petunjuk verbal dan non
verbal.
Pengaruh Persepsi Interpersonal pada Komunikasi Interpersonal
Jika individu tidak cermat dalam mempersepsikan orang lain, maka akan
terjadi kegagalan komunikasi antara individu dengan individu lainnya. Hal
tersebut akan membaik jika individu menyadari kesalahan persepsinya.
2. Konsep Diri
Konsep diri adalah pandangan dan perasaan kita tentang diri kita yang
meliputi pikiran dan harga diri kita sendiri.
a. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Konsep Diri
1) Orang Lain
Konsep diri seseorang akan terbentuk jika timbul adanya penilaian dari
orang lain, baik penilaian secara positif dan negatif.
2) Kelompok Rujukan (Reference Group)
Konsep diri seseorang akan terbentuk dengan adanya norma-norma pada
suatu kelompok yang membuat suatu individu berperilaku sesuai dengan
norma-norma kelompok yang mengikatnya.
b. Pengaruh Konsep Diri Pada Komunikasi Interpersonal
1) Dipenuhi Sendiri
Suatu individu akan berperilaku sesuai dengan konsep diri sesuai kualitas
konsep dirinya tersebut.
2) Membuka Diri
Bila konsep diri sesuai dengan pengalaman kita, kita akan lebih terbuka
untuk menerima pengalaman-pengalaman dan gagasan baru.
3) Percaya Diri
Kurangnya percaya diri akan menimbulkan konsep diri yang tidak sehat
dan akan menjadi orang yang aprehensif dalam komunikasi.
19

4) Selektivitas
Konsep diri mempengaruhi perilaku komunikasi karena konsep diri
mempengaruhi pesan apa yang akan diterima. Jadi, untuk membentuk
suatu konsep diri yang sehat adalah baik jika tidak menerima pesan secara
mentah-mentah.
3. Atraksi Interpersonal
Atraksi berasal dari bahasa Latin attrahere menuju trahere yang artinya
adalah kesukaan pada orang lain, sikap positif dan daya tarik seseorang.
a. Faktor-Faktor Penyebab Timbulnya Atraksi Interpersonal, antara lain:
1) Faktor Personal
Faktor personal sangat menentukan timbulnya atraksi seseorang dengan
orang lain. Adapun faktor-faktor personal yang mempengaruhi atraksi
interpersonal, adalah sebagai berikut:
a) Kesamaan Karakteristik Personal
Adanya kesamaan dalam nilai-nilai, sikap, keyakinan, tingkat atau
status sosial, ekonomi, agama dan ideologi.
b) Tekanan Emosional
Individu yang sedang mengalami tekanan emosional akan
membutuhkan kehadiran orang lain sehingga kecenderungan akan
menyukai semakin besar.
c) Harga Diri yang Rendah
Orang yang rendah diri cenderung mudah untuk menyukai orang lain.
Orang yang merasa penampilannya kurang menarik akan mudah
menerima persahabatan dari orang lain.
d) Isolasi Sosial
Beberapa penelitan menunjukkan bahwa semakin besar tingkat isolasi
yang dialami seseorang maka semakin besar pula kecenderungan
seseorang menyukai orang lain.
20

2) Faktor Situasional
Adapun faktor-faktor situasional yang dapat memicu timbulnya atraksi
interpersonal, antara lain:
a) Daya Tarik Fisik (physical attractiveness)
Biasanya seseorang yang berpenampilan menarik akan lebih mudah
mendapat perhatian atau simpati dari orang lain.
b) Ganjaran (Reward)
Individu cenderung menyukai orang yang memberikan ganjaran yang
berupa dorongan motivasi dan bantuan secara moral.
c) Familiarity
Seseorang akan lebih menyukai sesuatu yang sebelumnya sudah ia
kenal akrab.
d) Kedekatan (Proximity) atau Closeness
Kedekatan antara individu dengan individu lainnya dapat terjadi
karena adanya sebuah stimulus netral yaitu tempat tinggal yang
berdekatan.
e) Kemampuan (Competence)
Terdapat kecenderungan bahwa seseorang lebih menyukai orang lain
yang memiliki kemampuan yang lebih tinggi atau lebih berhasil dalam
kehidupan dirinya.
3) Komunikasi Atraksi Interpersonal Pada Komunikasi Interpersonal
a) Penafsiran Pesan dan Penilaian
Manusia adalah makhluk rasional dan emosional. Oleh karena itu,
ketika individu menyenangi seseorang, individu tersebut cenderung
melihat segala hal yang berkaitan dengan dia secara positif, begitu
pula sebaliknya.
b) Efektivitas Komunikasi
Komunikasi antarpribadi dinyatakan efektif bila pertemuan
komunikasi merupakan hal yang menyenangkan bagi komunikan.
21

