Anda di halaman 1dari 14

Kasus Wisma Atlet di Hambalang

1. Latar Belakang

Menurut laporan tahunan KPK ditemukan data bahwa 80% kasus yang
ditangani KPK pertahun 2016 adalah Korupsi Pengadaan Barang dan Jasa.
Indonesia Corruption Watch juga merilis data demikian bahwa dari keseluruhan
kasus korupsi, korupsi pengadaan barang dan jasa menduduki posisi paling rawan,
baru kemudian diikuti korupsi dari sektor lain misalnya perijinan dan RAPBD.
Tidak heran jika orang sering menjuluki kegiatan pengadaan barang dan jasa
sebagai “lahan basah” untuk korupsi.

Korupsi pengadaan barang dan jasa di Indonesia khususnya di lingkungan


kementerian, selalu menyeret nama-nama besar di negeri ini yang notabenenya
adalah pejabat publik yang berpendidikan tinggi. Bahkan dibeberapa kasus
korupsi pengadaan barang dan jasa, menterinya sendiri ikut terseret. Sebut saja
kasus pengadaan katering jamaah haji yang menyeret nama Suryadharma Ali
sebagai menteri agama, dan salah satunya lagi kasus Hambalang, yang menyeret
nama menpora, Andi Alfian Mallarangeng.

Kasus Hambalang sendiri mulai diselidiki KPK pada Agustus 2011, dan
menyeret nama-nama besar yang datang dari berbagai latar belakang jabatan,
sebut saja beberapa anggota komisi X seperti Angelina Sondakh, beberapa nama
dari lingkungan kemenpora seperti Wahid Muharam dan Deddy Kusdinar yang
merupakan pejabat yang termasukdalam organisasi pengadaan barang dan jasa
P3SON Hambalang.

Maraknya kasus Korupsi pengadaan Barang dan Jasa sangat memprihatikan,


ironisnyadalam perpres pengadaaan barang dan jasa ( perpres 54/2010), sudah
dimuat prinsip-prinsip pengadaan barang dan jasa seperti diatur dalam pasal 5,
dan etika pengadaan barang dan jasa seperti yang diatur dalam pasal 6. Organisasi
pengadaan barang dan jasa adalah satu- kesatuan yang saling terhubung dalam
menjalankan kegiatan pengadaan barang dan jasa, sudah seharusnya ada check
and recheck yang sehat dan kompoten sehingga dapat mencegah terjadinya
korupsi pengadaan barang dan jasa.

2. Rumusan Masalah

 Seperti apakah kronologi kasus Hambalang?

 Organisasi Pengadaan Barang dan Jasa apa sajakah yang terlibat


dalam korupsi Hambalang?

 Tugas dan kewenangan apa sajakah yang dilanggar oleh organisasi


pengadaan barang dan jasa dalam kasus Hambalang?

 Bagaimana keefektifan prinsipdan etika pengadaan barang dan jasa


dalam kasus korupsi Hembalang?

