Anda di halaman 1dari 10

Analisis Kasus Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah Daerah

“Madrasah Tsanawiyah”

Paper ini disusun untuk memenuhi tugas pada mata kuliah akuntansi sektor publik
Semester Genap 2019/2020

Dosen Pengampu:
Erwin Miftah, SE.,MHRM., CIA., CA., Ak.

Disusun Oleh:
1. Erlangga Trixie Pratama 1810112033
2. Muhammad Daffa adyazmara 1810112056
3. Irsyad Ardian Pratama 1810112099
4. Gita Ayu Tiara 1810112120
5. Dwi Nurmala Sari 1810112133
Lokal F

Program Studi Sarjana Akuntansi


Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Pembangunan Nasional Veteran Nasional
2020
RINGKASAN KASUS
Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) telah menetapkan pejabat pembuat
komitmen (PPK) di lingkungan Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Kementerian
Agama, Undang Sumantri sebagai tersangka terkait kasus korupsi pengadaan
barang dan jasa tahun 2011.

Menurutnya, penetapan Undang Sumantri sebagai tersangka merupakan


hasil pengembangan kasus suap eks anggota Banggar DPR RI Dzulkarnaen
Djabar yang telah divonis 15 tahun penjara. Kemudian, Dendy Prasetia, anak  
kandung Dzulkarnaen yang berperan sebagai rekanan Kemenag telah divonis
penjara dalam kasus yang sama.

Dalam kasus ini, KPK menemukan bukti permulaan yang cukup dan
meningkatkan perkara ke penyidikan terkait suap pengadaaan barang di Ditjen
Pendis Kemenag tahun anggaran 2011.

Rincian pengadaan itu berupa peralatan laboratorium komputer Madrasah


Tsanawiyah (MTs) sebesar Rp 40 Miliar, pengembangan Sistem Komunikasi dan
Media Pembelajaran Terintegrasi pada Jenjang Madrasah Tsanawiyah (MTs) Rp
23,25 Miliar, dan pengembangan Sistem Komunikasi dan Media Pembelajaran
Terintegrasi pada Jenjang Madrasah Aliyah (MA) sebesar Rp 50,75 Miliar.

