Anda di halaman 1dari 17

PENGADAAN BARANG DAN JASA

STUDI KASUS KORUPSI PROYEK HAMBALANG

Kelompok 3 :
1. Asna Diroya (4302170008)
2. Aziz Ma’ruf Yustiawan (4302170038)
3. Faaza Naima (4302170032)
4. Khairunnisa (4302170031)
5. Tjokorda Istri Desy Purwani (4302170004)

Manajemen Aset Kelas 5-01

POLITEKNIK KEUANGAN NEGARA STAN

2019

Studi Kasus Korupsi Proyek Hambalang

PENGADAAN BARANG DAN JASA

Nama Dosen : Pratin


I. Gambaran Umum
Kasus Korupsi Pengadaan Barang dan Jasa Proyek Hambalang merupakan salah
satu kasus korupsi besar-besaran yang merugikan negara hingga ratusan miliar. Selain
karena kerugian besar yang ditimbulkan, kasus Hambalang juga melibatkan banyak
elite-elite pemerintahan, dari Anggota DPR, menteri, pejabat partai politik, serta
banyak pejabat-pejabat tinggi lainnya. Hingga saat ini mega proyek tersebut
terbengkalai semenjak tercium adanya tindak pidana korupsi oleh KPK.
Proyek pembangunan Pusat pendidikan Pelatihan dan Sekolah Olahraga Nasional
(P3SON) yang dilakukan di bukit Hambalang, Bogor, Jawa Barat merupakan program
Pengadaan Barang dan Jasa yang telah direncanakan oleh Menpora sebelum Andi
Mallarangeng yaitu Adhyaksa Dault, namun baru bisa direalisasikan pada periode Andi
Mallarangeng menjabat sebagai Menpora. Nilai proyek yang meningkat secara drastis
yang mulanya dianggarkan sebesar Rp125 Miliar atas usulan Adhyaksa, kemudian oleh
Andi M diajukan usulan tambahan dana hingga mencapai total Rp2,5 Triliun akhirnya
diperiksa oleh KPK dan BPK. Dari sanalah muncul adanya indikasi kecurangan yang
mneyebabkan kerugian bagi negara. Oleh KPK ditemukan dua inndikasi korupsi atas
kasus Hambalang, yaitu korupsi atas pengadaan proyek serta korupsi atas sertifikasi
tanah.
Ditemukannya surat oleh Dedy Kudinar kepada PT AdhiKarya yang
menyampaikan rencana anggaran proyek serta klausul bahwa pihak penyedia, dalam
hal ini PT AdhiKarya, tidak akan melakukan tuntutan apabila pengajuan proyek tidak
disetujui menjadi bukti bahwa terjadi upaya manipulasi terhadap proyek kedepannya.
Kemudian dimulailah peyelidikan oleh KPK yang kemudian mengungkap bahwa
banyak elite politik yang menjadi tersangka dalam kasus ini, seperti halnya Anas
Urbaningrum, Andi Mallarangeng, Angelina Sondakh, Nazarudin, Deddy Kusdinar,
dll.
Adapun PBJ proyek pembangunan P3SON dilakukan dengan cara penyedia.
Metode pemilihan yang dilakukan untuk mendapatkan penyedia yaitu dengan metode
tender, lalu didapatkan pemenang atas tender proyek yatu Pt AdhiKarya dan PT Wijaya
Karya, yang kemudian membentuk KSO Adhi-Wika. Kontrak PBJ atas pekerjaan
Konstruksi di Hambalang berupa kontrak tahun jamak atau multiyears.
II. Pembahasan
A. Kronologi
Ide pembangunan Pusat Pendidikan, Pelatihan, dan Sekolah Olahraga
Nasional tercetus sejak jaman Menteri Pemuda dan Olahraga dijabat oleh Adiyaksa
Dault. Dipilihlah wilayah untuk membangun, yaitu tanah di daerah Hambalang,
Bogor, Jawa Barat. Namun pembangunan urung terealisasi karena persoalan
sertifikasi tanah.
 Tahun 2003-2004
Pengurusan masih di Direktorat Jenderal (Ditjen) Olahraga Depdikbud.
Proyek ini digelontorkan pada tahun itu sesuai dengan kebutuhan akan pusat
pendidikan dan pelatihan olahraga yang bertaraf internasional. Selain itu
untuk menambah fasilitas olahraga selain Ragunan. Pada tahun itu
direkomendasikan 3 wilayah yaitu Hambalang Bogor, Desa Karang
Pawitan, dan Cariuk Bogor. Akhirnya yang dipilih Hambalang.
 Tahun 2004
Dilakukan pembayaran para penggarap lahan di lokasi tersebut dan sudah
dibangun masjid, asrama, lapangan sepakbola dan pagar.
 Tahun 2004-2009
Proyek di Ditjen Olahraga Kemendikbud dipindahkan di Kemenpora. Lalu
dilaksanakan pengurusan sertifikat tanah Hambalang tapi tidak selesai.
Saat Menpora dijabat Andi Alfian Mallarangeng, barulah proyek
Hambalang terealisasi. Tender pun dilakukan. Pemenangnya adalah PT
Adhi Karya dan PT Wijaya Karya. Anas Urbaningrum diduga mengatur
pemenangan itu bersama Muhammad Nazaruddin, Angelina Sondakh, dan
teman dekat Anas, Mahfud Suroso. Masalah sertifikasi juga berhasil
diselesaikan. Pemenangan dua perusahaan BUMN itu ternyata tidak gratis.
PT Dutasari Citralaras menjadi subkontraktor proyek Hambalang dan
mendapat jatah senilai Rp 63 miliar. Perusahaan yang dipimpin Mahfud itu
dikomisarisi oleh Athiyyah Laila, istri Anas. Selain itu, PT Adhi Karya juga
menggelontorkan dana terima kasih senilai Rp 100 miliar.
 Tahun 2009
Diajukan anggaran pembangunan dan mendapat alokasi sebesar Rp 1,25
miliar.
 Tahun 2010
Pada 20 Januari diterbitkan sertifikat hak pakai nomor 60 atas nama
Kemenpora dengan luas tanah 312.448 m2. Lalu pada 30 Desember 2010
keluar izin pendirian bangunan.
Lalu pada 2010 juga ada perubahan lagi yakni penambahan fasilitas sarana
dan prasarana antara lain bangunan sport sains, asrama atlet senior,
lapangan menembak, ekstrem sport, panggung terbuka dan volley pasir
dengan dibutuhkan anggaran Rp 1,75 triliun. Sejak 2009-2010 sudah
dikeluarkan anggaran total Rp 675 miliar.
 6 Desember 2010
Terbit surat kontrak tahun jamak dari Kemenkeu untuk pembangunan
proyek sebesar Rp 1,75 triliun.
 1 Agustus 2011
KPK mulai menyelidiki kasus korupsi proyek Hambalang senilai Rp 2,5
triliun.
 8 Februari 2012
Nazar menyatakan bahwa ada uang Rp 100 miliar yang dibagi-bagi, hasil
dari korupsi proyek Hambalang. Rp 50 miliar digunakan untuk pemenangan
Anas sebagai Ketua Umum Partai Demokrat; sisanya Rp 50 miliar dibagi-
bagikan kepada anggota DPR RI, termasuk kepada Menpora Andi Alfian
Mallarangeng.
 9 Maret 2012
Anas membantah pernyataan Nazar. Anas bahkan berkata dengan tegas,
"Satu rupiah saja Anas korupsi Hambalang, gantung Anas di Monas.
 5 Juli 2012
KPK menjadikan tersangka Dedi Kusnidar, Kepala Biro Keuangan dan
Rumahtangga Kemenpora. Dedi disangkakan menyalahgunakan wewenang
sebagai pejabat pembuat komitmen proyek.
 3 Desember 2012
KPK menjadikan tersangka Andi Alfian Mallarangeng dalam posisinya
sebagai Menpora dan pengguna anggaran. Selain itu, KPK juga mencekal
Zulkarnain Mallarangeng, adik Andi, dan M. Arif Taufikurrahman, pejabat
PT Adhi Karya.
 22 Februari 2013
KPK menjadikan tersangka Anas Urbaningrum. Anas diduga menerima
gratifikasi berupa barang dan uang, terkait dengan perannya dalam proyek
Hambalang.

