Anda di halaman 1dari 31

LAPORAN MAGANG

MERDEKA BELAJAR KAMPUS MERDEKA (MBKM)

SOSIALISASI KE SEKOLAH TENTANG PERUNDUNGAN OLEH KOMISI


PERLINDUNGAN DAN PENGAWASAN ANAK DAERAH (KPPAD)

KALIMANTAN BARAT

Disusun Oleh :

M. INDAH NABELA

NIM. E1041191005

PROGRAM STUDI SOSIOLOGI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS TANJUNGPURA

PONTIANAK

2022
HALAMAN PENGESAHAN

LAPORAN MAGANG

MERDEKA BELAJAR KAMPUS MERDEKA (MBKM)

SOSIALISASI KE SEKOLAH TENTANG PERUNDUNGAN OLEH KOMISI


PERLINDUNGAN DAN PENGAWASAN ANAK DAERAH (KPPAD)

KALIMANTAN BARAT

Oleh :

M. INDAH NABELA

E1041191005

Telah Disetujui dan Disahkan Sebagai Laporan Magang


Pada Tanggal, Desember 2022

Pontianak, Desember 2022


Dosen Pembimbing Pembimbing / Intstruktur Lapangan

Desca Thea Purnama, S.Sos, M.Sos Nani Wirdayani, S.T


NIP. 1992120722019032021 NIP.

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa karena dengan rahmat dan

hidayah-Nya, akhirnya penulisan laporan magang MBKM yang berjudul “ Sosialisasi Ke Sekolah

Tentang Perundungan Oleh Komisi Perlindungan dan Pengawasan Anak Daerah ( KPPAD ) Provinsi

Kalimantan Barat” ini dapat selesai tepat pada waktunya.

Kegiatan Magang MBKM ini merupakan salah satu program yang dicetuskan oleh

KEMENDIKBUD dalam rangka memberikan pengalaman bagi mahasiswa serta dapat membantu

melakukan konversi terhadap mata kuliah senilai 20 sks. Oleh karena itu kegiatan Magang MBKM

ini sangat memberikan banyak manfaat bagi penulis baik dari segi akademik maupun non akademik

atau pengalaman yang tidak penulis dapatkan selama dibangku perkuliahan.

Dalam penyusunan laporan magang ini, banyak pihak yang telah memberikan kontribusi,

sehingga penulis tidak lupa untuk mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Ibu Antonia Sasap Abao, S.Sos, M.Si selaku Ketua Laboraturium FISIP UNTAN

2. Bapak Dr.H. Mukhlis, M.Si selaku Ketua Program Studi Sosiologi FISIP UNTAN

3. Ibu Desca Thea Purnama, S.Sos, M.Sos selaku dosen pendamping lapangan yang telah

memberikan saran dan masukan selama praktik kerja maupun penyusunan laporan.

4. Ibu Nani Wirdayani, S.T selaku supervisor atau instruktur lapangan yang telah memberikan

arahan, saran, serta masukan untuk menyelesaikan program.

5. Ibu Eka Nurhayati Ishak, S.E., M.H selaku ketua KPPAD, Ibu Sulasti, S.E., M.M Wakil ketua,

Bapak Tumbur Manalu, S.Sos, dan Dita Dwi Anggreyni, S.Pd yang telah memberikan bimbingan

dan arahan selama program berlangsung.

6. Rekan magang Musari, Bagus Dede Setyawan, dan teman-teman dari Universitas lain yang

magang di KPPAD dan telah melakukan kerjasama dalam tim dengan baik.

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN .................................................................................................... i


KATA PENGANTAR ............................................................................................................... ii
DAFTAR ISI ............................................................................................................................ iii
BAB I......................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN ..................................................................................................................... 1
A. Latar Belakang .................................................................................................................. 1
B. Dasar Hukum..................................................................................................................... 3
C. Tujuan Magang ................................................................................................................. 4
BAB II ....................................................................................................................................... 5
PROFIL LOKASI MAGANG ................................................................................................... 5
A. Komisi Perlindungan dan Pengawasan Anak Daerah Provinsi Kalimantan Barat……....5
B. Peta dan Lokasi Komisi Perlindungan dan Pengawasan Anak Daerah (KPPAD) ............ 6
C. Visi dan Misi Lembaga ................................................................................................... 7
D. Tugas Pokok dan Fungsi .................................................................................................. 8
E. Struktur Organisasi Komisi Perlindungan dan Pengawasan Anak Daerah (KPPAD) ... 11
BAB III .................................................................................................................................... 14
HASIL DAN PEMBAHASAN KEGIATAN MAGANG....................................................... 14
A. HASIL ............................................................................................................................. 14
B. PEMBAHASAN ............................................................................................................. 15
BAB IV .................................................................................................................................... 20
HAMBATAN DAN KETERBATASAN PADA SAAT MAGANG ..................................... 20
A. Penyesuaian diri dengan lingkungan baru ...................................................................... 20
B. Belajar cara berkomunikasi dengan orang baru .............................................................. 21
C. Belajar untuk disiplin waktu ........................................................................................... 21
D. Harus selalu siap ketika dibutuhkan................................................................................ 21
E. Belajar cara berkoodinasi dengan pihak-pihak sekolah .................................................. 22
F. Kerjasama tim .................................................................................................................. 22
G. Bertanggung jawab atas pekerjaan .................................................................................. 23
H. Belajar menjadi pembicara di depan siswa dan siswi ..................................................... 23
I. Biaya transfortasi ............................................................................................................. 23
J. Belajar menerima kritikan ............................................................................................... 23

iii
V .............................................................................................................................................. 25
PENUTUP ............................................................................................................................... 25
A. Kesimpulan ..................................................................................................................... 25
B. Kontribusi dan Rekomendasi .......................................................................................... 26

iv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam rangka menghadapi perubahan sosial, budaya, dunia kerja, dan


kemajuan teknologi yang pesat, kompetensi mahasiswa harus disiapkan agar lebih
gayut dengan kebutuhan zaman. Kapasitas mahasiswa tidak hanya link and match
dengan dunia industri dan dunia kerja, tetapi juga dengan masa depan yang berubah
dengan cepat. Perguruan tinggi dituntut untuk dapat merancang dan melaksanakan
proses pembelajaran yang inovatif agar mahasiswa dapat meraih capaian
pembelajaran yang mencakup aspek sikap, pengetahuan, dan keterampilan secara
optimal dan relevan. Kebijakan Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MB-KM)
diharapkan dapat menjadi jawaban atas tuntutan tersebut. Kampus Merdeka
merupakan wujud pembelajaran di perguruan tinggi yang otonom dan fleksibel
sehingga tercipta kultur belajar yang inovatif, tidak mengekang, dan sesuai dengan
kebutuhan mahasiswa. Program utama Kampus Merdeka mencakup kemudahan
pembukaan program studi baru, perubahan sistem akreditasi perguruan tinggi,
kemudahan perguruan tinggi negeri menjadi PTN berbadan hukum, dan hak belajar
tiga semester di luar program studi.