Pada Oktober 2011, tersangka Undang menandatangani dokumen harga


pekiraan sendiri (HPS) spesifikasi teknis laboratorium Komputer MTs yang diduga
diberikan oleh PT CGM yang ditawarkan paket pekerjaan. Namun, setelah lelang
diumumkan, PT CGM menghubungi rekanannya dan meminjam perusahaan untuk
mengikuti lelang dengan kesepakatan biaya peminjaman perusahaan. Bulan
November 2011, diduga terjadi pertemuan untuk menentukan pemenang dan
segera mengumumkan PT BKM sebagai pemenang. Selanjutnya, Undang
mengetahui adanya sanggahan tersebut, tapi setelah bertemu dengan pihak
pemenang lelang, Undang langsung tandatangani kontrak bersama PT BKM.
Pada Desember 2011 dilakukan pembayaran atas Peralatan Laboratorium
Komputer MTs Tahun Anggaran 2011 sejumlah Rp 27,9 Miliar.
Dalam kasus ini, Undang dijerat Pasal 2 ayat (1) dan/atau Pasal 3 Undang-
Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
sebagaimana telah diubah dengan UU Nomor 20 tahun 2001 tentang Perubahan
atas UU Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi Jo
Pasal 55 ayat (1) ke-1 Kitab Undang Undang Hukum Pidana.
ANALISIS KASUS
A. JENIS PENGADAAN BARANG DAN JASA
1. Maksud
Investasi dengan pengadaan peralatan laboratorium komputer
Madrasah Tsanawiyah (MTs) sebesar Rp 40 Miliar, pengembangan Sistem
Komunikasi dan Media Pembelajaran Terintegrasi pada Jenjang Madrasah
Tsanawiyah (MTs) Rp 23,25 Miliar, dan pengembangan Sistem Komunikasi
dan Media Pembelajaran Terintegrasi pada Jenjang Madrasah Aliyah (MA)
sebesar Rp 50,75 Miliar.
2. Subjek
Penyedia melalui rekanan Undang menandatangani dokumen harga
perkiraan sendiri yang di tawarkan paket pekerjaan oleh PT CGM perihal
spesifikasi teknis laboratorium komputer MTs
Pada saat setelah lelang di umumkan PT CGM menghubing rekanannya
dan meminjam perusahaan untuk memgikuti lelang dengan kesepakatan biaya
peminjaman perusahaan.
Lalu pada bulan november, diduga terjadi pertemuan untuk menentukan
pemenang dan segera mengumumkan PT BKM sebagai pemenang
3. Objek
Barang berupa peralatan laboratorium komputer dan pengembangan
sistem komunikasi dan media pembelajaran terintegrasi
B. PELAKSANAAN PENGADAAN BARANG DAN JASA
1. Subjek
Dalam kasus ini, subjek dari pengadaan barang dan jasa di Madrasah
Tsanawiyah / MTs adalah Zulkarnaen Djabar, Dendy,Prasetia dan Fahd El Fouz
yang mempengaruhi pejabat di Kemenag.
Undang Sumantri sebagai PPK Kemenag untuk memenangkan PT BKM
sebagai Pelaksana Proyek Pengadaan Lab Komputer Madrasah Tsanawiyah /
MTs pada 2011.
2. Rekanan
Rekanan dalam kasus pengadaan barang dan jasa tersebut adalah PT
CGM dan PT BKM sebagai Spesifikasi Teknik Laboratorium Komputer,
Pengembangan Sistem Komunikasi,dan Media Pembelajaran Terintegrasi di
Madrasah Tsanawiyah / MTs.

3. Metode
Pada kasus pengadaan barang/jasa tersebut. metode yang dipilih adalah
pelelangan umum. Pelelangan umum adalah pelelangan bagi Penyedia
Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya untuk semua pekerjaan yang dapat
diikuti oleh semua Penyedia Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya yang
memenuhi syarat.

C. PRINSIP YANG DILANGGAR


1. Prinsip Adil
Dalam melakukan pengadaan barang pada kasus ini telah melanggar
prinsip adil. Adanya informasi terkait anggaran alokasi yang menimbulkan
kerugian negara sebesar Rp 12 milliar. Seharusnya pihak yang memang memiliki
wewenang dalam pengadaan ini dapat bersikap netral untuk melakukan suatu
penganggaran, tetapi nyatanya banyak biaya yang dihabiskan atau
disalahgunakan oleh oknum-oknum tersebut. Padahal dalam Prinsip adil
dimaksudkan agar penyediaan barang ini dapat memberi perlakuan yang sama
bagi siapa pun, baik kepada penyedia maupun kepada penerima manfaat, serta
penyediaan barang dan jasa ini di harap kan dapat memberi informasi yang
akurat dan dapat di manfaat kan untuk masyarakat.
2. Prinsip Bersaing
Prinsip bersaing yaitu pengadaan barang/jasa harus terbuka bagi
penyedia barang/jasa yang memenuhi persyaratan dan dilakukan melalui
persaingan yang sehat di antara penyedia barang/jasa yang setara dan
memenuhi syarat/kriteria tertentu berdasarkan ketentuan dan prosedur yang
jelas dan transparan. Pada pengadaan peralatan laboratorium computer ini
menggunakan metode pelelangan umum, jadi dilakukan pelelangan bagi
penyedia barang/jasa yang memenuhi syarat. Namun pada kasus ini dilakukan
kegiatan penyuapan oleh kepala bagian umum ditjen Pendidikan Agama Islam,
Undang Sumantri untuk memastikan kemenangan PT. BKM dalam pelelangan.
3. Prinsip Akuntabel
Akuntabel pada dasarnya adalah sistem control di dalam
perusahaan/pemerintahan yang membuat semua elemen dapat menjalankan
fungsinya dengan baik. Pada kasus tersebut, terlihat tidak adanya tanggung
jawab pimpinan selaku pihak yang diberi kewenangan, dengan tidak adanya
pengawasan membuat oknum-oknum tersebut dapat dengan mudah mengatur
mekanisme dalam kegiatan pengadaan tersebut sehingga menyebabkan
kerugian.