B. Pelaku
1. Pelaku Pengadaan Barang dan Jasa
a. Pengguna Anggaran
Yaitu : Menteri Pemuda dan Olahraga Andi Alfian Mallarangeng pada
Kabinet Indonesia Bersatu II.
b. Kuasa Pengguna Anggaran (KPA)
Yaitu : Sekretaris Menteri Pemuda dan Olahraga Wafid Muharam yang
juga merupakan tangan kanan Andi Mallarangeng.
c. Pejabat Pembuat Keputusan (PPK)
Yaitu : Kepala Biro Keuangan dan Rumah Tangga Kemenpora Deddy
Kusdinar
d. Pejabat Pengadaan, Agen Pengadaan dan Pokja Pemilihan
Yaitu :
- Wisler Manulu (Ketua Panitia Pengadaan)
- Bambang Siswanto (Sekretaris Panitia Pengadaan)
- Jaelani (Anggota Panitia Pengadaan)
- Rio Wilarso (Staf Biro Perencanaan)
e. Panitia Pemerika Hasil Pekerjaan (PPHP) : -
f. Penyelenggara Swakelola
Tidak ada, karena pengadaan dilakukan dengan cara penyedia.
g. Penyedia
Yaitu KSO Adhi-Wika :
- PT Adhi Karya(Teuku Bagus Mukhamad Noor, M. Arif
Taufikurrahman, Muhammad Tamzil, Indrajaja Manopol)
- PT Wijaya Karya.