Mahasiswa diberikan kebebasan mengambil Satuan Kredit Semester (SKS)


di luar program studi. Tiga semester yang di maksud berupa satu semester
kesempatan mengambil mata kuliah di luar program studi dan dua semester
melaksanakan aktivitas pembelajaran di luar perguruan tinggi. Berbagai Bentuk
Kegiatan Pembelajaran (BKP) sesuai dengan Permendikbud Nomor 3 Tahun 2020
Pasal 15 ayat 1 dapat dilakukan di dalam program studi, yakni magang/praktik kerja
di industri atau tempat kerja lainnya, melaksanakan proyek pengabdian kepada
masyarakat di desa, mengajar di satuan pendidikan, mengikuti pertukaran
mahasiswa, melakukan penelitian, melakukan kegiatan kewirausahaan, membuat
studi/proyek independen, dan mengikuti program kemanusiaan.

1
Gambar 1. Bentuk Kegiatan Pembelajaran MB-KM (Sumber: Kemendikbud, 2020)

Semua kegiatan MB-KM harus dilaksanakan dengan bimbingan dari


dosen. Kampus merdeka diharapkan dapat memberikan pengalaman kontekstual
lapangan yang akan meningkatkan kompetensi mahasiswa secara utuh, siap kerja,
atau menciptakan lapangan kerja baru. Magang berbasis MBKM (Merdeka Belajar
Kampus Merdeka) merupakan program magang/ praktik kerja yang dapat
ditempuh oleh mahasiswa Program Studi Sosiologi yang telah menyelesaikan
perkuliahan minimal berada pada semester lima (5). Program ini merupakan
bentuk kerjasama universitas khususnya jurusan Sosiologi dengan industri guna
memberikan pembelajaran mandiri bagi mahasiswa, dan menambah pengalaman
bagi mahasiswa untuk mengembangkan kompetensinya. Program magang
berbasis MBKM dilaksanakan untuk mempersiapkan mahasiswa sebagai sumber
daya manusia yang memiliki keahlian dan ketrampilan, serta siap bersaing dalam
kompetisi global.

2
Sebagai salah satu program dari Merdeka Belajar Kampus Merdeka
yang diterapkan oleh Kementrian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
Indonesia yang menggunakan sistem penggantian matakuliah yang setara dengan 20
SKS yang difokuskan agar mahasiswa menerima sebuah pengalaman baru di dunia
kerja dengan harapan mahasiswa dapat segera terjun kedunia lingkungan kerja
setelah lulus. Magang yang dilakukan harus sesuai dengan kompetensi bidang ilmu
sehingga sesuai dengan CPL Program Studi.

B. Dasar Hukum

Merdeka Belajar-Kampus Merdeka merupakan salah satu kebijakan


Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi. Hak Belajar Tiga
Semester di Luar Program Studi merupakan salah satu program dari kebijakan Merdeka
Belajar-Kampus Merdeka. Program ini dilandasi berbagai regulasi/landasan hukum
pendidikan tinggi dan kementerian terkait. Landasan hukum pelaksanaan program
Petunjuk Teknis Magang/Praktik Kerja diuraikan sebagai berikut.
a. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional.
b. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan
Tinggi.
c. Peraturan Pemerintah Nomor 04 Tahun 2014 tentang Penyelenggaraan Pendidikan
Tinggi dan Pengelolaan Perguruan Tinggi.
d. Peraturan Presiden nomor 8 tahun 2012 tentang Kerangka Kualifikasi Nasional
Indonesia.
e. Peraturan Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia
Nomor 73 Tahun 2013 tentang Penerapan Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia
Bidang Pendidikan Tinggi.
f. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 3 Tahun
2020 tentang Standar Nasional Pendidikan Tinggi.
g. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 5 Tahun
2020 tentang Akreditasi Program Studi danPerguruan Tinggi.

3
C. Tujuan Magang

 Memberikan kesempatan dan membekali Mahasiswa ketrampilam di luar


perkuliahan sehingga mahasiswa siap pakai dengan dunia usaha atupun
pemerintah

 Mendorong para mahasiswa agar memiliki pengalaman dan keterampilan serta


mampu mengembangkannya.

4
BAB II

PROFIL LOKASI MAGANG

A. Komisi Perlindungan dan Pengawasan Anak Daerah (KPPAD) Provinsi


Kalimantan Barat

Sejarah Komisi Perlindungan Anak Indonesia Daerah (KPAID) Provinsi


Kalimantan Barat secara resmi dibentuk untuk pertama kalinya pada tahun 2007 dan
sudah berganti nama menjadi Komisi Perlindungan dan Pengawasan Anak Daerah
(KPPAD) Provinsi Kalimantan Barat sesuai dengan Keputusan Gubernur Kalimantan
Barat No. 276/DPP-PA/2018 Tentang Pembentukan Komisi Perlindungan dan
Pengawasan Anak Daerah (KPPAI)) Provinsi Kalimantan Barat.

Keberadaan KPPAD Provinsi Kalimantan Barat merupakan pelaksanaan dari


amanah UndangUndang Nomor 35 Tahun 2014 Tentang Perlindungan Anak. Pada
ketentuan pasal 74 ayat 2 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 Tentang Perlindungan
Anak, yang berbunyi “Dalam hal diperlukan Pemerintah Daerah dapat membentuk
Komisi Perlindungan Anak Daerah atau lembaga lainnya yang sejenis untuk mendukung
pengawasan penyelenggaraan Perlindungan Anak di Daerah.” (Komisi Perlindungan dan
Pengawasan Daerah (KPPAD) Kalimantan Barat (Kalbar), Januari 2021). KPPAD
Provinsi Kalbar dibentuk untuk meningkatkan efektifitas pengawasan penyelenggaraaan
perlindungan anak di Provinsi Kalimantan Barat dan bersifat independen. Artinya dalam
menjalankan tugas-tugasnya KPPAD Provinsi Kalimantan Barat tidak boleh dipengaruhi
oleh siapapun, darimanapun, serta kepentingan apapun, kecuali demi kepentingan terbaik
bagi anak, seperti yang diamanahkan oleh konvensi Hak-hak Anak PBB (HRC) Tahun
1889 (KPPAD Kalbar, Januari 2021).

Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Provinsi Kalimantan Barat


selaku Lembaga Teknis Daerah yang menangani permasalahan anak dan tembusan
disampaikan kepada ketua DPRD Provinsi Kalimanta Barat, Sekretaris Daerah dan
Bupati/Walikota SeKalimantan Barat. Berdasarkan hal tersebut di atas, mandat KPPAD
Provinsi Kalimantan Barat adalah mengawal dan mengawasi pelaksanaan perlindungan
anak yang di lakukan oleh para pemangku kewajiban penyelenggaraan Perlindungan
Anak sebagaimana yang ditegaskan dalam pasal 20 Undang-Undang Nomor 35 Tahun

5
2014 Tentang Perlindungan Anak yakni: “Negara, Pemerintah, Pemerintah Daerah,
Masyarakat, Keluarga, dan Orang Tua serta Wali berkewajiban dan bertanggung jawab
terhadap penyelenggaraan Perlindungan Anak.” KPPAD Provinsi Kalimantan Barat
bukan institusi teknis yang menyelenggarakan Perlindungan Anak (KPPAD Kalbar,
Agustus 2021).

Kedudukan lembaga KPPAD Provinsi Kalimantan Barat adalah lembaga


independen yang dibentuk berdasarkan pada pasal 74 Undang-Undang Nomor 35 Tahun
2014 Tentang Perlindungan Anak. Kedudukan KPPAD Provinsi Kalimantan Barat
sejajar dengan Komisi-Komisi Negara lainnya yang ada di Daerah. seperti Komisi
Pemilihan Umum Daerah (KPUD), Komisi Penyiaran Indonesia Daerah (KPID Provinsi
Kalimantan Barat), Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM, dll). KPPAD
Provinsi Kalimantan Barat bukan merupakan perwakilan KPAI di Provinsi Kalimantan
Barat Keberadaan KPPAD Provinsi Kalimantan Barat sejalan dengan era otonomi daerah
dimana pembangunan perlindungan anak menjadi kewajiban dan tanggung jawab
Pemerintah Daerah. Hubungan KPPAD Provinsi Kalimantan Barat dengan KPAI lebih
bersifat koordinatif, konsultatif dan fungsional, bukan hirarkis-struktural (KPPAD
Kalbar, Agustus 2021).

B. Peta dan Lokasi Komisi Perlindungan dan Pengawasan Anak Daerah (KPPAD)
Provinsi Kalimantan Barat

Lokasi KPPAD Provinsi Kalimantan Barat di Jalan Daeng Abdul Hadi No. 146 Kota
Pontianak 78124.

Gambar 2.1 Map Kantor KPPAD Provinsi Kalimantan Barat

6
Gambar 2.2 Kantor KPPAD Provinsi Kalimantan Barat

C. Visi dan Misi Lembaga

Visi lembaga KPPAD yaitu terwujudnya anak Provinsi Kalimantan Barat yang
berkualitas, berakhlak mulia dan sejahtera. Kemudian misinya, yaitu:

1) Meningkatkan komitmen penyelenggaraan Perlindungan Anak sebagai basis pelaksanaan


tugas dan fungsi, yang meliputi tiga komponen, yaitu:

a) Regulasi. yang meliputi peraturan Perundang-undangan dan kebijakan turunnya baik


tingkat nasional maupun struktur daerah

b) Struktur dan Pelayanan, yang meliputi kelembagaan dan tata-laksananya, dan kapasitas
aparatur yang bertanggung jawab

c) Proses yang meliputi prosedur, mekanisme koordinasi, dan SOP-nya.

2) Pembangunan database dan sistem informasi penyelenggaraan Perlindungan Anak secara


terpadu dengan melibatkan multi stake holder penyelenggara Perlindungan Anak yang mudah
diakses oleh pemerintah dan masyarakat.

3) Pembangunan mekanisme komunikasi dan koordinasi antar stake holder penyelenggara


Perlindungan Anak di Provinsi Kalimantan Barat.

4) Pembangunan mekanisme sistem rujukan (reveval system) dalam penerimaan pengaduan


untuk memantapkan proses penanganan masalah Perlindungan Anak yang bersumber dari
pengaduan masyarakat. Pembangunan kemitraan strategis dengan lembaga atau organisasi

7
masyarakat (civil society) sesuai dengan bidang kerja dan isu agar setiap permasalahan bisa
Inendapatkan rekomendasi dan solusi yang tepat, serta terpantau perkembangannya (KPPAD
Kalbar, Januari 2021).

D. Tugas Pokok dan Fungsi

Tugas pokok dan fungsi lembaga KPPAD Provinsi Kalimantan Barat Keputusan
Gubernur Kalimantan Barat No. 276/DPP-PA/2018, antara lain:

1. Melakukan sosialisasi dan advokasi, menerima pengaduan dan memfasilitasi pelayanan


masyarakat terhadap kasus-kasus pelanggaran hak anak kepada pihak-pihak yang berwenang.
2. Menerima pengaduan dan memfasilitasi pelayanan masyarakat terhadap kasus-kasus
pelanggaran hak anak kepada pihak yang berwenang.

3. Menyampaikan dan memberikan masukan saran dan pertimbangan kepada Gubernur,


DPRD, Instansi terkait di tingkat Provinsi Kalimantan Barat.

4. Mengumpulkan data dan informasi terkait dengan perlindungan anak. Melakukan


pemantauan, evaluasi, dan pelaporan tentang Perlindungan Anak.

5. Melakukan pengawasan terhadap penyelenggaraan anak di Provinsi Kalimantan Barat.

6. Menyampaikan pelaporan hasil penyelenggara tugas kepada Gubernur melalui Dinas

Kekerasan terhadap anak menurut Richard JG adalah suatu perbuatan yang


disengaja dan dapat merugikan korban yang merupakan anak-anak, baik secara fisik maupun
emosional. Terdapat bentuk kekerasan terhadap anak yaitu fisik, psikis (Zahirah, dkk., 2019).
Menurut Undang-Undang (UU) No. 35 Tahun 2014 mengenai Perubahan atas Undang-
undang No.23 Tahun 2002 mengenai proteksi anak “Kekerasan merupakan setiap perbuatan
terhadap anak yang mengakibatkan timbulnya kesengsaraan atau penderitaan secara fisik,
psikis, seksual dan atau penelentaraan, termasuk ancaman buat melakukan perbuatan,
pemaksaan atau perampasan kemerdekaan secara melawan hukum.” Bentuk-bentuk
kekerasan mencakup: Kekerasan Fisik, Kekerasan Psikologis, dan Kekerasan Seksual, yang
pertama merupakan kekerasan fisik, kekerasan fisik ini sanggup berupa pemukulan atau
penganiayaan, hukuman hukumnya merupakan penjara paling lama tiga tahun 6 bulan
dan/atau hukuman paling banyak Rp.72.000.000,00 (Tujuh Puluh 2 juta).