I. Kronologi Kasus Hambalang

Pada tahun 2009 aokasi anggaran untuk rencana pembangunan proyek


pusat peningkatan prestasi olahraga nasional (PPPON) sebesar
Rp.125.000.000.000 diberikan tanda bintang oleh DPR RI dikarenakan belum
adanya sertifikat hak pakai tanah di desa hambalang dalam perhitungan analisis
komponen bangunan. Hal ini kemudian menyebabkan rencana proyek tersebut
tidak dilanjutkan. Pada sekitar pertengahan tahun 2009 WAFID
Muharam(Sesmenpora) meminta SONNY ANJANGSONO dan IDA NURAIDA
untuk membuat desain baru proyek di hambalang tersebut dengan nilai anggaran
Rp. 2,5 T dimana selanjutnya SONNY ANJANGSONO dan IDA NURAIDA
mundur karena tidak dapat menyusun desain sesuai dengan permintaan WAFID
MUHARAM. WAFID MUHARAM selanjutnya menugaskan FADILLAH
MURSJID dan ENDANG KOSASIH untuk mengurus hak pakai lokasi
hambalang yang terkendala pada belum adanya surat pelepasan hak dari
Probosutejo (PT. BUANA STATE) selaku pemilik hak pakai sebelumnya. Dilain
pihak pada pertengahan tahun 2009 tersebut MINDO ROSALINA
MANULLANG (PT. PERMAI GROUP) melakukan beberapa kali pertemuan
dengan M. ARIEF TAUFIQURAHMAN(PT. Adi Karya) untuk membicarakan
rencana pembangunan proyek kemenpora di hambalang dengan anggaran
triliyunan tersebut. MINDO ROSALINA MANULLANG, M. NAZARUDIN dan
M. ARIEF TAUFIQURAHMAN, TEUKU BAGUS M.N selanjutnya secara
terpisah melakukan pertemuan-pertemuan dengan WAFID MUHARAM untuk
membahan proyek di hambalang tersebut. Pada sekitar bulan oktober 2009, M.
ARIEF TAUFIQURAHMAN, TEUKU BAGUS M.N (PT. Adi Karya) dan M.
TAMZIL bertemu di kediaman ANDI ALFIAN MALLARANGENG di
Cilangkap, Jakarta Timur. Pertemuan tersebut dilakukan sekitar beberapa minggu
sebelum ANDI ALFIAN MALLARANGENG dilantik menjadi Menteri Negara
Pemuda dan Olahraga Pada Kabinet Indonesia bersatu II. Setelah pertemuan
dikediaman ANDI ALFIAN MALLARANGENG, TEUKU BAGUS M.N
meminta M. ARIEF TAUFIQURAHMAN untuk mengawal rencana proyek
tersebut agar bisa dikerjakan oleh PT. ADI KARYA setelah dilantik menjadi
Mempora ANDI MALLARANGENG melakukan pertemuan dengan jajaran
pejabat ESELON I di kemenpora yang dipimpin oleh WAFID MUHARAM. Pada
saat awal menjdai mempora ANDI MALARANGENG pernah memanggil
WAFID MUHARAM , TONY PONIMAN(kabagTU), ISNANTA(Kabag
Keuangan kemenpora) dan SUNARTO (Staff bagian keuangan) dan
menyampaikan bahwa untuk hal-hal teknis menjadi urusan sesmenpora sedangkan
untuk kebijakan adalah urusan menteri. ANDI MALLARANGENG selanjutnya
menunjuk WAFID MUHARAM sebagai Kuasa Pengguna Anggaran. Selanjutnya
ANDI MALARANGENG dan WAFID MUHARAM mengangkat DEDI
KUSDINAR sebagai Pejabat Pembuat Komitmen tunggal pada kemenpora TA
2010. Pada bulan april tahun 2010 WAFID MUHARAM selaku KPA juga
mengangkat WISLER MANALU dan beberapa staff Kemenpora menjadi Panitia
Pengadaan Barang atau Jasa pada pembangunan lanjutan PPPON di Hambalang
TA 2010. Pada tanggal 20 januari 2010 Komisi X DPR RI mengadakan rapat
kerja( Raker) dengan kemenpora terkait dengan kemenpora tahun 2010. Pada
raker tersebut ANDI MALLARANGENG menyampaikan informasi mengenai
rencana pembangunan proyek hambalang. Pada bulan Januari 2010 ANDI
MALARANGENG melakukan pertemuan dengan beberapa anggota DPR RI
diantaranya yaitu Prof. MAHYUDDYN, ANGELINA SONDAKH, MUH.
NAZARUDIN dalam pertemuan tersebut dibahas mengenai proyek hambalang
dan ANDI MALARANGENG meminta WAFID MUHARAM untuk menyiapkan
usulan anggaran dan berkomunikasi dengan Komisi X DPR RI. Setelah
pertemuan itu diadakan pertemuan sekali lagi yang pada pokok nya ANDI
MALARANGENG meminta dukungan dari Komisi X DPR RI atas program-
program di kemenpora salah satunya adalah proyek hambalang. Pada tanggal 8
Februari 2010, Pada raker dengan komisi X DPR RI, andi malarangeng selaku
menpora menyampaikan rencana anggaran lanjutan pembangunan tahap I P3SON
di hambalang sebesar RP.625 M pada APBNP 2010 yang merupakan bagian dari
rencana yang secara keseluruhan memerlukan dana Rp. 2,5 T. Andi malarangeng
juga menyampaikan informasi bahwa surat-surat termasuk sertifikat hambalang
sudah selesai dan pembangunan bisa dilaksanakan. Selanjutnya pada raker dengan
Komisi X DPR RI tanggal 13 April 2010 Andi Malarangeng menyampaikan
bahwa sertifikat tanah hambalang sudah keluar dan rencana pembangunan proyek
P3SON sudah dimungkinkan untuk diwujudkan pada tahun 2010 dengan usulan
tambahan anggaran di APBNP TA 2010 sebesar Rp. 625 M . Pada sekitar
pertengahan 2010 WAFID Muharam, Dedi Kusdinar, Lisa L. Isa, M.Arifin
Muhaimin, dan Alam Alhufri melakukan pembicaraan mengenai rencana
pengurusan kontrak multiyear proyek P3SON hambalang. WAFID muharam
selanjutnya meminta kepada Dedi Kusdinar untuk menyiapkan seluruh keperluan
untk pengajukan kontrak multiyear tersebut kekementrian keuangan. Pihak
departemen keuangan selanjutnya menerbitkan persetujuan kontrak. Pada sekitar
pertengahan tahun 2010 setelah paparan finalisasi design masterplan proyek
hambalang WAFID muharam melaporkan kepada andi malarangeng bahwa master
paln sudah final dan proses lelang sudah dapat dilaksanakan. Andi malarangeng
selanjutnya menyetujui untuk dimulainya proses P3SON di hambalang tersebut.
Setelah ada persetujuan dari andi malarangeng WAFID muharam selanjutnya
meminta dedi kusnidar selaku ppk dan wisler manalu selaku ketua panitia lelang
untuk memproses pelelangan untuk proyek perencanaan manajemen konstruksi
dan pembangunan konstruksi terkait proses lelang diduga terdapat beberapa
pelanggaran prosedur dalam perpres pengadaan barang dan jasa diantaranya
yaitu :