2. Tersangka
1. Andi Alfian Mallarangeng, selaku Menteri Pemuda dan
Olahraga tidak melaksanakan tugas dan wewenangnya untuk
menyampaikan permohonan kontrak tahun jamak kepada
Menteri Keuangan dan membiarkan SesKemenpora melampaui
wewenang Menpora yaitu mengusulkan permohonan kontrak
tahun jamak kepada Menteri Keuangan.Hakim menyatakan
Andi terbukti dalam kasus Hambalang dengan menerima uang
sebesar Rp2 miliar dan USD550 ribu.
2. Anas Urbaningrum, mantan Ketua Umum Partai Demokrat,
Anas Urbaningrum, disebut dalam surat dakwaan terdakwa
kasus dugaan korupsi pembangunan proyek Pendidikan,
Pelatihan, dan Sekolah Olah Raga Nasional (P3SON) di
Hambalang. Dalam surat dakwaan, Anas juga disebut menerima
aliran dana sebesar Rp 2,21 miliar dari pelaksanaan proyek
tersebut dikaitkan dengan perusahaan PT Adhi Karya dan PT
Wijaya Karya.
3. Wafid Muhara, selaku Sekretaris Kemenpora menerima aliran
dana sebesar Rp6,55 miliar. Uang yang diterima Wafid tersebut
untuk Kongres Partai Demokrat di Bandung sebesar Rp600 juta.
4. Deddy Kusdinar, selaku Kepala Biro Perencanaan Kemenpora
dan Pejabat Pembuat Komitmen didakwa melakukan korupsi
dengan memperkaya orang lain dan korporasi dari proyek
pembangunan Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sekolah Olahraga
Nasional (P3SON) di Hambalang. Deddy Kusdinar tercatat
menerima Rp1 miliar. Jumlah tersebut adalah uang yang
dikeluarkan PT Adhi Karya dan PT Wijaya Karya untuk
memenangkan lelang pekerjaan fisik proyek Hambalang senilai
Rp 14,6 miliar.
5. Joyo Winoto, Kepala Badan Pertanahan Nasional (BPN) Joyo
Winoto menerima uang Rp 3 milyar untuk mengurus sertifikat
tanah Hambalang, dengan didukung dokumen yang tidak sesuai
kenyataan, di antaranya, berupa surat pelepasan hak dari
pemegang hak terdahulu yang diduga palsu.
6. Muhammda Nazaruddin, sebagai anggota Banggar DPR periode
2009-2014 dan pada tahun 2010 diangkat menjadi Bendahara
Umum Partai Demokrat. Dari fakta persidangan, Nazaruddin
terbukti menerima imbalan berupa 5 lembar cek senilai Rp 4,6
miliar dari pemenang proyek Hambalang, PT Duta Graha Indah
(DGI).
MA menyatakan Nazaruddin terbukti bersalah dan
memvonisnya dengan hukuman 7 tahun penjara dan denda Rp
300 juta. Hukuman ini dua tahun dua bulan lebih berat dari vonis
Pengadilan Tipikor yang menghukum Nazar empat tahun 10
bulan penjara dan denda Rp200 juta.
7. Angelina Sondakh, Anggota DPR RI periode 2004-2009 dan
sebagai anggota Banggar 2009-2014 dari partai Demokrat itu
terbukti menerima uang sebesar 2,5 miliar dan 1,2 juta dollar
dari PT Group Permai. Majelis Hakim Pengadilan Tindak
Pidana Korupsi memvonis Angelina Sondakh dengan 4 tahun 6
bulan penjara dan denda Rp 250 juta. MA menyatakan Angelina
Sondakh terbukti bersalah dan menambahkan hukumannya
menjadi 12 tahun penjara dan denda Rp. 500 juta subsidair 8
bulan kurang. Namun pada 2015, Mahkamah Agung (MA)
mengabulkan peninjauan kembali atas pengajuan Angelina
Sondakh. Hukuman penjara terpidana kasus korupsi dalam
pembangunan wisma atlet Kemenpora dan Kemendiknas itu
berkurang menjadi 10 tahun dari sebelumnya 12 tahun. Uang
tersebut kata Hakim merupakan fee 5 persen yang telah
disepakati Anggie begitu Angelina Sondakh disapa dengan
Mindo Rosalina Manulang, manajer di perusahaan milik
Nazaruddin itu. Uang tersebut diserahkan secara bertahap
sebanyak 4 kali.
8. Rahmat Yasin, selaku Bupati Bogor yang menerbitkan Site Plan
atas rencana pembangunan P3SON di Desa Hambalang, Bogor.
Rachmat Yasin menerima suap senilai Rp 4,5 miliar guna
memuluskan rekomendasi surat tukar menukar kawasan hutan
atas nama PT Bukit Jonggol Asri seluar 2.754 hektar. Majelis
Hakim Pengadilan Tipikor memvonis Rachmat Yasin dengan 5
tahun 6 bulan dan denda 300 juta. Rachmat Yasin terbukti
bersalah melakukan tindak pidana korupsi, sebagaimana
tercantum dalam dakwaan pertama yaitu Pasal 12 huruf a UU
No 31 tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi sebagaimana yang telah diubah dalam UU No 20 tahun
2001 jo Pasal 55 KUHP jo Pasal 64 KUHP.
9. Andi Zulkarnain Mallarangeng, pada Februari 2017, KPK
menetapkan tersangka baru dalam Kasus Hambalang yakni Andi
Zulkarnain Mallarangeng alias Choel, yang kemudian ditahan
oleh KPK.
C. Analisis Kejadian

