PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembuatan makalah kami dilatarbelakangi oleh kasus Hambalang yang merupakan
kasus dugaan tindak pidana korupsi yang melibatkan banyak pihak, diantaranya para elit
Partai Demokrat, Anas Urbaningrum; Istri dari Anas Urbaningrum komisaris PT Dutasari
Citralaras; Menteri Pemuda dan Olah Raga RI, Andi Malarangeng; Mahfud Suroso,
Direktur PT Dutasari Citralaras; dan lain sebagainya.
Diketahui, tender proyek ini dipegang oleh kontraktor dimana mereka merupakan
BUMN, yaitu PT Adhi Karya dan PT Wijaya Karya yang diduga mensub-tenderkan
sebagian proyek kepada PT Dutasari Citralaras senilai 300 M. KPK menyatakan, dalam
penyelidikan Hambalang ada dua hal yang menjadi konsentrasi pihaknya. Yakni, terkait
dengan pengadaan pembangunan dan terkait dengan kepengurusan sertifikat tanah
Hambalang. Tentunya, kasus ini menarik untuk diangkat sebagai latar belakang
permasalahan pada makalah mata kuliah pengadaan barang dan jasa ini mengingat
kasus ini merupakan salah satu contoh perbuatan oknum yang tidak bertanggung jawab
dalam kegiatan pengadaan barang dan jasa, disamping itu merupakan contoh
pelanggaran etika di dalam proses kegiatan pengadaan barang dan jasa dalam hal
penganggaran untuk pembangunan fasilitas umum. Dalam etika pengadaan barang dan
jasa ada nilai dan norma yang harus ditaati oleh para pesaing bisnis agar tidak adanya
kecurangan untuk memenangkan tender. Kasus ini tentunya dapat menjadi pelajaran
bagi kita semua agar kedepannya, sistem pengadaan barang dan jasa di Indonesia dapat
berjalan lebih baik. Berikut kami sertakan kronologi dari kasus Hambalang dari berbagai
sumber tertera
1 Agustus 2011: KPK mulai menyelidiki kasus korupsi proyek Hambalang senilai
Rp 2,5triliun.
8 Februari 2012: Nazar menyatakan bahwa ada uangRp 100 miliar yang dibagi-
bagi, hasil dari korupsi proyek Hambalang. Rp50 miliar digunakan untuk
pemenangan Ana ssebagai Ketua Umum Partai Demokrat; sisanyaRp 50 miliar
dibagi-bagikan kepada anggota DPR RI, termasuk kepada Menpora Andi Alfian
Mallarangeng.
9 Maret 2012: Anas membantah pernyataan Nazar. Anas bahkan berkata
dengan tegas, “Satu rupiah saja Anas korupsi Hambalang, gantung Anas di
Monas.
5 Juli 2012: KPK menjadi kantersangka DediKusnidar, Kepala Biro Keuangan
dan Rumah tangga Kemenpora. Dedidi sangkakan menyalah gunakan
wewenang sebagai pejabat pembuat komitmen proyek.
3 Desember 2012: KPK menjadikan tersangka Andi Alfian Mallarangeng
dalam posisinya sebagai Menpora dan pengguna anggaran. Selain itu, KPK
juga mencekal Zulkarnain Mallarangeng, adikAndi, dan M. Arif Taufikurrahman,
pejabat PT AdhiKarya.
22 Februari 2013: KPK menjadikan tersangka Anas Urbaningrum. Anas diduga
menerima gratifikasi berupa barang dan uang, terkait dengan perannya dalam
proyek Hambalang.
Berikut isi surat "kecurangan" antara Kemenpora dengan PT. Adhi Karya:
KepadaYth
Calon Penyedia Jasa Pemborong
Di Tempat
Jakarta,19Agustus2010
Kepala Biro Perencanaan
Selaku Pejabat Pembuat Komitmen
Sementara eks Direktur Operasi sekaligus Kepala Divisi Konstruksi 1 non aktif PT Adhi
Karya, Teuku Bagus Mokhamad Noor sebagai tersangka karena melanggar Pasal 2 ayat
1 dan atau Pasal 3 Undang-Undang No.31/1999 tentang pemberantasan tindak pidana
korupsi jo Pasal 55 ayat 1 ke-1 KUHP.
KPK menetapkan Anas Urbaningrum sebagai tersangka kaspenerimaan hadiah atau janji
terkait proses perencanaan pelaksnaan pembangunan sport center hambalang dan atau
proyek-proyek lainnya. Anas ditetapkan menjadi tersangka dalam kapasitasnya sebagai
anggota DPR 2009-2014. KPK menyangkakan Anas melanggar pasal 12 huruf a atau
huruf b dan atau pasal 11 Undang-Undang No.31/1999 tentang pemberantasan Tindak
Pidana Korupsi.
KPK mulai menyelidiki kasus Hambalang sejak Agustus 2011. Setidaknya ada dua
peristiwa yang terindikasi korupsi dalam proyek Hambalang yangg ditaksir KPK mencapai
Rp 2,5 triliun.
Pertama, pada proses penerbitan sertifikat tanah Hambalang di Jawa Barat. Kedua,
pengadaan proyek Hambalang yang dilakukan secara multi years.
Dakwaan tim jaksa Komisi Pemberantasan Korupsi yang mengungkapkan beberapa
pejabat dan petinggi partai (kala itu) menerima aliran dana dari proyek Hambalang,
telah menimbulkan reaksi keras dari pihak yang namanya disebut.
B. Rumusan Masalah
Apa prinsip-prinsip PBJ?
Apa etika-etika PBJ?
Garis besar pelaksanaan PBJ yang benar secara swakelola maupun penyedia?
Analisis kasus PBJ proyek hambalang?
Bagaimana pengawasan PBJ yang seharusnya dilakukan?
Bagaimana sanksi terhadap pihak yang terlibat proyek tersebut?
Bagaimana penyelesaian kasus hambalang?
C. Tujuan
Untuk mengetahui apa saja prinsip-prinsip dalam PBJ
Untuk mengetahui apa saja etika-etika dalam PBJ
Untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan PBJ yang benar secara swakelola
maupun penyedia
Untuk menganalisi kasus PBJ dalam proyek hambalang
Untuk mengetahui bagaimana pengawasan yang seharusnya dilakukan dalam
proses PBJ
Untuk mengetahui sanksi apa yang seharusnya diberikan kepada pihak yang
terlibat dalam kasus proyek hambalang
Untuk mengetahui bagaimana penyelesaian kasus hambalang
D. Manfaat
Manfaat yang diharapkan oleh penulis dalam penulisan makalah ini adalah agar
pembaca setelah membaca makalah ini dapat mengetahui proses-proses PBJ dengan
benar. Sehingga dapat ikut berperan serta dalam proses pengadaan barang jasa dalam
pemerintah.