4. Hubungan Interpersonal
Komunikasi yang efektif ditandai dengan hubungan interpersonal yang baik.
Kegagalan komunikasi sekunder terjadi, bila isi pesan kita dipahami, tetapi
hubungan di antara komunikan menjadi rusak. Terdapat beberapa teori mengenai
hubungan interpersonal yang kita kenal, yaitu:
a. Model Pertukaran Sosial
b. Model Peranan
c. Model Permainan
d. Model Interaksional
Adapun Tahap-Tahap Hubungan Interpersonal
a. Pembentukan Hubungan Interpersonal
Tahap ini dikenal dengan tahap perkenalan dan penggalian informasi
seputar data-data demografis seseorang untuk memunculkan kesan pertama
pada lawan bicaranya.
b. Peneguhan Hubungan
Tahap ini dikenal dengan tahap pemeliharaan hubungan interpersonal yang
dilakukan untuk meningkatkan keakraban antar individu dalam
berkomunikasi dengan catatan kedua belah pihak mempunyai pandangan
yang sama mengenai tingkat keakraban yang diperlukan.
c. Pemutusan Hubungan
Tahap ini dikenal dengan tahap konflik. Pemutusan hubungan terjadi jika
tahap keakraban tidak dapat dilewati, sehingga terdapat konflik-konflik
seperti adanya kompetisi antar kedua belah pihak, terdapat individu yang
dominan, saling menyalahkan, adanya provokasi, dan adanya perbedaan
nilai pada masing-masing individu.
22

Faktor-Faktor yang Menumbuhkan Hubungan Interpersonal dalam Komunikasi


Interpersonal
a. Percaya (Trust)
Percaya dapat dikatakan sebagai tahap awal seseorang untuk membuka diri
terhadap orang lain. Dengan percaya, seseorang akan membuka saluran
komunikasi, memperjelas pengiriman dan penerimaan informasi.
b. Sikap Suportif
Sikap suportif adalah sikap yang digunakan untuk mengurangi sikap
defensif, karena orang yang bersikap defensif dalam komunikasi adalah
orang yang cenderung akan menutup diri dari ancaman dan tidak akan bisa
menerima informasi-informasi dari lawan bicaranya.
c. Sikap Terbuka
Sikap terbuka (open-mindedness) sangat besar pengaruhnya dalam
menumbuhkan komunikasi interpersonal yang efektif. Dengan adanya sikap
terbuka komunikan akan lebih mudah menerima secara selektif dan
menyampaikan secara komunikatif.

I. Pola Hubungan Komunikasi Interpersonal


Ruben menyebutkan ada 4 pola relasional :
1. Sportif dan Defensif
Sportif adalah sikap yang menerima kekalahan atau kemenangan secara adil.
Defensif adalah sikap yang mempertahankan, dalam artian tidak mau kalah.
2. Tergantung (Dependen) dan Tidak Tergantung (Independen)
Tergantung, ialah suatu individu atau kelompok yang berketergantungan pada
individu/kelompok lain.
Tidak Bergantung, ialah suatu individu atau kelompok yang tidak
berketergantungan pada individu/kelompok lain.
23

3. Progresif dan Regresif


Progresif, yakni hubungan yang mengalami kemajuan. Sedangkan Regresif
adalah hubungan yang mengalami kemunduran.
4. Self-Fulfilling dan Self-Defeating Prophecies
Self-Fulfilling adalah sikap yang menyalahkan diri sendiri atau menerima dan
mengakui kesalahannya tanpa menyalahkan oranglain. Sedangkan Self-Defeating
Prophecies adalah sikap yang menyalahkan oranglain sedangkan diri sendiri tidak
ingin disalahkan dan tidak mengakui kesalahannya.