Dalam kasus hambalang, terdapat beberapa kegiatan yang mengakibatkan


terjadinya kerugian negara yang dilakukan dalam lingkungan Kementerian Pemuda
dan Olahraga. Hal hal tersebut adalah sebagai berikut.

1. Anfi Alfian Mallarangeng selaku Menteri Pemuda dan Olahraga adalah


Pengguna Anggaran. Dia bertanggung jawab dan memegang kewenangan
pengguna anggaran Kemenpora.
2. Choel Mallarangeng bukan pihak yang berkompeten dan berkorelasi dalam
program program kemenpora, tetapi dijadikan sebagai konsultan dalam urusan
kemenpora oleh Andi Alfian Mallarangeng kepada Wafid Muharram. Hal ini
menyalahgunakan kewenangan atau kesempatan karena jabatannya.
3. RAB yang disusun Sony Anjangsono nyatanya hanya sebesar 125 milliar tetapi
Andi Alfian Mallarangeng mengharuskan RAB sebesar 2,5 trilliun yang
selanjutnya oleh Tim Asistensi yang dibentuk Wafid Muharram membuat RAB
sebesar 1,1 trilliun dan ditambah 1,4 trilliun oleh Lisa Lukitawati Isa agar tepat
2,5 trilliun. Hal ini dinilai tidak wajar melihat luas area dan fasilitasnya.
4. Andi Alfian Mallarangeng menambah dana untuk pembangunan sebesar 600 an
M dan diajukan ke DPR walaupun menurut Wafid Muharram akan sulit untuk
disetujui. Andi Alfian Mallarangeng mengatakan “santai, mereka teman gua”.
Hal ini pun didukung dengan kegiatan Andi Alfian Mallarangeng memaksakan
proyek Hambalang untuk ditambah dananya padahal beberapa anggota komisi
X DPR RI menyatakan proyek tersebut bukan prioritas. Saat itu pun belum ada
penelitian tentang kondisi tanah hambalang.
5. Pembuatan Surat Hak Pakai Nomor I/HP/BPN RI/2010 yang menggunakan
perantara Anas Urbaningrun.
6. Surat rekomendasi teknis yang dipaksakan.
7. Choel Mallarangeng meminta Wafid Muharram untuk memberi fee 18% bagi
Andi Alfian Mallarangeng melalui Muhammad Fakhruddin. Kemudian oleh
Wafid Muharram dimintakan kepada KSO Adhi Wika.
8. KSO Adhi Wika tentu menang dalam lelang pelaksanaan proyek hambalang,
asalkan membayar fee terlebih dahulu.
9. Wafid Muharram melalui Deddy Kusdinar menemui Lisa Lukitawati Isa,
Wiyanto dkk., untuk memastikan perusahaan masing masing menang lelang.
Hal ini merupakan penyelewengan kewenangan yang dimiliki oleh Deddy
Kusdinar.
10. Deddy Kusdinar dan masing masing perwakilan PT pemenang lelang bertemu
secara sembunyi di Hotel Kristal Jakarta untuk membahas perhintungan
RIncian Harga Satuan serta nilai lelang untuk jasa konstruksi
11. Untuk lelang jasa konsultan perencana dan manajemen konstruksi, lealng justru
dilakukan oleh PT Yodya Karya dan PT Ciriajasa Cipta Mandiri. Oleh karena
itu mereka menjadi pemenang lelang sebagaimana telah ditentukan
sebelumnya. Seharusnya ada proses evaluasi prakualifikasi, teknis dan
penawaran yang dilakukan oleh panitia.
12. Kontrak Konsultan Perencana dan Manajemen Konstruksi sudah
ditandatangani sebelum mendapat persetujuan Menteri Keuangan.
13. Setalah KSO Adhi-Wika menang lelang, mereka meminta bayaran kepada
kemenpora walau pekerjaan yang selesai masih 0,75%. Uang yang diterima
kemudian secara bertahap dikirimkan kepada Machfud Suroso dan PT Dutasari
Citra Laras. Hal ini merupakan bagian dari fee 18% yang harus dibayar KSO
Adhi-Wika.
14. PT Adhi Karya memberikan sejumlah uang untuk mendapatkan pekerjaan jasa
konstruksi.
15. PT Global Daya Manunggal memberikan uang kepada Andi Alfian
Mallarangeng agar menjadi Sub Kontraktor dari KSO Adhi-Wika, secara
bertahap.
16. Uang Fee 18% yang didapatkan oleh kemenpora kemudian dipergunakan untuk
kegiatan operasional menpora, penbayaran THR untuk protokoler menpora,
akomodasi tiket piala AFF di senayan dan malaysia, pertandingan MU untuk
rombongan menpora dan Komisi X DPR