8
Kedua, Kekerasan Psikis atau Psikologis, kekerasan Psikis bisa berupa
menempatkan, membiarkan, melakukan, menyuruh melibatkan anak pada situasi perlakuan
salah dan penelentaraan dan lain sebagainya, hukuman hukumannya merupakan dipidana
penjara paling lama 5 tahun dan/atau hukuman paling banyak Rp. 100.000.000,00 (seratus
juta rupiah). Kemudian yang ketiga merupakan kekerasan seksual, kekerasan ini berupa
ancaman persetubuhan, pencabulan dan pemerkosaan, hukuman hukumannya merupakan
dipidana penjara paling lama 5 tahun dan/atau hukuman paling banyak Rp. 100.000.000,00
(seratus juta rupiah) (Halimah dan Muttaqin, 2017). Anak menjadi kelompok yang sangat
rentan terhadap kekerasan seksual, karena anak selalu diposisikan sebagai sosok yang lemah
atau yang tidak berdaya dan anak masih bergantungan terhadap orang dewasa disekitarnya.

Hal ini yang membuat anak tidak berdaya jika diancam untuk tidak
memberitahukan apa yang dialaminya pada oranglain. Karena dari setiap kasus yang
terungkap, beberapa diantaranya pelaku adalah orang terdekat korban. Tidak sedikit pula
pelakunya adalah orang yang memiliki dominasi atas korban, contohnya orangtua dan guru.
Tidak ada karakteristik khusus atau tipe kepribadian yang dapat diidentifikasi dari seseorang
pelaku kekerasan seksual terhadap anak. Dengan kata lain siapapun dapat menjadi pelaku
kekerasan seksual terhadap anak atau pedofilia.

Menurut Lyness (Maslihah, 2006) Kekerasan seksual pada anak yakni segala
bentuk aktifitas seksual yang terjadi sebelum anak mencapai batasan umur yang ditetapkan
oleh hukum negara bersangkutan, dimana orang dewasa atau anak yang usianya lebih tua
memiliki pengetahuan lebih dan memanfaatkan anak untuk kesenangan sesksual. Kekerasan
seksual ini merupakan tindakan menyentuh, mencium organ seksual anak, tindakan
pemerkosaan, melihatkan media porno, menunjukkan alamat kelamin pada anak, dan
sebagainya. Dampak kekerasan seksual terhadap anak cenderung menimbulkan dampak
traumatis pada anak. Tindakan kekerasan seksual pada anak akan membawa dampak
emosional dan fisik kepada anak secara emosional, anak menajdi stres, depresi, mengalami
guncangan jiwa, adanya perasaan bersalah dan menyalahkan diri sendiri, takut berhubungan
dengan orang lain, selalu terbayang kejadian kekerasan seksual yang ditimpanya, mimpi
buruk, insomnia, keluhan somatik, hingga ada keinginan untuk bunuh diri (Ishak, 2021).

9
Secara fisik anak akan mengalami penurunan nafsu makan, sulit tidur, sakit
kepala, ketidak nyamanan di sekitar vagina atau alat kelamin, berisiko tertular penyakit
menular seksual, cedera tubuh akibat perkosaan yang kejam, kehamilan yang tidak
diinginkan dan lainnya. Kekerasan seksual terhadap anak adalah suatu tindakan perilaku yang
dilakukan oleh seseorang terhadap orang lain yang dapat menimbulkan gangguan fisik dan
psikis. Oleh karena itu, kekerasan seksual yang berdampak psikologis biasanya menimbulkan
trauma bahkan depresi pada anak. Menurut Finkelhor dan Browne (Ishak, 2021) ada empat
katagori dampak trauma akibat kekerasan seksual yang dialami oleh anak-anak, yaitu:

1. Pengkhianatan (Betrayal). Kepercayaan merupakan dasar utama bagi korban kekerasan


seksual. Sebagai seorang anak yang memiliki kepercayaan kepada orangtua dan kepercayaan
itu dimengerti dan dipahami. Namun, kepercayaan anak dan otoritas orangtua menjadi hal
yang mengancam anak.

2. Trauma secara seksual (Traumatic sexualization). Russel menemukan bahwa perempuan


yang mengalami kekerasan seksual cenderung menolak hubungan seksual, korban kekerasan
seksual lebih memilih pasangan sesama jenis karena menganggap laki-laki tidak dapat
dipercaya.

3. Merasa tidak berdaya (Powerlessness). Rasa takut yang menghantui pikiran korban akan
membuatnya mengalami mimpi buruk, fobia, dan kecemasan korban yang disertai dengan
rasa sakit. Perasaan tidak berdaya membuat korban merasa lemah, dan menyalahkan dirinya
karena tidak mampu dan kurang efektif dalam perlawanan.

4. Stigmatization. Korban kekerasan seksual akan merasa bersalah, malu, dan memiliki
gambaran diri yang buruk. Rasa bersalah dan malu terbentuk akibat ketidakberdayaan dan
merasa bahwa mereka tidak memiliki kekuatan untuk mengontrol dirinya (Ishak, 2021).

Penanganan Kekerasan Seksual pada Anak yang Dilakukan KPPAD di


Kalimantan Barat Penanganan kekerasan seksual terhadap anak diperlukan kerja sama antara
keluarga, masyarakat, dan negara. Sejauh ini KPPAD telah melakukan banyak kegiatan
menghadapi masalah kekerasan seksual anak dibawah umur di Kalimantan Barat seperti
pelecehan anak, penyetubuhan anak, dan Mucikari anak. Berikut beberapa upaya yang telah
dilakukan lembaga KPPAD dari mulai bulan Januari sampai Agustus 2021 (KPPAD Kalbar,
2021), yaitu:

10
1. Melakukan sosialisasi ke sekolah-sekolah di Kalimantan Barat mulai dari jenjang Sekolah
Menengah Pertama (SMP) sampai Sekolah Menengah Atas (SMA).

2. Mendampingi korban kejahatan seksual anak dibawah umur dari pelaporan kepada
kepolisian sampai sidang di pengadilan negeri.