J. Proses Komunikasi Interpersonal


Proses komunikasi ialah langkah-langkah yang menggambarkan terjadinya
kegiatan komunikasi (Suranto, 2011, p. 10). Proses komunikasi interpersonal adalah
bagaimana komunikator menyampaikan pesan kepada komunikannya, sehingga dapat
menciptakan suatu persamaan makna antara komunikan dengan komunikatornya.
Proses komunikasi ini bertujuan untuk menciptakan komunikasi yang efektif (sesuai
dengan tujuan komunikasi pada umumnya).
Proses komunikasi interpersonal dapat terjadi apabila ada interaksi antara
manusia dan ada penyampaian pesan untuk mewujudkan motif komunikasi.
Tahapan proses komunikasi adalah sebagai berikut:
1. Penginterpretasian
Hal yang diinterpretasikan adalah motif komunikasi, terjadi dalam diri
komunikator. Artinya, proses komunikasi tahap pertama bermula sejak motif
komunikasi muncul hingga akal budi komunikator berhasil menginterpretasikan
apa yang ia pikir dan rasakan ke dalam pesan (masih abstrak). Proses
penerjemahan motif komunikasi ke dalam pesan disebut interpreting.
2. Penyandian
Tahap ini masih ada dalam komunikator dari pesan yang bersifat abstrak
berhasil diwujudkan oleh akal budi manusia ke dalam lambang komunikasi.
24

Tahap ini disebut encoding, akal budi manusia berfungsi sebagai encorder, alat
penyandi: merubah pesan abstrak menjadi konkret.
3. Pengiriman
Proses ini terjadi ketika komunikator melakukan tindakan komunikasi,
mengirim lambang komunikasi dengan peralatan jasmaniah yang disebut
transmitter, alat pengirim pesan.
4. Perjalanan
Tahapan ini terjadi antara komunikator dan komunikan, sejak pesan dikirim
hingga pesan diterima oleh komunikan.
5. Penerimaan
Tahapan ini ditandai dengan diterimanya lambang komunikasi melalui
peralatan jasmaniah komunikan.
6. Penyandian Balik
Tahap ini terjadi pada diri komunikan sejak lambang komunikasi diterima
melalui peralatan yang berfungsi sebagai receiver hingga akal budinya berhasil
menguraikannya (decoding).
7. Penginterpretasian
Tahap ini terjadi pada komunikan, sejak lambang komunikasi berhasil diurai
kan dalam bentuk pesan.
25

Proses komunikasi dapat dilihat dari beberapa perspektif :


1. Perspektif Psikologis
Perspektif ini merupakan tahapan komunikator pada proses encoding, kemudian
hasil encoding ditransmisikan kepada komunikan sehingga terjadi komunikasi
interpersonal.
2. Perspektif Mekanis
Perspektif ini merupakan tahapan disaat komunikator mentransfer pesan dengan
bahasa verbal/non verbal.
Komunikasi ini dibedakan menjadi:
a. Proses komunikasi primer.
b. Proses komunikasi sekunder.
c. Proses komunikasi linier.
d. Proses komunikasi sirkular.
Proses komunikasi primer adalah penyampaian pikiran oleh komunikator
kepada komunikan menggunakan lambang sebagai media. Proses Komunikasi
Sekunder merupakan penyampaian pesan dengan menggunakan alat setelah
memakai lambang sebagai media pertama. Proses Komunikasi linier adalah
penyampaian pesan dari komunikator kepada komunikan sebagai titik terminal.
Proses komunikasi sirkular yaitu terjadinya feedback atau umpan balik dari
komunikan ke komunikator.
Kesimpulan adanya proses komunikasi bahwa:
a. Komunikasi bersifat dinamis.
b. Tahapan proses komunikasi bermanfaat untuk analisis.
c. Proses komunikasi dapat terhenti setiap saat.
d. Pesan komunikasi tidak harus diterima.
e. Tindak komunikasi merupakan indikasi komunikasi.
26

Proses komunikasi yang lainnya menurut Bovee dan Thill (Vardiansyah,


2004) proses komunikasi terdiri atas enam tahap, yaitu:
a. Pengirim mempunyai suatu ide atau gagasan.
b. Pengirim mengubah ide menjadi suatu pesan.
c. Pengirim menyampaikan pesan.
d. Penerima menerima pesan
e. Penerima menafsirkan pesan.
f. Penerima memberi tangapan dan mengirim umpan balik kepada pengirim.
Keenam tahapan dalam proses komunikasi tersebut dapat digambarkan dalam sebuah
diagram berikut :

Tahap 1 Tahapan 6
pengirim mempunyai Penerima mengirim
gagasan ide pesan
SALURAN
Tahapan 2 dan Tahapan 5
Pengirim mengubah MEDIA Penerima
ide menjadi pesan menafsirkan pesan