D. VALUE FOR MONEY


Sektor publik sering dinilai sebagai sarang inefisiensi, pemborosan, sumber
kebocoran dana, dan institusi yang selalu merugi. Tuntuan baru muncul agar
organisasi sektor publik memperhatikan value for money dalam menjalankan
aktifitasnya. Mardiasmo (2008:4) menyatakan value for money merupakan konsep
pengelolaan organisasi sektor public yang mendasarkan pada tiga elemen utama
yaitu ekonomi, efisiensi, dan efektifitas. Value for Money (VFM) tidak hanya
mengukur biaya-biaya yang berkaitan dengan barang-barang dan jasa tersebut
tetapi juga memperhatikan kombinasi mutu, biaya, penggunaan sumber daya,
kesesuaian dengan tujuan organisasi, ketepatan waktu dan kenyamanan untuk
menilainya.
Kualitas value for Money pada Madrasah Tsanawiyah dapat ditunjukan
dengan dampak pengadaan barang berdasarkan 6 tepat yaitu, tepat kualitas,
tepat jumlah, tepat waktu, tepat biaya, tepat lokasi dan tepat penyedia :
1. Tepat Kualitas
Kualitas yang didapatkan pada Madrasah Tsanawiyah dan Madrasah
Aliyah tidak sebanding dengan nominal yang dikeluarkan. Diketahui adanya
kecurangan pada Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) di lingkungan Ditjen
Pendidikan Islam Kementerian Agama Undang Sumantri. Undang diduga
terlibat kasus korupsi pengadaan Peralatan Laboratorium Komputer untuk
Madrasah Tsanawiyah dan Pengadaan Pengembangan Sistem Komunikasi
dan Media Pembelajaran Terintegrasi untuk Jenjang Madrasah Tsanawiyah
pada Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama RI Tahun
2011. Wakil Ketua KPK Laode M. Syarif memaparkan kontruksi perkara yang
diduga menelan kerugian dengan total Rp16 miliar di dua pengadaan itu.
Jika tidak dilakukan tindak kecurangan tersebut, Jenjang Madrasah
Tsanawiyah mendapatkan Peralatan Laboraturium yang lebih baik dan
canggih sehingga dalam berjalannya sebuah pendidikan akan memudahkan
mahasiswa menjadi lebih efisien dan efektif dalam menjalankannya.
2. Tepat Jumlah
Jumlah Peralatan Laboratorium Komputer untuk Madrasah Tsanawiyah
dan Pengadaan Pengembangan Sistem Komunikasi sebenarnya dapat
dimaksimalkan jika dalam berjalannya pengoperasian ini tidak terjadi korupsi
dengan nominal yang sangat tinggi. Jumlah uang yang didapati alokasi
anggarannya sebesar Rp114 miliar yang masing-masing untuk pengadaan
peralatan laboratorium Komputer Madrasah Tsanawiyah (MTs) sebesar
Rp40 miliar. Kemudian, pengembangan sistem komunikasi dan media
pembelajaran terintegrasi pada jenjang Madrasah Tsanawiyah (MTs)
sebesar Rp23,25 miliar. Serta, pengembangan sistem komunikasi dan media
pembelajaran terintegrasi pada jenjang Madrasah Aliyah (MA) sebesar
Rp50,75 miliar. Jadi menurut Laode, pada Desember 2011 dilakukan
pembayaran atas Peralatan Laboratorium Komputer MTs Tahun Anggaran
2011 sejumlah Rp27,9 miliar. Sehingga, jumlah yang di duga dalam kerugian
keuangan negara setidaknya Rp 12 miliar.
3. Tepat Waktu
Dalam kasus kecurangan ini adanya pemborosan dan kebocoran