3. Melakukan pemeriksaan kesehatan korban dan pelaku kejahatan seksual. 4. Melakukan


konseling psikologis klinis pada korban kejahatan seksual.

5. Melakukan investigasi dan monitoring terkait masalah kekerasan anak dibawah umur.

6. Melakukan koordinasi dan konrfirmasi terkait perkembangan kasus kekerasan seksual pada
anak dibawah umur.

Kemudian menurut Eka Nurhayati Ishak (2021) Ketua KPPAD Kalimantan Barat
peran keluarga adalah langkah yang terpenting untuk melindungi dan menangani anak dari
kekerasan seksual. Orang tua memegang peranan penting dalam menjaga anak-anak dari
ancaman kekerasan seksual. Anak juga merupakan amanah yang Allah SWT berikan kepada
hamba-hambanya sebagai garis keturunan untuk dijaga, dididik, diasuh dan disayangi oleh
orang tua yang dititipkan Allah dan harus disyukuri apa yang telah Allah berikan kepadanya.
Sebagaimana firman Allah SWT dalam surah ayat 27-28.

F. Struktur Organisasi Komisi Perlindungan dan Pengawasan Anak Daerah (KPPAD)


Kalimantan Barat

11
2.3. Bagan
Struktur Organisasi KPPAD Provinsi Kalimantan Barat

Ketua
Eka Nurhayati BAB
Ishak,III
S.E., M.H

Wakil Ketua
Sulasti, S.E.,M.M
Divisi Hubungan Antar Lembaga

Tumbur Manalu, S.Sos


Nani Wirdayani, S.T
Divisi Pelayanan
Divisi Rumah Tangga/Keuangan &
Pengaduan/Mediasi dan
Data Informasi
Pemantauan/Evaluasi

Dita Dwi Anggreyni, S.Pd


Staff

Sumber : www.kppadkalbar.com

 Penanggung Jawab Penanganan Kasus

Eka Nurhayati Ishak, S.E., M.H

 Napza dan HIV AIDS


 Perlindungan khusus ( Saksi, Pelaku, Korban )
 Perlindungan Ekonomi & Diskriminasi
 Trafficking

Sulasti, S.E., M.M

 Hak Kuasa Asuh dan Penelantaran

12
 Perlindungan Pendidikan
 Pekerja Anak
 Anak Berkebutuhan Khusus

Tumbur Manalu S.sos

 Anak Berhadapan dengan Hukum (ABH)


 Kekerasan Fisik dan Psikis
 Pornografi
 Penculikan / Anak Hilang dan cyber ITE

Nani Wirdayani, S.T

 Kejahatan Seksual
 Hak Sipil ( Akta Kelahiran dan Pernikahan Dibawah Umur )
 Perlindungan Kesehatan

13
BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN KEGIATAN MAGANG

A. HASIL

Dalam melakukan aktivitas Magang MBKM di Komisi Perlindungan Dan


Pengawasan Anak Daerah (KPPAD) Provinsi Kalimantan Barat, kegiatan magang ini
berlangsung dalam kurun waktu 2 bulan (3 Oktober 2022- 2 Desember 2022). Adapun
magang ini dilakukan menyesuaikan dengan jadwal kantor yaitu 5 (lima) hari kerja
mulai dari hari Senin sampai dengan Jumat dengan waktu kerja dari pukul 07.00-
15.00 WIB.
Selama 2 Bulan pelaksanaan kegiatan magang di KPPAD KALBAR, penulis
di libatkan langsung dalam pencegahan perundungan atau yang sering di sebut
Bullying, pelecehann terhadap anak dan pe;indungan terhadap anak. Penulis di
tugaskan untuk Maping (mencari data nama-nama sekolah yang akan diadakan
sosialisasi) kemudian penulis di arahkan untuk melakukan survey + koordinasi ke
pihak sekolah yang telah di pilih dari hasil maping tersebut. Setelah melakukan
koordinasi ke pihak sekolah dalam menentuakan waktu pelakasaaan kegiatan
sosialisasi dari KPPAD, barulah setelah itu penulis di tugaskan untuk mendampingi
komisioner dalam kegiatan sosialisasi kesekolah-sekolah yang sudah dijadwalkan,
dan penulis di tugaskan untuk melakukan Rekapitulasi Data Akhir Tahun.
Tujuan dari kegiatan tersebut adalah untuk memberikan pembelajaran bagi
penulis sekaligus mengikut sertakan penulis dalam pencegahan perundungan yang ada
di lingkungan sekolah di Pontianak.

14
Tabel 3.1
Rangkaian Kegiatan-kegiatan Magang
Tempat Jenis kegiatan
Kantor KKPAD KALBAR Maping (mencari data nama-nama
sekolah)
Sekolah-sekolah yang berada di Survei dan koordinasi
Pontianak Utara dan Pontianak Timur
Sekolah-sekolah yang berada di Kegiatan Sosialisasi tentang
Pontianak Utara dan Pontianak Timur Perundungan, Hak Anak, cara
pencegahan pelecehan seksual dan
sebagainya.
Kantor KPPAD KALBAR Rekapitulasi Data Akhir Tahun

B. PEMBAHASAN

1. Mapping (mencari data nama-nama sekolah)


Kegiatan Mapping adalah kegiatan yang membantu seseorang dalam berbagai hal
seperti merencanakan, berkomunikasi, mengingat sesuatu dengan baik, membuat
seseorang lebih kreatif dalam menyelesaikan masalah, memusatkan perhatian,
menyusun dan menjelaskan pikiran, serta mempelajari segala sesuatu dengan lebih
cepat dan efisien. Sebelum turun lapangan maka penulis di suruh untuk
melakukan mapping untuk menentukan data nama-nama sekolah yang akan di
lakukan kegiatan sosialiasi. Sekolah di wilayah Pontianak Utara adalah sekolah
sasaran utama.
2. Survei dan koordinasi
Dalam kegiatan ini dibentuk tim untuk melalukan survei dan koordinasi,
penulis beserta tim ditugaskan oleh komisioner dari KPPAD-Kalbar untuk
melakukan survei dan koordinasi secara langsung ke sekolah-sekolah yang ingin
dilakukan pelaksanaan kegiatan sosialisasi dari KPPAD-Kalbar, adapun
koordinasi antara penulis serta tim dengan pihak sekolah tentang permohonan izin
sosialisasi ke pihak sekolah terlebih dahulu, ketika pihak sekolah memberikan
izinnya barulah penulis dan timnya melakukan koordinasi terkait jadwal
pelaksanaan sosialisasi tersebut.