Tahapan 3 Tahapan 4

Pengirim mengirim Penerima menerima


pesan pesan

1. Tahap Pertama: Pengirim Mempunyai Suatu Ide/Gagasan


Sebelum proses penyampaian pesan dapat dilakukan, pengiriman pesan
harus menyiapkan ide atau gagasan apa yang ingin disampaikan kepada pihak
lain atau audiens. Ide dapat diperoleh dari berbagai sumber yang terbentang luas
di hadapan kita. Dunia ini penuh dengan berbagai macam informasi baik yang
dapat dilihat, didengar dibaui, dikecap, maupun diraba. Ide-ide yang ada dalam
benak kita disaring dan disusun ke dalam suatu memori yang ada alam jaringan
27

otak, yang merupakan gambaran persepsi kira terdahap kenyataan. Setia orang
akan memiliki peta mental yang berbea karena kita memandang dunia dan
menyerap berbagai pengalaman dengan suatu cara yang unik dan bersifat
individual.
Karena persepsi adalah hal yang unik, ide yang ingin disampaikan seseorang
mungkin akan berbeda dengan pikiran orang lain. Bahkan dua orang yang
memiliki suatu pengalaman yang sama terhadap suatu hal atau kejadian, akan
memiliki kesan yang tidak serupa. Sebagai contoh ada dua orang yang sama-sama
mengikuti briefing dari pemimpin perusahaan. Apabila mereka diminta untuk
menceritakan pengalaman mereka masing-masing, tentu ada beberapa hal yang
berbeda. Mengapa demikian? Hal ini terjadi karena setiap orang akan menyaring
informasi yang didapat, dan hanya akan memperhatikan dan mengingat hal-hal
yang mereka anggap menarik atau penting. Seseorang komunikator yang baik,
harus perhatian pada hal-hal yang memang penting dan relevan. Dalam dunia
komunikasi, proses tersebut dikenal sebagai abstraksi (abstraction).
2. Tahapan Kedua: Pengiriman Mengubah Ide Menjadi Suatu Pesan
Dalam suatu proses komunikasi, tidak semua ide dapat diterima atau
dimengerti dengan sempurna. Poses komunikasi dimulai dengan adanya ide
dalam pikiran, yang lalu diubah ke dalam bentuk pesan-pesan seperti dalam
bentuk kata-kata, ekspresi wajah, dan sejenisnya, untuk kemudian disampaikan
kepada orang lain.
Agar dapat diterima dan dimengerti secara sempurna, pengirim pesan harus
memperhatikan beberapa hal, yaitu subjek (apa yang ingin disampaikan) maksud
(tujuan), audiens, gaya personal, dan latar belakang budaya. Sebagai contoh
sederhana, pada umumnya orang timur cenderung menyampaikan pesan dengan
menggunakan bahasa tak langsung dan bahasa yang halus. Untuk menyatakan
sikap menolak, seseorang terlebih dahulu harus menggunakan kalimat-kalimat
pembuka yang bersifat netral, baru kemudian menyatakan sikap penolakan.
28

3. Tahapan Ketiga: Pengirim Menyampaikan Pesan


Setelah mengubah ide-ide dalam suatu pesan, tahapan berikutnya adalah
memindahkan atau menyampaikan pesan melalui berbagai saluran yang ada
kepada si penerima pesan. Saluran komunikasi yang digunakan untuk
menyampaikan pesan terkadang relatif pendek, tetapi ada juga yang cukup
panjang. Panjang pendeknya komunikasi yang digunakan akan berpengaruh
terhadap efektivitas penyampaian pesan. Bila menyampaikan pesan-pesan yang
panjang dan kompleks secara lisan, pesan-pesan tersebut bisa jadi terdistorsi atau
bahkan bertentangan dengan pesan aslinya, disamping itu, dalam menyampaikan
suatu pesan, berbagai media komunikasi, media tertulis maupun lisan dapat
digunakan. Oleh karena itu, perlu diperhatikan jenis atau sifat pesan yang akan
disampaikan.
4. Tahapan Keempat: Penerima Menerima Pesan
Komunikasi antara seseorang dengan orang lain akan terjadi, bila pengirim
(komunikator) mengirimkan suatu pesan dan penerima (komunikan) menerima
pesan tersebut. Jika seseorang mengirim sepucuk surat, komunikasi baru bisa
terjalin baik penerima surat membaca dan memahami isinya. Jika seseorang
menyampaikan pidatonya di hadapan umum, para pendengar sebagai audiens
harus dapat mendengar apa yang dikatakan dan memahami pesan-pesan yang
disampaikan.
5. Tahapan Kelima: Penerima Menafsirkan Pesan
Setelah penerima menerima pesan, tahap berikutnya bagaimana ia dapat
menafsirkan pesan. Suatu pesan yang disampaikan pengirim harus mudah
dimengerti dan tersimpan di dalam benak pikiran si penerima pesan. Selanjutnya,
suatu pesan baru dapat ditafsirkan secara benar bila penerima pesan telah
memahami isi pesan sebagaimana yang disampaikan oleh pengirim pesan.
29