Kegiatan-kegiatan di atas telah menguntungkan Andi Alfian Mallarangeng


dan orang lain serta korporasi dan merugikan negara sebesar
Rp464.391.000.000,00. Keuntungan yang didapatkan oleh para tersangka adalah
sebagai berikut.

1. Andi Alfian Mallarangeng melalui Choel Mallarangeng mendapat


Rp4.000.000.000,00 dan USD550.000,00.
2. Wafid Muharram mendapat Rp6.550.000.000,00 yang diterima melalui Paul
Nelwan dan Poniran.
3. Deddy Kusdinar mendapat Rp300.000.000,00.
4. Nanang Suhatma mendapat Rp1.100.000.000,00.
5. Anas Urbaningrum mendapat Rp2.210.000.000,00.
6. Mahyuddin mendapat Rp500.000.000,00 yang diserahkan melalui Wafid
Muharram pada saat Kongres Demokrat di Bandung.
7. Teuku Bagus Mokhamad Noor mendapat Rp4.532.923.350,00 untuk
kepentingan pribadinya.
8. Machfud Suroso mendapat Rp18.800.942.000,00.
9. Olly Dondokambey mendapat Rp2.500.000.000,00.
10. Joyo Winoto sebesar Rp3.000.000.000,00.
11. Lisa Lukitawati Isa mendapat Rp5.000.000.000,00 yang diterima melalui
Muhammad Arifin.
12. Anggraheni Dewi Kusumastuti mendapat Rp400.000.000,00.
13. Adirusman Dault mendapat Rp500.000.000,00 untuk penggantian biaya
pengurusan tanah Hambalang.
14. PT. Yodya Karya mendapat Rp 5.221.563.935,00.
15. PT. Metaphora Solusi Global medapat Rp.5.851.708.065,00.
16. PT. Malmas Mitra Teknik mendapat Rp837.600.000,00.
17. PD Laboratorium Teknik Sipil Geoinves mendapat Rp94.818.182,00.
18. Imanullah Aziz mendapat mendapat Rp378.181.818,00.
19. PT. Ciriajasa Cipta Mandiri mendapat Rp5.839.331.569,00.
20. PT. Global Jaya Manunggal mendapat Rp54.922.994.657,00.
21. PT Aria Lingga Perkasa mendapat Rp3.337.964.280,00.
22. PT. Dutasari Citra Laras mendapat Rp170.395.116.962,00.
23. KSO Adhi-Wika mendapat Rp145.157.101.895,00.
24. Perusahaan/perorangan Sub Kontraktor yang berjumlah 32 buah dari KSO Adhi
Wika mendapat 17.960.753.287,00.

Kegiatan kegiatan yang dilakukan oleh Andi Alfian Mallarangeng selaku


Menteri Pemuda dan Olahraga dan pihak pihak terkait yang telah kami sebutkan di
atas membuat proses penganggaran dan pelaksanaan anggaran pada P3SON atau
yang sering kita kenal dengan proyek hambalang menjadi tidak tertib perundang
undangan. Selain itu, hal ini menjadikan proyek tersebut tidak efisien, ekonomis,
efektif, tidak transparan dan tidak memperhatikan aspek keadilan, kepatutan dan
manfaat untuk masyarakat. Kerugian negara yang timbul juga mencapai ratusan
milyar rupiah.