15
2.4. Gambar Kegiatan Survei dan Koordinasi ke Sekolah

3. Kegiatan Sosialisasi
Materi yang disampaikan dari pihak KPPAD Kalbar kepada siswa dan siswi yaitu:

a. Pengertian anak

Ketika menjelaskan materi mengenai pengertian anak siswa dan siswi


dari PAUD al-Fatih tampak tidak mengerti akan pemahaman mereka terkait
pengertian anak akan tetapi pemateri berusaha menjelaskan apa itu pengertian
tentang anak misalnya, yang dikatakan sebagai anak adalah yang berusia dibawah
18 tahun. dan ketika menjelaskan materi mengenai pengertian anak ke siswa dan
siswi di Ma Al Anwar pemateri menjelaskan tentang pengertian anak, dan ketika
menjelaskan para siswa dan siswi tentu saja mengetahui apa arti dari kata anak.

b. Menjelaskan perlindungan anak

Disini pihak KPP Ade memberikan pernyataan terlebih dahulu kepada


siswa mengenai pengertian perlindungan anak menurut mereka. salah satu murid
mengangkat tangan lalu mengatakan penemuan anak seperti hak untuk hidup, hak
untuk bersekolah, hak untuk diberikan perlindungan, dan kasih sayang.

c. Penjelaskan bentuk-bentuk bullying

dari pihak KPPAD menjelaskan tentang apa itu bentuk-bentuk bullying


seperti kontak fisik, verbal, cyberbullying dan pelecehan seksual. Dan juga

16
menjelaskan apa yang tidak boleh dilakukan serta bagaimana cara menghadapi
bilamana mengalami tindakan bully atau perundungan.

4. Dampak dari bullying


1. Korban
2. Pelaku
3. Saksi
5. Upaya pencegahan bullying
Dari pihak KPPAD menjelaskan bagaimana cara mencegah tindakan
bullying dan apa yang harus dilakukan ketika menghadapi perilaku tindakan
bullying.
6. Memberikan contoh kasus yang telah ditangani oleh KPPAD Kalbar.
Memberikan informasi jika ingin melaporkan pengajuan untuk langsung
mendatangi kantor KPPAD Kalbar yang berlokasi di Jl. Daeng Abdul Hadi, atau
bisa menghubungi melalui browser yang telah dibagikan ke siswa dan pihak
sekolah.
7. Bernyanyi bersama serta melakukan tepuk hak anak di PAUD Al Fatih Pontianak.

Tujuan dari memberikan penyuluhan tersebut tentunya untuk siswa atau


siswi yang mengetahui bahwa kasus bullying serta kekerasan dan pelecehan
terhadap anak sering terjadi di lingkungan sekolah dan seusia mereka. Dan
memberikan materi ini diharapkan siswa mampu serta pihak sekolah bisa lebih
memahami dan mengantisipasi tindakan bullying dan kekerasan serta belajar
terhadap anak.

2.5. Gambar Kegiatan Sosialisasi di Sekolah

17
Jadwal Kegiatan Sosialisasi
NO Tanggal,Bulan, Tahun Nama Sekolah
1 3 Oktober 2022 SMAN 5 Pontianak Utara
2 3 Oktober 2022 SMK BTI
3 6 Oktober 2022 SDN 05 Pontianak Utara
4 6 Oktober 2022 SDN 01 Pontianak Utara
5 7 Oktober 2022 SDN 33 Pontianak Utara
6 7 Oktober 2022 SDN 15 Pontianak Utara
7 7 Oktober 2022 Mediasi di Kantor KPPAD
8 7 Oktober 2022 SMP AL-Fityan
9 10 Oktober 2022 SMKN 9 Pontianak Utara
10 11 Oktober 2022 SMP SUSTER
11 12 Oktober 2022 SMP-SMA St. Fransiskus Asisi
12 14 Oktober 2022 SDN 24 Pontianak Utara
13 14 Oktober 2022 SDN 02 Pontianak Utara
14 17 Oktober 2022 SMPN 20 Pontianak Utara
15 17 Oktober 2022 SDN 18 Pontianak Utara
16 19 Oktober 2022 SMPN 18 Pontianak Utara
17 20 Oktober 2022 PAUD AL-Fatih
18 20 Oktober 2022 MA AL-Anwar Pontianak Utara
19 22 Oktober 2022 Ponpes Darunna'im
20 24 Oktober 2022 SDN 09 Pontianak Utara
21 24 Oktober 2022 SDN 10 Pontianak Utara
22 26 Oktober 2022 SMP Mujahidin
23 27 Oktober 2022 SMP Haruniyah
24 27 Oktober 2022 SMKN 07 Pontianak Timur
25 28 Oktober 2022 SMPN 07 Pontianak Utara
26 29 Oktober 2022 SMP Mandiri Pontianak
27 01 November 2022 TK.Aisyiah Bustanul Athfal 5
28 02 November 2022 SD Haruniyah
29 03 November 2022 TK Bina Empat Lima
30 07 November 2022 SMA Haruniyah
31 08 November 2022 SMKN 06 Pontianak
32 09 November 2022 SDN 11 Pontianak Timur
33 11 November 2022 SMP 21 Pontianak
34 14-November 2022 SMKN Mandiri
35 15 November 2022 SDN 06 Pontianak Timur
36 15 November 2022 SDN 05 Pontianak Timur

18
37 16November 2022 SDN 16 Pontianak Timur
38 17 November 2022 SDN 07 Pontianak Timur
39 17 November 2022 SMP PGRI 4
40 18 November 2022 SD Plus Bina Empat Lima
41 18 November 2022 SDN 12 Pontianak Timur
42 18 November 2022 SDN 12 Pontianak Timur
43 18 November 2022 SMPS Adicipta Mulia Pontianak
44 21 November 2022 SMPN 4 Pontianak Timur
45 22 November 2022 SDN 02 Pontianak Timur
46 23 November 2022 SDN 10 Pontianak Timur
47 24 November2022 SDN 13 Pontianak Timur
48 24 November 2022 SDN 18 Pontianak Timur
49 26 November 2022 Mahkota Hotel
50 01 Desember 2022 SDN 25 Pontianak Timur

8. Rekaptitupulasi Data Akhir Tahun

Rekaptitulasi data akhir tahun di kantor KPPAD Penulis di tugaskan oleh


instruktur lapangan untuk merekaptitulasi data kasus Pengaduan dan Non
Pengaduan seperti kasus Kekerasan Fisik, Kejahatan Seksual, Despensasi Nikah,
Hak Sipil, Hak Asuh Anak dan lain sebgagainya ayang mencakup tentang Anak.