1. Sejak awal penyusunan design masterplan proyek hambalang pihak


kemenpora sudah melibatkan methapora solusi global (PT. MSG ) dan PT
Adi Karya. Selanjutnya PT. MSG mejadi subkon PT. YODYA KARYA
selaku pemenang lelang konsultan perencana dan PT. ADI KARYA
selanjutya menjadi pemenang lelang konstruksi.
2. Pada saat sebelum dan pelaksanaan lelang telah terjadi pertemuan-
pertemuan antara calon pemenang lelang dan KPA, PPK, dan panitia
lelang untuk membahas rekayasa pemenang lelang. Pertemuan ini juga
termasuk pembahasan fee sebesar 18% untuk kemenpora dari PT. Adi
Karya selaku calon pemenang pelaksana konstruksi fisik.
3. Pada saat evaluasi prakualifikasi dan penawaran panitia lelang tidak
melakukan tugasnya. Evaluasi tersebut dilakukan oleh para calon
pemenang PT. YK untuk konsultan perencana, PT. CCM untuk konsultan
manajemen konstruksi dan PT. AKA sebagai pelaksana konstruksi fisik.
Selaku PPK Dedi Kusdinar tidka menyusun HPS akan tetapi diserahkan
kepada PT. Ad karya untuk menyusunnya dengan disesuaikan pada
kemampuan keuangan PT. Adi karya. Penetapan pemenang lelang dalam
konstruksi tidak ditanda tangani oleh Andi malarangeng selaku menpora
akan tetapi ditanda tangani oleh WAFID muharam selaku sesmenpora.
4. Panitia pemeriksaan barang hanya menandatangani dokumen pemeriksaan
pekerjaan tanpa melakukan pemeriksaan terlebih dahulu terhadap fisik
pekerjaan dan tidak sama sekali mengikuti kegiatan proses pengadaan
proyek P3SON.