D. Penyelesaian Kasus
Berdasarkan kajian dalam buku Kisah Korupsi Kita: Analisis Kasus-Kasus
Besar dalam Kajian Interdisipliner (2017), disebutkan bahwa kasus pada Proyek
Hambalang mulai mencuat saat Rapat Kerja Menpora dengan Komisi X DPR RI.
Pada kala itu, Menpora melakukan pengajuan pencabutan anggaran Rp125 miliar
atas proyek tersebut disertai dengan pengajuan anggaran baru senilai Rp1,75 triliun.
Sehingga, anggaran yang dibutuhkan menjadi Rp2,5 triliun atas penambahan alat-
alat sebagai pelengkap proyek yang ditambahkan oleh Lisa Lukitawati Isa.1
Perubahan anggaran dengan nilai yang fantastis tersebut tidak melalui
prosedur yang ada. Seharusnya, pembahasan proses perubahan mengikutsertakan
seluruh anggota Komisi X DPR RI. Berawal dari hal tersebut, KPK mengindikasi
adanya kejanggalan sehingga kemudian dilakukan penyelidikan. Berikut kronologi
tindak lanjut yang dilakukan KPK hingga terdapat beberapa nama yang terseret
kasus pada Proyek Hambalang:
1 Agustus 2011 : KPK mulai menyelidiki Proyek Hambalang senilai Rp2,5
triliun. Pada saat bersamaan, M. Nazaruddin kabur disebabkan oleh operasi
tangkap tangan (OTT) yang dilakukan KPK terhadap pihak-pihak terkait
kasus suap pengurusan, pembahasan, dan pengesahan anggaran untuk
pembangunan Wisma Atlet, Sea Games XXVI tahun 2012 di Sumatera
Selatan.
7 Agustus 2011 : Nazar dibekuk di Cartagena de Indias, Kolumbia, dan
dideportasi ke Indonesia karena pelanggaran imigrasi.

1
Berdasarkan perhitungan RAB yang dibuat oleh Tim Asistensi, pada akhirnya diperoleh rincian anggaran fisik bangunan sebesar
Rp1.129.206.256.000,00 (satu trilyun seratus dua puluh sembilan miliar dua ratus enam juta dua ratus lima puluh enam ribu rupiah)
atau sebesar Rp1.175.320.006.000,00 (satu trilyun seratus tujuh puluh lima miliar tiga ratus dua puluh juta enam ribu rupiah)
termasuk biaya konsultan perencana, manajemen konstruksi dan pengelola teknis. Kemudian oleh Lisa Lukitawati Isa ditambahkan
biaya peralatan sekitar Rp1.400.000.000.000,00 (satu trilyun empat ratus miliar rupiah) sehingga anggaran pembangunan proyek
Hambalang direncanakan seluruhnya sekitar Rp2.500.000.000.000,00 (dua trilyun lima ratus miliar rupiah), dengan design
masterplan berupa pembangunan pusat pendidikan pelatihan dan sarana olahraga nasional terpadu bertaraf internasional
sebagaimana dikehendaki Terdakwa. (Putusan 2427 K/Pid.Sus/2014)
2012-2017 : Dalam kurun waktu ini, berbagai penetapan tersangka
kepada nama-nama yang disebutkan Nazar beserta penyidikan dan
persidangannya serta eksekusinya.
 Eks terpidana Mantan Menpora, Andi Alfian Mallarangeng divonis 4
tahun penjara dengan putusan kasasi Mahkamah Agung nomor 2427
K/Pid.Sus/2014.
 Terpidana Mantan Ketua Fraksi Partai Demokrat sekaligus Mantan
Ketua Umum DPP Demokrat, Anas Urbaningrum, divonis 14 tahun
berdasarkan putusan kasasi Mahkamah Agung nomor 1261
K/Pid.Sus/2015, pidana denda Rp5 miliar subsider 1 tahun 4 bulan,
pidana uang pengganti lebih dari Rp57,592 miliar dan USD5.261.070
subsider 4 tahun kurungan, dan pencabutan hak dipilih untuk
menduduki jabatan publik atau hak politik.
 Terpidana Teuk Bagus Mochamad Noor selaku Kepala Divisi
Konstruksi I PT Adhi Karya merangkap Pimpinan KSO PT Adhi-
Wijaya, dihukum pidana penjara 6 tahun dan denda Rp300 juta
berdasarkan putusan kasasi Mahkamah Agung nomor 2824
K/Pid.Sus/2014.
 Terpidana Direktur Utama PT Dutasari Citra Laras, Machfud Suroso,
divonis pidana penjara 6 tahun, denda Rp200 juta subside 3 bulan
penjara, dan membayar uang pengganti lebih dari Rp36,818 miliar
subsider 2 tahun penjara.
 Nazarudding divonis pidana penjara 7 tahun, denda Rp300 juta
subsidier penjara 6 bulan berdasarkan putusan kasasi Mahkamah
Agung nomor 2223 K/Pid.Sus/2012.
 Beserta nama-nama lain seperti Andi Zulkarnain Anwar alias Choel
Mallarangeng, Deddy Kusdinar, Wafid Muharam, Anas
Urbaningrum, Mahyuddin, Teuku Bagus Mokhamad Noor, Machfud
Suroso, Olly Dondokambey, Joyo Winoto, Lisa Lukitawati Isa,
Anggraheni Dewi Kusumastuti, Adirusman Dault, Imanullah Aziz,
Nanang Suhatmana serta berbagai korporasi yakni PT. Yodya Karya,
PT. Metaphora Solusi Global, PTMalmas Mitra Teknik, PD
Laboratorium Teknik Sipil Geoinves, PT. Ciriajasa Cipta Mandiri,
PT. Global Daya Manunggal, PT. Aria Lingga Perkasa, PT. Dutasari
Citra Laras, KSO Adhi-Wika (Kerja Sama Operasi PT. Adhi Karya
dan PT. Wijaya Karya) dan 32 (tiga puluh dua)
perusahaan/perorangan Sub Kontrak KSO Adhi-Wika.2