19
BAB IV

HAMBATAN DAN KETERBATASAN PADA SAAT MAGANG

Selama 2 (dua) bulan kegiatan magang di KPPAD KALBAR bukanlah

waktu yang singkat, selama magang banyak hal yang harus dipelajari dan dikerjakan

yang mana bermanfaat bagi penulis dalam mengenal dunia kerja. Akan tetapi, tidak

menutup kemungkian penulis akan mengalami hambatan atau keterbatasan selama

melakukan kegiatan magang.

Berikut ini kendala-kendala yang dihadapi oleh penulis saat magang di KPPAD

KALBAR (Komisi Perlindungan Dan Pengawasan Anak Daerah Kalimantan Barat):

a. Penyesuaian diri dengan lingkungan baru

Penyesuaian diri merupakan kendala yang pertama dalam ligkungan yang baru

dimana penulis harus beradaptasi dengan tempat dimana kita magang Tentunya

ketika masuk ke lingkungan baru kita harus mengenal dan memahami karakter

setiap orang maupun rekan yang ada di dalam lingkungan baru tersebut, tidak

mudah bagi penulis untuk dapat meneyesuaikan diri dengan begitu cepat, sebab

penulis perlu mengamati terlebih dahulu karakter setiap orang yang ada di

lingkunan kantor. Perasaan canggung dan segan tentu ada, apa bila ketika penulis

dihadapkan dengan orang-orang yang lebih tua dan sekaligus merupakan orang-

orang menjadi pembimbing di lingkungan kantor.

20
b. Belajar cara berkomunikasi dengan orang baru

Hambatan kedua yang dihadapi oleh penulis selama melaksanakan kegiatan

magang, yaitu penulis harus belajar cara berkomunikasi yang baik dan sopan

dengan orang-orang yang ada di lingkungan magang baik itu rekan sesama tim

maupun pembimbing atau komisioner yang ada di lingkungan kantor tempat

penulis melakukan kegaiatn magang. Hal ini tentu juga tak mudah untuk penulis

dalam melakukan komunikasi dengan orang-orang baru, akan tetapi penulis

dituntut harus berbicara dengan orang baru, apa lagi ketika harus memulai suatu

percakapan.

c. Belajar untuk disiplin waktu

Hambatan ketiga yang dihadapi oleh penulis ketika melaksanakan kegitan magang

yaitu, penulis harus belajar untuk disiplin terhadap waktu, yang mana penulis

harus bangun awal dan berangkat ke kantor untuk melakukan kegiatan magang,

apalagi ketika penulis harus siap untuk bangun lebih awal dan memulai kegaiatan

magang di pagi hari, serti penulis harus bangun awal dan berangka di pagi hari

untuk berangkat ke tempat yang lumayan jauh dan harus menempuh macetnya

jalan di pagi hari. Maka dari itu penting bagi penulis untuk mengatur pola tidur

apa lagi penulis di tuntut harus bangun awal dan merubah pola tidur biasanya tidur

di jam 23.00-01.00 wib, ketika sudah magang maka penulis harus belajar tidur

lebih awal jam 21.30-22.00 agar ketika bangun penulis dalam keadaan yang cukup

istirahat.

d. Harus selalu siap ketika dibutuhkan

Dalam hal ini, penulis ditutut untuk selalu siap bila mana dibutuhkan dalam

menangani dan mendampingi pembimbing atau komisioner ketika ada kasus dan

kegiatan yang dibutukan tenaga bantuan. Biasanya penulis harus sigap dalam

21
mendampingi komisioner dalam menangani kasus dan kegitan yang sedang

dilakukan, baik itu melakukan dokumentasi, menulis hal-hal yang penting dan

kemudian membuat hasil laporan dari kegiatan yang diikuti bersama komisioner.

e. Belajar cara berkoodinasi dengan pihak-pihak sekolah

Adapun hambatan yang dihadapi oleh penulis selama melaksanakan kegiatan

magang yaitu, penulis harus belajar cara berkoordinasi dengan pihak sekolah-

sekolah yang akan diajak kerja sama dan meminta izin ke pihak sekolah-sekolah

tersebut untuk memberikan izin dalam melaksanakan kegiatan yang akan

dilaksanakan di sekolah-sekolah tersebut. Dan tentunya penulis harus

berkoordinasi dengan cara yang sopan dan bertutur kata yang baik agar pihak

sekolah-sekolah tersebut tidak merasa nyaman atas kedatangan si penulis dan tim.

f. Kerjasama tim

Selain hambatan-hambatan diatas adapun hambatan yang juga dihadapi penulis,

yaitu penulis harus bekerjasama dengan pihak lain atau pihak dari universitas lain

yang sama-sama magang di tempat tersebut. Tentunya penulis harus melakukan

kedekatan sesama anggota tim, tidak mudah bagi penulis mendekatkan diri

dengan sesama anggota timnya sebab tentu penulis akan merasa canggung, oleh

karena itu penulis harus menghandapi hambatan tersebut dan melakukan yang

terbaik agar supaya penulis dapat belajar bagaimana cara bekerjasama tim yang

baik. Tentunya pasti ada masalah antar sesama tim akan tetapi hal itu sudah biasa

dalam suatu tim, maka penulis harus belajar untuk berkomunikasi sesama timnya

dalam menanggani permasalahan yang ada. Agar kerjasama timnya bisa berjalan

dengan baik dan lancar.

22
g. Bertanggung jawab atas pekerjaan

Hambatan yang penting diperhatiakan bagi penulis yaitu, penulis harus

bertanggung jawab atas pekerjaan yang diberikan oleh pihak kantor, bila mana ada

kesalahan maka penulis harus bertanggung jawab untuk memperbaiki kesalahan

yang dilakukannya dan meminta maaf ke pihak kantor bila mana ada kerjaan yang

kurang memuaskan serta tidak sesuai dengan ekspetasi meraka.

h. Biaya transportasi

Hambatan ini juga tentu penulis menagami kesuliatan dalam pengelaloan biaya

transfortasi terlebih hampir setiap harinya penulis berserta anggota magang yang

lain juga mengalami hal yang sama dalam masalah biaya tranfortasi, yang mana

hamper setiap hari penulis menggunakan tranfortasi untuk melakukan

aktivitasnya. Dan hal tersebut membutuhkan biaya transfortasi yang cukup

lumayan menguras dompet penulis. Biaya yang dikelurkan penulis kisaran Rp.