Selama kurun waktu proses perencanaan dan pelaksanaan proyek P3SON telah
terjadi beberapa kali pertemuan antara andi zulkarnain malarangeng( choel
malarangeng ) yang merupakan adik kandung andi malarangeng dengan beberapa
pihak untuk membahas mengenai proyek P3SON di hambalang. Choel
malarangeng ini betindak sebagai “kaki tangan” andi malarangeng.
II. Organisasi Pengadaan Barang Jasa yang terlibat dalam kasus
Hambalang.
1. Pengguna Anggaran yang selanjutnya disebut PA adalah Pejabat
pemegang kewenangan penggunaan anggaran Kementerian/
Lembaga/Satuan Kerja Perangkat Daerah atau Pejabat yang
disamakan pada Institusi lain Pengguna APBN/APBD. Yang mana
dalam kasus ini adalah Menteri Pemuda dan Olahraga, Andi Alfian
Mallarangeng.
2. Kuasa Pengguna Anggaran yang selanjutnya disebut KPA adalah
pejabat yang ditetapkan oleh PA untuk menggunakan APBN atau
ditetapkan oleh Kepala Daerah untuk menggunakan APBD. Yang
dalam kasus Hambalang dipegang peranannya oleh Sesmenpora
(Sekretaris Menteri Pemuda dan Olah raga) yakni, Wafid
Muharam.
3. Pejabat Pembuat Komitmen yang selanjutnya disebut PPK adalah
pejabat yang bertanggung jawab atas pelaksanaan Pengadaan
Barang/Jasa.Yang dalam kasus Hambalang ini ada pada jabatan
Biro Keuangan Rumah Tangga Kementrian Pemuda dan Olahraga,
yakni Deddy Kusdinar.
4. Pejabat Pengadaan adalah personil yang memiliki Sertifikat
Keahlian Pengadaan Barang/Jasa yang melaksanakan Pengadaan
Barang/Jasa. Yang dalam kasus Hambalang ini dipegang (dalam
artian tanggung jawab) Staff Khusus Kementrian Pemuda dan
Olahraga yakni Mohammad Fakhruddin.
5. Panitia Pengadaan Barang dan Jasa adalah panitia/ pejabat yang
ditetapkan oleh PA/KPA yang bertugas memeriksa dan menerima
hasil pekerjaan. Yang dalam Kasus Hambalang diduduki posisinya
oleh Wisler Manalu dan beberapa staff Kemenpora menjadi
Panitia Pengadaan Barang atau Jasa pada pembangunan lanjutan
PPPON di Hambalang TA 2010.
6. Penyedia Barang/Jasa adalah badan usaha atau orang perseorangan
yang menyediakan Barang/Pekerjaan Konstruksi/ Jasa
Konsultansi/Jasa Lainnya. Yang pada kasus Hambalang ini diisi
posisinya oleh PT. Adhi Karya serta PT. Wijaya Karya sebagai
kontraktor utamanya, sedangkan untuk subkontraktornya adalah
PT. Dutasari Citralaras.

III. Tugas dan kewenangan yang dilanggar oleh organisasi pengadaan barang
dan jasa dan penyedia barang dan jasa
1. Tugas dan kewenangan PA dan KPA
Dalam pasal 8 Perpres 54/2010 diatur tugas dan kewenangan seorang PA
dan KPA. Menilik kembali kasus korupsi Hambalang, PA nya adalah
menpora atas nama Andi Mallarangeng dan KPA nya adalah Wafid
Muharam yang menerima pelimpahan wewenang dari PA seperti yang
diatur dalam pasal 10 ayat 4. Jika mengkaji dari segi formalitas tugas dan
kewenangannya seperti dalam pasal 8 yaitu dalam butir:
c. menetapkan PPK;
d. menetapkan Pejabat Pengadaan;
e. menetapkan Panitia/Pejabat Penerima Hasil Pekerjaan
dilihat dari tugas dan kewenangan pada huruf-huruf diatas bisa dikatakan
bahwa PA melakukan tugasnya dengan baik. Yaitu menetapkan KPA atas
nama Wafid Muharam, PPK atas nama Deddy Kusdinar, dan pejabat
pengadaan dan Panitia/ pejabat penerima hasil pekerjaan atas nama Wisler
Manalu dan beberapa staf kemenpora. Namun jika dilihat dari segi materiil
substansi, penetapan atau penunjukan ini hanya sekedar formalitas karena
Padan KPA sendiri sudah sejak awal sebelum rencana kegiatan pengadaan
P3SON sudah memiliki “kong kali kong” dengan organisasi pengadaan
barang dan jasa yang lain, ataupun calon penyedia barang dan jasanya.
Seperti dalam pasal 8 huruf h PA berwewenang menetapkan pemenang
pelelangan, sedangkan dari awal calon pemenangnya sudah ada dan segala
proses pelelangan hanyalah formalitas belaka. Pada pasal 8 huruf g pun
diatur bahwa seorang PA bertugas untuk mengawasi pelaksanaan
anggaran, sedangkan dalam kasus Hambalang ini anggarannya memang
sudah dikapling-kapling dari awalnya dan sudah dibuat penggelembungan
anggaran.
2.Tugas dan wewenang PPK