Selain itu, terdapat upaya BPK dalam melakukan pencegahan korupsi. Sejak
akhir bulan Oktober 2012, BPK menyerahkan Laporan Hasil Pemeriksaan Tahap
Pertama dari hasil investigasi yang dilakukan berdasarkan Standar Pemeriksaan
Keuangan Negara. Pemeriksaan dilakukan dengan metodolohi pemeriksaan
investigatif mencakup penelitian dokumen, wawancara pihak terkait, konfirmasi,
dan prosedur pemeriksaan lainnya dalam rangka pengumpulan bukti yang
kompeten. Dalam hasil pemeriksaan terindikasi beberapa penyimpangan terkait
penyalahgunaan wewenang terhadap SK Pakai, Ijin Lokasi dan Site Plan, Revisi
RKA-KL Tahung Anggaran 2012, Permohonan Kontrak Tahun Jamak, Ijin
Kontrak Tahun Jamak, Pendapat Teknis, Persetujuan RKA-KL Tahun Anggaran
2011, Pelelangan, Pencairan Anggaran Tahun 2012, dan Pelaksanaan Pekerjaan
Konstruksi.3

Lebih lanjut, penyimpangan yang terindikasi pada Laporan Hasil


Pemeriksaan Kedua yang tidak terpisah dari laporan sebelumnya, menyebutkan
terdapat penyimpangan pada, 1) permohonan persetujuan kontrak tahun jamak, 2)
pelelangan yang direkayasa, 3) pemilik proyek atau Kemenpora tidak melakukan
studi AMDAL maupun menyusun DELH (Dokumen Evaluasi Lingkungan Hidup.

Demikian beberapa tindakan nyata yang dilakukan oleh lembaga-lembaga


penegak hukum Indonesia atas kasus korupsi sektoral yang melibatkan pihak-pihak

2
Putusan Kasasi Mahkamah Agung nomor 2427 K/Pid.Sus/2014
lembaga negara pula. Akan tetapi, selain itu, terdapat upaya-upaya lain meliputi
penyadapan, penggeledahan, pencegahan ke luar negeri, dan lain sebagainya.

III. Penutup
A. Dampak Kasus terhadap Negara
Ketua Badan Pemeriksa Keuangan Harry Azhar mengatakan total kerugian
negara dari proyek Pusat Pendidikan, Pelatihan dan Sarana Olahraga Nasional
(P3SON) di Hambalang mencapai Rp706 miliar. Jumlah tersebut didapat dari hasil
audit investigasi BPK pada 2012 hingga 2013.
Selain kerugian Negara berupa uang, hasil infrastruktur yang dihasilkan dari
kasus Hambalang masih belum rampung sehingga sampai saat ini kondisi proyek
masih terbengkalai dan tidak jelas kelanjutannya. Hal ini tentu memberikan
dampak domino bagi kesejahteraan rakyat. Seharusnya dengan proyek ini
pemerintah dapat mengembangkan potensi-potensi yang ada pada atlet-atlet
Indonesia, namun menjadi terhambat karena adanya kasus korupsi.
Tidak hanya pengembangan potensi pemuda yang seharusnya menjadi
tugas dan fungsi utama Kemenpora, kasus korupsi yang sangat sistematis ini
menyebabkan rusaknya kepercayaan rakyat terhadap pemerintah. Selama kasus
korupsi terus terjadi, pemerintah harus lebih bekerja keras untuk mengembalikan
kepercayan masyarakat terhadap kinerja pemerintah.
Hampir 80% kasus korupsi terjadi pada sektor pengadaan barang dan jasa
(PBJ), hal ini merupakan alarm bagi pemerintah bahwa sektor ini merupakan
ladang basah yang sangat menarik bagi sejumlah oknum. Seringnya kasus korupsi
di ladang pengadaan mengharuskan diselenggarakannya pengawasan yang sangat
ketat di sektor ini.
Korupsi di sektor PBJ Pemerintah ini setidaknya akan mengakibatkan 3
(tiga) hal yaitu rendahnya kualitas barang dan jasa pemerintah, kerugian keuangan
negara, dan rendahnya nilai manfaat yang didapatkan. Oleh karena itu korupsi di
sektor ini menurut Penulis harus menjadi perhatian bersama. Bukan hanya oleh
KPK, Kejaksaan dan Kehakiman sebagai stakeholder utama pencegah dan
pemberantas korupsi, tetapi oleh semua pihak, baik di pemerintahan (kementerian/
lembaga/ Pemda), juga masyarakat sipil.