anggaran keuangan negara dalam pengadaan barang. Hal ini seharusnya
dapat dihindari dan dicegah adanya penyalahgunaan wewenang dengan
tujuan untuk keuntungan pribadi atau pihak lain yang secara langsung atau
tidak langsung merugikan negara. Maka apabila ada pemborosan pada
kasus ini tidak dapat mendorong pengadaan barang yang berkelanjutan.
Karena telah di duga negara mengalami kerugian dengan total Rp 12 miliar.
Dimana tidak menerapkan ukuran dasar Value for Money yaitu efektivitas.
4. Tepat Biaya
Biaya yang di alokasi anggaran tidak sesuai dengan biaya yang
seharusnya dikeluarkan negara. Karena diketahui mantan pejabat pada
Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama (Ditjen Pendis
Kemenag) atas nama Undang Sumantri sebagai tersangka telah diduga
korupsi sebesar Rp 12 miliar.
Hal ini melanggar ukuran dasar Value for Money yaitu ekonomis dan efisien
dimana Ekonomis diartikan bahwa pemerolehan input dengan kualitas dan
kuantitas tertentu pada harga yang termurah. Efisiensi diartikan
menyelesaikan sesuatu pekerjaan atau kegiatan yang sama dengan
pemanfaatan sumber daya yang lebih sedikit. Namun, banyaknya biaya yang
diterima akhirnya hanya dipergunakan semena-mena atau menjadi hak milik
pribadi oleh oknum-oknum yang tidak bertanggungjawab. Hal ini tentunya
menyebabkan kerugian yang besar bagi kelangsungan negara.
5. Tepat Lokasi
Dalam lokasi pengadaan ini kami kurang mendapat informasi yang
sebenarnya terjadi dalam pengadaan barang Madrasah Tsanawiyah.
Namun, jika di lihat dalam kasus tersebut adanya nominal anggarannya
sebesar Rp114 miliar tersebut dipergunakan untuk menyuap orang-orang
yang tidak bertanggung jawab sangat tidak tepat lokasi. Diketahui adanya
hubungan keluarga antara Dzulkarnaen yang berperan rekanan kemenag
dengan anaknya Dendy Prasetia. Dzulkarnaen Djabar bersama Dendy dan
Fahd El Fouz diduga mempengaruhi pejabat di Kemenag untuk
memenangkan PT BKM sebagai pelaksana proyek pengadaan laboratorium
komputer. Untuk membantu memuluskan pemenangan PT BKM ketiganya
menerima aliran dana terkait proyek.
Dalam kasus ini, KPK menemukan bukti permulaan yang cukup dan
meningkatkan perkara ke penyidikan terkait suap pengadaaan barang.
Seharusnya mereka harus dapat melaksanakan wewenang dan tugasnya
sesuai dengan kebijakan pengadaan barang dan jasa tertentu. Dengan
mempergunakan anggaran yang telah diberikan dengan semaksimal
mungkin dan tepat guna mendapat atau mewujudkan serta memperbaiki
barang dan jasa yang diinginkan dengan menggunakan metode dan proses
tertentu untuk dicapai kesepakatan harga, waktu, dan kesepakatan lainnya.
6. Tepat Penyedia
Kami tidak menemukan informasi mengenai penyedia atau supplier
dalam kasus pengadaan barang Madrasah Tsanawiyah. Dalam pengadaan
barang berupa peralatan laboratorium Komputer Madrasah Tsanawiyah
(MTs) yang dapat mengembangkan sistem komunikasi seharusnya dapat
dilakukan sesuai aturan dan kebijakan yang ada. Tetapi yang diketahui
kasus ini malah di korupsi dengan sejumlah nominal yang akan dibagi-bagi