PPK dalam kasus Hambalang dipegang oleh Deddy Kusdinar. PPK


mempunyai tugas dan kewenangan seperti yang sudah diatur dalam pasal
11. Kembali pada kasus Hambalang seorang Deddy Kusdinar
mengabaikan tugas dan kewenangan salah satunya adalah seperti dalam
pasal 11 huruf:

a. menetapkan rencana pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa yang meliputi:

1) spesifikasi teknis Barang/Jasa;

2) Harga Perkiraan Sendiri (HPS); dan

3) rancangan Kontrak.

Sedangkan Deddy Kusdinar sendiri malah tidak menyusun hal-hal tersebut


diatas namun malah menyerahkannya kepada perusahaan calon pemenang

3.ULP/Pejabat pengadaan dan Panitia/Pejabat Penerima hasil pekerjaan

ULP/ Pejabat Pengadaan pada kasus Hambalang memang tidak


dimunculkan namanya. Namun yang dimunculkan adalah Panitia/pejabat
penerima hasil pekerjaan atas nama Wisler Manalu. Panitia/ Pejabat
penerima hasil pekerjaan memiliki beberapa tugas dan kewenangan pokok
seperti yang diatur dalam pasal 18. Salah satu yang dilanggar oleh
panitia/pejabat penerima hasil pekerjaan adalah bahwa sejak awal sudah
membahas rekayasa lelang bersama PA, KPA, dan PPK, dan calon
pemenang lelang. Sementara dalam pasal 18 ayat 5 diatur tugas salah
satunya adalah menerima hasil Pengadaan Barang/Jasa setelah melalui
pemeriksaan/pengujian, hal ini membuktikan bahwa pemenang lelangnya
bukan lagi melalui pengujian tetapi kong kali kong.
IV. Prinsip-prinsip Pengadaan Barang dan Jasa yang dilanggar dalam
kasus Hambalang.
1. Prinsip Efisiensi
Pada pengadaan barang/jasa harus diusahakan menggunakan dana
dan daya yang minimum untuk mencapai kualitas dan sasaran
dalam waktu yang ditetapkan atau menggunakan dana yang telah
ditetapkan untuk mencapai hasil dan sasaran dengan kualitas yang
maksimum. Berkenaan dengan kasus hambalang, prinsip ini telah
dilanggar, yang mana anggaran semula untuk proyek ini sebesar
125 Milyar dan terus mengalami pembengkakan mencapai total 2,5
triliyun. Di samping itu juga, telah melanggar etika dalam
pengadaan, yakni etika tidak melakukan pemborososan dalam
rangka mencegah dan menghindari terjadinya pemborosan dan
kebocoran keuangan negara dalam pengadaan barang/jasa.
Pemborosan yang terjadi pada kasus Hambalang didasari dengan
munculnya gagasan dari Andi Mallarangeng yang ingin
menggabungkan fasilitas belajar dan olahraga dalam satu tempat
atau dengan kata lain terintegrasi sehingga membutuhkan banyak
dana yang berakibat pembengkakan dana guna membiayai proyek
tersebut.
2. Prinsip Efektif
Pada pengadaan barang/jasa harus sesuai dengan kebutuhan dan
sasaran yang telah ditetapkan serta memberi manfaat yang sebesar-
besarnya. Pada kasus hambalang, tujuan serta manfaat dalam
rangka pendirian wisma atlet yang terintegrasi baik untuk fasilitas
belajar maupun fasilitas olahraga belum mencapai sasaran, karena
proyek ini ditargetkan selesai pada tahun 2012 namun hingga kini
justru mangkrak dan tidak terurus berkenaan dengan adanya
praktek korupsi, kolusi, nepotisme, permainan politik serta
penyalahgunaan di dalamnya. Hal di atas juga bertentangan dengan
etika pengadaan yakni etika tertib dan tanggung jawab yang mana
dalam melaksanakan tugas harus dilaksanakan secara tertib,
disertai rasa tanggung jawab untuk mencapai sasaran, kelancaran
dan ketepatan tercapainya tujuan pengadaan barang/jasa. Yang
mana dalam kasus Hambalang telah melanggar dan bertentangan
dengan etika tertib dan tanggung jawab tersebut karena terkait
tidak sampainya tujuan dan manfaat proyek wisma atlet
(hambalang) ini, dan justru merugikan negara dalam jumlah yang
tidak sedikit.
3. Prinsip Transparan
Yakni semua ketentuan dan informasi mengenai pengadaan
barang/jasa bersifat jelas dan dapat diketahui secara luas oleh
penyedia barang/jasa yang berminat serta oleh masyarakat pada
umumnya. Pada kasus Hambalang sejak semula yakni sebelum
Andi Mallarangeng diangkat menjadi Menpora, berkenaan dengan
pemenang tendernya sudah ditentukan, yakni PT. Adhi Karya dan
PT. Karya Wijaya. Kemudian setelah diumumkan (publikasi)
terkait proyek Hambalang, timbul perebutan antar penyedia
pengadaan yang terjadi antara PT. Dutra Graha Indah (DGI) yang
dimiliki oleh Nazaruddin dengan PT. Adhi Karya, hal ini
disebabkan karena tidak adanya tata cara penentuan pemenang
yang transparan dalam proyek wisma atlet (Hambalang), yang
mana kedua pihak di atas melalui pintu belakang yang prosedur