B. Saran
Berdasarkan upaya-upaya di atas dan telah dilakukan pemeriksaan oleh
BPK sehingga menghasilkan output LHP dan telah dilakukan tindak lanjut berupa
audit forensik sehingga dapat dilakukan upaya hukum pidana.
Akan tetapi, perlu diingat kembali budaya di lingkungan organisasi yang
menjadi asal muasal adanya kecurangan serta adanya conflict of interest di sana
perlu dievaluasi kembali. Pada kenyataannya, hasil penelitian SPIP pada
pemerintah dan pimpinan mendapat nilai integritas tinggi, akan tetapi terbukti
bahwa top level management menjadi terpidana kasus korupsi tersebut. Sehingga
diperlukan adanya penguatan integritas dan screening yang lebih ketat saat
melakukan pengujian sebelum pengangkatan individu untuk bagian-bagian krusial
tersebut.
Di lain sisi, perhatian APIP dan SPIP terhadap pengawasan dan pembinaan
terhadap penyelenggaraan suatu organisasi perlu ditingkatkan baik dalam hal
kompetensi maupun independensi.
Selain hal di atas, terkait Pengadaan Barang dan Jasa perlu dilakukan
transparansi yang lebih luas agar masyarakat juga ikut serta dalam melakukan
pengawasan. Menurut Ardan Adipermana, Kepala BPKP tahun 2018, PBJ saat ini
masih terbatas pada ketentuan dan informasi PBJ, belum mencakup aspek
accessibility, clarity, integration, dan rationality. Sehingga diperlukan upaya yang
lebih agar pengawasan tidak hanya dilakukan oleh lembaga-lembaga yang bertugas
untuk mengawasi saja, tapi juga masyarakat sebagai stakeholder yang berperan
serta sebagai kontributor anggaran pembangunan.
Daftar Pustaka

Komisi Pemberantasan Korupsi. 2017. Kisah Korupsi Kita: Analisis Kasus-Kasus Besar dalam Kajian
Interdisipliner. Jakarta: KPK.

Mahkamah Agung. 2014. Putusan Kasasi Nomor 2427 K/Pid.Sus/2014. Jakarta: Mahkamah Agung RI.

Puslitbang BPKP. 2018. “Berita Seputar Pusat Penelitian dan Pengembangan Pengawasan”, artikel
web BPKP, http://www.bpkp.go.id/puslitbangwas/berita/read/20664/0/Transparansi-PBJ-serta-
Peran-SPIP-dan-APIP-dalam-Pencegahan-Korupsi.bpkp, diakses pada Senin, 07 Oktober 2019
pada pukul 11.28 WIB.

Laluhu, Sabir. 2018. “Kasus Hambalang Jangan Dibuang”, https://kumparan.com/sabir-laluhu/hambalang,


1 Maret 2017, 11.01 WIB, diakses pada Senin, 07 Oktober 2019 pada pukul 11.28 WIB

Syahayani, Zihan. 2017. “Korupsi Pengadaan Barang dan Jasa di Indonesia”,


https://www.theindonesianinstitute.com/korupsi-pengadaan-barang-dan-jasa-di-indonesia/, 6
Desember 2017, diakses pada Senin, 07 Oktober 2019 pada pukul 15.00 WIB

Khairuddin, Fachrul. 2013. “Kronologi Kasus Korupsi Proyek Hambalang”,


https://www.google.com/amp/s/www.kompasiana.com/amp/fachrulkhairuddin/kronologi-
kasus-korupsi-proyek-hambalang, 23 Februari 2013 23:28 | Diperbarui: 24 Juni 2015 17:49,
diakses pada Senin, 07 Oktober 2019 pada pukul 15.00 WIB

Anda mungkin juga menyukai