Anda di halaman 1dari 4

Chapter 4: Political Moral Philosophy and Accounting Ethics

Why Should Accountants be Good?

Ada dua literature yang akan dibahas disini, yang pertama adalah mengenai pemikiran
yang dapat ditelusuri dari konsep Jean-Jacques Rousseau mengenai kontrak sosial dan juga
literatur yang lebih ke pasca-strukturalis atau post modern yang memberikan tandingan untuk
sejarah demokrasi politik ini.

ROUSSEAU AND COMMUNITIES: OR WHO AM I?

Perspektif Rousseau adalah sebuah perspektif mengenai kekhawatiran bahwa orang


melihat individu itu sendiri bukan sebagai terisolasi melainkan sebagai warga negara, anggota
kelompok dengan tanggung jawab bersamaan terhadap individu lain, tetapi juga tanggung jawab
masyarakat umum terhadap kelompok secara keseluruhan. Pandangan Rousseau terhadap
individu tertanam dalam komunitas lain, dengan tanggung jawab sipil kepada masyarakat yang
menimbulkan beberapa pertanyaan menantang untuk akuntan.

Faktanya kebanyakan pendidikan akuntansi kita berdasarkan asumsi implisit yang


menyatakan bahwa akuntansi tidak berkontribusi terhadap perkembangan masyarakat karena
memaksimalkan utilitas keuangan dan membantu untuk mempertahankan sistem ekonomi liberal
pasar bebas. Penulis membuat dua observasi: pertama, baik itu mahasiswa akuntansi maupun
praktisi tampaknya tidak menyadari bahwa praktek akuntansi didasari oleh beberapa asumsi
moral dan bagaimana ia berkontribusi terhadap masyarakat. Kedua, meskipun setelah adanya
kejadian Enron dan mencoba untuk mengatasi defisit etika pendidikan dalam profesi ini,
mayoritas sarjana akuntansi dan program kualifikasi profesional terus gagal dalam memberikan
akuntan kemampuan kritis dan juga asumsi yang valid dari apa yang sebenarnya terjadi dalam
perekonomian kita dan apakah ia valid dan menyatu dengan nilai-nilai kita sendiri dan juga apa
yang harus dilakukan jika kita menemukan konflik.

Rights and duties

Perspektif Rousseau biasanya berhubungan dengan hak dan kewajiban. Hubungan antara
perspektif Rousseau dan hak adalah asumsi bahwa cara terbaik yang memungkinkan untuk
mempromosikan dan mempertahankan masyarakat adalah mengakui bahwa anggota masyarakat
memiliki hak tertentu. Thomas Hobbes mencoba mengamsumsikan bahwa individu memiliki
kecenderungan alami untuk peduli terutama tentang minat dan kesejahteraan mereka sendiri.

Body literature yang disediakan oleh Rosseau, Hobbes dan Lock memiliki poin penting
yang berfokus pada perhatian penulis mengenai fakta bahwa akuntansi adalah institutional
practice. Sehingga, ada alasan yang sangat baik dan jelas mengapa mengapa kita ingin memiliki
sebuah badan yang independen yang bertanggung jawab untuk menentukan aturan akuntansi
selain kita mungkin juga ingin badan ini menjadi lebih akuntabel.
Pertanyaan pertama yang paling penting untuk accountant believer adalah apakah pratik
akuntansi, khususnya fungsi akuntansi dalam sistem pasar bebar kompatibel dengan ajaran
kepercayaan anda?

Literatur mengenai filsafat politik moral tradisional mendorong kita untuk memikirkan
profesi akuntansi sebagai bagian dari struktur institusi politik yang lebih luas dan juga
menunjukkan bahwa pertimbangan etika akuntansi harus menggabungkan beberapa refleksi pada
konseptualisasi hak yang didukung oleh praktek akuntansi. Dalam bentuknya, melindungi hak-
hak dan melayani kepentingan kelompok dalam masyarakat.

EMMANUEL LEVINAS AND THE PHENOMENOLOGY OF ETHICS, OR WHAT


DOES ETHICS FEEL LIKE?

Perspektif Levina tampaknya dipengaruhi secara signifikan oleh sejarah Yahudinya dan
salah satu cara untuk mengakses pemikiran Levina adalah melalui cerita khusus dari Testamen
lama. Kontribusi Levina dalam pemahaman kita mengenai apa itu arti dari etis menyajikan kita
dengan kesimpulan yang mengganggu mengenai ‘yes, I am my brother keeper’.

Bagi Levina, etika tidak berlandaskan pada pertanyaan: “apa yang harus aku lakukan?”
atau “mengapa aku harus bertindak seperti ini?” tetapi: bagaimana sesuatu itu menunjukkan
dirinya kepada kita? Jadi bukan sesuatu yang mengejutkan jika Levina bertanya, ‘bagaimana
pengalaman dari etika menunjukkan dirinya sendiri kepada kita: what is the given-ness of
ethics?’. Moran (2006-321) menjelaskan bagi Levina, fenomenologi etika melibatkan 'upaya
untuk membatasi kebebasan dan spontanitas seseorang agar terbuka untuk orang lain, atau lebih
tepatnya untuk membiarkan diri untuk dibatasi oleh yang lain'. Inilah yang dimaksudkannya
dengan given-ness.

Ada dua hal penting yang harus digaris-bawahi dari perspektif Levina. Yang pertama,
kita adalah makhluk yang bermoral jika kita mengakui tanggung jawab untuk orang tertentu,
individu bukan orang lain yang disebut masyarakat seperti yang dikatakan oleh Rousseau,
Hobbes dan Locke sebagai dasar dari pengembangan perspektik mereka tentang moralitas.
Adalah “being-for-the-other“ bukan “being-with-the-other”.