dan tata caranya tidak diketahui secara luas oleh penyedia barang
jasa serta masyarakat pada umumnya. Hal ini pula bertentangan
dengan etika dalam pengadaan barang jasa, yakni etika tidak
menerima imbalan atau hadiah serta memberi imbalan. Dalam
kasus proyek hambalang, PT. Dutasari Citralaras mendapatkan
jatah 63 miliar sebagai bentuk kompensasi PT. Adhi Karya dan
Wijaya Karya yang nantinya akan keluar sebagai pemenang tender,
kemudian berkenaan dengan penentuan pemenang PT. Adhi Karya
telah menggelontorkan dana terimakasih sebesar 100 miliar.
4. Prinsip Terbuka
Dalam pengadaan barang/jasa pada prinsipnuya dapat diikuti oleh
semua penyedia barang/jasa yang memenuhi pesyaratan/kriteria
tertentu berdasarkan ketentuan dan prosedur yang jelas. Pada kasus
hambalang, sejak semula telah ditentukan berkenaan siapa yang
akan menjadi pemenang, yakni PT. Adhi Karya dan PT. Wijaya
Karya. Bukan lagi melihat apakah penyedia barang jasa yang ada
memang benar-benar mampu dan layak dalam menjalankan serta
menyediakan barang/ jasa yang diperlukan dalam proyek wisma
atlet ini atau tidak, tetapi lebih berdasar pada “sama-sama untung”
atas dasar materi demi kepentingan pribadi ataupun golongan
tertentu semata. Berkenaan dengan ketidakterbukaan dalam
pemilihan penyedia barang/ jasa hal ini juga bertentangan dengan
etika pengadaan yakni terkait penyalahgunaan wewenang dan/atau
kolusi dengan tujuan keuntungan pribadi, golongan, atau pihak lain
yang secara langsung atau tidak langsung merugikan negara. Selain
itu berkenaan dengan surat pendapat teknis terkait pengurusan
analisa biaya dilakukan tanpa sepengetahuan serta bukan
dikeluarkan oleh Menteri Pekerjaan Umum.
5. Prinsip Bersaing
Pada pengadaan barang/jasa harus dilakukan melalui persaingan
yang sehat di antara sebanyak mungkin penyedia barang/jasa yang
setara dan memenuhi persyaratan, sehingga dapat diperoleh
barang/jasa yang ditawarkan secara kompetitif dan tidak ada
intervensi yang mengganggu terciptanya mekanisme pasar dalam
pengadaan barang/jasa. Pada pengadaan untuk proyek hambalang
persaingan yang sehat tidak terlihat, tetapi lebih kepada
permufakatan antara pelaksana pengadaan dengan penyedia barang
jasa, berkenaan dengan tujuan memperkaya diri sendiri ataupun
golongan, yang dibuktikan dengan adanya aliran dana, entah itu
sebagai bentuk terimakasih, kompensasi, ataupun pelicin dalam
proses pengadaan pada proyek hambalang ini, yang mana hal ini
juga bertentangan dengan etika dalam pengadaan yakni etika tidak
saling mempengaruhi baik langsung maupun tidak langsung yang
berakibat terjadinya persaingan tidak sehat.
6. Prinsip Adil/Tidak diskriminatif
Yakni dalam proses pengadaan barang dan jasa, pihak
penyelenggara pengadaan dalam hal ini pemerintah harus
memberikan perlakukan yang sama bagi semua calon penyedia
barang/jasa dan tidak mengarah untuk memberi keuntungan pada
pihak tertentu, dengan tetap memperhatikan kepentingan nasional.
Pada kasus hambalang telah menyalahi prinsip ini, hal ini
dibuktikan dengan penentuan pemenang yang telah direncanakan
sebelum proyek ini dipublikasikan terkait perusahaan mana yang
akan ikut ambil bagian dalam kegiatan pengadaan barang/jasa
untuk pembangunan negara. Serta organisasi dalam pengadaan pun
telah melakukan permufakatan jahat dengan tender-tender yang
nantinya akan dijadikan pemenang dalam lelang untuk proyek
hambalang. Yang mana dalam hal ini pula telah bertentang dengan
etika tertib dan tanggungjawab dalam pelaksanaan pengadaan
barang dan jasa oleh pemerintah.
7. Prinsip Akuntabel
Pada pelaksanaan dalam pengadaan barang dan jasa harus sesuai
dengan aturan dan ketentuan yang terkait dengan pengadaan
barang/jasa sehingga dapat dipertanggungjawabkan. Pada proyek
Hambalang, Deddy Kusdinar selaku PPK tidak menyusun HPS
(Harga Perkiraan Sendiri), akan tetapi beliau menyerahkannya
kepada PT. Adhi Karya untuk menyusunnya dan disesuaikan
dengan kemampuan keuangan PT. Adhi Karya itu sendiri.
Kemudian terkait penetapan pemenang lelang konstruksi tidak
ditandatangani oleh Menpora tetapi justru Sesmenpora yang mana
telah ada penyelewengan pemenang dalam hal ini. Selain itu
Panitia pemeriksaan hanya menandatangani dokumen pemeriksaan
pekerjaan tanpa melakukan pemeriksaan terlebih dahulu terhadap
fisik pekerjaan dan tidak sama sekali mengikuti kegiatan proses
pengadaan dan proyek P3SON Hambalang.