6. Tahapan Keenam: Penerima Memberi Tanggapan dan Umpan Balik ke Pengirim


Umpan balik (feedback) adalah penghubung akhir dalam suatu rantai
komunikasi. Umpan balik tersebut merupakan tanggapan penerima pesan yang
memungkinkan pengirim untuk menilai efektivitas suatu pesan.
Setelah menerima pesan, komunikan akan memberi tanggapan dengan cara
tertentu dan memberi sinyal terhadap pengirim pesan. Sinyal yang diberikan oleh
penerima pesan beraneka macam, dapat berupa suatu senyuman, tertawa, sikap
murung, cemberut, memberi komentar sekilas (singkat), anggukan sebagai
pembenaran, atau pesan secara tertulis. Sebagai contoh, seorang karyawan
perusahaan menerima sepucuk surat dari pimpinan ia tampak berseri-seri, dapat
diduga bahwa ia menerima berita yang menyenangkan dari pimpinannya tersebut.
Bentuk ekspresi wajah tersebut adalah contoh adanya umpan balik dalam
berkomunikasi.
Disamping itu, adanya umpan balik akan dapat menunjukan adanya faktor-
faktor penghambat komunikasi, misalnya perbedaan latar belakang, perbedaan
penafsiran kata-kata, dan perbedaan reaksi secara emosional.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Komunikasi interpersonal adalah termasuk pesan pengiriman dan penerimaan
pesan antara dua atau lebih individu. Hal ini dapat mencakup semua aspek
komunikasi seperti mendengarkan, membujuk, menegaskan, komunikasi nonverbal ,
dan banyak lagi. Sebuah konsep utama komunikasi interpersonal terlihat pada
tindakan komunikatif ketika ada individu yang terlibat tidak seperti bidang
komunikasi seperti interaksi kelompok, dimana mungkin ada sejumlah besar individu
yang terlibat dalam tindak komunikatif.
Konsep diri dan Persepsi interpersonal sangat dibutuhkan untuk pencapaian
dalam kelancaran komunikasi. Orang yang lancar dalam berkomunikasi berarti orang
tersebut mempunyai keahlian dalam berkomunikasi. Persepsi interpersonal besar
pengaruhnya bukan saja pada komunikasi interpersonal, tetapi juga pada hubungan
interpersonal. Karena itu kecermatan persepsi interpersonal akan sangat berguna
untuk meningkatkan kualitas komunikasi interpersonal kita.

B. Saran
Orang yang mempunyai keahlian komunikasi maka komunikasi orang
tersebut akan berjalan efektif. Kita harus memupuk keahlian kita dalam komunikasi
interpersonal melalui konsep diri. Konsep diri seperti yang telah tertuang diatas
sangat penting dilakukan agar kita ahli dalam berkomunikasi. Komunikasi yang
efektif ditandai dengan hubungan interpersonal yang baik.

30
DAFTAR PUSTAKA

Budyatna, Muhammad. (2015). Teori-teori Mengenai Komunikasi Antar Pribadi.


Jakarta: Prenamedia Group.
Fajar, M. (2009). Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek Edisi Pertama. Yogyakarta:
Graha Ilmu.
Liliweri, Alo. (2015). Komunikasi Antarpersonal. Jakarta: Prenamedia Group.
Mulyana, D. (2000). Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Shoelhi, Mohammad. (2009). KOMUNIKASI INTERNASIONAL Perspektif
Jurnalistik. Bandung: Simbiosa Rekatama Media.
West, Richard. (2007). Pengantar Teori Komunikasi. Edisi 3Analisis dan Aplikasi.
Jakarta: Salemba Humanika.
Widjaja, W. (2010). Komunikasi dan Hubungan Masyarakat. Jakarta: Bumi Aksara.

31

Anda mungkin juga menyukai