20.000-25.000 per 2 sampai 3 hari jadi jika terhitung ada kisaran Rp. 650.000

selama 2 bulan, belum termasuk biaya makan si penulis perhari.

i. Belajar menerima kritikan

Hambatan yang terakhir yang dihadapi oleh penulis selama melakasanakan

magang, yaitu penulis harus menerima kritikan bila mana melakukan suatu

kesalahan dan harus memperbaiki diri lagi, sebab dengan begitu penulis bisa lebih

baik lagi dalam melakukan tugas dengan bener dan lebih teliti lagi bila sedang

melalukan pekerjaan yang diberikan.

23
V

PENUTUP

A. Kesimpulan
Aktivitas Magang MBKM di KPPAD Provinsi Kalimantan Barat,
berlangsung dalam waktu 2 bulan terhitung sejak 3 Oktober 2022 sampai 2 Desember
2022 penulis dan rekan tim magang ditempatkan di Komisi Perlindungan dan
Pengawasan Anak Daerah Provinsi Kalimantan Barat yang dibimbing langsung oleh
instruktur lapangan dari instansi tempat magang yaitu KPPAD Provinsi Kalimantan
Barat.
Fokus kegiatan penulis saat magang adalah penulis di tugaskan untuk
Maping (mencari data nama-nama sekolah yang akan diadakan sosialisasi) kemudian
penulis di arahkan untuk melakukan survey dan koordinasi ke pihak sekolah yang
telah di pilih dari hasil maping tersebut. Setelah melakukan koordinasi ke pihak
sekolah dalam menentukan waktu pelakasaaan kegiatan sosialisasi dari KPPAD,
setelah itu penulis di tugaskan untuk mendampingi komisioner dalam kegiatan
sosialisasi ke sekolah-sekolah yang sudah dijadwalkan. Instruktur lapangan
menargetkan kegiatan sosialisasi yang diadakan oleh KPPAD Provinsi Kalbar ke
sekolah-sekolah di wilayah Pontianak Utara dan Pontianak Timur. Sosialisasi yang
diberikan kepada siswa-siswi adalah tentang Perundungan atau Bullying di sekolah.
Selama penulis berada di Komisi Perlindungan dan Pengawasan Anak Daerah
(KPPAD) Provinsi Kalimantan Barat, penulis menjadi bagian didalamnya serta ikut
berperan dalam melindungi anak dengan sesuai peraturan Undang-Undang no.35
Tahun 2014 yaitu tentang Perlindungan Anak. Anak adalah seorang yang belum
masuk ke usia 18 tahun, termasuk anak yang masih didalam kandungan. Peranan pada
Komisi Perlindungan Anak dan Pengawasan Anak Daerah (KPPAD) Provinsi
Kalimantan Barat, sangat dipentingkan dalam penanganan kasus-kasus anak yang
masih dibawah umur terutama dalam masalah kejahatan seksual yang bisa merugikan
diri anak-anak dari fisik hingga psikologis anak. Anak adalah penerus bangsa, jika ada
masalah dalam diri anak tersebut jangan ragu untuk melakukan pengaduan terhadap
Komisi Perlindungan dan Pengawasan Anak Daerah (KPPAD) Kalimantan Barat.

24
B. Kontribusi dan Rekomendasi
Kontribusi yang sudah diberikan selama magang untuk perbaikan atau
pengembangan di lokasi magang yang sifatnya bukan hal biasa tetapi sesuatu yang baru.
Kontribusi yang dilakukan untuk instansi tempat magang yaitu Komisi Perlindungan dan
Pengawasan Anak Daerah Provinsi Kalimantan Barat, sebenarya tidak terlalu banyak
kami berkontribusi pada instansi tersebut, hanya saja kami sebagai mahasiswa magang
membantu pekerjaan-pekerjaan yang dibutuhkan oleh pegawai kantor.
Rekomendasi berisi tentang hal-hal yang menjadi masukan untuk
pengembangan kedepannya supaya menjadi lebih baik lagi dari sebelumnya. Selama
kegiatan magang berlangsung penulis telah mengikuti dan juga mengamati berbagai
kegiatan di tempat magang. Dari sudut pandang penulis ada beberapa hal yang perlu
untuk di perbaiki dalam pelaksanaan kegiatan. Sebagai acuan perbaikan kedepannya,
berikut ini penulis memberikan saran ataupun rekomendasi sebagai berikut :
1. Komisi Perlindungan dan Pengawasan Anak Daerah (KPPAD) Provinsi Kalimantan
Barat harus menumbuhkan rasa kepercayaan masyarakat untuk menjadikan KPPAD
solusi pertama dalam penyelesaian permasalahan anak maka dari itu sosialisasi dalam
segala bidang dan aspek masyarakat sangat penting dilakukan yang dimana penulis
lihat memiliki potensi bisa terus dikembangkan, KPPAD juga dapat mensosialisasikan
semangat perlindungan dan hak anak tidak hanya di sekolah dasar, bisa jadi
melakukan dialog dengan ibu-ibu yang sedang mengandung, memberikan tips dan trik
benar merawat anak sejak dini dalam bentuk seminar parenting agar kesadaran pada
orang tua dapat ditumbuhkan sekaligus mengenalkan KPPAD beserta tugas-tugasnya
kepada para orang tua muda.
2. Komisi Perlindungan dan Pengawasan Anak Daerah (KPPAD) Provinsi Kalimantan
Barat juga harus memiliki ikon khusus Lembaga untuk lebih dapat dikenali
masyarakat dan anak-anak, agar mereka lebih mengenal KPPAD sebagai teman dan
mitra upaya mensosialisasikan perlindungan anak. Pemberi solusi lebih cepat dengan
mengunakan teknologi online bisa jadi dialog mediasi-nya dapat mengunakan
jaringan Video call, hal ini untuk mengatasi kesulitan mendatangkan para orang yang
berpekara termasuk anak. Namun, KPPAD dirasa perlu juga harus menciptakan
kondisi ruangan mediasi/konsultasi ramah anak dikarenakan penulis melihat
kurangnya pendekatan secara media ruangan dikarenakan secara psikologis anak akan
semakin terbuka komunikasi jika iya sudah merasa nyaman maka sangat penting
KPPAD memiliki pendekatan sebagai seorang pemerhati anak daripada menjadi
25
introgator. KPPAD sebagai lembaga independen di harapkan dapat lebih banyak
diikutkan dalam sistem penyelamatan dengan segala potensi kelebihan yang dimiliki
maupun kekurangan.

26

Anda mungkin juga menyukai