Source:

McPhail, K. and Walters D. (2009). Accounting & Business Ethics. Rouledge.


Chapter 5: Post and new-modern perspectives on accounting ethics

How have accountants become ethical

Penulis menyertakan bagian dari buku ini dengan memperkenalkan dua perspektif akhir
mengenai hubungan antara akuntansi dan etika dan juga kemungkinan untuk lebih
mengembangkannya dalam bentuk yang lebih adil di praktik akuntansi. Dalam bab ini penulis
menggaris besar perspektif postmodern dan new-modern perspective di dalam etika. Kontras
dengan literatur politik moral tradisional, perspektif postmodern mengembangkan analisis yang
lebih kritis mengenai hubungan antara identitas etika individu dan power (atau lebih tepatnya,
cara di mana kekuasaan dapat beroperasi untuk membangun individu sebagai subjek etis).

POSTMODERN PERSPECTIVES

Analisis mengenai postmodern mengacu pada premis dasar dari Nietzsche yang
mendorong studi mengenai etika individu yang lebih dalam mengenai bagaimana individu harus
bersikap, menuju pengertian tentang baik dan buruk yang ada, yang berkelanjutan dan yang
sedang berjalan. Oleh karena itu etika tidak hanya terutama dalam hal esensialis atau normatis;
lebih tepatnya bagaimana perspektif postmodern mengeksplorasi gagasan etika, dalam hal apa
yang dapat diterima dan yang tidak dapat diterima, kemudian didefinisikan.

Foucault’s Ethics

Kerangka etika yang mendasari menurut Foucault ada dalam empat elemen utama
(McPhail 1999):

1. Sarana yang mengubah diri kita sendiri menjadi pelaku: disiplin diri yang dikenakan pada
kita;
2. The telos; tipe yang kita inginkan ada di diri kita jika kita berperilaku secara moral;
3. Ethical substance; bagian dari diri kita yang diambil menjadi domain yang relevan untuk
penilaian etika;
4. The mode of subjection; cara individu terdorong untuk mengakui kewajiban moral
mereka.

NEW-MODERN PERSPECTIVES: HABERNAS AND DISCOURSE ETHICS

Habermas fokus kepada bagaimana kita yakni sebagai masyarakat dapat melakukan
sesuatu secara bersama-sama, bagaimana kita dapat memutuskan apa yang terbaik yang harus di
lakukan. Fokus pada peran masyarakat dalam menentukan tindakan yang tepat merupakan hal
yang sangat penting seperti yang kita lihat.

Dalam rangka untuk mulai memahami pandangan Habermas mengenai etika, kita harus
mulai dengan masalah yang cukup rumit: masalah mengenai bagaimana kita memahami satu
sama lain, atau masalah interpretasi dan makna dari tindakan. Habermas, ingin menarik perhatian
kita pada struktur ekonomi-sosial dan hubungan kekuasaan yang mempengaruhi cara kita
memperoleh makna dan pemahaman dari aksi sosial.

Habermas mengkonseptualisasikan cara kekuasaan beroperasi melalui distorsi


komunikasi. Poin penting yang harus diambil dari diskusi mengenai pemikiran Habermas ini
adalah aksi dan proses. Bagi Habemas, suatu tindakan tertentu tidak dapat dibenarkan kecuali
telah muncul tindakan semacam komunikatif elektif, sebuah proses yang ia sebut an ideal speech
situation.

POSTMODERN AND NEW-MODERN PERSPECTIVES

Pertama, akan sangat membantu untuk memberikan gambaran mengenai modernitas


sebagai (post) modernitas yang berkaitan dengan gagasan ini. Postmodernitas pada dasarnya
adalah istilah deskriptif yang bukanlah fase yang muncul setelah modernitas, tetapi lebih kepada
hasil akhir dari modernitas. Istilah kedua, postmodernis, mengacu kepada beberapa karakteristik
dari individu yang hidup dalam masyarakat postmodern.

Gare (1995:34) berpendapat bahwa budaya postmodern adalah budaya dimana kritik dan
protes yang rasional menjadi mustahil. Perbedaan antara modernism dan postmodernisme
tidaklah sederhana. Perspektif postmodern berpendapat aplikasi dari teknologi, sains dan alasan
dan banyak lagi hal yang kita kaitkan dengan kemajuan sering mengakibatkan kurangnya
kebebasan, demokrasi, keadilan dan sebagainya. Dengan kata lain, elemen-elemen yang
disajikan sebenarnya hanya datang untuk melayani kepentingan-kepentingan tertentu. Habermas
berpendapat bahwa kita harus melihat ke masa depan dengan harapan menggabungkan
komunikatif rasionalitas yang lebih besar ke dalam masyarakat yang dapat membawa kita
menjadi masyarakat yang lebih baik.

Hal positif yang dapat diambil dari etika postmodern adalah tidak hanya menolak untuk
cenderung menyajikan perilaku etis dengan cara yang instrumental tetapi juga mengingatkan
bahwa etika dapat dengan mudah diidentifikasikan dengan baik, diformulasikan kembali
kedalam bisnis dan dikelola dengan tepat. Perspektif ini berusaha untuk mempertahankan
komitmen untuk aspirasi moral, sipil dan demokratis yang lebih luas tanpa tergelincir ke crude
prescriptivism.

Source:

McPhail, K. and Walters D. (2009). Accounting & Business Ethics. Rouledge.

Anda mungkin juga menyukai