oleh pihak yang tidak bertanggung jawab tersebut. Hal ini tentunya tidak
sesuai dengan efektivitas pada tingkat pencapaian hasil program dengan
target yang telah ditetapkan.
E. DAMPAK
Dampak yang terjadi dari korupsi pengadaan barang Madrasah Tsanawiyah sebagai
berikut :
1. Rendahnya Kualitas Barang pada pendidikan
Adanya dampak pada kualitas pendidikan yang dimiliki oleh pemerintah
seperti pada kasus diatas memiliki penurunan nilai barang yang kualitasnya
barang rendah. Dimana terjadi korupsi yang dilakukan dalam pengadaan barang
pada Madrasah Tsanawiyah. Karena dorongan berjalannya kualitas pendidikan
adalah perlengkapan dan ukuran mutu. Dalam kasusbini kualitas penddidikan
ditandai dengan rendahnya pengadaan Peralatan Laboratorium Komputer untuk
Madrasah Tsanawiyah dan Pengadaan Pengembangan Sistem Komunikasi.
Sehingga ukuran-ukuran mutu menjadi rendah dan adanya kandidat yang
bermotivasi rendah yang akan mengakibatkan rendahnya kualitas pendidikan.
2. Kurangnya tingkat kepercayaan pada pemerintah
Karena diketahui masyarakat adanya kasus korupsi pada pengadaan
barang Madrasah Tsanawiyah yang nominalnya sangat tinggi. Masyarakat akan
berfikir bahwa kementrian agama tidak bertanggung jawab atas wewenang yang
sudah diberikan kepadanya. Jadi, hal ini akan menimbulkan tidak
berkelanjutannya pengoperasian pemerintah.
3. Kerugian Keuangan Negara
Negara mengalami kerugian yang dapat dilihat dari jumlah uang yang
didapati alokasi anggarannya sebesar Rp114 miliar yang masing-masing untuk
pengadaan peralatan laboratorium Komputer Madrasah Tsanawiyah (MTs)
sebesar Rp40 miliar. Kemudian, pengembangan sistem komunikasi dan media
pembelajaran terintegrasi pada jenjang Madrasah Tsanawiyah (MTs) sebesar
Rp23,25 miliar. Serta, pengembangan sistem komunikasi dan media
pembelajaran terintegrasi pada jenjang Madrasah Aliyah (MA) sebesar Rp50,75
miliar. Jadi menurut Laode, pada Desember 2011 dilakukan pembayaran atas
Peralatan Laboratorium Komputer MTs Tahun Anggaran 2011 sejumlah Rp27,9
miliar. Sehingga, jumlah yang di duga dalam kerugian keuangan negara
setidaknya Rp 12 miliar. Hal ini tentunya bukan merupakan nominal yang sedikit
tetapi cukup berlebihan jika digunakan untuk melakukan pengembangan di
dalam bidang pendidikan. Namun, Indonesia pada kenyataannya angka tersebut
dilakukan untuk korupsi dengan cara melakukan penyuapan. Oleh karena itu,
untuk kedepannya perlu di dorong kembali keterbukaan informasi publik di sektor
pengadaan barang dan jasa. Keterbukaan ini perlu dilakukan mulai dari proses
perencanaan, perencanaan dan persiapan PBJ Pemerintah, pelaksanaan PBJ
Pemerintah, serah terima dan pembayaran dan tahap pengawasan dan
pertanggungjawaban. Sehingga dapat dilakukan agar dapat meminimalisir
kerugian keuangan negara dan juga menjadi langkah dalam upaya
pemberantasan mencegah terjadinya korupsi yang mana lebih lanjut akan
mencegah terjadinya kerugian negara.

Anda mungkin juga menyukai