Baik Prinsip maupun etika pada kegiatan pengadaan barang/jasa oleh


pemerintah yang telah dicantumkan dalam Perpres nomor 54 tahun 2010 sebagai
landasan dan pedoman pelaksanaan pengadaan barang/ jasa serta digunakan juga
sebagai pembatas bagi para pihak yang terlibat dalam kegiatan pengadaan
barang/jasa untuk tetap mengikuti ketentuan dan ritme yang ada dan telah
ditentukan oleh peraturan perundang-undangan yang berlaku, tetap saja terjadi
pelanggarang-pelanggaran yang dilakukan, baik oleh pemerintah selaku
penyelenggara maupun penyedia pengadaan barang/jasa. Prinsip dan etika yang
ada tidak cukup dan tidak berjalan secara efektif terkait supaya tujuan pengadaan
barang dan jasa oleh pemerintah sebagai sarana pembangunan dan memajukan
negara pada sektor-sektor tertentu mencapai sasaran serta tujuan utama negara
mewujudkan bertalian apa yang menjadi kepentingan nasional negara republik
Indonesia sendiri.

Tugas Pengadaan Barang dan Jasa


Irene Kanalasari Inaq (150512223)

Theresia Valentina Silaban (150512230)

Elisabeth Dian Ningtyas (150512045)

C. Tyas Nurlita Anggraeni (150512025)

Kelas A

Anda mungkin juga menyukai